Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMAKOLOGI

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT-OBAT


PENCERNAAN
Dosen Pengampu: Heru Supriyatno, MN

Kelompok 3 :
Setyaki 1 Setyaki 2
Nurinda Maharani Gusrti Kurnia Annuur
Salma Ftri Nur Lathif Warida Yanti
Ayu Putriningsih Anti Dwi Andini
Miftakhul Novia Anggraeni Sindi Permatasari
Rendra Wahyu Ismawan Werdi Sungging A
Tasya Usfania Eka Rizki Navyyanti
Shiva Yala Ikhsanti Kurnia Putri Yunita
Desi Fitriasari

PRODI Dlll KEPERAWATAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN
OBAT-OBAT PENCERNAAN” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang peran
perawat dalam pemberian obat-obat khususnya pencernaan baik bagi para pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heru, selaku guru Mata Kuliah
Farmakologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 18 Mei 2021

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I

DAFTAR ISI ............................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3

A. Macam-macam obat pencernaan ........................................................................ 3


B. Prinsip pemberian obat ...................................................................................... 5
C. Efek samping obat pencernaan ......................................................................... 12
D. Peran perawat dalam memberikan obat pencernaan ......................................... 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah
ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga
semakin banyak. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan
terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia,
sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat
untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Terlalu banyaknya jenis obat yang
tersedia ternyata juga dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktek, terutama
menyangkut bagaimana memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman
(BADAN POM RI, 2008).
Sistem pencernaan atau system gastroinstestinal (mulaidarimulutsampaianus)
adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna ataumerupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan(faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu. Sistem pencernaan berfungsi antara lain menerima
makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatuproses yang disebut
pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang bagian
makanan yang tidak dapatdi cerna dari tubuh.
Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen
yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk
menghilangkange jala /symptomdari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah
penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi dilain pihak obat
dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat.
Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar , objektif dan lengkap akan

1
sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan
obat. Salah satu cara untuk mengatasi sistem pencernaan adalah dengan
mengkonsumsi obat,yang termasuk dalam kategori obatsistem pencernaan diantaranya
Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Anti diare, Laksatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja macam-macam obat pencernaan dan bagaimana penjelasannya?
2. Bagaimana prinsip kerja obat ?
3. Apa efek samping penggunaan obat pencernaan?
4. Bagaimana peran perawat sebelum, ketika, dan setelah memberikan obat?

C. Tujuan

Adapun tujuan secara khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan terkait macam-macam obat pencernaan, prinsip pemberian obat,
efek samping, dan peran perawat dalam pemberian obat. Selain menambah wawasan
adalah menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi yang diberikan oleh dosen kami
Bapak Heru Supriyatno. Tujuan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa saja macam-macam obat
pencernaan.
2. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana prinsip kerja obat
pada.
3. Agar perawat ataupun calon perawat memahami apa efek samping dari
penggunaan obat khususnya pencernaan.
4. Agar perawat ataupun calon perawat memahami bagaimana peran seorang
perawat dalam memberikam obat baik sebelum, saat, dan sesudah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-macam obat Pencernaan


1. Obat Tukak Lambung
 Antasida (senyawa magnesium, aluminium dan bismuth, hidrotalsit, kalsium
karbonat,Na-vikarbonat)
 Zat Penghambat Sekresi Asam :
a. H2-blockers (simetidin, ranitidine, famotidin, roxatidin)
b. Penghambat pompa-proton (PPP): omeprazol, lansoprazol, pantoprazol,
rabeprazol, (Pariet) dan esomeprazol (Nexium)
c. Antikolinergika: pirenzepin dan fentonium.
d. Analogon prostaglandin-E1: misoprostol (Cytotec)
 Zat-zat pelindung ulcus (mucosaprotectiva): sukralfat, Al-hidroksida,dan bismuth
koloidal
 Antibiotika: antara lain amoksilin, tetrasiklin,klaritromisin, metronidazol, dan
tinidazol.
 Obat penguat motilitas: metoklopramida, cisaprida, dan domperidon.
 Obat penenang: meprobamat, diazepam, dan lain-lain.
 Obat pembantu: asam alginate, succus, dan dimethicon.
2. Obat Pencernaan

Obat-obat pencernaan atau digestive digunakan untuk membantu proses


pencernaan di seluruh lambung-usus :

a. Asam hidroklorida
b. Enzim lambung pepsin : Enzynorm
c. Enzim pancreas pankreatin : *Pankreon comp, *Enzymfort, *Cotazym,
*Combizym.Pankreatin terdiri dari amylase, tripsin, serta lipase.
d. Temu lawak : Curcuma xanthorrhiza.
e. Garam empedu (kolat) : chenodiol, Chenofalk.
3. Antiemetika (Obat-Obat Anti Mual)
a. Antikolinergika : skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin,
sinarizin, prometazin dan dimenhidrinat).

3
b. Antagonis dopamin
c. Antagonis serotonin : granisetrom, ondansetron dan tropisetron.
d. Kortikosteroida antara lain deksametason.
e. Benzodiazepin
f. Kanabinoida (marihuana, THC = tetrahidrocanabinol = dronabinol).
4. Obat-Obat Diare
a. Kemoterapeutika
b. Obstipansia
c. Spasmolitika

Penggolongan obat berdasarkan penggunaanya

1.) Obat yang bekerja di rongga mulut


 Surfactan
 Hemostatika
 Lozenges
2.) Obat yang bekerja di lambung
 Antasida
 Digestan
 Emetik
 Anti Emetik
3.) Obat yang bekerja di usus
 Bismuth-Subsitrat
 Sukralfat
 Pirenzepin
 Omeperazol
 Antispasmodik -Analgetik
d. Obat yang bekerja di usus besar dan anus
 Adsorben
 Demulsen
 Katartik
 Laksatif

Macam-macam Zat(obat)Tersendiri

4
a. Tukak Lambung
1) Kalsiumkarbonat: kapur, *stomagel
2) Natriumbikarbonat (soda kue, *Anti-Maag, *Gelusil II)
3) Magnesiumoksida: *Stomadex
4) Magnesiumhidroksida (*Gelusil, *Maalox, *Mylanta)
5) Magnesiumtrisilikat (*Gelusil, *Polysilame)
6) Hidrotalsit (Talsit, Ultacit)
7) Aluminiumhidroksida: *Gelusil, *Maalox, *Polysilane.
8) Sukralfat (aluminiumsukrosasulfat basis, Ulsanic)
9) Bismutsubsitrat: De-Nol.
10) Metoklopramida: Primperan
11) Simetidin, Ranitidin, Famotidin, dan Roxatidin
12) Omeprazol: Inhipump, Losec
13) Pirenzepin dan Fentonium
14) Succus Liquiritiae
15) Asam alginate: *Gelusil II
16) Dimetikon: dimetilponsiloksan,*Polysilane, Disflatyl
b. Obat Pencernaan
1) Skopolamin: Hyoscine, Scopoderm TTS (transdermal)
2) Antihistaminika
3) Neuroleptika (Antipsikotika)
4) Metoklopramida: Primperan, Opram
5) Domperidon: Motilium
6) Ondansetron : Zofran
B. Prinsip kerja Obat
 Prinsip kerja obat Tukak lambung
a. Antasida (senyawa magnesium, aluminium dan bismuth, hidrotalsit, kalsium
karbonat, Na-vikarbonat)

Zat pengikat asam atau antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa
lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam
lambung. Efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja
proteolitis dari pepsin (optimal pada pH 2). Diatas pH 4, aktivitas pepsin menjadi
minimal. Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga

5
pada indigesti dan rasa “terbakar”, pada reflux oesophagitis ringan, dan pada gastritis.
Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa
menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3
jam bila diminum 1 jam sesudah makan. Makanan dengan daya mengikat asam (susu)
sama efektifnya terhadap nyeri. Peninggian pH. Garam-garam magnesium dan Na-
bikarbonat menaikkan pH isi lambung sampai 6-8, CaCO3 sampai pH 5-6 dan garam2
aluminiumhidroksida sampai maksimal pH 4-5. Pada situasi kehamilan dan laktasi di
mana wanita hamil dan menyusui sering kali dihinggapi gangguan refluks dan rasa
“terbakar asam”, Antasida dengan aluminiumhidroksida dan magnesium hidroksida
boleh diberikan selama kehamilan dan laktasi. Senyawa magnesium dan aluminium
dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan pilihan pertama
pengobatan. Karena garam magnesium bersifat mencahar, maka biasanya
dikombinasikan dengan senyawa aluminium (atau kalsium karbonat) yang justru
bersifat obstipasi. Persenyawaan molekuler dari Mg dan Al adalah hidrotalsit yang
juga sangat efektif. Natriumbikarbonat dan kalsiumkarbonat bekerja kuat dan pesat,
tetapi dapat diserap usus dengan menimbulkan alkalosis. Adanya alkali berlebihan di
dalam darah dan jaringan menimbulkan gejala mual, muntah,anoreksia, nyeri kepala,
dan gangguan perilaku. Semula penggunaanya tidak dianjurkan karena terbentuknya
banyak CO2 pada reaksi dengan asam lambung, yang dikira justru mengakibatkan
hipersekresi asam lambung (rebound effect). Tetapi studi-studi baru (1996) tidak
membenarkan perkiraan tersebut Bismutsubsitrat dapat membentuk lapisan pelindung
yang menutupi tukak, lagipula berkhasiat bakteriosiatis terhadap H. pylori. Kini
banyak digunakan pada terapi eradikasi tukak, selalu bersama dua atau tiga obat lain.
Waktu makan obat. Sudah diketahui umum bahwa keasaman di lambung menurun
segera setelah makan dan mulai naik lagi satu jam kemudian hingga mencapai kadar
yang tinggi tiga jam sesudah makan. Berhubung dengan data ini, maka antasida harus
digunakan lebih kurang 1 jam setelah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi.
Telah dibuktikan bahwa dalam bentuk tablet, bekerja antasida kurang efektif dan lebih
lambat, mungkin karena proses pengeringan selama pembuatan mengurangi daya
netaralisasi. Pada oesophagitis dan tukak lambung sebaiknya obat diminum 1 jam
sesudah makan dan sebelum tidur. Pada tukak usus 1 dan 3 jam sesudah makan dan
sebelum tidur.

b. Zat Penghambat Sekresi Asam

6
Zat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut mekanisme kerjanya, sebagai
berikut

1) H2-blockers (simetidin, ranitidine, famotidin, roxatidin). Obat-obat ini menempati


reseptor histamine-H2 secara selektif di permukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam
lambung dan pepsin sangat dikurangi. Antihistaminika (Hl) lainnya tidak memiliki
khasiat ini.

2) Penghambat pompa-proton (PPP): omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol,


(Pariet) dan esomeprazol (Nexium). Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal
dan yang dibuat) dengan jalan menghambat enzim H+/K+ATPase secara selektif dalam
sel-sel parietal, dan kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kadar
penghambatan asam tergantung dari dosis dan pada umumnya lebih kuat daripada
perintangan oleh H2-blockers. Pada situasi Kehamilan dan laktasi, penggunaan obat ini
selama kehamilan dan laktasi belum tersedia cukup data.

3) Antikolinergika: pirenzepin dan fentonium.

Untuk menghambat sekresi asam lambung dengan menghambat aktifitas nervus vagus,
yang mengakibatkan penurunan motilitas gastrointestinal (efek antispasmodik). Obat-obat
ini menghambat kegiatan muskarin dari asetilkolin, yang dalam saluran cerna berefek
menekan sekresi getah lambung dan motilitasnya (peristaltik). Disamping itu, obat ini
juga menimbulkan efek antikolinergika lain, seperti mulut kering, pandang kabur, pupil
dilatasi, sukar berkemih, pusing, bingung, impotensi, gangguan fungsi jantung, mata,
ginjal, dan otot polos. Lagi pula belum pernah dibuktikan secara ilmiah mengenai
efektivitasnya pada terapi tukak, maka itu kini jarang digunakan lagi. Obat-obat yang
lebih baru dari fentonium dan pirenzepim bekerja jauh lebih selektif, yakni khusus
terhadap perintangan sekresi asam tanpa efek samping.

4) Analogon prostaglandin-E1: misoprostol (Cytotec) menghambat secara langsung sel-


sel parietal. Berbagai Analogon prostaglandin sintesis ternyata memiliki sifat protektif
dan mengurangi sekresi asam lambung. Lagi pula melindungi mukosa dengan jalan
stimulasi produksi mucus dan bikarbonat, sehingga ditambahkan pada terapi NSAIDs.
Arthrotec (=diklofenak+misoprostol.

7
Zat-zat pelindung ulcus (mucosaprotectiva): sukralfat, Al-hidroksida,dan bismuth
koloidal yang menutup tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap serangan asam-
pepsin. Bismutsitrat juga berdaya bakteriostatis terhadap H.pylori.

c. Antibiotika: antara lain amoksilin, tetrasiklin,klaritromisin, metronidazol, dan


tinidazol. Obat ini digunakan dalam bkombinasi sebagai triple atau quadruple therapy
untuk membasmi H. pylori dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak
lambung/usus.
d. Obat penguat motilitas: metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga
dinamakan prokinetika atau propulsive dan berdaya antiemetik serta antagonis
dopamine. Gerakan peristaltic lambung dan usus duabelasjari dihambat oleh
neurotransmitter dopamine. Efek ini ditiadakan oleh antagonis antagonis tersebut
dengan jalan menduduki reseptor DA yang banyak terdapat di saluran cerna dan otak.
Blockade dari reseptor itu di otak menimbulkan gangguan ekstrapiramidal. Cisaprida
dan domperidon tidak dapat melintasi barrier darah-otak, sehingga aktivitasnya
terbatas pada saluran cerna Penggunaan antiemitika tersebut pada gangguan lambung
adalah karena pengaruh memperkuat motilitas lambung yang diperkirakan terganggu.
Dengan demikian, pengaliran kembali (refluks) empedu dan enzim-enzim pencernaan
dari duodenum ke jurusan lambung tercegah. Tukak tidak dirangsang lebih lanjut dan
dapat sembuh dengan lebih cepat.
e. Obat penenang: meprobamat, diazepam, dan lain-lain. Sudah lam diketahui bahwa
stress emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada
waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita.
Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan antasida
diseratai tambahan obat penenang, misalnya meprobamat, oksazepam, atau
benzodiazepine lain.
f. Obat pembantu: asam alginate, succus, dan dimethicon. Kadang-kadang pada
formulasi antasida ditambahkan pula suatu adsorbens, yang dapat menyerap secara
fisis pada permukaannya zat-zat aktif dari getah lambung, atau zat-zat pelindung yang
menutupi mukosa dengan suatu lapisan hidrofob. Kegunaan zatzat tambahan ini tidak
selalu dapat dibuktikan dengan pasti.

8
 Prinsip kerja pemberian obat pada penyakit batu empedu
1) Asam hidroklorida (HCl) . Fungsi pertama asam mineral ini adalah mengubah
pepsinogen yang dihasilkan oleh selaput lendir lambung menjadi pepsin. Lagi pula
untukmemberikan suasana asan yang cocok bagi kerja proteolitis enzim ini. Suasana
asam tersebut juga penting sekali untuk resorpsi dari garam-garam yang esensiil untuk
tubuh, misalnya garam kalsium dan besi. Selanjutnya, asam hidroklorida
menstimulasi pengosongan isi lambung ke usus duabelas-jari dan merangsang sekresi
getah lambung, pankreas dan hati. Penggunaannya khusus pada kekurangan atau
langkanya asam hidroklorida di lambung (hipoklorhidri/aklorhidri). Sering kali asam
mineral ini diberikan dalam kombinasi dengan pepsin, yang harus bekerja dalam
lingkungan asam. Dalam kadar rendah, zat ini digunakan untuk merangsang nafsu
makan (julapium). Berhubung HCl mampu melarutkan email gigi, maka kontak
dengan gigi perlu dihindarkan (minum dengan sedotan. Dosis biasa adalah 4 ml HCl
10% diencerkan 25-50 kali dengan air dan diminum sewaktu atau sesudah makan.
2) Pepsin: Enzynorm. Fungsi pertama asam mineral ini adalah mengubah pepsinogen
yang dihasilkan oleh selaput lendir lambung menjadi pepsin. Lagi pula
untukmemberikan suasana asan yang cocok bagi kerja proteolitis enzim ini. Suasana
asam tersebut juga penting sekali untuk resorpsi dari garam-garam yang esensiil untuk
tubuh, misalnya garam kalsium dan besi. Selanjutnya, asam hidroklorida
menstimulasi pengosongan isi lambung ke usus duabelas-jari dan merangsang sekresi
getah lambung, pankreas dan hati. Penggunaannya khusus pada kekurangan atau
langkanya asam hidroklorida di lambung (hipoklorhidri/aklorhidri). Sering kali asam
mineral ini diberikan dalam kombinasi dengan pepsin, yang harus bekerja dalam
lingkungan asam. Dalam kadar rendah, zat ini digunakan untuk merangsang nafsu
makan (julapium). Berhubung HCl mampu melarutkan email gigi, maka kontak
dengan gigi perlu dihindarkan (minum dengan sedotan.Dosis biasa adalah 100-300
mg sekali dan 0,3-1 g sehari sesudah makan.
3) Pankreatin: *Pankreon comp, *Enzymfort, *Cotazym, *Combizym. Pankreatin terdiri
dari amylase, tripsin, serta lipase dan digunakan pada keadaan di mana sekresi dari
pankreas tidak mencukupi, misalnya pada ruang pankreas dan untuk membantu
pencernaan di usus, misalnya pada penyakit seriawan usus (“sprue”). Lipase
diinaktifkan pada pH < 4, sedangkan protease adalah stabil pada pH 1-7 tetapi
diuraikan oleh pepsin lambung. Oleh karenanya, pankreatin hanya dapat bekerja
dalam suasana pH 4-7 dan harus diberikan dalam sediaan enteric coated. Pankreatin
9
dibuat dari pankreas sapi atau babi dan Unit Specific Protease (USP) menuntut
aktivitas minimal untuk protease, lipase, dan amylase dari masing-masing 25.000,
2.000, dan 25.000 U-USP/g.Dosis: 20.000 unit lipase per kali makan.
4) Temu lawak: Curcuma xanthorrhiza. Rimpang ini sangat terkenal sebagai obat
tradisional untuk gangguan pencernaan yang berkaitan dengan kekurangan empedu.
Berkhasiat cholagogum, yakni menstimulasi sekresi empedu oleh hati dan ekskresinya
ke duodenum. Diperkirakan pula ekstrak ini mampu melarutkan batu empedu
(bersama ramuan lain), tetapi kegiatan ini belum terbukti secara ilmiah. Semua
khasiat ini diperkirakan berdasarkan zat warna kuning curcumin dan minyak atsiri,
yang ternyata juga berkhasiat bakteriostatis terhadap bakteri-bakteri Gram-positif.
Temu lawak banyak digunakan untuk gangguan kandung empedu yang bersifat ringan
dan mengakibatkan sekresi empedu terlampau sedikit. Dosis: serbuk 0,5-1 g sehari,
godokan 5 g dengan 500 ml air 3 dd2 cangkir.
5) Kenodeoksikolat: chenodiol, Chenofalk. Derivat asamkolat ini berumus steroida
(1975) dan terdapat secara alamiah di dalam hati, tempat zat ini menghambat sintesa
kolesterol. Resorpsinya dari usus baik, tetapi BA-nya hanya ca 30% karena FPE
tinggi. Setelah konyugasi di dalam hati diekskresikan dengan empedu dan lalu dalam
usus dirombak menjadi lithocholic acid toksis, yang akhirnya untuk 80% dikeluarkan
bersama tinja. Wanita dalam usia subur perlu melakukan antikonsepsi untuk
menghindarkan kehamilan. Zat ini digunakan untuk melarutkan batu empedu
“bening” (radio-lucent), yang lebih dari 80% terdiri dari kolesterol. Untuk batu yang
terutama mengandung garam-garam kalsium, bilirubin, dan protein, zat ini tidak
berguna. Dosis: 2 dd 400-600 mg d.c., atau 1 dd 1 g 1 jam sebelum tidur sampai 3
bulan setelah batu2 terlarut.
 Prinsip kerja obat antimual

1) Antikolinergika: skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin,


prometazin dan dimenhidrinat).

2) Obat-obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada
mabuk darat (kombinasi sinarizin 20 mg + domperidon 50 mg (Touristil)) dan mual
kehamilan.

3) Antagonis dopamin. Zat ini hanya efektif pada mual yang diakibtkan oleh efek
samping obat.

10
4) Antagonis serotonin: granisetrom, ondansetron dan tropisetron. Mekanisme kerja
kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas tetapi mungkin karena blokade
serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap
CTZ.

5) Kortikosteroida, antara lain deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah


yang diakibatkan oleh sitostatika. Mekanisme kerja tidak diketahui.

6) Benzodiazepin mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak


mengurangi frekuensi dan habatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien
terhadap peristiwa muntah. Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah
muntah.

7) Kanabinoida (marihuana, THC = tetrahidrocanabinol = dronabinol). Di banyak


negara, zat ini termasuk dalam Daftar Narkotika, karena pada dosis tinggi dapat
menimbulkan antara lain halusinasi dan gejala-gejala paranoida.

 Prinsip kerja obat diare

1) Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab


diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon.

2) Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan


beberapa cara, yakni: a) Zat-zat penekan peristaltik : petidin (difenoksilat dan
loperamida) dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna). b) Adstringensia,
yang menciutkan selaput lendir usus, misal asam samak (tanin) dan tannalbumin,
garam-garam bismut, dan aluminium. c) Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens
yang pada permukaannya dapat menyerab zat-zat beracun yang dihasilkan leh
bakteri atau yang berasal dari makanan ( udang, ikan).

3) Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang


sering kali menyebabkan nyeri perut pada diare. Penggolongan Obat Diare dalam
Keadaan Khusus a) Laktobasillus, digunakan untuk memulihkan/mempertahankan
kandungan laktobasillus dari flora usus dalam keadaan tertentu. b) Tinidazol dan
Metronidazol, digunakan pada giardiasis dan disentri amuba. c) Matamisin dan
Nistatin, secara oral dipakai untuk mengobati infeksi monilia usus yang disebabkan
dosis besar/terapi antibiotika berkepanjangan.

11
C. Efek samping Obat Pencernaan

Efek samping biasanya terjadi pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek
samping ini sangat bervariasi antara satu obat dengan obat lainnya. Efek samping ini
juga tidak dialami oleh semua orang karena masing-masing orang memiliki kepekaan
dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping suatu
obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya.

Contoh efek samping dari beberapa obat seperti kalsium karbonat yang
menyebabkan sembelit. Efek samping penggunaan asam klorida kadar yang tinggi,
asam hidroklorida menghancurkan selaput lendir hingga penggunaanya harus dalam
keadaan yang cukup diencerkan. Obat-obat antihistamin memiliki efek samping
berupa perasaan mengantuk dan efek antikolinergis (dimenhidrinat).

Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat
yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping baik yang diinginkan maupun
tidak. Bahkan dengan dosis obat yang tepat pun, efek samping dapat terjadi dan dapat
diketahui bakal terjadi sebelumnya.

D. Peran perawat dalam pemberian Obat Pencernaan


1. Sebelum memberikan obat
Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar
pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi.
Berikut hal hal yang harus diperhatikan saat pemberian obat pada pasien:
 Mendapat riwayat kesehatan lengkap termasuk riwayat sebelumnya
 Mengkaji tentang gejala-gejala yang dirasakan klien
 Membandingkan data obat dan data pasien
 Mendapat riwayat obat klien , termasuk alergi, resep saat ini, dan obat OTC
 Membandingkan pengetahuan pasien untuk berpartisipasi
 Cara pemberian obat yang efektif untuk pasien
 Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang
bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip
 Mengidentifikasi masalah yang potensial pada perencanaan

12
 Mengidentifikasi kontraindikasi dari penggunaan obat atau faktor lain yang
tidak biasa terjadi
 Harus memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan organ-organ yang
kemungkinan besar terpengaruh oleh obat pencernaan
 Respon fisik dan fisiologik sebelum obat diberikan
 Sikap dan Lingkungan klien
Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat, khususnya
jika klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien,
perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti
ketergantungan obat.

2. Saat memberikan obat


Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki
oleh perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat
yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa
tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang
diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan
selalu menggunakan prinsip pemberian obat yang benar, yaitu:

1. Benar Klien
 Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa
gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri
 Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
 Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
 Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat

13
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker
untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Untuk menghindari
kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus dibaca tiga
kali :
1) pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2) sebelum menuang/ mengisap obat dan
3) setelah menuang/mengisap obat.

Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama
yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan
digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Bagaimana
implikasi keperawatannya? Dapatkah saudara menyebutkannya? Benar, implikasi
keperawatannya adalah pertama, periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan
sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang
bertangung jawab. Kedua, ketahui alasan mengapa pasien mendapat terapi
tersebut dan terakhir lihat label minimal 3 kali.

3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum
dilanjutkan ke pasien.Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai
dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet
memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya dapat dilihat
pada gambar dibawah, Diazepam Tablet, dosisnya berapa? Ini penting !! karena 1
tablet amplodipin dosisnya ada 5 mg, ada juga 10 mg. Jadi anda harus tetap hati
tetap hati-hati dan teliti! Implikasi dalam keperawatan adalah perawat harus
menghitung dosis dengan benar.
4. Benar Cara Pemberian (rute)
 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral.
14
 Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral
 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan
Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1) Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .
2) Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3) Bukal (diantara gusi dan pipi)
4) Topikal ( dipakai pada kulit ) ;
5) Inhalasi ( semprot aerosol ) ;
6) Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )
7) Parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
5. Benar Waktu Pemberian
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
 Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
 Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
6. Benar Dokumentasi
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan
media komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan
pasien. Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan
perawatan pasien sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data
untuk penelitian bagi pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti

15
pertanggung jawaban dan pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan. Dokumentasi
merupakan suatu metode untuk mengkomunikasikan suatu informasi yang
berhubungan dengan manajemen pemeliharaan kesehatan, termasuk pemberian
obat-obatan.
Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas
tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan
penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi
kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998) Dalam hal terapi,setelah obat itu
diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang akan
diberikan sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian obat. Perawat
mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,
keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti
manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi
obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian
obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan
obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.

Peran perawaat ketika pemberiaan obat, perawat harus mengkaji efek terapeutik
yang diinginkan, misal mengobati nyeri lambung dan mengatasi terjadinya
komplikasi. Mengkaji status mental, perilaku saat menangani kecemasan, dan suasana
hati. Mengkaji tanda-tanda vital.

3. Setelah memberikan obat

Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan


dosis, cara/rute , waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
diberikan obat, atau obat itu tidak dapat diberikan karena alasan tertentu, maka
perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan
selanjutnya.

16
Sekali obat telah diberikan, perawat juga harus bertanggung jawab pada efek
obat yang diduga bakal terjadi. Buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia
(DOI), Physicians’ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia seperti, ahli
farmasi harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi
terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi,
atau reaksi yang merugikan pengobatan.
Peran perawat setelah pemberian obat khusunya pencernaan ini yaitu perawat
melakukan tindakan evaluasi dan mendokumentasi:
a) Evaluasi
1) Pertama, perawat wajib mengevaluasikan tindakanya kembali. Apakah dosis,
cara/rute, waktu pemberian obat kardiovaskuler sudah dilakukan secara benar.
Jangan sampai ada yang terlewat ataupun salah.
2) Pastikan pasien meminum obatnya atau obat benar-benar masuk kepasien agar
hasil pengobatan sesuai yang diinginkan. Namun,adakalanya pasien menolak
atau obat pencernaan tidak dapat diminum.
3) Perhatikan dan amati apabila ada reaksi tertentu pada pasien yang mengarah
kepada efek samping ataupun alergi pada pasien setelah di berikan obat. Selain
itu tanyakan juga kepada pasien tentang apa yang dirasakanya mengenai reaksi
obat pencernaan yang telah diberikan.
4) Beritahu pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengurangi efek
dari obat dan aktivitas yang berhubungan dengan efek samping obat seperti
aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan contohnya obat Proton Pump
Inhibitor (PPI) yang mengakibatkan sakit kepala, nyeri perut dan diare.
5) Setelah itu perawat dapat membereskan alat serta berpamitan. Jangan lupa
mencuci tangan setelah kontak dengan pasien.
b) Dokumentasi
1) Pertama perawat mencatat semua hasil evaluasi terapi pengobatan pencernaan
ini,baik dosis,cara/rute,waktu pemberian serta oleh siapa obat itu diberikan.
Bila terdapat kendala seperti pasien menolak meminum obatnya atau obat
dapat diminum semua wajib dicatat alasanya dan dilaporkan.
2) Apabila terdapat reaksi alergi atau efek samping perawat juga wajib mencatat
dan melaporkanya.
3) Perawat juga wajib mencatat hasil dari tindakan pemberian obat pencernaan,
hal ini berbuhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya,
17
apakah masalah teratasi atau implementasi dilanjutkan pada
pendokumentasian asuhan keperawatan terapi pemberian obat pencernaan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang perawat memiliki
peran yang sangat penting dalam pemberian obat secara umum, khususnya obat
pencernaan. Sama seperti sistem dan struktur tubuh lainnya, system pencernaan juga
sering mengalami masalah dan gangguan dalam menjalankan fungsinya, baik yang
disebabkan oleh infeksi atau bakteri maupun virus. Penyakit dalam system
pencernaan ini tentunya beragam yang membuat obay yang digunakan juga beragam.
Terdapat berbagai macam obat yang digunakan dalam penggobatan pada system
pencernaan ini. Oleh sebab itu, peran perawat dalam pemberian obat kepada klien
harus sangat diperhatikan. Tidak hanya pada saat pemberian obat akan tetapi juga
sebelum dan sesudah pemberian obat.

B. Saran
Untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada pasien, hendaknya kita
selalu menambah wawasan tentang perkembangan dunia kesehatan dan obat-obatan.
Selain itu, apoteker juga dapat berperan dalam upaya kesehatan pasien.
Sebagai Calon perawat ataupun perawat haruslah menuntut dirinya untuk
selalu mencari pemahaman dan pengalaman akan pemberian obat kepada pasien.
Dikarenakan sedikit kesalahan yang dibuat oleh seorang perawat dapat menimbulkan
efek yang fatal kepada pasien itu sendiri serta pihak lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nuryati.2017. Farmakologi. Halaman : 140- 170.


Lestari, Siti. 2016. Farmakologi dalam Keperawatan. Halaman : 20- 26

20
21

Anda mungkin juga menyukai