Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMAKOLOGI

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT-OBAT


GANGGUNGAN PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN
Dosen Pengampu: Heru Supriyatno, MN

Kelompok 3 :

Setyaki 1 Setyaki 2
Nurinda Maharani Gusrti Kurnia Annuur
Salma Ftri Nur Lathif Warida Yanti
Ayu Putriningsih Anti Dwi Andini
Miftakhul Novia Anggraeni Sindi Permatasari
Rendra Wahyu Ismawan Werdi Sungging A
Tasya Usfania Eka Rizki Navyyanti
Shiva Yala Ikhsanti Kurnia Putri Yunita
Desi Fitriasari

PRODI D3 KEPERAWATAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERAN PERAWAT DALAM
PEMBERIAN OBAT-OBATGANGGUAN PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN”
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakologi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang peran perawat dalam pemberian obat-obat
khususnya kardiovaskuler baik bagi para pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heru, selaku guru Mata Kuliah
Farmakologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 18 Mei 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
MACAM-MACAM OBAT GANGGUAN PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN..... 6
Antibiotik .................................................................................................................................. 7
PRINSIP KERJA OBAT PADA GOLONGAN OBAT YANG DIBAHAS ........................ 8
EFEK SAMPING OBAT .................................................................................................... 11
D. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN OBAT GANGGUAN
PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN ........................................................................ 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 21
A.Kesimpulan...................................................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perawat (bahasa Inggris: nurse, berasal dari bahasa Latin: nutrix yang berarti merawat
atau memelihara) adalah suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,
dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal
dan berfungsi. Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang
didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya
dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2014, definisi keperawatan


adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perawat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan, bekerja sama dengan dokter, terapis, pasien, keluarga pasien serta tim lainnya
untuk fokus pada perawatan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. Perawat bekerja
dalam sebagian besar spesialisasi dimana mereka bekerja secara independen maupun sebagai
bagian dari sebuah tim untuk menilai, merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi
perawatan.

Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya,
pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu.
Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan
pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan
interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.

Oleh karena itu, kami kelompok 3 salah satu kelompok dalam mata kuliah
Farmakologi makalah ini terkait peran perawat dalam memberikan obat khususnya gangguan

4
PENDENGARAN dan PENGLIHATAN. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
bagi penulis maupun pembaca.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja macam-macam obat Gangguan Pendengaran dan penglihatan
dan bagaimana penjelasannya?
2. Bagaimana prinsip pemberian obat pada pasien?
3. Apa efek samping penggunaan obat Gangguan Pendenaran dan Penglihatan?
4. Bagaimana peran perawat sebelum, ketika, dan setelah memberikan obat?

Tujuan
Adapun tujuan secara khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
terkait macam-macam obat Gangguan Pendenaran dan Penglihatan, prinsip pemberian obat,
efek samping, dan peran perawat dalam pemberian obat. Selain menambah wawasan adalah
menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi yang diberikan oleh dosen kami Bapak Heru
Supriyatno. Tujuan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa saja macam-macam obat
Gangguan Pendengaran dan Penglihatan
2. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana prinsip pemberian obat
pada pasien.
3. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa efek samping dari penggunaan
obat khususnya Gangguan Pendengaran dan Penglihatan
4. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana peran seoranh perawat
dalam memberikam obat baik sebelum, saat, dan sesudah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

MACAM-MACAM OBAT GANGGUAN PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN


• Boric acid
Boric acid dikenal sebagai boorwater. Kandungan obat tetes mata ini dikenal sebagai
obat cuci mata untuk membersihkan mata dari debu dan kotoran. Obat ini dijual bebas
dalam botol kecil ukuran 5 ml, 10 ml, dan 15 ml. Penggunaannya, cukup diberi
beberapa tetes saja.
• Larutan EDTA dan Larutan garam isotonis
Larutan EDTA dan larutan garam isotonis banyak dijumpai di cairan pembersih lensa
kontak. Larutan EDTA (etilen diamin tetra asetat) 0,1 persen berfungsi untuk
mencuci lensa kontak dan mengikat zat kapur. Sedangkan larutan garam isotonis yang
mengandung kloroheksadin glukonat berfungsi sebagai antiseptik. Larutan garam
isotonis ini juga berfungsi sebagai pembersih lendir pada lensa kontak, dengan
catatan mengandung senyawa tambahan enzim lipase, protease, dan pronase.
• Zat kemoterapeutik
Zat kemoterapeutik dijumpai pada obat tetes mata untuk melindungi infeksi. Obat
mata dengan zat ini terdapat pada golongan antibiotik, sulfonamida, idoksuridin, dan
sebagainya. Obat ini khusus dibuat dalam salep untuk sakit mata yang steril dan obat
tetes, serta harus disertai resep dokter

• Zat HPMC (hidroksipropil-metilselulosa)


Zat HPMC terkandung dalam obat cairan air mata. Zat ini berfungsi sebagai obat air
mata buatan. Obat dengan kandungan zat HPMC harus disertai resep dokter, dan
biasa digunakan pada mala hari. Ada pula obat tetes air mata buatan tanpa zat HPMC,
namun bentuknya sebagai obat antiseptik yang dikenal sebagai obat povidone. Obat
ini juga perlu resep dokter.
• Hormon steroida kortikosteron

6
Kandungan hormon steroida kortikosteron berguna untuk obat tetes mata peradangan
atau inflamasi mata. Kandungan obat ini biasa dijumpai berbentuk salep, obat tetes
dalam botol biasa. Hormon ini tidak larut dalam air, sehingga warnanya agak keruh
dan berbentuk koloid. Kandungan ini juga tidak boleh dipakai untuk mata luka,
karena akan sulit sembuh. Selain itu, obat dengan kandungan ini harus ditebus dengan
resep dokter.
• Timolol atau asetazolamida
Kandungan ini biasa dijumpai di obat tetes mata untuk menyembuhkan gangguan
metabolisme, misalnya katarak dan glukoma. Kandungan obat ini berfungsi untuk
menurunkan tekanan bola mata, mengurangi produksi cairan mata, dan wajib ditebus
dengan resep dokter.
• Atopin atau pilokarpin
Atopin atau pilokarpin adalah nama generik obat tetes mata untuk keperluan
pemeriksaan mata. Obat ini berfungsi untuk memperbesar atau memperkecil pupil
mata. Obat ini pun harus dibuat cermat, berdaya tahan terbatas, dan harus ditebus
dengan resep dokter.
Itulah macam-macam obat tetes mata berdasarkan fungsi dan kandungan obat. Perlu
diketahui, obat tetes mata terbatas dan perlu dijaga kesterilannya, agar mata kita tidak
terkena infeksi kuman atau virus.

• Quinolone
Golongan antibiotik ini memiliki bentuk tablet, kaplet, dan suntik. Quinilone dapat
mengatasi masalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran
kemih, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi telinga, sinusitis, bronkitis, pneumonia,
radang panggul, hingga infeksi menular seksual seperti gonore.
Quinolone harus dikonsumsi dengan anjuran dokter agar tidak menimbulkan efek
samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Segera konsultasikan ke dokter
jika efek tersebut terjadi.
• Klorampenikol
Antibiotik ini berfungsi sama untuk menghambat sintesis protein agar bakteri tidak
berkembang biak. Obat ini bisa digunakan untuk menyembuhkan demam tifus,
paratifus, meningitis dan infeksi pada mata dan telinga.

7
Efek samping yang timbulkan pun cukup mengkhawatirkan, yaitu mual, muntah,
diare, sakit kepala, perdarahan saluran cerna, gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Maka dari itu obat ini harus sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter.

PRINSIP KERJA OBAT PADA GOLONGAN OBAT YANG DIBAHAS


Chloramphenicol

Golongan Antibiotik

Kategori Obat resep

Manfaat Mengobati infeksi bakteri

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak (di atas 2 tahun)

Kategori C: Studi terhadap binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping pada janin, namun
belum ada studi terkontrol terhadap wanita hamil. Obat
Chloramphenicol
hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
untuk ibu hamil
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
dan menyusui
Chloramphenicol dapat terserap ke dalam ASI. Bila sedang
menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi
dulu dengan dokter.

Bentuk obat Tablet, kapsul, sirop, obat tetes, salep, dan suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Chloramphenicol


• Jangan menggunakan chloramphenicol jika Anda memiliki alergi, terutama terhadap
obat ini.
• Harap berhati-hati jika Anda atau keluarga memiliki riwayat kelainan darah, seperti
anemia aplastik, gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit liver.
• Beri tahu dokter jika Anda baru mengalami cedera, menjalani operasi (termasuk
operasi gigi), atau pengobatan dengan radioterapi dan kemoterapi.
• Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, terutama obat yang bisa
menaikkan tekanan darah, produk herba, maupun suplemen.

8
• Beri tahu dokter jika Anda kan melakuan vaksinasi terutama dengan vaksin hidup,
seperti vaksin tifoid, kolera, dan BCG.
• Chloramphenicol dapat memengaruhi hasil uji gula darah. Oleh karena itu,
konsultasikan penggunaan obat ini bila Anda menderita diabetes.
• Jika pandangan menjadi buram setelah menggunakan chloramphenicol tetes atau
salep mata, jangan mengemudikan kendaraan sebelum bisa melihat dengan jelas
kembali.
• Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat
chloramphenicol, segera temui dokter.
Dosis dan Aturan Pakai Chloramphenicol
Dosis chloramphenicol akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Berikut adalah dosis
umum penggunaan chloramphenicol sesuai bentuk sediaannya:
Chloramphenicol tetes
• Dosis tetes mata: 1 tetes setiap 2 jam, selama 2 hari pertama. Setelah itu, kurangi
dosis menjadi 1 tetes, 3-4 kali per hari, selama 3 hari.
• Dosis tetes telinga: 3-4 tetes, setiap 6-8 jam, selama 1 minggu.
Chloramphenicol salep
• Dosis: Sekali oles sebanyak 4-5 kali sehari hingga infeksi sembuh, atau sesuai
anjuran dokter. Jangan menggunakan obat lebih dari 1 minggu, kecuali atas saran
dokter.
Chloramphenicol oral (tablet, kapsul, sirop)
• Dewasa: 50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis dapat
dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari.
• Anak-anak: 25-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis
dapat dinaikkan hingga 100 mg/kg per hari.
Dosis chloramphenicol suntik akan disesuaikan kondisi pasien. Chloramphenicol
suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau oleh perawat di bawah pengawasan
dokter.
Cara Menggunakan Chloramphenicol dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan chloramphenicol
sebelum mulai menggunakannya. Berikut adalah panduan cara menggunakan
chloramphenicol berdasarkan bentuk sediaannya:
Chloramphenicol tetes dan salep

9
Cuci tangan sebelum menggunakan chloramphenicol tetes atau salep untuk mata, dan
pastikan mata dalam kondisi bersih. Selanjutnya, tenggakkan kepala ke belakang,
tarik kelopak mata bagian bawah hingga membentuk kantung dengan satu tangan, dan
teteskan atau oleskan obat dengan tangan yang satunya.
Setelah itu, tutup mata selama 1-2 menit sambil memutar-mutar bola mata agar obat
dalam meresap ke area infeksi. Usap bercak cairan atau salep yang tersisa di sekitar
mata. Anda boleh meneteskan kembali obat bila tetes pertama tidak masuk
sepenuhnya ke mata.
Mata dapat menjadi lebih sensitif saat menggunakan chloramphenicol. Oleh karena
itu, jauhkan mata dari paparan sinar matahari, misalnya dengan mengenakan
kacamata hitam. Jangan menggunakan lensa kontak selama pengobatan dengan
chloramphenicol tetes mata.
Untuk menggunakan chloramphenicol tetes telinga, miringkan kepala dan teteskan
obat ke telinga yang terinfeksi. Tetap dalam posisi tersebut selama 10 menit agar obat
meresap. Bila posisi tersebut dirasa pegal, silakan berbaring.
Chloramphenicol oral (tablet, kapsul, sirop)
Chlomramphenicol oral sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, yaitu sekitar 1-2
jam sebelum makan. Minum obat ini dengan segelas air putih.
Untuk chloramphenicol sirop, gunakan dosis sesuai sendok yang tersedia dalam
kemasan obat. Jangan gunakan sendok makan atau sendok teh karena jumlahnya bisa
berbeda.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk menggunakan chloramphenicol secara teratur pada waktu yang sama
setiap harinya, agar manfaatnya optimal.
Gunakan chloramphenicol (oral, salep, tetes) sesuai saran dokter. Menghentikan
penggunaan obat terlalu cepat bisa membuat bakteri resisten sehingga infeksi bisa
terjadi lagi di kemudian hari.
Bila lupa menggunakan chloramphenicol, disarankan untuk segera melakukannya jika
jeda dengan jadwal penggunaan berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Buang chloramphenicol setelah durasi pengobatan selesai. Jangan menyimpannya
untuk digunakan di kemudian hari, meski masih tersisa.
Interaksi Chloramphenicol dengan Obat Lain

10
Ada beberapa efek interaksi yang mungkin terjadi jika menggunakan
chloramphenicol bersamaan dengan obat-obatan lain, yaitu:
• Penurunan efektivitas chloramphenicol dalam membasmi bakteri, bila digunakan
bersama rifampicin dan phenobarbital.
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal, jika digunakan bersama obat
yang bisa menekan fungsi sumsum tulang.
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping phenytoin, ciclosporin, dan tacrolimus.
• Penurunan efektivitas ceftazidime, cynacobalamin (vitamin B12), dan beberapa
vaksin hidup, seperti vaksin BCG, vaksin kolera, dan vaksin tifoid.
• Penurunan efektivitas antibiotik lain, seperti ceftriaxone, dalam mengatasi infeksi
bakteri.
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan, bila digunakan bersama warfarin.
• Peningkatan efek obat antidiabetes golongan sulfonilurea, seperti gliclazide, glipizide,
atau gliquidone, sehingga dapat terjadi hipoglikemia.

EFEK SAMPING OBAT


Efek Samping dan Bahaya Chloramphenicol
Chloramphenicol dapat menyebabkan beberapa efek samping berikut:
• Pusing
• Sakit kepala
• Mual atau muntah
• Diare
• Kebingungan atau linglung
• Sariawan
• Sensasi tersengat pada mata atau telinga
• Pandangan kabur
Efek samping chloramphenicol di atas bersifat ringan dan hanya terjadi sebentar
setelah menggunakan obat. Jika efek samping tersebut terasa lebih berat atau tidak
kunjung hilang, segeralah periksakan ke dokter.
Anda juga dianjurkan untuk segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau
efek samping yang serius, seperti:
• Mudah memar
• Mudah terkena infeksi

11
• Merasa sangat lemas atau lelah
• Sulit bernapas
EFEK SAMPING OBAT TETES MATA
- Mata buram
- Iritasi
- Nyeri
- Kemerahan

D. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN OBAT GANGGUAN


PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN
1. Sebelum
Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan
dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, obat, dosis,
rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi. Berikut hal hal yang harus
diperhatikan saat pemberian obat pada pasien:
a. Pengkajian
• Membandingkan data obat dan data pasien
• Membandingkan pengetahuan pasien untuk berpartisipasi
• Cara pemberian obat yang efektif untuk pasien
• Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya
hampir sama dan ejaannya mirip
• Mengidentifikasi masalah yang potensial pada perencanaan
• Mengidentifikasi kontraindikasi dari penggunaan obat atau faktor lain yang tidak
biasa terjadi
• Respon fisik dan fisiologik sebelum obat diberikan
• Mengkaji tentang gejala-gejala yang dirasakan klien
• Memeriksa tekanan darah
• Memeriksa denyut nadi
• Pengetahuan klien mengenai obat kardiovaskuler dan efek sampingnya
- Glikosida Jantung, efek samping : anoreksia dan mual
- Antiangina, efek samping : dapat menimbulkan penyakit lain seperti asma

12
- Antidisritmia, efek samping : letih, sakit kepala dan pusing
• Dosis, rute, dan frekuensi sesuai resep dokter
- Dosis obat bergantung pada usia dan keadaan atau riwayat penyakit pada
pasien
- Rute pemberian obat kardiovaskuler dapat melalui per oral, intra vena,
maupun intra muskular
• Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat
• Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan
• Alergi dan reaksi terhadap obat
• Obat yang dibeli sendiri
• Riwayat Penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Hiperlipidemia
- Hipovolemia
- Hipoksemia
- Hipoksia
• Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
• Obat yang dibeli sendiri /OTC
• Sikap dan Lingkungan klien
Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat, khususnya jika
klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu
mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
a) Anggota keluarga
b) Kemampuan menjalankan Activity of Daily Living (ADL)
c) Pola makan, pengaruh budaya klien
d) Sumber keuangan klien
• Harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan organ-organ yang kemungkinan
besar terpengaruh oleh obat kardiovaskuler, seperti organ pernapasan, perkemihan,
dan penglihatan.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat:
- Kurang informasi dan pengalaman

13
- Keterbatasan kognitif
- Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat:
- Sumber ekonomi yang terbatas
- Keyakinan tentang kesehatan
- Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik :
- Penurunan kekuatan
- Nyeri dan ketidaknyamanan
- Dispnea setelah beraktivitas
- Fisik tidak bugar dan letih
- Tidak pengalaman dengan suatu aktivitas
4) Perubahan sensori atau persepsi :
- Pandangan kabur
5) Ansietas :
- Status kesehatan yang berubah atau terancam
- Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
- Pola interaksi yang berubah atau terancam
6) Gangguan pada sistem kardiovaskuler :
- Perubahan kontraktilitas
- Peribahan frekuensi jantung
- Perubahan irama jantung
- Efek samping obat tertentu
- Disritmia jantung
- Sindrom cushing
- Ketidakseimbangan elektrolit, retensi cairan, dan pergeseran cairan
- Perubahan hormonal
- Peningkatan tekanan intrakranial
7) Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif :
- Terapi obat yang kompleks
- Pengetahuan yang kurang
c. Perencanaan
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang
diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini:
14
a) Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang diharapkan.
b) Dapat diterima (pasien dan perawat)
c) Realistik dan dapat diukur
d) Dikerjakan bersama
e) Batas waktu jelas
f) Evaluasi jelas
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian
obat aman dengan selalu membaca label obat saat melihat kemasan, akan memberikan obat,
dan sesudah memberikan obat, selain itu perawat juga harus selalu memperhatikan agar
selalu benar pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam
informasi. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan
obat. Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat
merencanakan untuk menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien
dirawat di rumah sakit, sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian
instruksi sampai hari kepulangan klien. Baik seorang klien mencoba menggunakan obat
secara mandiri maupun perawat yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut
harus dicapai:
a) Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan
b) Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan
klien tetap dipertahankan.
c) Klien dan keluarga memahami terapi obat.
d) Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
2. Ketika Pemberian Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien
untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap
obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang
pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga
harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis
yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:
15
1. Benar Klien
• Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa
gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri
• Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
• Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
• Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
• Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
• Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
• Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat
minimal tiga kali:
a) Pada saat melihat botol atau kemasan obat
b) Sebelum menuang/menghisap obat
c) Setelah menuang/ mengisap obat
• Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
• Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
• Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat
• Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
• Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
• Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
• Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu Pemberian
• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
• Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.

16
• Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
• Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
• Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
• Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
• Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
• Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral.
• Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral
• Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan
Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1) Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .
2) Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3) Bukal (diantara gusi dan pipi)
4) Topikal ( dipakai pada kulit ) ;
5) Inhalasi ( semprot aerosol ) ;
6) Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )
7) Parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

17
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada
pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat
obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan
yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi
yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit.
8. Hak klien untuk menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan
Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajian pemeriksaan TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10. Benar evaluasi
Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan
harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus
diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol
penggunaan pada penyakit kronis.
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat keada pasien dan
digunakannya obat oleh pasien sehingga obat tersebut efektif dala membantu mengatasi
masalah pasien. Secara terperinci peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rmah sakit
jiwa adalah:
1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan
Dalam pelaksanaan peran ini perawat di dukung oleh latar belakang pengetahuan
biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara lainriwayat penyakit diagnosa
medis riwayat engobatan hasil laboratorium jenis obat yang akan digunakan dan perawat
perlu mengetahui program terapi lain bagi pasien. Pengumpulan data ini digunakan agar
asuhan keperawatan yang diberikan bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.
2. Mengkoordinasikan obat dengan terapi modalitas
Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien akan
memberikan hasil yang lebih baik.
3. Pendidikan Kesehatan
18
Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang obat
yang diperolehnya karena pasien sering tidak mau minum obat yang dianggap tidak ada
manfaatnya. Contoh pada klien curiga yang menganggap obat sebagai racun. Selain itu
pendidikan kesehatan juga diperlukan keluarga karena adanya anggapan jika pasien sudah
ulang kerumah maka tidak perlu lagi minum obat padahal hal ini menyebabkan risiko kanker
kambuh dan dirawat kembali.
4. Memonitor efek samping obat
Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping obat dan
reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu
benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum
obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau
motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
3. Setelah
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan dosis,
cara/rute , waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau
obat itu tidak dapat diberikan karena alasan tertentu, maka perawat harus mencatat alasannya
dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Sekali obat telah diberikan, perawat juga harus bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI),
Physicians’ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia seperti, ahli farmasi harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan
pengobatan.
Peran perawat setelah pemberian obat khusunya kardiovaskuler ini yaitu perawat
melakukan tindakan evaluasi dan mendokumentasi:
19
Evaluasi
1. Pertama, perawat wajib mengevaluasikan tindakanya kembali. Apakah dosis,
cara/rute, waktu pemberian obat kardiovaskuler sudah dilakukan secara benar. Jangan
sampai ada yang terlewat ataupun salah.
2. Pastikan pasien meminum obatnya atau obat benar-benar masuk kepasien agar hasil
pengobatan sesuai yang diinginkan. Namun,adakalanya pasien menolak atau obat
kardiovaskuler tidak dapat diminum.
3. Perhatikan dan amati apabila ada reaksi tertentu pada pasien yang mengarah kepada
efek samping ataupun alergi pada pasien setelah di berikan obat. Selain itu tanyakan
juga kepada pasien tentang apa yang dirasakanya mengenai reaksi obat
kardiovaskuler yang telah diberikan.
4. Beritahu pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengurangi efek dari
obat dan aktivitas yang berhubungan dengan efek samping obat seperti aktivitas yang
membutuhkan kewaspadaan contohnya mengemudi, selama menjalani pengobatan
terutama pada golongan obat vasodilator pada pengobatan kardiovaskuler.
5. Setelah itu perawat dapat membereskan alat serta berpamitan. Jangan lupa mencuci
tangan setelah kontak dengan pasien.
Dokumentasi
1. Pertama perawat mencatat semua hasil evaluasi terapi pengobatan kardiovaskuler
ini,baik dosis,cara/rute,waktu pemberian serta oleh siapa obat itu diberikan. Bila
terdapat kendala seperti pasien menolak meminum obatnya atau obat dapat diminum
semua wajib dicatat alasanya dan dilaporkan.
2. Apabila terdapat reaksi alergi atau efek samping perawat juga wajib mencatat dan
melaporkanya.
3. Perawat juga wajib mencatat hasil dari tindakan pemberian obat kardiovaskuler ,hal
ini berbuhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, apakah
masalah teratasi atau implementasi dilanjutkan pada pendokumentasian asuhan
keperawatan terapi pemberian obat kardiovaskuler.

20
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang perawat memiliki peran
yang sangat penting dalam pemberian obat secara umum, khususnya obat gangguan
pendengaran dan penglihatan. Pemahaman dan pengalaman akan pemberian obat sangat
diperlukan agar dampak negatif yang mungkin timbul dari kelalaian atau kecerobohan atau
kurang pahamnya akan apa yang akan dilakukan dapat diminimalisasikan dan bahkan dapat
dihilangkan. Seorang perawat tidak dengan sembarangan dalam memberikan obat baik
sebelum, ketika, ataupun sesudah harus dilakukan sesuai dengan prosedur ataupun
standarisasi yang telah ada dan disepakati.
B. Saran
Calon perawat ataupun perawat haruslah menuntut dirinya untuk selalu mencari
pemahaman dan pengalaman akan pemberian obat kepada pasien. Hal ini dikarenakan
memberikan obat kepada pasien tidak semudah membalikkan telapak tangan begitu saja.
Sedikit kesalahan yang dibuat oleh seorang perawat dapat menimbulkan efek yang fatal
kepada pasien itu sendiri serta pihak lainnya. Membaca literatur merupakan kunci untuk
membuka pintu sebuah kata yang disebut dengan “ilmu”.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://halomata.com/macam-macam-obat-tetes-mata

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4895521/mengenal-antibiotik-dan-
golongannya-jangan-sampai-keliru

https://www.alodokter.com/chloramphenicol

22

Anda mungkin juga menyukai