Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FARMAKOLOGI

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT-OBAT

SISTEM PERSYARAFAN PUSAT

Dosen Pengampu : Susi TRT , M.Kes

Kelompok 3 :

Setyaki 1 Setyaki 2

Nurinda Maharani Gusrti Kurnia Annuur

Salma Ftri Nur Lathif Warida Yanti

Ayu Putriningsih Anti Dwi Andini

Miftakhul Novia Anggraeni Sindi Permatasari

Rendra Wahyu Ismawan Werdi Sungging A

Tasya Usfania Eka Rizki Navyyanti

Shiva Yala Ikhsanti Kurnia Putri Yunita

Desi Fitriasari

PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN
OBAT-OBAT SISTEM PERSYARAFAN PUSAT” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang peran perawat dalam pemberian obat-obat khususnya sistem syaraf pusat baik bagi para
pembaca maupun penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 18 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 5

C. Tujuan ................................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6

A. MACAM-MACAM, PRINSIP, DAN EFEK OBAT SISTEM PERSYARAFAN PUSAT


DALAM PENGGOLONGANNYA ................................................................................. 6

B. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN OBAT SISTEM PERSYARAFAN


PUSAT ......................................................................... 2Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 30

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 30

B. Saran ................................................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat (bahasa Inggris: nurse, berasal dari bahasa Latin: nutrix yang berarti
merawat atau memelihara) adalah suatu profesi yang difokuskan pada perawatan
individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan
menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai
keperawatan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan
pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui
seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2014, definisi keperawatan
adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perawat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan, bekerja sama dengan dokter, terapis, pasien, keluarga pasien serta tim lainnya
untuk fokus pada perawatan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. Perawat bekerja
dalam sebagian besar spesialisasi dimana mereka bekerja secara independen maupun
sebagai bagian dari sebuah tim untuk menilai, merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi perawatan.
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya,
pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu.
Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana
tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Oleh karena itu, kami kelompok 3 salah satu kelompok dalam mata kuliah
Farmakologi makalah ini terkait peran perawat dalam memberikan obat khususnya pada
sistem persyarafan pusat. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca.

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja macam-macam obat sistem persyarafan pusat dan bagaimana penjelasannya?
2. Bagaimana prinsip pemberian obat pada pasien?
3. Apa efek samping penggunaan obat sistem persyarafan pusat?
4. Bagaimana peran perawat sebelum, ketika, dan setelah memberikan obat?
C. Tujuan
Adapun tujuan secara khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan terkait macam-macam obat kardiovaskular, prinsip pemberian obat, efek samping,
dan peran perawat dalam pemberian obat. Selain itu adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Farmakologi.
Tujuan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa saja macam-macam obat sistem
persyarafan pusat.
2. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana prinsip pemberian obat pada
pasien.
3. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa efek samping dari penggunaan obat
khususnya sistem persyarafan pusat.
4. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana peran seoranh perawat
dalam memberikam obat baik sebelum, saat, dan sesudah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. MACAM-MACAM, PRINSIP, DAN EFEK OBAT SISTEM PERSYARAFAN


PUSAT DALAM PENGGOLONGANNYA
1. OBAT PERANGSANG SISTEM SARAF PUSAT
a. AMFETAMIN
- Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
- Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor, iritabilitas
dan beberapa masalah kardiovaskuler (tachicardia, palpitasi, aritmia), menimbulkan
efek- efek yang buruk pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan
endokrin.
- Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam
daripada urin basa.
- Dosis : Dewasa : 5-20 mg; Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari
b. METILFENIDAT
- Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP, syndrom
hiperkinetik pada anak
- Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala, tachicardia
- Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal, takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
- Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui
urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
- Dosis pemberian : Anak : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr
c. KAFEIN
- Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada
apnea bayi prematur
- Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat,
dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi SSP dan jantung.
- Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious).
- Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan
cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin

6
- Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat depresan :
0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)
d. NIKETAMID
- Indikasi : merangsang pusat pernafasan
- Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
- Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
- Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
e. DOKSAPRAM
- Indikasi : perangsang pernafasan
- Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
- Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
- Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV
2. OBAT–OBAT PENEKAN SISTEM SARAF PUSAT
a. Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacan-macam tindakan operasi.
1) Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls
syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan local dengan demikian dapat
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin. Penggunaan Anestetik
lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan kecil dimana
pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Efek samping
Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
Penggolongan obat anestesi local
Obat Indikasi Efek samping
Bupivikain Anestetik local
Etil klorida Anestetik local Menekan
pernafasan,gelisah mual
Lidokain Anestesi filtrasi dan Mengantuk
anestesi
permukaan,antiaritma

7
Benzokain Anestesi permukaan dan
menghilamgkan rasa nyesri
dan gatal
Prokain Anestesi filtrasi dan Hipersensitasi
permukaan

2) Anestetika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada
pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :
- Berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
- Mula kerja cepat tanpa efek samping
- Sadar kembalinya tanpa kejang
- Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
- Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang
terpenting diantaranya adalah :
- Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
- Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling
ringan pada eter
- Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
- Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
- Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (thiopental dan
heksobarbital)
- Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya:
Penggolongan Obat anestesi Umum
Inhalasi : cairan menguap
Obat Waktu induksi Pertimbangan pemakaian

8
Eter Lambat Sangat mudah terbakar.
Tidak menimbulkan
efek yang berat bagi sistem
cardiovasculer
dan hepar
Enflurane Cepat Menyebabkan hiptensi,
kontra indikasi gangguan
ginjal
Halotan Cepat Pemulihan cepat,dapat
menurunkan tekanan darah,
efek bronkhodilator dan
kontraindikasi bagi obstetri

Inhalasi : gas
Nitrous Oksida Sangat cepat Pemulihan cepat,
(Gas tertawa) mempunyai efek yang
minimal pada
kardiovaskuler. Haus
diberikan bersama sama
oksigen. Potensi rendah
Intravena
Cepat Dipakai untuk pembedahan
jangka singkat atau induksi
pembedahan. Obat ini
meninkatkan salivasi,
tekanan darah dan
nadi

b. Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur , adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi
dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau
menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi
ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah

9
kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol), barbiturate, fenobarbital, Benzodiazepam, methaqualon.
Persyaratan obat tidur yang ideal
- Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
- Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat
maupun organ lainnya yang kecil.
- Tidak tertimbun dalam tubuh
- Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
- Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan morfin
antara lain:
- Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya flurazepam, kloralhidrat,
dan paraldehida.
- Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
- Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di
kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
- Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
Penggolongan Obat Hypnotik
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1) Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital.
2) Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
3) Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
4) Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan
turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
5) Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
Beberapa obat akan dibahas tersendiri dibawah ini :
1) Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan anti
ansietas (obat epilepsi).

10
2) Nitrazepam
- Indikasi : seperti indikasi diazepam
- Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang
over), gangguan koordinasi dan melantur.
3) Flunitrazepam
- Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
- Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4) Kloral hidrat
- Indikasi : hipnotika dan sedatif
- Efek samping: merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
5) Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.
3. ANALGETIK-ANTIPIRETIK
Merupakan obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika. Atas
kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu : analgetik
perifer (non-narkotik dan analgetik narkotik)
1. Analgetik Perifer (non narkotik)
Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu.
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggolongan berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
a. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis
kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral. Asetosal
adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna. Dosis oral 325-650 mg, 4-6
jam/hari.
b. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Efek samping golongan ini
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sedang,
dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek

11
sentral. Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis
besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati. Dosis 325-650 mg, 4
kali sehari.
c. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah. Efek
samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia
aplastik dan trombositopenia.
d. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung
dan gangguan saluran cerna sering timbul.
Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak
hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/
kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.
Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati
dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika
secara kontinu tidak dianjurkan.
2. Analgetik Narkotik.
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri
pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu :
- Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
- Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
- Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
- Obat Opioid parenteral.
Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :
- Alkaloid alam : morfin,codein
- Derivate semi sintesis : heroin
- Derivate sintetik : metadon, fentanil

12
- Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.
Secara tersendiri analgesik narkotika akan dibahas sebagai berikut :
a. Morfin
- Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
- Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.
- Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over
dosis.
- Dosis : IM, IV :5-15 mg setiap 4 jam, jika perlu (PRN)
b. Kodein fosfat
- Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
- Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit
- perut akut
- Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis
- Dosis : IM, IV :15 – 60 mg setiap 4 jam, jika perlu (PRN)
c. Meperidin (Demerol)
- Indikasi : nyeri sedang,
- Efek samping Dapat menurunkan tekanan darah, pusing. Pada cidera
- kepala dapat menimbulkan peningkatan TIK.
- Dosis : Oral, IM 50-100 mg setiap 3-4 jam bila perlu.
d. Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat
analgetik narkotik.
4. OBAT PSIKOFARMAKA
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP)
dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik. Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :
a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat
1) Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang
dikenal dengan Mayor Tranquilizer. Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :
- Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan
schizophrenia.

13
- Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh
tioridazina.
- Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
- Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Efek samping
- Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena
disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
- Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran
keruh.
- Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
- Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
- Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.
- Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
- Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara
berlebihan.
2) Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer. Penggolongan obat-obat
ataraktika dibagi menjadi 2, yaitu derivat benzodiazepin dan kelompok lain,
contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.
b. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi dua:
1. Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti
depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala
murum dan putus asa. Obat ini terutama digunakan pada keadaan depresi, panic
dan fobia. Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
1) Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis
dengan efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya
imipramin dan amitriptilin.

14
2) Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan
gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
2. Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
5. OBAT ANTI KONVULSI
Obat yang dapat menghentikan penyakit epilepsi, yaitu suatu penyakit gangguan
syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-
perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan
pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak( abses,
tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang
dapat memprovokasi serangan epilepsi. Jenis-jenis Epilepsi :
1. Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat mdengan
pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak
dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan
perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
Penggunaan obat antikonvulsi
- Untuk menghindari sel-sel otak
- Mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
- Profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Penggolongan obat antikonvulsi
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis
epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan pada
serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti
konvulsif.

15
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan
antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif,
klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi kurang
efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan
meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
Obat tersebut akan dibahas tersendiri
a. Fenitoin
- Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
- Kontra indikasi: gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
- Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
- Dosis : Oral 100 mg 3kali sehari, IV dosis pembebasan 10-15 mg, infus IV 50
- mg/menit maksimal 300 mg sehari
b. Penobarbital
- Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
- Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
- Efek samping :mengantuk, depresi mental
- Dosis Oral 100-200 mg/hari dalam dosis terbagi. Anak, oral 3-6 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi.
c. Karbamazepin
- Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
- Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
- Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
- Dosis oral 200 mg dua kali sehari , dosis ditingkatkan bila perlu.
d. Diazepam (Valium)
- Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
- Kontra indikasi: depresi pernafasan
- Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia
ketergantungan, kadang nyeri kepala.
- Dosis : IV 5-10 mg dengan perlahan-lahan (1-2 menit),bila perlu diulang setelah 30
menit. Pada anak-anak 2-5 mg. Pada konvulsi karena demam, anak-2 0,25-0,50
mg/kg berat badan, bayi dan anak dibawah 5 tahun 5 mg ,
- setelah 5 tahun 10 mg.

16
6. AGENS ANSIOLITIK DAN HIPOTETIK
Obat-obat ini disebut Ansiolitik, karena dapat mencegah perasaan tegang atau takut.
Sedatif, karena dapat menenangkan pasien yang cemas. Keadaan yang Dipengaruhi Oleh
Obat Ansiolitik dan Hipnotik :
a. Ansietas(cemas)
b. Sedasi
c. Hipnosis
d. Benzodiazepin
EFEK SAMPING
Efek merugikan Benzodiazepin dihubungkan dengan dampak obat ini pada sistem saraf
parifer dan pusat. Efek pada sistem saraf pusat meliputi :
a. Sedasi f. Nyeri Kepala
b. Mengantuk g. Apatis
c. Depresi h. Berkunang-kunang
d. Letergi i. Konfusi
e. Penglihatan Kabur
Obat ansiolitikan hipnotik lainnya:
a. Paraldehida (paral)
b. Kloralhidrat(aquakloral)
c. Eklorvinol (plasodyl)
7. AGENS ANTIDEPRESAN
Teori depresi Amin Biogenik para ahli mengemukakan teori bahwa depresi dapat terjadi
karena adanya defisiensi norepineprin (NE), dopamin atau serotonin (5HT) yang
merupakan amin biogenik dalam area penting obat. Obat antidepresan terbagi atas tiga
kelompok yaitu :
a. Obat Antidepresan Trisklik (TCA):
a. Aminotriptilin
b. Amoksapin
c. Clomipramine
d. Doksepin
Indikasi TCA adalah untuk mengatasi pasien yang mengalami depresi dengan gejala
cemas dan gangguan tidur.
EFEK SAMPING :

17
a. Sedasi e. Kesulitan Konsentrasi
b. Gangguan Penglihatan f. Tremor
c. Gangguan Pola Tidur g. Kering pada Mulut
d. Halusinasi h. Mual dan Muntah
b. Inhibitor MAO
Agens MAO yang masih digunakan saat ini adalah sebagai berikut :
a. Isokarboksazid (Marplan)
b. Fenelsin (Nardil)
c. Tranilsipromin (Parnate)
Indikasi MAO adalah pengobatan tanda dan gejala depresi pada pasien.
EFEK MERUGIKAN :
a. Pusing f. Insomnia
b. Gugup g. Agitasi
c. Hiperrefleksi h. Penglihatan kabur
d. Tremor i. Mulut kering
e. Kebingungan j. Takikardia
c. Inhibitor reuptake serotin selektif (SSRI).
Beberapa agens SSRI adalah sebagai berikut :
a. Flukosetin (prozac)
b. Fluvoksamin (luvax)
c. Paroksetik (Paxil)
d. Sertralin (Zoloft)
e. Sitaliparm (Celexa)
Indikasi TCA :
Mengatasi depresi, OCD, bulimia, dan gangguan disforia pramenstruasi
(PMD). Hanya untuk pengobatan OCD pengobatan depresi, gangguan panik, reaksi
stres pascatrauma, gangguan cemas sosial, dan OCD. Mengobati depresi dan OCD,
gangguan stres pascatrauma, dan gangguan panik. Untuk mengobati alkoholisme,
gangguan panik, PMDD, dan fobia sosial.

EFEK MERUGIKAN :

a. Mengantuk g. Mual dan Muntah


b. Pusing h. Diare
c. Insomnis i. Mulut Kering

18
d. Cemas j. Anoreksia
e. Tremor k. Konstipasi
f. Kejang
8. AGENS PSIKOTERAPEUTIK
Obat-obatan dalam agens Psikoterapeutik diguanakan untuk mengobati psikosis,
gangguan persepsi dan perilaku. Golongan obat agens psikoterapeutik adalah obat-
obatan antipsikotik/neuroleptik. Obat-obatan antipsikotik merupakan penyekat reseptor
doamin yang digunakan untuk mengatasi gangguan yang pikir. Obat-obatan antipsikotik
digolongkan menjadi obat tipikal atau atipikal. Melibatkan proses :
a. Obat antipsikotik tipikal
Contoh : klorpromazin, halaperidol, proklorperazin, laksapin, perfenazin,
tioridazintiotiksen, pimozid, trifluoperazin.
b. Obat antipsikotik atipikal
Contoh : olanzapin, keutiapin, risperidon, ziprasidon.
EFEK MERUGIKAN :
a. Sedasi g. Kemerahan Di Wajah
b. Kelemahan h. Konstipasi
c. Tremor i. Retensi Urine
d. Mengantuk j. Penglihatan Kabur
e. Mulut Kering k. Dispnea
f. Kongesti Hidung
9. AGENS ANTIEPILEPSI
Obat-obat antiepilepsi :
a. Etotoin (peganaon) e. Barbiturate
b. Fosfenitonin (serebiks) f. Fenobarbital
c. Mefenitoin (mesantoin) g. Primidon (mysoline)
d. Benzodiazepine h. Mefobarbital
EFEK MERUGIKAN : Depresi, kebingungan, rasa mengantuk, letargi, anoreksia,
kelemahan, mulut kering, perubahan tekanan darah, retensi urine, kehilangan libido.
10. AGENS ANTIPARKINSON
Obat-obatan antiparkinson antikolinergik :
1. Benzotropin. Parkinsonisme, akibat penggunaan obat.
2. Biperidin. Parkinsonisme, akibat penggunaan obat.

19
3. Difenhidramin. Parkinsonisme, terutama pada pasien lansia dan mereka yang
memiliki gejala ringan.
4. Proklisidin. Parkinsonisme, mengendalikan pengeluaran yang berlebihan.
5. Triheksifenidil. Obat penunjang levodopa untuk pengobatan parkinsonisme.
11. RELAKSAN OTOT
Relaksan otot rangka yang bekerja di pusat terjadi dalam SSP untuk mempengaruhi reflex
yang menyebabkan spasme otot. Berikut macam-macam obat tersebut :
a. Baclofen (Lioresal) f. Metaksalon (Skelaxin)
b. Karisoprodal (Soma) g. Metokarbomal (Robakin)
c. Klofenesin (Malate) h. Orfenadrin (Banflex, Flexoject)
d. Klarzoksazon (Paraflex) i. Tizanidin (Zonaflex)
e. Siklobenzaprin (Flexeril) j. Diazepam (Valium)
EFEK MERUGIKAN :
a. Rasa mengantuk f. Mual
b. Keletihan g. Mulut Kering
c. Kebingungan h. Anoreksia
d. Sakit kepala i. Konstipasi
e. Insomnia j. Sering Berkemih
12. NARKOTIK DAN AGENS ANTIMIGREN
1. Agonis narkotik : merupakan obat yang bereaksi dengan resptor opioid di seluruh
tubuh untuk menimbulkan efek analgesia, sedasi, atau uforia.
2. Agonis-antargonis narkotik : menstimulasi reseptor opioid tertentu, tetapi
menghambat reseptor opioid lalinya
3. Antagonis narkotik : merupakan obat yang berikatan secara kuat dengan reseptor
opioid tetapi tidak mengakibatkan reseptor tersebut.
4. Narkotik atau opioid pertama kali berasal dari tanaman opium.
EFEK MERUGIKAN :
a. Mual e. Hipertensi
b. Muntah f. Gemetar Berlebihan
c. Berkeringat g. Perasaan Cemas
d. Takikarda
13. ANESTETIK UMUM DAN LOKAL
Anestetik merupakan obat-obatan yang digunakan untuk menghilangkan sensasi secara
sebagian atau menyeluruh Anestetik umum merupakan depresan sistem saraf pusat (SSP)

20
yang digunakan untuk menghlangkan sensasi nyeri dan kesadaran. Jenis anestetik umum
:
1. Anestetik barbiturat :
a. Tiopental (Pentothal)
b. Metoheksital (Brevital)
2. Anestetik non barbiturate :
a. Midazolam (Versed)
b. Droperidol (inapsin)
EFEK MERUGIKAN :
a. Hipotensi g. Sendawa
b. Penurunan curah jantung h. Batuk
c. Aritmia i. Sakit Kepala
d. Apenea j. Mual dan Muntah
e. Laringospasme k. Somnolen
f. Bronkospasme l. Delirium
B. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN OBAT SISTEM PERSYARAFAN
PUSAT
1. Sebelum
Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar
pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi.
Berikut hal hal yang harus diperhatikan saat pemberian obat pada pasien :
a. Pengkajian
- Membandingkan data obat dan data pasien
- Membandingkan pengetahuan pasien untuk berpartisipasi
- Cara pemberian obat yang efektif untuk pasien
- Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya
hampir sama dan ejaannya mirip
- Mengidentifikasi masalah yang potensial pada perencanaan
- Mengidentifikasi kontraindikasi dari penggunaan obat atau faktor lain yang tidak
biasa terjadi
- Respon fisik dan fisiologik sebelum obat diberikan
- Mengkaji tentang gejala-gejala yang dirasakan klien

21
- Memeriksa tekanan darah
- Memeriksa denyut nadi
- Pengetahuan klien mengenai obat sistem syaraf pusat dan efek sampingnya
- Dosis, rute, dan frekuensi sesuai resep dokter
- Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat
- Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan
- Alergi dan reaksi terhadap obat
- Obat yang dibeli sendiri
- Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
- Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
- Obat yang dibeli sendiri /OTC
- Sikap dan Lingkungan klien
Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat, khususnya jika
klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu
mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
a) Anggota keluarga
b) Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)
c) Pola makan, pengaruh budaya klien
d) Sumber keuangan klien
- Harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan organ-organ yang kemungkinan
besar terpengaruh oleh obat sistem persyarafan pusat
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat:
- Kurang informasi dan pengalaman
- Keterbatasan kognitif
- Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat:
- Sumber ekonomi yang terbatas
- Keyakinan tentang kesehatan
- Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik :
- Penurunan kekuatan
- Nyeri dan ketidaknyamanan

22
- Dispnea setelah beraktivitas
- Fisik tidak bugar dan letih
- Tidak pengalaman dengan suatu aktivitas
4) Perubahan sensori atau persepsi :
- Pandangan kabur
5) Ansietas :
- Status kesehatan yang berubah atau terancam
- Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
- Pola interaksi yang berubah atau terancam
6) Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif :
- Terapi obat yang kompleks
- Pengetahuan yang kurang
c. Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini:
a) Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang diharapkan.
b) Dapat diterima (pasien dan perawat)
c) Realistik dan dapat diukur
d) Dikerjakan bersama
e) Batas waktu jelas
f) Evaluasi jelas
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik
pemberian obat aman dengan selalu membaca label obat saat melihat kemasan, akan
memberikan obat, dan sesudah memberikan obat, selain itu perawat juga harus selalu
memperhatikan agar selalu benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu,
dokumentasi dan benar dalam informasi. Perawat juga dapat merencanakan untuk
menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar
menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan
semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit, sangat
penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian instruksi sampai hari
kepulangan klien. Baik seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri
maupun perawat yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus
dicapai:
a) Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan

23
b) Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
c) Klien dan keluarga memahami terapi obat.
d) Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
2. Ketika Pemberian Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan
pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun
juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha
membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu
menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:
1. Benar Klien
- Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang
identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri
- Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
- Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
- Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
- Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
- Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
- Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal
tiga kali :
a) Pada saat melihat botol atau kemasan obat
b) Sebelum menuang/menghisap obat
c) Setelah menuang/ mengisap obat
- Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
- Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

24
- Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat
- Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
- Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
- Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat
dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain.
- Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu Pemberian
- Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
- Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti
dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar
obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
- Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu.
- Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makanan
- Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
- Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
- Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
- Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral.
- Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral

25
- Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan
Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1) Oral (melalui mulut): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .
2) Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3) Bukal (diantara gusi dan pipi)
4) Topikal ( dipakai pada kulit ) ;
5) Inhalasi ( semprot aerosol ) ;
6) Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )
7) Parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan
serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan
pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat
seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan
terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian
obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari selama sakit.
8. Hak klien untuk menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajian pemeriksaan TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10. Benar evaluasi
Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu
harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang
diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya
ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain

26
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat keada pasien dan
digunakannya obat oleh pasien sehingga obat tersebut efektif dala membantu
mengatasi masalah pasien. Secara terperinci peran perawat dalam penatalaksanaan
obat adalah:
a. Mengumpulkan data sebelum pengobatan
Dalam pelaksanaan peran ini perawat di dukung oleh latar belakang
pengetahuan biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara
lainriwayat penyakit diagnosa medis riwayat engobatan hasil laboratorium jenis
obat yang akan digunakan dan perawat perlu mengetahui program terapi lain bagi
pasien. Pengumpulan data ini digunakan agar asuhan keperawatan yang diberikan
bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.
b. Mengkoordinasikan obat dengan terapi modalitas
Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien akan
memberikan hasil yang lebih baik.
c. Pendidikan Kesehatan
Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang
obat yang diperolehnya karena pasien sering tidak mau minum obat yang dianggap
tidak ada manfaatnya. Contoh pada klien curiga yang menganggap obat sebagai
racun. Selain itu pendidikan kesehatan juga diperlukan keluarga karena adanya
anggapan jika pasien sudah ulang kerumah maka tidak perlu lagi minum obat
padahal hal ini menyebabkan risiko kanker kambuh dan dirawat kembali.
d. Memonitor efek samping obat
Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping obat
dan reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat. Karena obat dapat
menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu
tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan
respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup

27
rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
3. Setelah
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan dosis,
cara/rute , waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat,
atau obat itu tidak dapat diberikan karena alasan tertentu, maka perawat harus mencatat
alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Sekali obat telah diberikan, perawat juga harus bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI),
Physicians’ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia seperti, ahli farmasi harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang
diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang
merugikan pengobatan.
Peran perawat setelah pemberian obat khusunya sistem syaraf pusat ini yaitu perawat
melakukan tindakan evaluasi dan mendokumentasi :
Evaluasi
1. Pertama, perawat wajib mengevaluasikan tindakanya kembali. Apakah dosis,
cara/rute, waktu pemberian obat sistem syaraf pusat sudah dilakukan secara benar.
Jangan sampai ada yang terlewat ataupun salah.
2. Pastikan pasien meminum obatnya atau obat benar-benar masuk kepasien agar hasil
pengobatan sesuai yang diinginkan. Namun,adakalanya pasien menolak atau obat
sistem syaraf pusat tidak dapat diminum.
3. Perhatikan dan amati apabila ada reaksi tertentu pada pasien yang mengarah kepada
efek samping ataupun alergi pada pasien setelah di berikan obat. Selain itu tanyakan
juga kepada pasien tentang apa yang dirasakanya mengenai reaksi obat sistem syaraf
pusat yang telah diberikan.
4. Beritahu pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengurangi efek dari obat
dan aktivitas yang berhubungan dengan efek samping obat seperti aktivitas yang
membutuhkan kewaspadaan contohnya mengemudi, selama menjalani pengobatan
terutama pada golongan obat vasodilator pada pengobatan sistem syaraf pusat.
5. Setelah itu perawat dapat membereskan alat serta berpamitan. Jangan lupa mencuci
tangan setelah kontak dengan pasien.
Dokumentasi

28
1. Pertama perawat mencatat semua hasil evaluasi terapi pengobatan sistem syaraf pusat
ini,baik dosis,cara/rute,waktu pemberian serta oleh siapa obat itu diberikan. Bila
terdapat kendala seperti pasien menolak meminum obatnya atau obat dapat diminum
semua wajib dicatat alasanya dan dilaporkan.
2. Apabila terdapat reaksi alergi atau efek samping perawat juga wajib mencatat dan
melaporkanya.
3. Perawat juga wajib mencatat hasil dari tindakan pemberian obat sistem syaraf pusat,
hal ini berbuhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, apakah
masalah teratasi atau implementasi dilanjutkan pada pendokumentasian asuhan
keperawatan terapi pemberian obat sistem syaraf pusat.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang perawat memiliki peran
yang sangat penting dalam pemberian obat secara umum, khususnya obat kardiovaskular.
Pemahaman dan pengalaman akan pemberian obat sangat diperlukan agar dampak negatif
yang mungkin timbul dari kelalaian atau kecerobohan atau kurang pahamnya akan apa
yang akan dilakukan dapat diminimalisasikan dan bahkan dapat dihilangkan. Seorang
perawat tidak dengan sembarangan dalam memberikan obat baik sebelum, ketika, ataupun
sesudah harus dilakukan sesuai dengan prosedur ataupun standarisasi yang telah ada dan
disepakati.
B. Saran
Calon perawat ataupun perawat haruslah menuntut dirinya untuk selalu mencari
pemahaman dan pengalaman akan pemberian obat kepada pasien. Hal ini dikarenakan
memberikan obat kepada pasien tidak semudah membalikkan telapak tangan begitu saja.
Sedikit kesalahan yang dibuat oleh seorang perawat dapat menimbulkan efek yang fatal
kepada pasien itu sendiri serta pihak lainnya. Membaca literatur merupakan kunci untuk
membuka pintu sebuah kata yang disebut dengan “ilmu”.

30
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi. Modul 2 : Penggolongan Obat. Halaman : 43-55

Alex, Dwy. 2015. Obat-obatan Sistem Saraf Pusat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2021,
dari https://slideplayer.info/slide/3097611/

Lestari, Siti. 2016. Farmakologi dalam Keperawatan. Halaman : 11-13

Wikipedia. 2020. Keperawatan. Dari, https://id.wikipedia.org/wiki/Keperawatan

31

Anda mungkin juga menyukai