Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

A. FAKTOR FISIK
1. Status Kesehatan Ibu
Adanya masalah kesehatan yang dialami ibu bersamaan dengan kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun bayinya. Masalah kesehatan dapat berupa penyakit yang telah
diderita ibu sebelum hamil maupun masalah yang muncul berkaitan dengan kehamilan itu
sendiri.
Beberapa kondisi akan dibahas sebagai berikut :
a. Penyakit jantung
● Selama kehamilan normal, sistem kardiovaskuler ibu mengalami banyak perubahan
(peningkatan volume intravaskuler , penurunan resistensi sistemik perifer) yang
menyebabkan peningkatan beban kerja jantung. Bila jantung sudah mempunyai
masalah seperti penyakit pada myokard, katup jantung atau kelainan kongenital (defek
septum atrium/ventrikel) maka perubahan yang terjadi selama kehamilan tidak akan
dapat ditoleransi dan dapat berkembang menjadi dekompensasi jantung, yang dapat
mengancam jiwa ibu dan kesejahteraan janin.
● Resiko yang dapat terjadi :
- abortus
- kelahiran prematur
- hambatan pertumbuhan janin intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR)→
BBLR
- mortalitas maternal akibat dekompensasi jantung.

b. Anemia
● Anemia yang disebabkan oleh kondisi apapun (termasuk talasemia, sickle cell,
maupun defisiensi) mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan oksigen oleh darah
sehingga jantung berusaha mengkompensasinya dengan meningkatkan COP →
peningkatan beban kerja jantung. Jika anemia menyertai kondisi lain seperti
preeklamsia maka dapat berakibat gagal jantung.
● Pengaruh anemia berat terhadap kehamilan :
- Abortus
- Bayi mati / intrauterine fetal death (IUFD)
- Lahir prematur
- IUGR
- Mudah terjadi infeksi
- Resiko dekompensasi jantung (bila Hb <6 g%)

c. Asma
● Umumnya, perubahan fisiologis pada kehamilan tidak mencetuskan serangan asma.
● Studi tentang asma dalam kehamilan menunjukkan bahwa serangan asma berat selama
kehamilan berhubungan dengan peningkatan insiden abortus, BBLR, kelahiran
prematur, dan IUFD akibat hipoksia in utero.
● Tidak ada perbedaan morbiditas & mortalitas antara ibu hamil dengan asma dan ibu
hamil yang sehat selama ibu mendapatkan perawatan yang baik untuk asma yang
dideritanya.

d. Epilepsi
● Bumil dengan epilepsi beresiko 2x lipat mengalami komplikasi seperti : preeklampsi,
perdarahan, hiperemesis, dan kelahiran prematur. Seringnya kejang meningkatkan
insidens komplikasi ini.
● Terapi antikonvulsan saat hamil yang sering dikonsumsi adalah fenitoin (dilantin) dan
carbamazepine yang meningkatkan resiko kelainan bawaan pada janin seperti :
abnormalitas kraniofasial (mikrosefalus), keterbelakangan mental, kelainan
kardiovaskuler. Akibat lain terapi antikonvulsan : IUGR, IUFD, koagulopati/hemoragi
pada bayi.
e. Hipertensi dalam kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
1) Preeklamsia, eklamsia
2) Hipertensi kronik (hipertensi yang sudah diderita sebelum hamil atau terdiagnosa
pada usia kehamilan < 20 minggu)
3) Hipertensi kronik yang disertai preeklamsia
4) Hipertensi gestasional sementara (terjadi pada TM II, selama persalinan, atau 48
jam PP tanpa proteinuria yang bermakna).
● Resiko yang terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan adalah insufisiensi sirkulasi
uteroplasental akibat vasospasme → infark plasenta dan abruptio placentae sehingga
dapat menyebabkan : perdarahan, kelahiran prematur, IUGR, gawat janin hingga
IUFD.

f. Perdarahan antepartum
● Dibedakan menjadi :
- Perdarahan antepartum dini (sebelum 20 minggu): disebabkan oleh ancaman abortus
maupun abortus, cervix inkompeten, KET, kehamilan mola.
- Perdarahan antepartum akhir : plasenta previa, abruptio/solutio plasenta, pecahnya vasa
previa, ruptura uteri, kelainan darah bawaan, idiopatik.
● Akibat terhadap kehamilan : kematian janin maupun ibu akibat hipovolemia; prematuritas;
IUGR; dan resiko Disseminated Intravascular Coagulation/ koagulasi intravaskuler diseminata
(akibat dilepasnya tromboplastin merangsang pembekuan darah dengan menghabiskan
faktor-faktor pembekuan).

g. Diabetes mellitus
● Terdiri dari :
- DM tipe 1 (IDDM), dan tipe 2 (NIDDM) yang sering disebut pregestasional DM sebab ibu
sudah mengalami DM sebelum hamil.
- Tipe spesifik lainnya (akibat infeksi, obat)
- Gestational diabetes.
● Pengaruh DM terhadap kehamilan tergantung baik tidaknya kontrol glikemia/gula darah:
- Hiperglikemi pada awal kehamilan → Hb ibu yang terikat dg glukose (=Glycosylated Hb)
meningkatkan resiko abortus, IUFD, dan anomali kongenital janin (kardiovaskuler, cacat
tabung syaraf, agenesis sakral), serta IUGR.
- Hiperglikemi pada kehamilan lebih lanjut → mengaktivasi pankreas fetus sehingga
produksi insulin lebih banyak untuk memanfaatkan glukose → disimpan dlm bentuk lemak
→ fetus makrosomi (20-25% kasus).
- Peningkatan resiko hipertensi terutama bila pembuluh darah ibu sudah mengalami
perubahan akibat DM-nya. Resiko preeklamsia juga semakin besar pada ibu DM
- Resiko Polihidramnion 10 x lebih besar, kemungkinan disebabkan oleh poliuri janin akibat
glukosuri → resiko ketuban pecah dini, prematur, dan malpresentasi karena ruang uterus
luas.
- Resiko infeksi lebih tinggi, terutama ISK & candida albicans sebab kolonisasi kuman lebih
mudah terjadi.
- Resiko ketoasidosis pada trimester II & III karena ibu memerlukan banyak karbohidrat
untuk fetus.
- Resiko hipoglikemia bila ibu memakai insulin → perlu penyesuaian dosis insulin
berdasarkan jumlah kalori yang masuk.
- Sindrom distres respiratori (RDS) akibat terhambatnya maturasi paru-paru/produksi
surfaktan karena hiperglikemia dan hiperinsulinemia → sukar bernafas.
- Hipoglikemia neonatal pada 30-60 menit pertama (pada ibu yang sering hiperglikemia)

h. Hiperemesis gravidarum
● Ibu dengan hiperemesis gravidarum hampir tidak dapat memenuhi intake nutrisi maupun
cairan → dehidrasi, ketonuria, penurunan BB. Pada janin dapat mengakibatkan IUGR.
i. Kehamilan ganda
● Monozygotic & dizygotic
● Efek terhadap kehamilan :
- Perubahan fisiologik ibu :
❖ Keluhan akibat kehamilan (misal : morning sickness ) menjadi lebih berat karena
tingkat hormonal yang bersirkulasi juga lebih tinggi.
❖ Meningkatnya gejala-gejala akibat tekanan uterus : edema kaki, varices, nyeri punggung,
dispnu, supine hipotensi.
❖ Anemia : defisiensi zat besi & folat karena janin ganda dan rata-rata peningkatan volume
500 ml lebih banyak daripada kehamilan tunggal.
❖ Insidens hipertensi pada kehamilan, plasenta previa lebih besar
❖ Polihidramnion : terutama pada monozigot, dan adanya abnormalitas fetus.
- Pada Janin :
⮚ Kelahiran prematur
⮚ Ketidaksamaan , yaitu terjadi perbedaan BB >20-25% terjadi pada 10% dari semua
kehamilan kembar. Hal ini dapat karena perbedaan luas permukaan plasenta.
⮚ Sindroma transfusi antar kembar (twin to twin transfusion) pada monozigot sebab 85%
plasenta monokorionik mempunyai pembuluh darah yang beranastomosis sehingga janin
dapat membagi saluran vaskular yang sama. Akibatnya pada janin donor adalah kecil,
pucat, anemia, oligohidramnion, gagal jantung neonatus; sedangkan janin resipien
menjadi besar, pletorik, polisitemia, polihidramnion, gagal jantung, hiperbilirubinemia.
⮚ Pada monozigotik-monoamniotik dapat terjadi talipusat saling membelit dan berakibat
kematian janin sebelum 32 minggu.

j. Penyakit infeksi TORCH (Toxoplasmosis; Others : Streptokokus grup B, hepatitis B, sifilis,


GO, AIDS, varicella, dsb; Rubella; Cytomegalovirus; Herpes genitalis ).
● Toxoplasmosis (protozoa toxoplasma gondii) : Abortus spontan (4%), lahir mati (3%) , dan
20% toxoplasmosis bawaan dengan kelainan utama : hidro/mikrosefalus, korioretinitis,
kalsifikasi intrakranial (sistem saraf pusat). Kelainan lainnya : hepato-splenomegali, ikterus,
limfadenopati, retardasi mental, mikroftalmos, kejang-kejang, ensefalitis.
● Lain-lain (others) :
- Hepatitis B : infeksi janin (25-40%) yang diyakini terjadi dengan kontak langsung selama
kelahiran.
- Sifilis (spirocheta treponema pallidum) : kongenital sifilis (hidrops, hepatosplenomegali,
anemia & trombositopenia hebat, lesi kulit, ruam, osteitis & periostitis, pneumonia, dan
hepatitis) dengan angka kematian perinatal ± 50%. Kongenital sifilis dapat pula muncul
setelah umur 2 tahun yang ditandai dengan : kelainan gigi (gigi Hutchinson), tulang kering
berbentuk pedang (saber shins) hidung sadel, keratitis, tuli, dan gagal pertumbuhan.
- GO (Neisseria gonorhoea) : abortus spontan, kelahiran mati, prematuritas, ketuban pecah
dini, korioamnionitis. Bila tidak diterapi sampai kelahiran dapat menyebabkan optalmia
gonokokus neonatorum, sepsis neonatus.
- Varicela zoster : atrofi extremitas, abnormalitas neurologik, korioretinitis, katarak,
mikrosefali, IUGR.
- HIV/AIDS : dapat asimtomatik pada saat dilahirkan atau hanya berupa BBLR, kemudian
berkembang menjadi infeksi oportunistik yang menyebabkan kematian bayi dalam 1-2 tahun
kemudian. (gagal pertumbuhan,limfadenopati, distres pernafasan, demam, kelemahan,
sepsis).
● Rubella (virus german measles) : aborsi spontan, IUGR, kelainan kongenital (50%) bila ibu
terinfeksi pada trimester I. Kelainan kongenital (sindrom rubela kongenital) berupa : cacat
mata (katarak, glukoma, retinopati, mikroftalmia), ketulian, cacat jantung (duktus paten, defek
septum), hepatosplenomegali, sistem saraf pusat (mikrosefali, ensefalitis, kalsifikasi otak,
retardasi mental), hepatitis, trombositopenia.
● CMV (jenis herpes virus) : resiko penularan ke fetus 50% pada semua trimester. Kelainan
simtomatik sewaktu lahir (20%) : hidrops, IUGR, korioretinitis, mikrosefali, kalsifikasi otak,
hepatosplenomegali, hidrosefalus, ensefalitis, lesi tulang, katarak. Sebanyak 80% asimtomatik
sewaktu lahir tetapi kemudian menunjukkan keterbelakangan mental, gangguan visual,
kehilangan pendengaran yang progresif, dan kelambatan perkembangan psikomotor.
● Herpes genitalis (virus herpes simplex) : aborsi, prematur, IUGR, infeksi transplasenta
(mikrosefali, retardasi mental, kelainan jantung), gejala yang terlihat pada 4-7 hari : letargi,
konvulsi, ikterik, perdarahan, lesi kulit & mulut.

k. Infeksi bakterial
● Listeriosis (basil gram positif listeria monocytogenes) : aborsi bila terkena pada awal
kehamilan, chorioamnionitis, prematur, kematian janin (hingga 50%).
● Grup B streptokokus : ketuban pecah dini, prematur, sepsis neonatus.
● ISK (escherichia coli) : prematur bila infeksi mendekati term, meningitis & neonatal sepsis.

l. Diskrasias darah
● Inkompatibilitas Rhesus/Antigen D :
- Bila ibu Rh – (tidak memiliki faktor rhesus) sedangkan fetus Rh + maka sangat mungkin
terjadi sensitisasi maternal pada kondisi yang menyebabkan masuknya eritrosit janin ke
dalam sirkulasi maternal (misal : perdarahan antenatal karena sebab apapun, aborsi,
trauma abdomen, atau prosedur obstetri tertentu seperti versi eksternal, amniosentesis,
kuretasae), dan kadang tanpa ada perdarahan eksternal → merangsang sistem imunitas ibu
memproduksi antibodi untuk melawan antigen Rh yang dapat ditransfer ke janin sehingga
merusak eritrosit janin → fetus mengalami anemia hebat in utero, hidrops fetalis akibat
gagal jantung kongestif, dan kematian janin. Bila janin dapat lahir hidup : ikterus
(hingga kernikterus), hemolisis (eritroblastosis fetalis), kematian bayi.
- Kehamilan pertama beresiko rendah terhadap sensitisasi (8% setelah kehamilan pertama
dan 16% setelah kehamilan kedua bila memiliki golongan darah ABO yang sama dengan
janin/kompatibel).
- Imunoglobulin Rh (RhoGAM) dapat diberikan untuk menghancurkan setiap sel Rh positif
janin di dalam darah ibu sehingga mencegah pembentukan Antibodi ibu. Ig Rh ini dapat
diberikan dalam 72 jam setelah melahirkan atau mulai usia 28 minggu kehamilan karena
dapat memberikan daya proteksi selama 12 minggu. Dosis bila diberikan pada TM I
adalah 50 πg, dan bila diberikan setelah usia kehamilan 28 minggu adalah dosis 300 πg.
● ABO inkompatibilitas dapat menyebabkan hemolisis namun tidak seberat Rhesus
inkompatibilitas, selain itu juga dapat menyebabkan ikterus.

2. Status Gizi
● Resiko maternal & fetal meningkat bila ibu terlalu kurus atau terlalu gemuk sebelum hamil, dan
bila penambahan BB selama hamil terlalu sedikit atau terlalu banyak
● Terlalu kurus :resiko prematur & BBLR. Penambahan BB yang inadekuat beresiko terhadap
IUGR. Penambahan BB yang berlebihan mungkin terjadi pada gemelli, edema, atau ibu terlalu
banyak makan. Pada obesitas baik yang muncul sebelumnya maupun pada saat hamil : resiko
makrosomia, disproporsi kepala-panggul, trauma persalinan, operasi, dan bahkan kematian janin
selain juga beresiko terhadap hipertensi, diabetes.

3. Gaya Hidup : Penggunaan obat, bahan kimia, radiasi


a. Obat :
● Valium / diazepam : resiko janin hipotonia, hipotermia, depresi pernafasan, refleks
menghisap lemah, bibir sumbing bila terpapar pada trimester I.
● Lithium : kelainan kongenital, letargi, sianosis neonatus.
● Antineoplastik (aminopterin, metotreksat) : abortus, IUGR, anomali kraniofasial, retardasi
mental, lahir mati, kematian neonatal, terutama akibat pemaparan pada trimester I.
● Antibiotik :
-Tetrasiklin : gigi menguning, hipoplasia email sehingga rentan terhadap karies.
- Streptomisin : kerusakan saraf cranial ke 8 sehingga mengakibatkan ketulian.
● Antikoagulan turunan Coumarin : resiko abortus, IUGR, cacat st. saraf pusat, lahir mati,
kelainan kaniofasial.
● Progesteron-esterogen : kelainan utama berupa maskulinisasi alat kelamin luar pada janin
wanita, cacat jantung bawaan, cacat system saraf pusat, reduksi tungkai
b. Alkohol
Frekuensi & tingkat abnormalitas janin tergantung dari dosis alcohol yang dikonsumsi dan
tahap perkembangan janin saat terpapar.
Pengaruh terhadap kehamilan :
● Resiko abortus 2-4 x lipat bila konsumsi ± 100 cc 2 x seminggu. Dosis 100 setiap hari
dapat menimbulkan tanda-tanda rngan sindroma alcohol janin (Fetal Alcohol Syndrome).
● Fetal alcohol syndrome , meliputi :
- Gangguan pertumbuhan intrauterine terhadap berat, tinggi & lingkar kepala.
- Kelainan kraniofasial : ptosis, strabismus, mikroftalmia, hidung pendek-menengadah,
mikrognatia, palatum terbelah, hipoplasia maksila.
- Kelainan jantung : defek septum atrium, ventrikel, tetralogi fallot.
- SSP : retardasi mental ringan hingga sedang, mikrosefali, hipotonia, tremor,
hiperaktivitas.
- Otot & rangak : hernia diafragmatika, umbilicus, inguinal; scoliosis, hipoplasi kuku,
kelainan bentuk dada.
c. Rokok
Nikotin, CO, hydrogen sianida meningkatkan resiko abortus, BBLR, prematuritas, solisio
plasenta, KPD, IUFD, neonatal death, sindrom kematian bayi mendadak/ SIDS.
d. Kafein (>600 mg/hari = 6 cangkir) : abortus spontan, IUGR, sumbing palatum, kelainan
kongenital
e. Narkotika :
● Marijuana : IUGR, efek neurobehavioral (depresi perilaku interaktif, respons terhadap
stimulasi lingkungan buruk), prematuritas.
● Kokain : Abrupsio plasenta, abortus, IUGR, premature, anomali bawaan : atresia usus,
reduksi tungkai, anomali otak karena kerusakan pembuluh darah, cacat jantung bawaan,
anomaly saluran perkencingan.
● Heroin & metadon : belum tentu menyebabkan kelainan bawaan, tapi justru menyebabkan
morbiditas lain akibat penggunaan jarum kotor & bergantian, tidak melakukan ANC, serta
perilaku resiko tinggi lainnya sehingga menimbulkan masalah : penyakit indeksi kulit &
subkutan, flebitis, endokarditis, ISK, penyakit menular seksual, prematuritas, IUGR,
keluarnya mekonium, gejala putus obat pada neonatus (12-24 jam pertama), serta
kematian janin.
f. Radiasi
Efek teratogenik : abortus, IUGR, cacat mata, cacat pada SSP Bila terpapar pada
Efek mutagenik : penyakit genetic. 2-6 minggu stl
Efek karsinogenik : leukemia. konsepsi
Pada dosis kurang dari 5 cGy (untuk prosedur diagnostik) tidak menyebabkan kelainan /
resikonya sangat kecil.

4. Usia Ibu & Paritas


● Usia ibu pada kehamilan pertama > 35 tahun berhubungan dengan outcome perinatal
yang beresiko, yaitu : IUGR (BBLR), kelahiran prematur, abruptio plasenta,
malpresentasi, dan frekuensi operasi seksio yang lebih sering (Lowdermilk, Perry, Bobak
: 2000, p.426).
● Paritas tinggi dengan usia ibu diatas 35 tahun juga beresiko sama.
● Bila kehamilan pertama dikarenakan terapi terhadap infertilitas, ibu mungkin
mempunyai perasaan negatif / kekhawatiran yang berlebihan terhadap kehamilannya.
Selain juga terapi infertilitas jenis in vitro fertilization – embriyo transfer (IVF-ET)
meningkatkan resiko kehamilan ganda.
● Kehamilan pada usia remaja : selama ibu berusia minimal 16 tahun maka secara fisik
sudah cukup matur untuk mendukung kehamilan. Akan tetapi dari pertimbangan
psikologis, remaja masih membutuhkan banyak dukungan dari lingkungannya dan
masih sangat besar kebutuhannya untuk bermain dengan teman sebaya sehingga
seringkali ia kurang memperhatikan kebutuhan penting lain selama kehamilan seperti
nutrisi, kontrol kehamilan dan mematuhi nasehat yang diberikan petugas kesehatan. Ini
berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.

B. FAKTOR PSIKOLOGIS
1. Kehamilan diluar nikah & Kehamilan yang tidak diharapkan.
● Kehamilan diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan akan menjadi beban secara
psikologis bagi ibu maupun keluarga. Hal ini menyebabkan keengganan ibu untuk
memeriksakan kehamilannya karena kurangnya dukungan/support dari keluarga maupun
partner. Dengan demikian, kedua masalah ini secara tak langsung memberikan kontribusi
terhadap morbiditas/mortalitas maternal - perinatal yang lebih tinggi.
● Pada kedua masalah tersebut, kesiapan dan tanggung jawab ibu secara psikologis,
emosional serta finansial kurang. Selain juga ada kecenderungan ibu untuk tidak peduli
secara fisik terhadap kehamilannya dengan konsekuensi kelahiran BBLR. Secara
psikologis, ikatan kasih sayang antara ibu-bayi yang harus sudah terjalin semasa hamil
tidak akan terbentuk.
● Praktek aborsi dapat menjadi alternatif, yang selain membahayakan juga sangat beresiko
untuk terjadinya komplikasi aborsi

2. Kekerasan terhadap ibu


● Tidak harmonisnya hubungan suami-isteri pada saat ibu hamil dapat memicu tindak
kekerasan terhadap ibu hamil. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik
(sikap/perilaku).
● Di negara maju, kekerasan suami terhadap isteri merupakan pemicu tindakan ‘pelarian’
seperti merokok, minum alkohol, konsumsi narkotika/zat addiktif lain dengan segala
konsekuensi negatifnya terhadap kehamilan → BBLR, anemia, infeksi, prematur, abruptio
plasenta, kelainan kongenital, dsb.
● Kekerasan fisik dapat menyebabkan masalah kehamilan yang berkaitan dengan trauma
fisik. Sedangkan kekerasan non fisik sama halnya dengan tidak adanya dukungan suami
terhadap ibu hamil.

3. Stressor internal-eksternal
● Stressor yang berlebihan dan terus menerus menimbulkan reaksi fisik seperti peningkatan
denyut jantung & tekanan darah, kelambatan pencernaan makanan, pengeluaran extra
hormon & neurotransmiter, ketegangan otot, dan pelemahan sistem imunitas, yang
kesemuanya ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi outcome kehamilan.

C. FAKTOR LINGKUNGAN – SOSIAL BUDAYA – EKONOMI


1. Fasilitas Kesehatan
● Secara umum, pemanfaatan fasilitas asuhan kehamilan yang tidak merata sangat erat
hubungannya dengan kemiskinan, tingkat pendidikan / ketidaktahuan, faktor geografis dan
sosial. Keterlambatan penanganan komplikasi antara lain disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan bumil & keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan sulitnya
jangkauan pelayanan kesehatan sehingga dapat berakibat kematian janin bahkan kematian
ibu.
● Asuhan kehamilan yang diberikan pada usia dini kehamilan dan minimal 4 kali selama
kehamilan normal terbukti dapat menurunkan resiko mortalitas maternal maupun perinatal
(Enkin et al : 2000, p.18)

2. Adat- Budaya
● Respons emosional, aktivitas & istirahat, aktivitas seksual dan diet ibu hamil sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya.
● Terkadang, praktek dan keyakinan budaya dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
kelangsungan kehamilan, misalnya : pijat perut; konsumsi jamu-jamuan; pantang makan
makanan tertentu; larangan melakukan hubungan seksual; anggapan bahwa komplikasi
selama hamil sebagai kejadian normal.
3. Ekonomi
● Pelayanan asuhan kehamilan akan sulit dijangkau oleh ibu dengan status ekonomi yang
sangat kurang. Bukan saja karena sangat terbatasnya keuangan, tetapi juga karena waktu
dan perhatian ibu/keluarga lebih tersita untuk hal-hal lain yang lebih mendasar.
● Kesulitan ekonomi sering pula menyebabkan ibu tidak dapat menuruti nasehat petugas
kesehatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti konsumsi makanan yang bervariasi,
pembelian suplemen nutrisi bila diperlukan, bedrest pada kondisi tertentu, atau bahkan
keharusan masuk ke rumah sakit pada kondisi darurat. Akibatnya resiko terhadap
anemia, IUGR, infeksi, dsb sangat meningkat. Disamping juga ibu tidak akan
mengetahui perkembangan kehamilannya, atau kemungkinan masalah yang terjadi dan
cara mengatasinya dengan konsekuensi logis semakin meningkatnya resiko
morbiditas/mortalitas maternal & perinatal.

REFERENSI :

Benneth, V.R., Brown, L.K.(editor). 1993. Myles Textbook For Midwives. 12th edition. New York :
Churchill Livingstone.
Dickason, E.J., Silverman, B.L., Kaplan, J.A. 1998. Maternal-Infant Nursing Care. 3rd edition.
St.Louis-Missouri : The Mosby Company.
Enkin, M. et al. 2000. A Guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth. 3rd edition. Oxford : Oxford
university Press.
Hamilton, P.M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas (terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kelompok Kerja Teknis MPS. 2002. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010. Journal Obstetri Ginekologi Indonesia. 26 (1), p3-17.
Linardakis, N.M., Lott, S. 2000. Obstetrics & Gynecology. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Bobak, I.M. 2000. Maternity & Women’s Health Care. 7th edition. Missouri :
Mosby Inc.
Nichols, F.H., Humenick, S.S. 2000. Childbirth Education. Practice, Research, and Theory. Pennsylvania :
W.B. Saunders Company.
Saifuddin, Abdul Bari (editor) et al. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI.
Saifuddin, Abdul Bari (editor). 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Scott, James R., et al. 2002. Buku Saku Obstetri & Ginekologi (Terjemahan). Jakarta : Widya Medika.
Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 1998. Buku Saku Bidan (terjemahan). Jakarta : EGC.
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery.
Verralls, S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan (Terjemahan). Jakarta : EGC.
Wheeler, Linda. 2004. Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC.
4. Gaya hidup :
a. Penggunaan & penyalahgunaan obat-obatan
● Bahan-bahan yang membahayakan janin (teratogen) dapat melewati plasenta dan
mengganggu perkembangan janin. Kefatalan pengaruh ini tergantung pada : tahap
perkembangan janin dan jenis bahan kimianya. Selain itu zat lain yang umum digunakan
ternyata juga membahayakan janin, seperti kafein, nikotin, alkohol.
● Pengaruh terhadap maternal :
- Ibu yang kecanduan narkotika & psikotropika biasanya mengalami malnutrisi, defisiensi
folat, thiamin, supresi sumsum tulang, lebih mudah terserang segala jenis infeksi dan jarang
mendapat perawatan antenatal. Disamping itu terdapat resiko toksisitas obat. Biasanya ibu
tidak mengetahui pengaruh zat-zat tersebut terhadap janin mereka dan ketika
mengetahuinya, ibu mungkin menjadi amat cemas, dan merasa bersalah.
● Pengaruh terhadap janin :
- Alkohol : fetal alkohol sindrom (BBLR, abnormalitas kraniofasial, kelainan jantung bawaan
, retardasi mental, mikrosefali, koordinasi buruk, hipotonia, hernia, skoliosis, hipoplasia
kuku).
- Heroin : gejala putus obat, konvulsi, kematian, asidosis respiratorik, hiperbilirubinemia,
IUGR.
- Kokain : kesulitan belajar.
- Metadone : distres janin, aspirasi mekoneum, gejala putus obat, kematian neonatus.
- Barbiturat : peningkatan insiden anomali, gejala putus obat, konvulsi, hiperaktivitas,
hiperefleksia, instabilitas vasomotor.
- Diazepam / valium : hipotonia, hipotermia, apgar skor rendah, depresi pernafasan, refleks
menghisap kurang, kemungkinan bibir sumbing.
- Lithium : kelainan kongenital, letargi, sianosis neonatus.
- Kafein (>600 mg/hari = 6 cangkir) : abortus spontan, IUGR, sumbing palatum, kelainan
kongenital
- Nikotin : aborsi spontan, pelepasan plasenta, panjang badan kurang, lingkar kepala kecil,
IUGR
- Marijuana : gangguan mekanisme imunologis, IUGR

5. Usia Ibu & Paritas


● Usia ibu pada kehamilan pertama > 35 tahun berhubungan dengan outcome perinatal yang
beresiko, yaitu : IUGR (BBLR), kelahiran prematur, abruptio plasenta, malpresentasi, dan
frekuensi operasi seksio yang lebih sering (Lowdermilk, Perry, Bobak : 2000, p.426).
● Paritas tinggi dengan usia ibu diatas 35 tahun juga beresiko sama.
● Bila kehamilan pertama dikarenakan terapi terhadap infertilitas, ibu mungkin mempunyai
perasaan negatif / kekhawatiran yang berlebihan terhadap kehamilannya. Selain juga terapi
infertilitas jenis in vitro fertilization – embriyo transfer (IVF-ET) meningkatkan resiko
kehamilan ganda.
● Kehamilan pada usia remaja : selama ibu berusia minimal 16 tahun maka secara fisik sudah
cukup matur untuk mendukung kehamilan. Akan tetapi dari pertimbangan psikologis, remaja
masih membutuhkan banyak dukungan dari lingkungannya dan masih sangat besar
kebutuhannya untuk bermain dengan teman sebaya sehingga seringkali ia kurang memperhatikan
kebutuhan penting lain selama kehamilan seperti nutrisi, kontrol kehamilan dan mematuhi
nasehat yang diberikan petugas kesehatan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko
kehamilan.
D. FAKTOR PSIKOLOGIS
1. Kehamilan diluar nikah & Kehamilan yang tidak diharapkan.
● Kehamilan diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan akan menjadi beban secara
psikologis bagi ibu maupun keluarga. Hal ini menyebabkan keengganan ibu untuk memeriksakan
kehamilannya karena kurangnya dukungan/support dari keluarga maupun partner. Dengan
demikian, kedua masalah ini secara tak langsung memberikan kontribusi terhadap
morbiditas/mortalitas maternal - perinatal yang lebih tinggi.
● Pada kedua masalah tersebut, kesiapan dan tanggung jawab ibu secara psikologis, emosional serta
finansial kurang. Selain juga ada kecenderungan ibu untuk tidak peduli secara fisik terhadap
kehamilannya dengan konsekuensi kelahiran BBLR. Secara psikologis, ikatan kasih sayang antara
ibu-bayi yang harus sudah terjalin semasa hamil tidak akan terbentuk.
● Praktek aborsi dapat menjadi alternatif, yang selain membahayakan juga sangat beresiko untuk
terjadinya komplikasi aborsi

2. Kekerasan terhadap ibu


● Tidak harmonisnya hubungan suami-isteri pada saat ibu hamil dapat memicu tindak kekerasan
terhadap ibu hamil. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik (sikap/perilaku).
● Di negara maju, kekerasan suami terhadap isteri merupakan pemicu tindakan ‘pelarian’ seperti
merokok, minum alkohol, konsumsi narkotika/zat addiktif lain dengan segala konsekuensi
negatifnya terhadap kehamilan → BBLR, anemia, infeksi, prematur, abruptio plasenta, kelainan
kongenital, dsb.
● Kekerasan fisik dapat menyebabkan masalah kehamilan yang berkaitan dengan trauma fisik.
Sedangkan kekerasan non fisik sama halnya dengan tidak adanya dukungan suami terhadap ibu
hamil.

3. Stressor internal-eksternal
● Stressor yang berlebihan dan terus menerus menimbulkan reaksi fisik seperti peningkatan denyut
jantung & tekanan darah, kelambatan pencernaan makanan, pengeluaran extra hormon &
neurotransmiter, ketegangan otot, dan pelemahan sistem imunitas, yang kesemuanya ini secara
tidak langsung dapat mempengaruhi outcome kehamilan.

E. FAKTOR LINGKUNGAN – SOSIAL BUDAYA – EKONOMI


1. Fasilitas Kesehatan
● Secara umum, pemanfaatan fasilitas asuhan kehamilan yang tidak merata sangat erat hubungannya
dengan kemiskinan, tingkat pendidikan / ketidaktahuan, faktor geografis dan sosial. Keterlambatan
penanganan komplikasi antara lain disebabkan oleh rendahnya pengetahuan bumil & keluarga
tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan sulitnya jangkauan pelayanan kesehatan sehingga
dapat berakibat kematian janin bahkan kematian ibu.
● Asuhan kehamilan yang diberikan pada usia dini kehamilan dan minimal 4 kali selama kehamilan
normal terbukti dapat menurunkan resiko mortalitas maternal maupun perinatal (Enkin et al : 2000,
p.18)

2. Adat- Budaya
● Respons emosional, aktivitas & istirahat, aktivitas seksual dan diet ibu hamil sangat dipengaruhi
oleh faktor sosial-budaya.
● Terkadang, praktek dan keyakinan budaya dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
kelangsungan kehamilan, misalnya : pijat perut; konsumsi jamu-jamuan; pantang makan
makanan tertentu; larangan melakukan hubungan seksual; anggapan bahwa komplikasi selama
hamil sebagai kejadian normal.

3. Ekonomi
● Pelayanan asuhan kehamilan akan sulit dijangkau oleh ibu dengan status ekonomi yang sangat
kurang. Bukan saja karena sangat terbatasnya keuangan, tetapi juga karena waktu dan perhatian
ibu/keluarga lebih tersita untuk hal-hal lain yang lebih mendasar.
● Kesulitan ekonomi sering pula menyebabkan ibu tidak dapat menuruti nasehat petugas
kesehatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti konsumsi makanan yang bervariasi,
pembelian suplemen nutrisi bila diperlukan, bedrest pada kondisi tertentu, atau bahkan
keharusan masuk ke rumah sakit pada kondisi darurat. Akibatnya resiko terhadap anemia, IUGR,
infeksi, dsb sangat meningkat. Disamping juga ibu tidak akan mengetahui perkembangan
kehamilannya, atau kemungkinan masalah yang terjadi dan cara mengatasinya dengan
konsekuensi logis semakin meningkatnya resiko morbiditas/mortalitas maternal & perinatal.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS

A.      PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan
kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan.
Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat
badan lahir 2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007)

B.     CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


Ciri-ciri bayi normal antara lain (Depkes RI) :
1.      Dilahirkan pada umur kehamilan antara 37-42 minggu
2.      Berat lahir 2500-4000 gram
3.      Panjang badan waktu lahir 48 – 51 cm
4.      Warna kulit merah muda / pink
5.      Kulit diliputi verniks caseosa
6.      Lanugo tidak severapa lagi hanya pada bahu dan punggung
7.      Pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut kepala
8.      Bayi kelihatan montok karena jaringan lemak di bawah kulit cukup
9.      Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas
10.  Kuku telah melewati ujung jari
11.  Menangis kuat
12.  Refleks menghisap baik
13.  Pernapasan berlangsung baik (40-60 kali/menit)
14.  Pergerakan anggota badan baik
15.  Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan adanya /
keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama
16.  Alat perkemihan sudah berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan keluarnya
air kemih setelah 6 jam pertama kehidupan
17.  Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada bayi perempuan
labia minora ditutupi oleh labia mayora
18.  Anus berlubang
C.    PENILAIAN AWAL BAYI BARU LAHIR
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada
perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
✔ Apakah bayi cukup bulan ?
✔ Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
✔ Apakah bayi menangis atau bernapas ?
✔ Apakah tonus otot bayi baik ?

Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak menangis
atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah
resusitasi. (APN. 2008)

Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini
perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ada 5 poin
✔ Appearance (warna kulit)
✔ Pulse rate (frekuensi nadi)
✔ Grimace (reaksi rangsangan)
✔ Activity (tonus otot)
✔ Respiratory (pernapasan).
Setiap penilaian deberi nilai 0, 1, dan 2. Bila dalam 2 menit nilai apgar tidak mencapai 7,
maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi mendertita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan di
kemudian hari lebih besar. berhubungan dengan itu penilaian apgar selain pada umur 1 menit,
juga pada umur 5 menit.
Tabel Nilai APGAR
Skor
Tanda
0 1 2
Sekuruh tubuh
Appearance Pucat Badan merah, ektrimitas biru
kemerahan
Pulse Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan mimik/ menyeringai Batuk/ bersin
Activity Tidak ada Ekstrimitas dalam sedikit fleksi Gerakan aktif
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak teratur Baik/ menangis

Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi tersebut normal atau asfiksia.
∙           Nilai Apgar 7-10  : Bayi normal
∙           Nilai Apgar 4-6    : asfiksia sedang ringan
∙           Nilai Apgar 0-3    : asfiksia berat
(Sarwono Prawirohardjo, 2009)

D.    PENILAIAN BAYI UNTUK TANDA-TANDA KEGAWATAN


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan yang menunjukkan suatu
penyakit.
Bayi baru lahir sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut:
a.       Sulit minum
b.      Sianosis sentral (lidah biru)
c.       Perut kembung
d.      Periode apneu
e.       Kejang/periode kejang-kejang kecil
f.       Merintih
g.      Perdarahan
h.      Sangat kuning
i.        Berat badan lahir < 1500 gram

Penilaian Score Down


PENILAIAN 0 1 2
Frekuensi nafas <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
cyanosis Tidak ada Hilang dengan pemberian Tidak Hilang dengan
O2 pemberian O2
Retraksi Tidak ada Ringan Berat
Air Entry Tidak ada penurunan Penurunan ringan Penurunan berat
Merintih Tidak ada Dapat didengar dengan Terdengar tanpa
stetoscope stetoscope

Keterangan:
Skor < 4          : tidak ada gawat nafas
Skor 4-7          : gawat nafas
Skor > 7          : ancaman gagal nafas

E.     PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA BAYI BARU LAHIR


Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi menerima
rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik seperti:

a.       Perubahan Metabolisme Karbohidrat


Pada waktu 2 jam setelah lahir, akan terjadi penurunan kadar gula dalam darah tali pusat yang
semula 65 mg/100 ml, bila terjadi gangguan perubahan glukosa menjadi glikogen sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan mengalami
rangsangan hipoglekemia.

b.      Perubahan Suhu Tubuh


Sesaat sesudah bayi baru lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari
dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Pada suhu lingkungan yang tidak baik akan
menyebabkan bayi menderita hipertermi, hipotermi, atau trauma dingin (cold injury).
Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan seeprti mengeringkan,
membungkus badan dan kepala, meletakkannya di tempat hangat seperti di pangkuan ibu,
dalam inkubator, atau di bawah sorotan lampu.

c.       Perubahan Sistem Pernafasan


Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan
ini terjadi akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin cukup bulan mengandung 80 sampai
dengan 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. setelah lahir cairan yang hilang diganti
dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk semua.

d.      Perubahan Sistem Sirkulasi


Dengan berkembangnya paru-paru tekanan oksigen di alveoli meningkat. Sebaliknya tekanan
karbondioksida menurun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi
pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini
meyebabkan darah dari arteri pulomonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali
pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dari foramen ovale ke atrium kiri
terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri
menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan. Ini menyebabkan foramen ovale
menutup. Sirkulasi darah janin pun berubah menjadi sirkulasi yang hidup di luar tubuh ibu.
(Sarwono Prawirohardjo cetakan kesembulan, 2007)

F.     PENATALAKSANAAN AWAL PADA BAYI BARU LAHIR


1.      Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Bila bayi baru lahir segera menangis
spontan atau segera menangis, hindari melakukan penghisapan secara rutin pada jalan
nafasnya karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak dilakukan secara hati-hati dapat
menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat merangsang
terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada
otot, gerakan tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan tenggorokan bayi.
Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis
maka lakukan:
a.         Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
b.        Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c.         Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
d.        Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering
dan kasar agar bayi segera menangis.

2.      Memotong dan merawat tali pusat


Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan
diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan
terbuka tanpa dibubuhi apapun.

3.         Mempertahankan suhu tubuh bayi


Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh bayi dengan handuk atau
kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan
bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru
lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.

4.      Pemberian vitamin K


Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup
tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
5.      Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). (Abdul Bari
Saifuddin, 2009)
Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah
kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan
dalam 1 jam pertama kehidupannya.
Teknik pemberian profilaksis mata :
a.       Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b.      Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat
tersebut akan sangat menguntungkan bayi.
c.       Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
d.      Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes menyentuh mata bayi.
e.       Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat
tersebut.

6.      Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu
persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru
lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di
kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan
tepi yang halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada
alat identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus di beri tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang.
Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan car ini,
dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan dalam ruangan bersuhu
kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam
medik.

7.      Mulai Pemberian ASI


Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin,
anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat
diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Keuntungan peberian ASI:
a.       Merangsang produksi air susu ibu
b.      Memperkuat reflek menghisab bayi
c.       Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d.      Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
e.       Merangsang kontraksi uterus

Posisi untuk menyusui :


a.       Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu
dengan hidung di depan puting susu ibu.
b.      Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya
leher dan bahunya.
c.       Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.
d.      Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya.
1)      Dagu menyentuh payudara ibu.
2)      Mulut terbuka lebar.
3)      Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
4)      Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
5)      Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.

G.    PEMANTAUAN PADA BAYI BARU LAHIR


Tujuan pemantauan pada bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah bayi barur lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
epnolong persalinan setra tindak lanjut petugas kesehatan.
1.      Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
a.       Kemampuan menghisap lemah atau kuat
b.      Bayi tampak aktif dan lunglai
c.       Bayi kemerahan atau biru
2.      Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan
melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut, meliputi:
a.       Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b.      Gangguan pernapasan
c.       Hipotermi
d.      Infeksi
e.       Cacat bawaan dan trauma lahir

Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir: ( Abdul Bari Saifuddin, 2009)
a.       Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
b.      Keaktifan
c.       Simetri
d.      Kepala
e.       Muka/wajah
f.       Mata
g.      Mulut
h.      Leher, dada, abdomen
i.        Punggung
j.        Bahu, tangan, sendi, tungkai
k.      Kuku dan kulit
l.        Kelancaran menghisap dan pertanyaan
m.    Tinja dan kemih
n.      Refleks
o.      Berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini.
JNPK-KR: Jakarta
Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
Saifuddin, A. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. JNPK-KR:
Jakarta.
Prawirohardjo, s . 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai