Anda di halaman 1dari 9

A.

Teori Model Konservasi Levine


Fokus model konservasi adalah konservasi keutuhan dan integritas diri manusia dengan
cara adaptasi. Model ini menekankan pada efektifitas adaptasi manusia. Dan focus
perhatian keperawatan adalah manusia dan kekompleksan hubungannya dengan
lingkungan internal internal dan eksternal. Berdasarkan teori ini, keperawatan bertujuan
pada upaya mempertahankan energy dan atau intergritas struktur, personal, dan social pada
pasien (Levine, 1969b, 1973, 1989, 1990, 1991, 1996 dalam Tomey dan Alligood, 2006).

Model Konservasi berpusat pada hubungan yang integral antara metaparadigma manusia
dan lingkunga, yang mencakup (1) adaptasi, (2) respon organisme, dan (3) konservasi.
Konsep adaptasi memiliki tiga dimensi meliputi: Histicity (dasar alami proses adaptasi:
konsekuensi kemajuan sejarah dan evolusi spesies dalam rentang waktu; informasi:
diturunkan melalui gen kepada individu secara unik). Specifity (sinkronisasi tugas-tugas
spesifik system tubuh sebagai respon terhadap tantangan lingkungan), dab Redundancy
(pembagian fungsi yang berkaitan dengan aktifitas dan penyebaran energy).
1. Wholeness (Keutuhan)
Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah system terbuka.
Keutuhan menekankan pada suara, organic, mutualitas progresif antara fungsi yang
beragam dan bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang terbuka. Levine
menyatakan bahwa “interaksi terus-menerus dan organisme individu dengan
lingkungan merupakan system yang “terbuka dn cair:, dan kondisi kesehatan,
keutuhan, terwujud ketika interaksi atau adaptasi konstan lingkungan, memungkinkan
kemudahan (jaminan integrutas) di semua dimensi kehidupan”. Kondisi dinamis dalam
interaksi terbuka antara lingkungan internal dan ekstrenal menyediakan dasar untuk
berpikir holistic, memandang individu secara keseluruhan. Dalam Fawcett (2006),
konsep metaparadigma manusia pada teori Model Konservasi ditampilkan dalam
bentuk “Holistic being” yang terdiri dari 3 dimensi meliputi (1) system dari system,
(2) keutuhan, (3) integritas. Sistem menunjukkan proses total kehidupan organisme
yang bergantung pada keterkaitan antara komponen-komponen dalam system
kehidupannya. Keutuhan (wholeness) menekankan pada hubungan progresif yang
salinh bergantung dari berbagai fungsi dan bagian yang meiliki batasan terbuka dan
bergerak. Integritas sepada dengan keutuhan yang berarti memiliki kebebasan
memilih: bergerak tanpa hambatan, selambat atau secepat yang diinginkan, dan latihan
pembuatan keputusan akan segala hal tanpa rasa bersalah atau berhutang.
Metaparadigma sehat didefinisikan secara implisit sebagai “wholeness”, kemampuan
beradapatsi dan kesejahteraan, dimana intervensi keperawatan sudah tidak diperlukan
lagi.
Metaparadigma keperawatan berada dalam dimensi interaksi manusia, dimana tujuan
keperawatan adalah membantu manusia mencapai keadaan tuth, atau sehat, dan
menyadari bahwa setiap individu memerlukan aktifitas yang berbeda-beda. Levine
menggunakan pendekatan ilmiah untuk menggambarkan asuhan keperawatan dan
kemampuan partisipasi klien. Pada pelaksanaan intervensi, perawat menggunakan
ketrampilan dan pengetahuan ilmiahnya dalam menciptakan lingkungan pelaksanaan
proses adaptasi berjalan dengan sukses (Levine, 1966; Levine, 1973)
2. Adaptasi
Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan mempertahankan
integritas individu dalam enghadapi realitas lingkungan internal dan eksternal.
Konservasi adalah hasi dari adaptasi. Beberapa adaptasi dapat berhasil dan sebagian
tidak berhasil. Levine mengemukakan 3 karakter adaptasi yakni: historis, speficity,
dan redundancy. Levin menyatakan bahwa setiap individu mempunyai pola respon
tertentu unutk menjamin keberhasilan dalam aktivitas kehidupannya yang
menunjukkan adaptasi historis dan specificity. Redundancy menggambarkan pilihan
kegagalan yang terselamatkan dari individu untuk menjamin adaptasi. Kehilangan
redundancy memilih apakah melaluitrauma, umur, penyakit, atau kondisi lingkungan
yang membuat individu sulit mempertahankan hidup.
a. Lingkungan
Levine memndang setiap indiidu memiliki lingkungannya sendiri baik lingkungan
internal maupun eksternal. Perawat dapat menghubungkan lingkungan internal
individu dengan aspek fisiologis dan patofisiologis, dan lingkungan eksternal
sebagai level persepsi, operasional dan kosneptual. Level perseptual melibatkan
kemampuan menagkap dan menginterpretsikan dunia dengan organ indera. Level
operasional terdii dari segala sesuatu yang mempengaruhi individu secara
fisiologis meskipun mereka tidak dapat mempersepsikannya secara langsung,
seperti mikroorganisme. Pada konseptual level, lingkungan dibentuk dari pola
budaya, dikarakeristikkan dengan keberadaan spiritual, dan ditengahi oleh symbol
bahasa, pikiran dan pengalaman. Levine melihat bahwa manusia tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan, dan manusia menggunakan kemampuan adaptasinya
untuk berespon terhadap berbagai tantangan lingkungan (environmental
challenges). Konsep metaparadigma lingkungan terdiri atas lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal yang merupakan subyek
perubahan berkelanjutan akibat dorongan lingkungan eksternal terdiri atas
dimensi:
1) Homeostasis, yaitu keadaan stabil dan pengehamatan energy yang
memberikan dasar penting bagi sinkronisasi berbagai berbagai factor
fisiologik dan psikologik, dan merefleksikan kesejajaran manusia dengan
lingkungan.
2) Homeorrhesis, adalah penstabilan arus yang menekankan pada perubahan
ketidakstabilan dalam rangkaian ruang waktu; dan merupakan pola adaptasi
yang luar biasa yang mengijinkan tubuh mempertahankan kesejahteraan
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah.

Sedangkan lingkungan eksternal terdiri atas dimensi:

1) Lingkungan perseptual, yaitu bagian dari lingkungan dimana individu


meresponnya dengan menggunakan panca indera, meliputi factor-faktor yang
dapat direkam oleh system sensori seperti energy cahaya, suara, sentuhan,
suhu, dan perubahan kimia.
2) Lingkungan operasiona;, yaitu bagian dari lingkungan yang tidak secara
langsung dipersepsikan oleh individu, meliputi segala aspek yang tidak
terlihat atau terdengar oleh individu tetapi dapat menimbulkan potensi bahaya
bagi manusia, termasuk berbagai bentuk radiasi, mikroorganisme dan polusi
yang tidak berbau dan berwarna.
3) Lingkungan konsepsual, merupakan lingkungan bahasa, ide, symbol, konsep,
dan penemuan, meliputi pertukaran bahasa, kemampuan berfikir, pengalaman
emosi, system nilai, kepercayaan, tradisi buadaya, dan pola psikologi individu
yang muncul dari pengalaman kehidupan.
b. Respon Organisme
Respon organism adalah kemampuan indovidu unutk beradaptasi dengan
lingkunggannya, yang bias dibagi menjadi flight-flight, respon inflamasi, respon
terhadap stress, dan kesadaran persepsi.
1) Respon flight-flight
Flight-flight merupakan respon yang paling primitive dimana ancaman yang
diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap
ketakutan melalui menyerang atau menghindar hal ini bersifat reaksi yang
tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah kewaspadaan untuk mencari
infromasi untuk rasa aman dan sejahtera.
2) Respon inflamasi atau peradangan
Respon peradangan atau inflamasi merupakan mekanisme pertahanan yang
melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk
menyembuhkan diri, respon individu adalah menggunakan energy sistemik
yang ada dalam dirinya untuk membuang iritan atau pathogen yang
merugikan, untuk hal ini sangat dibutuhkan control lingkungan.
3) Respon stress
Respon terhadap stress menghasilkan respon defensive dalam bentuk
perubahan yang tidak spesifik pada manusia, perubahan structural dan
kehilangan energy untuk beradaptasi secara bertahap terjadi sampai rasa lelah
terjadi, dikarakteristikkan dengan pengaruh yang menyebabkan pasien atau
individu berespon terhadap pelayanan keperawatan.
4) Kesadaran persepsi
Respon sensori menghasilkan kesadaran persepsi, infromasi dan pengalaman
dalam hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara utuh oleh individu,
semua oertukaran energy terjadi dari individu ke lingkungan dan sebaliknya.
Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau tingkah laku. Respon ini sangat
tergantung kepada kewaspadaan perseptual individu, hanya terjadi saat
individu mengahadapi dunia (lingkungan) baru disekitarnya dengan cara
mencari dan mengumpulkan informasi dimana hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kemanan dirinya.
c. Trophicognosis
Levine merekomendasikan trohicognosis sebagai alternative untuk diagnose
keperawatan. Ini merupakan metode ilmiah untuk menentukan sebuah penentuan
rencana keperawatan.

3. Konservasi
Levine menguraikan model konservasi sebagai inti atau dasar teorinya. Konservasi
menjelaskan suatu system yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika
terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian konservasi juga, bahwa individu
mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan
mereka. Konservasi adalah “keeping together” atau mempertahankan / menjaga
kesatuan yang merupakan aktiftas perlindungan keutuhan individu. Konservasi
menggambarkan cara system yang kompleks untuk mampu terus berfungsi dalam
berbagai kondisi sampai yang paling mengancam keutuhan individu. Konservasi
mempertahankan keutuhan system tubuh manusia dengan kemampuannya untuk
melawan perubahan secara tepat dan tetap mempertahankan keunikan identitasnya.
Konservasi merupakan produk adaptasi manusia dalam memenuhi kebutuhannya
mencapai kondisi sejahtera (Levine, 1991). Konsep konservasi memiliki empat
dimensi yang meliputi:
a. Prinsip konservasi energy, ditujukan pada upaya penyeimbangan energy input dan
output untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dengan latihan, nutrisi dan
istirahat yang adekuat. Energy tidak dapat diobservasi langsung, tetapi
konsekuensi dari perubahannya dapat diperkirakan, dikelola, dan diukur.
Instrument yang digunakan harus dapat memonitor, mengukur, menghasilkan, dan
menangkap energy. Variable-variabel yang berkaitan dengan prinsip ini antara
lain: kecemasan, saturasi oksigen, nadi, suhu, pernafasan, tekanan darah,
hemoglobin, hematocrit, turgor kulit, cairan dan elektrolit, panas, pertukaran
energy, diare, kehilangan darah, berat badan, drainase luka.
b. Prinsip konservasi integritas struktur, ditujukan pada upaya mempertahankan atau
memperbaiki struktur tubuh yang mencegah terjadinya kerusakan fisik dan
memasu proses penyembuhan. Prinsip ini berfokus pada kemampuan individu
untuk bergerak dan melakukan aktifitas dengan bebas. Manusia berharap dan
meiliki keyakinan pada kemampuan tubuhnya untuk memperbaiki dirinya.
Variable-variabel yang berkaitan dengan prinsip ini antara lain: perhitungan sel
darah putih, proses penyembuhan (granulasi jaringan), integritas kulit, angka
sedimentasi, kepadatan tulang, kekuatan otot, kerusakan organ (fungsi ginjal,
fungsi hati, dll).
c. Prinsip konservasi integritas personel ditujukan pada upaya mempertahankan dan
memperbaiki identitas, harga diri dan pemahaman tentang keunikan diri klien.
Menjadi seorang pasien merupakan keadaan yang rentan dimana terjadi
pengikisan privasi dan menimbulkan kecemasan. Perawat dapat menunjukkan
bahwa ia menghormati pasien dengan memanggil namanya, menghargai
keinginannya, memberikan privasi, memberikan infromasi dan lain-lain.
Variable-variable yang berkaiatn dengan prinsip ini antara lain: kesepian,
kebosanan, ketakberdayaan, ketakutan, harga diri, privasi, listening, empati,
control, makna hidup, pengajaran, pembelajaran, peran, konsep diri.
d. Prinsip konservasi integrtas social, ditujukan pada keberadaan pasien sebagai
makhluk social yang melibatkan manusia tersebut berhubungan dengan manusia
lainnya termasuk keluarga, komunitas, warisan budaya, keyakinan, keadaan sosil
ekonomi, latar belakang pendidikan dan pilihan pekerjaan. Variable-variabel yang
berkaitan dengan prinsip ini antara lain: sosialisasi, perkembangan moral, proses
kelompok, interkasi, isolasi sosil. Menurut Levine, keempat prinsip konservasi ini
tidak bekerja sendiri-sendiri. Keempatnya bergabung dalam individu sejak lahir
sampai meninggl. Setia aktifitas pada dasarnya membuthhkan energy, karena
tidak ada aktifitas yang tidak bias berlangsung tanpa energy. Dn, setiap aktifitas
harus memperhatikan integritas struktur, personal dan social indivisu agar tercapai
kesejahteraan.
B. Integrasi Pengkajian Keperawatan dalam Teori Konservasi Levine
Proses pengkajian dengan mengumpulkan data provokatif melalui wawancara dan
observasi dengan menggunakan prinsip konservasi (Konservasi Energi, Konservasi
Integrasi Struktur, Konservasi Integritas Personal, Konservasi Integritas Sosial. Pembuatan
keputusan dengan dengan oerawat mengobservasi pasien dengan melihat respon organisme
dengan terhadap penyakit, membaca catatan medis, evaluasi hasil diagnostic, dan
berdiskusi dengan pasien tentang kebutuhan aka bantuannya, perawat mengkaji pengaruh
lingkungan eksternal dan internal pasien dengan prinsip konservasi. Fakta provokatif yang
perlu dikaji: keseimbangan suplai dan kebutuhan energy, system pertahanan tubuh, harga
diri, kesiapan seseorang dalam berpartisipasi dalam social system (Alligood & Tomey,
2006). Pengkajian riwayat penyakit dan factor resiko akan memberikan informasi yang
sangat bermanfaat dan memudahkan manajemen penatalaksanaannya.

C. Penerapan Teori Konservasi Levine pada Pengkajian Sistem Perkemihan


Berdasarkan model konservasi Levine, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif
agar dapat mengembangkan rencana keperawatan. Sesuai model ini, pada tahap awal
pengkajian, perawat perlu menggali kemampuan adaptasi pasien saat setelah terjadi
trauma. Adapun pengkajian adaptasi yang dilakukan meliputi:
a. Pantauan Konservasi Energi
1) Status Nutrisis dan Cairan
Pola pengkajian status nutrisi pasien diantaranya meliputi asupan baik secara oral,
enteral, atau total parentral nutrition (TPN). Frekwensi makan sehari, bagaimana
nafsu makan klien apakah baik atau kurang selama proses perawatan. Diit apa yang
diterima pasien sesuai dengan penyakitnya. Pantau makanan tambahan yang
diberikan. Pantau makanan yang disukai dan ada tidaknya alergi terhadap bahan
makanan tertentu ataupun pantangan. Pantau makanan yang disukai apa yang
disukai dan ada tidaknya alergi terhadap bahan makanan tertentu ataupun
pantangan. Pantau kebiasaan makan pasien sebelum dan sesudah makan, jumlah
kalori/hr.
2) Eliminasi
Fungsi ginjal dinilai dengan menilai hauaran urine, pantau kemungkinan dysuria,
dan distensi kandung kmeih. Catat haluaran urin, kepatenan pemakaian kateter,
karakteristik uri yang dikeluarkan meliputi warna, bau, jumlah keluhan yang
berhubungan dengan BAK. Oantau hasil laboratorium unutk menilai fungsi ginjal,
Glomerulo Fitration Rate (GFR), Blood Urea Nitrogen (BUN), ureum dan
creatinine. Pantau defekasi, meliputi berapa kali/harinya, waktu, warna bau,
konsistensi, keluhan saat BAB ada tidaknya penggunaan laxative untuk membantu
proses defekasi.
3) Istirahat dan tidur
Pantau kebutuhan pola istirahat dan tidur pasien meliputi lama tidur dalam jam
perharinya siang dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur yang
biasa dilakukan pasien, seperti membaca, mendengarkan music atau kegiatan lain
yang mungkin dilakukan. Kaji apakah klien mengalami gangguan tidur jelaskan
secara rinci.
4) Aktivitas dan mobilisasi
Pantau pola aktivitas dan latihan pasien meliputi, jenis kegiatan yang biasa
dilakukan selama perawatan, berapa lama waktunya, keluhan yang dirasakan
selama beraktivitas dan melaksanakan kegiatan. Pantau keterbatasan dalam
memenuhi kebutuhan dasar, mandi, menggunakan pakaian, dan berhias.

b. Konservasi integritas struktur


1) Pemeriksaan Umum Keadaan
Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, suhu, dan
pernafasan. TB dan BB.
2) Pengkajian Persistem
Fungsi-fungsi spesifik
c. Integritas Personal
Pantau psikososial dan spiritualnya. Penderitaan fisik, psikologis, social dan spiritual,
respon terhadap pengobatan harus dipantau, dikuatkan, dan diberikan pemahaman.
Keputusaaan (hopeless), biaya pengobatan, lelah dan tidak tercapainya tujuan dan
harapan merupakan masalah psikososial yang mengancam integritas personal klien.
Pemahaman, pengetahuan pasien tentan kondisi sakitnya, kebutuhan akan pendidikan
kesehatan yang diperlukan merupakan hal penting yang harus perawat lakukan.
Pengkajian gangguan konsep diri seperti kecemasan, dan harga diri perlu terus
dipantau. Penguapan koping positif, bermepati, memenuhi kebutuhan akan rasa
nyaman dan aman dan spiritual well being perlu dilakukan oleh perawat.
d. Integritas Sosial
Pantau kesadaran psien akan pentingnya hubungan dan interaksi social dengan sesame
pasien dan petugas kesehatan. Pantau dukungan dari orang-orang terdekat, keluarga
inti, dan keterlibatan keluarga selama proses perawatannya.

Referensi:
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing Theories and their work, 7 th edn,
Mosby Elsevier, St. Loius, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai