Anda di halaman 1dari 84

DISUSUN OLEH :

Rahmawati, S.Kp.,M.Kes
Ratna Mahmud, S. Kep., Ns., M. Kes
Fitia Hasanuddin, S. Kep., Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2021
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


PRODI KEPERAWATAN FKIK UNISMUH MAKASSAR

Visi

Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global,


Terpercaya dan Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Misi

(1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran keperawatan yang berkualitas dan


Islami
(2) Menyelenggarakan penelitian keperawatan yang berkualitas dan
berkesinambungan yang dapat membantu masyarakat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
(3) Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis pada pendidikan dan hasil
penelitian.
(4) Menyelenggarakan tata kelola yang amanah, efektif dan efisien yang mendukung
penyelenggaraan Catur Darma Perguruan Tinggi
(5) Mewujudkan pembinaan civitas akademika dalam kehidupan yang Islami

Tujuan

(1) Dihasilkannya lulusan yang beriman dan bertaqwa serta memilki kompetensi
dibidang keperawatan sesuai kebutuhan stakeholder.
(2) Dihasilkannya penelitian keperawatan yang berkualitas dan berkelanjutan serta
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
(3) Meningkatnya mutu penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat berbasis
pada pelayanan keperawatan.
(4) Terselenggaranya tata kelola yang amanah, efektif dan efisien
(5) Terselenggaranya pembinaan civitas akademika dalam kehidupan yang Islami yang
beruswatun hasanah

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar | ii


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Sasaran

(1) a. Tercapainya mutu dan kompetensi lulusan sesuai dengan jenjang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
b. Tersusunnya kurikulum institusi berdasarkan SNPT dan KKNI yang bernuansa
Islami
c. Tersedianya sarana prasarana pendukung yang berkualitas
d. Tercapainya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia
e. Meningkatnya kualitas mahasiswa
f. Tercapainya peningkatan kerjasama dalam dan luar negeri
(2) a. Meningkatnya jumlah penelitian dosen dan mahasiswa
b. Meningkatnya perolehan hibah penelitian bagi dosen dan mahasiswa
c. Meningkatnya publikasi hasil penelitian di jurnal regional, nasional dan
internasional
d. Tercapainya kerjasama dengan lembaga penelitian dalam dan luar negeri
(3) a. Meningkatnya hasil penelitian yang digunakan oleh masyarakat
b. Meningkatnya mutu dan jumlah kegiatan pengabdian kepada masyarakat
c. Tercapainya kerjasama dengan lembaga pengabdian masyarakat dalam dan luar
negeri
(4) Tercapainya peningkatan mutu tata kelola (Good Governance) yang amanah, efektif
dan efisien dalam sistem manajemen
(5) Terwujudnya civitas akademika yang dapat menjadi teladan dalam kehidupan
bermasyarakat

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar| iii


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mematuhi tata tertib dan ketentuan umum yang berlaku di laboratorium Prodi
Keperawatan FKIK Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Mematuhi protokol kesehatan (menggunakan alat pelindung diri, mencuci tangan,
menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilisasi)
3. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai jadwal yang sudah
ditentukan baik daring maupun luring
4. Membuat laporan hasil praktikum secara kelompok
5. Memelihara dan menjaga peralatan yang digunakan selama praktikum
6. Menggunakan baju lab selama kegiatan paktikum
7. Tidak menggunakan asesoris dan sejenisnya, kecuali jam tangan
8. Menjaga dan memelihara kebersihan selama dan sesudah praktikum
9. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan yang digunakan selama
praktikum

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar| iv


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar
ini. Panduan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan
pembelajaran bagi mahasiswa prodi D-III keperawatan yang sesuai dengan
pedoman penilaian pencapaian kompetensi KKNI.

Panduan praktikum ini memuat prosedur keterampilan yang memuat anatomi


dan fungsi organ tubuh yang memberi panduan pada mahasiswa dalam
melaksanakan prosedur pemeriksaan dan pengukuran tubuh.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan panduan ini. Panduan ini tentunya masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan buku panduan yang akan vystem.

Semoga panduan praktikum ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam memahami


konsep anatomi fisiologi tubuh manusia dan menguasai prinsip fisika dan biokimia,
sehingga dapat digunakan dalam menerapkan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, dan kelompok baik sehat maupun sakit dengan memperhatikan aspek bio,
psiko, sosialkultural, dan spiritual yang menjamin keselamatan orang coba
sesuai standar asuhan keperawatan yang mengalami gangguan fungsi vystem
vystemvlve, vystemvlveletal, persarafan, sensori, pernafasan, pencernaan,
endokrin, hematologi, kardiovaskuler, limfatik dan kekebalan tubuh, perkemihan dan
reproduksi

Makassar, September 2020

Penyusun

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar| v


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul ................................................................................................ i
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi Keperawatan FKIK Unismuh ................... ii
Tata Tertib Praktikum ......................................................................................... iv
Prakata ............................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................. vi
Praktikum 1 Dasar-Dasar Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia ............................. 1
Praktikum 2 Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler........................................ 7
Praktikum 3 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan ............................................. 18
Praktikum 4 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi ............................................. 25
Praktikum 5 Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin ................................................. 29
Praktikum 6 Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan .............................................. 33
Praktikum 7 Anatomi Fisiologi Sistem Sensori ................................................... 41
Praktikum 8 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen .............................................. 50
Praktikum 9 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal ...................................... 52
Praktikum 10 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .......................................... 61
Praktikum 11 Anatomi Fisiologi Sistem Limfatik dan Kekebalan Tubuh ............. 64
Praktikum 12 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .......................................... 68
Praktikum 13 Metabolisme dan Pengaturan Suhu ............................................. 71
Daftar Pustaka ................................................................................................... 77

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar| vi


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 1: DASAR-DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

1.1 Tujuan/Kompetensi

Setelah mempelajari dasar-dasar anatomi, mahasiswa dapat


a. Mengidentifikasi posisi dan istilah serta bidang anatomi tubuh manusia
b. Mengaplikasikan posisi, istilah serta bidang anatomi tubuh manusia dalam
penerapan asuhan keperawatan gangguan berbagai system tubuh

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa

Posisi Anatomi

Semua deskripsi anatomis disesuaikan dengan standar posisi anatomi. Hal ini
dibuat agar tidak terjadi kesalahpahaman arti dari masing-masing pendapat. Syarat
posisi anatomi:

1. Berdiri dengan tegak, dengan kepala, kedua mata, dan jari kaki menghadap ke
depan.

2. Kedua tangan di sisi tubuh dengan telapak tangan terbuka ke depan.

3. Tungkai bawah dan kaki sejajar dan ibu jari mengarah ke depan.

Bidang Anatomi

Bidang anatomi adalah bidang yang melalui tubuh dalam


posisi anatomi:

1. Bidang median: bidang yang membagi tepat tubuh menjadi bagian kanan dan
kiri.

2. Bidang 1ystem1l: bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari
titik tertentu (tidak membagi tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan
bidang median.

3. Bidang horizontal: bidang yang terletak melintang melalui tubuh (bidang X-


Y). Bidang ini membagi tubuh menjadi bagian atas (superior) dan bawah
(inferior).

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 1


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

4. Bidang koronal: bidang 2ystem2l yang melalui tubuh, letaknya tegak lurus
terhadap bidang median atau 2ystem2l. Membagi tubuh menjadi bagian depan
(frontal) dan belakang (dorsal).

Istilah dan Posisi Anatomi

1.3 Superior(=atas) atau kranial: lebih dekat pada kepala.

Contoh: Mulut terletak superior terhadap dagu.

2. Inferior(=bawah) atau kaudal: lebih dekat pada kaki.

Contoh: Pusar terletak inferior terhadap payudara.

3. Anterior(=depan): lebih dekat ke depan.

Contoh: Lambung terletak anterior terhadap limpa.

4. Posterior(=belakang): lebih dekat ke belakang.

Contoh: Jatung terletak posterior terhadap tulang rusuk.

5. Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan.

Contoh: Otot kaki terletak superfisial dari tulangnya.

6. Profunda: lebih jauh dari permukaan.

Contoh: Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot lengan
bawah.

7. Medial(=dalam)): lebih dekat ke bidang median.

Contoh: Jari manis terletak medial terhadap jari jempol.

1.4 Lateral(=luar): menjauhi bidang median.

Contoh: Telinga terletak lateral terhadap mata.

1.5 Proksimal(=atas): lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal.

Contoh: Siku terletak proksimal terhadap telapak tangan.

10.Distal(=bawah): lebih jauh dari batang tubuh atau pangkal.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 2


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Contoh: Pergelangan tangan terletak distal terhadap siku.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 3


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 4


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Istilah dan Gerakan Anatomi

Adanya persendian memungkinkan gerakan yang bermacam-macam. Berbagai


gerak dengan persendian dikontrol oleh kontraksi otot.

1. Fleksi adalah gerak menekuk atau membengkokkan. Ekstensi adalah


gerakan untuk meluruskan. Contoh: gerakan ayunan lutut pada kegiatan gerak
jalan. Gerakan ayunan ke depan merupakan (ante)fleksi dan ayunan ke belakang
disebut (retro)fleksi/ekstensi. Ayunan ke belakang lebih lanjut disebut
hiperekstensi.
2. Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah gerakan menjauhi
tubuh. Contoh: gerakan membuka tungkai kaki pada posisi istirahat di tempat
merupakan gerakan abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki digerakkan kembali ke
posisi siap merupakan gerak adduksi (mendekati tubuh).
3. Elevasi merupakan gerakan mengangkat, depresi adalah gerakan menurunkan.
Contohnya: Gerakan membuka mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi) juga
Gerakan pundak keatas (elevasi) dan kebawah (depresi).
4. Inversi adalah gerak memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh. Eversi
adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar. Juga perlu diketahui untuk
istilah inversi dan eversi hanya untuk wilayah di pergelangan kaki.
5. Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi adalah gerakan
menelungkupkan. Juga perlu diketahui istilah supinasi dan pronasi hanya
digunakan untuk wilayah pergelangan tangan saja
6. Endorotasi adalah gerakan ke dalam pada sekililing sumbu panjang tulang
yang bersendi (rotasi). Sedangkan eksorotasi adalah gerakan rotas ke luar.

1.6 Aksis-aksis Penting tubuh

Aksis vertikal (longitudinal)


Aksis transversal (horizontal)
Aksis sagital
Kranial/superior (arah kepala)

Buku Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar | 17


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Kaudal/inferior (arah bokong)


Medial (arah tengah)
Lateral (menjauhi tengah)
B. Bidang Mediosagital

Bidang melalui aksis longitudinal dan aksis sagital dan dengan demikian juga
dinamakan mediosagital. Bidang ini membagi tubuh menjadi dua bagian yang
hampir sama separoh atau antimer (simetris)

C. Bidang Transversal dan Paramedial

Bidang sagital bidang paramedian; setiap bidang yang sejajar dengan bidang
medio sagittal. Bidang transversal bidang ini terletak tegak lurus dengan bidang-
bidang sagittal dan bidang- bidang coronal. Pada posisi berdiri mereka horizontal

D. Bidang Coronal setiap bidang yang mengandung aksis-aksis transversal dan


sejajar dengan dahi dan tegak lurus dengan bidang-bidang sagital

E. Bidang Tranversal

Medius (dalam bidang median)


Sentral (kearah tengah)
Perifer (Menuju permukaan tubuh)
Anterior/Ventral (kearah depan/abdomen)
Posterior/dorsal (kearah belakang)

1.3 Alat dan Bahan


a. Gambar anatomi tubuh
b. Spidol/Pulpen
c. Video

1.4 Cara Kerja


a. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti gambar anatomi
b. Baca dengan seksama istilah-istilah yang tersedia

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 5


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

c. Identifikasi istilah-istilah dan gambar anatomi tubuh


d. Jelaskan manfaat istilah anatomi dalam keperawatan

1.5 Hasil Pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 6


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 2: SISTEM KARDIOVASKULER


Pemeriksaan Denyut Nadi, Tekanan Darah, Bunyi Jantung Fisiologis,
Perekaman Elektrokardiogram (EKG)

1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi 7ystem kardiovaskuler, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system kardiovaskuler dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Membedakan denyut nadi pada kondisi istirahat dan setelah melakukan kegiatan
serta menjelaskan fisiologinya.
c. Membedakan TD dalam keadaan baring, duduk dan setelah aktivitas serta
menjelaskan fisiologinya
d. Membedakan bunyi jantung fisiologis dan Lokasi
e. Merekam aktivitas listrik jantung

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa

Anatomi fisiologi system kardiovaskuler dapat memberi gambaran aktivitas


listrik jantung, bunyi jantung, denyut nadi, tekanan darah dan hemodinamika tubuh.
Aktivitas listrik jantung dari system konduksi jantung yaitu SA Node, AV Node, Bundle
branch dan serabut purkinje dapat dinilai melalui perekaman elektrokardiogram (EKG).
Sistem konduksi jantung memiliki bersifat sebagai berikut:

a. Otomatisasi (Kemampuan untuk menimbulkan impuls seara spontan)


b. Ritmisasi (Pembangkit impuls yang teratur)
c. Konduktivitas/Daya konduksi (Kemampuan untuk menyalurkan impuls)
d. Daya rangsang (Kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang)
Disfungsi system konduksi dapat memberi gambaran kelainan irama jantung
(irama jantung tidak teratur, cepat atau lambat). Aktivitas listrik utama jantung yaitu
depolarisasi dan repolarisasi dari atrium dan ventrikel dapat terlihat pada hasil
rekaman EKG. Aktivitas atrium digambarkan oleh gelombang P dan aktivitas listrik
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 7
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

ventrikel digambarkan oleh gelombang QRS kompleks dangelombang T. Komponen


dasar gambaran EKG normal yaitu :
a. Gelombang P, hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri
b. Segmen PR, garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan gelombang
QRS Kompleks. Gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel menyebabkan
perubahan pada segmen PR
c. Gelombang QRS kompleks, hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri
d. Gelombang ST, garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS kompleks
dan gelombang T
e. Gelombang T, potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada
dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada
setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan
minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 8


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung
melalui arteri.

Tekanan darah dinilai dari tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
menandakan kontraksi maksimal jantung untuk mengosongkan ventrikel dan
darah di pompa keseluruh bagian tubuh, sedangkan tekanan diastolik atau tekanan
istirahat yaitu tekanan darah saat pengisian ventrikel (darah dipompa oleh atrium ke
ventrikel). Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah sistolik (bunyi yang pertama)/pengosongan ventrikel dapat
dipengaruhi oleh empat hal yaitu: 1) Volume cairan darah, 2) Viskositas/kekentalan
darah, 3) Diameter pembuluh darah, dan 4) Kebutuhan/demand tubuh terhadap
supplay darah. Tekanan darah distolik (bagian bawah) dapat di pengaruhi oleh
penurunan supplay darah dari seluruh tubuh menuju jantung. Penurunan venous
return disebabkan oleh: 1) Vasokontriksi pembuluh darah yang kronis, 2)
Artheriosklerosis (terbentuknya plak pada pembuluh darah), 3) Arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).

Pengukuran tekanan darah biasanya diukur seperti 120/80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan
disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Pemeriksaan
tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut
terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Saat yang
paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring.

Tidak ada nilai tekanan darah ‘normal’ yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi seseorang. Tekanan darah amat dipengaruhi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki
tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja
berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 9
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut
hipotensi.

Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan


sphygmomanometer dan stetoskop. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga
tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa
tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset
dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan
radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara
auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan
sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan
diastolik dengan lebih akurat.

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop atau diafragma letakkan


pada arteri brakialis, Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per
detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan
tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi
bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis
sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik
tersebut, bunyi akan menghilang.

Bunyi jantung normal terdiri dari bunyi jantung I dan II. Bunyi jantung I dihasilkan
dari penutupan katup artrioventrikuler (katup mitralis/bikuspidalis dan katup
trikuspidalis). Sedangkan bunyi jantung II dihasilkan dari penutupan katup semilunaris
(katup aorta dan katup pulmonalis). Gangguan dalam menutup atau membuka dari
katup tersebut dapat menghasilkan bunyi patologis yang disebut mumur.

Instrumen pengukur tekanan darah

Peralatan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah kita sebut dengan
tensi meter atau sfigmomanometer, seperti yang sudah anda ketahui tensi meter ada
beberapa macam, namun demikian dapat kita kelompokkan menjadi tiga
macam. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 10
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1. Tensi meter air raksa, tensi meter air raksa mempunyai kemampuan untuk
hasil pegukuran yang paling valid, namun demikian karena bahan terbuat dari
tabung kaca maka kurang fleksibel untuk di gunakan outdor.
2. Tensi meter digital, tensi meter digital mempunyai kemampuan untuk hasil
pegukuran yang paling detail menginat pengukuran menggunakan digital
sehingga aspek subyektifitas pengamatan dapat diminimalisir, namun demikian
karena untuk pengoperasionalannya menggunakan listrik dengan arus DC
(baterai) maka jika ada penurunan daya hasil pengukuran tidak valid, meskipun
sangat fleksibel untuk pengukuran outdor.
3. Tensi meter pegas/jarum, tensi meter pegas mempunyai kemampuan untuk
hasil pegukuran yang relatif kurang valid hal ini disebabkan adanya masa
kelenteruan pegas yang selalu menurun, namun demikian karena bahan terbuat
dari logam dan relatif kecil maka realtif fleksibel untuk di gunakan outdor.

Prosedur pemeriksaan tekanan darah

Pengertian

Merupakan tatacara pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah merupakan


indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi.

Tujuan

Mengetahui nilai tekanan darah sistol dan


diastol.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 11


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Persiapan pasien

1. Anda berikan posisi pengukuran pasien yang nyaman (berbaring atau duduk)
2. Jelaskan prosedur tindakan dan tujuan pemeriksaan
3. Berikan komunikasi terapeutik untuk memberikan pasien

Prosedur

CARA PALPASI

1. Jelaskan prosedur pada orang coba.


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju dibuka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brachialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar skrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat hasil.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

CARA AUSKULTASI :

1. Jelaskan prosedur pada orang coba.


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju dibuka.
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 12
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brachialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar skrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa manometer
a. Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
b. Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1.3 Alat dan Bahan


1. Jam / stopwatch
2. Tensimeter dan stetoskop
3. Persiapan alat-alat EKG
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan
warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alkohol

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 13


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)


j. Kertas tissue

1.4 Cara Kerja

Denyut Nadi

1. Duduk dengan santai, biarkan tangan dalam keadaan lemas.


2. Memegang pergelangan tangan kiri. Menempelkan jari telunjuk dan jari tengah
tepat pada pergelangan tangan tersebut.
3. Menekan sedikit sampai terasa denyutan nadi di pergelangan tangan.
4. Menghitung banyak denyut nadi masing-masing selama 1 menit dan mencatat
hasilnya.
5. Berlari selama 3 hingga 5 menit, kemudian menghitung denyut nadi masing-masing
selama 1 menit dan mencatat hasilnya.
6. Membandingkan hasil pengamatan dengan teman sekelompok. Kemudian,
mencatat hasilnya dalam bentuk tabel.

Tekanan Darah

1. Ukurlah TD sistol dan diastole orang coba dalam keadaan baring, duduk, berdiri
dan setelah aktivitas 5-10 menit
2. Catat dan bandingkan hasil pada tabel yang telah disediakan

Bunyi Jantung Fisiologis

1. Tentukan lokasi untuk mendengarkan bunyi jantung sesuai gambar berikut:

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 14


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

2. Catat dan bandingkan hasil pada tabel yang telah disediakan

Perekaman EKG

1. Pakaian orang coba dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
2. Cara Menempatkan Elektrode

3. Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan


manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
a. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan.
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 15
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

b. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
c. Kemudian kabel-kabel dihubungkan :

Hijau (LF / F ) tungkai


(RF / N) tungkai kan
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi
I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai
dengan simbol aVR, aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai
dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi
diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4
Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6
d. Sandapan yang lain dibuat bila perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 16


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)


Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)
4. Cara Merekam EKG
a. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
b. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain : Kalibrasi 1 mv (10 mm),
Kecepatan 25 mm/detik
c. Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah
kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut
d. Setelah semua lead selector terbaca, tekan star. EKG akan merekam secara
otomatis.
e. Setelah perekaman, matikan mesin EKG
f. Rapikan pasien dan alat-alat.
g. Catat identitas orang coba

1.5 Hasil Pengamatan

No Nama orang coba DN TD BJ. 1 BJ.2

1.6 Kesimpulan

1. Denyut Nadi :

2. Tekanan Darah

3. Bunyi jantung I dan II:

4. EKG

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 17


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 3 : SISTEM PERNAFASAN


Pemeriksaan Pernafasan dan Spirometri

1.1 Tujuan/Kompetensi
a. Mengukur respirasi dalam keadaan istirahat dan setelah aktivitas
b. Mengukur mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan volume
dinamik paru
c. Mengukur fungsi paru-paru dengan cara mengukur jumlah (volume) dan / atau
kecepatan (aliran) udara yang dapat dihirup dan dihembuskan.

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Pernapasan (ventilasi) adalah proses menggerakkan udara masuk dan keluar dari
paru-paru untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan internal tubuh,
terutama dengan memasukkan oksigen dan membuang karbon dioksida. Semua
makhluk aerobik membutuhkan oksigen untuk respirasi seluler, yang menggunakan
oksigen untuk memecah makanan untuk mendapatkan energi dan menghasilkan
karbon dioksida sebagai produk buangan. Pernapasan, atau "respirasi eksternal",
membawa udara ke paru-paru tempat pertukaran gas terjadi
di alveolus melalui difusi. Sistem peredaran darah tubuh mengangkut gas-gas ini ke
dan dari sel-sel, tempat "respirasi seluler" terjadi.
Laju pernapasan merupakan Tanda-tanda vital. Pengukuran laju pernapasan
bisa menunjukkan apakah Anda memiliki pernapasan normal atau tidak normal.
Pernapasan tidak normal akan mengindikasikan bahwa Anda memiliki pernapasan
cepat, lambat atau sulit bernapas.Laju pernapasan adalah jumlah tarikan napas
setiap menit. Pengukuran laju pernapasan biasa dilakukan saat sedang beristirahat.
Laju pernapasan normal untuk orang dewasa ketika beristirahat adalah 12-24 kali
per menit. Saat mengukur laju pernafasan perlu dideskripsikan frekuensi, irama dan
kedalaman. Nilai laju pernapasan normal pada anak-anak dan bayi memiliki nilai
yang berbeda. Laju pernapasan normal pada anak-anak berkisar antara 20-50 kali

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 18


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

per menit, sedangkan laju pernapasan normal pada bayi adalah 30-40 kali per
menit.
Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi
paru dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Tindakan spirometri biasanya
menghasilkan FVC (kapasitas vital paksa), yang memberitahukan dokter ahli
jumlah terbesar udara yang dapat dihembuskan oleh pasien (dengan kekuatan
maksimum) setelah diberitahu untuk menghirup udara sedalam mungkin. Jika
FVC-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari hasil normal, dokter dapat
menyimpulkan bahwa pasien memiliki masalah penyumbatan pernapasan.
Pembacaan spirometri lainnya yaitu FEV-1 (volume penghembusan udara
paksa), yang mengukur jumlah udara yang dapat pasien keluarkan dengan
paksa dari dalam paru-parunya dalam hitungan detik. Informasi ini membantu
dokter ahli menentukan dan menilai separah apa masalah pernapasan pasien.
Jika FEV-1-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari pembacaan normal,
pasien mungkin memiliki masalah obstuksi parah dalam saluran udaranya
sehingga mencegah pernapasan normal.
Cara Kerja Spirometri bergantung pada jenis peralatan yang digunakan.
Namun, untuk tes FVC, pasien biasanya diminta untuk menarik napas sedalam
mungkin. Napas ini kemudian akan dihembuskan secara paksa ke dalam corong
mesin spirometri, yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur volume
udara yang dihirup dan dihembuskan. Pasien akan diminta menghembuskan
napas ke sensor dalam waktu enam detik. Petugas kemudian akan meminta
pasien untuk menghirup udara dengan cepat untuk mengetahui keberadaan dan
menilai sejauh mana obstruksi saluran napas bagian atas. Ada juga beberapa
mesin spirometri yang membutuhkan pasien untuk menghirup udara pelan-pelan
dan menghembuskan napas ke dalam sensor untuk mengukur volume tidal.
Beberapa dokter menggunakan klip penutup hidung yang terbuat dari bahan
yang lembut dan lentur untuk mencegah udara keluar melalui hidung pasien.
Mesin juga dapat dilengkapi dengan corong khusus untuk menyaring napas
pasien dan mencegah mikroorganisme menyebar.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 19


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.3 Alat dan Bahan


a. Jam, pulpen
b. Spirometer

1.4 Cara kerja

Mengukur Pernafasan

1. Hitunglah pernafasan orang coba dalam keadaan biasa


2. Anjurkan orang coba berlari selama 5-10 menit
3. Hitung ulang pernafasan
4. Catat frekuensi, irama, dan kedalaman
5. Bandingkan hasil

Pemeriksaan Fungsi Faal Paru

Persiapan yang dilakukan sebelum pemeriksaan spirometri

 Mengerti tujuan pemeriksaan


 Bebas rokok minimal 2 jam
 Tidak boleh makan terlalu kenyang
 Berpakaian tidak ketat

Cara Pemeriksaan

 Subjek berdiri / duduk


 Melakukan manuver setelah keadaan steady state
 Pemeriksaan dilakukan sampai didapat minimal 3 hasil yang dapat diterima dan
dua diantaranya reproduksibel

Pemeriksaan spirometri yang tidak baik


Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 20
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

 Permulaan ekspirasi
 Ragu-ragu / lambat
 Batuk selama ekspirasi
 Terdapat kebocoran
 Ekspirasi tidak selesai
 Meniup lebih dari 1 kali

PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI

Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya
tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut;

1. Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan pemeriksaan


dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar

2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara
minimal 1 kali seminggu

3. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum


pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang
akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu
kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8
jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.

4. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang


baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C

MANUVER SPIROMETRI

Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat
manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk
meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal.

1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 21


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

2. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal.
Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat
menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return
ke rongga dada.

3. Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume
udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1
seperti manuver KVP.

4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi
maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal
mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir
dirapatkan pada mouthpiece.

5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal
yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat,
kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik

VOLUME PARU STATIS, terdiri dari :

1. Volume Tidal (VT) yaitu jumlah udara yang diinspirasikan atau diekspirasi setiap kali
pernapasan.

2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara yang dapat dihisap secara
maksimal setelah inspirasi biasa.

3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara maksimal setelah ekspirasi biasa.

4. Volume Residu (VR) yaitu jumlah udara yang tinggal di dalam paru pada akhir
ekspirasi maksimal.

5. Kapasitas Vital (KV) yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan maksimal setelah
inspirasi maksimal, yaitu gabungan VCI + VT + VCE.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 22


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

6. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang bisa dihisap maksimal, Yaitu
gabungan VT + VCI.

7. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) yaitu udara yang ada di dalam paru pada akhir
ekspirasi biasa, yaitu gabungan VCE + VR.

8. Kapasitas Paru Total (KPT) yaitu jumlah udar yang ada di dalam paru pada akhir
inspirasi maksimal, yaitu gabungan VCI + VT + VCE + VR.

Alat Dan Bahan

1.Spiro analyzer ST-250

2.Mouthpiece

Cara Kerja

1. Probandus dalam posisi berdiri dan pakaian longgar.

2. Tahap Persiapan :

o Hidupkan alat, biarkan  10 menit


o Tekan Tombol ID
o Masukkan data pasien : ID, umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, race
dan % race.

3.Pengukuran Vital Capacity

o Pakai penjepit hidung


o Pasang mouthpiece ke mulut, dengan posisi bibir rapat pada mouthpiece.
o Lakukan pernapasan biasa melalui alat (pernapasan melalui mulut)
o Tekan tombol VC, tekan start.
o Probandus bernapas biasa, setelah  3-4 dtk akan terdengar bunyi TIT,
probandus disuruh mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian
membuang napas sampai habis secara perlahan. Kemudian bernapas biasa
kembali.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 23


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

o Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan. Lakukan pemeriksaan


sampai 3 kali.
o Tekan tombol display, catat data : EVC, VC, % VC

4. Pengukuran Force Vital Capacity

o Pakai penjepit hidung


o Pasang mouthpiece ke mulut, dengan posisi bibir rapat pada mouthpiece.
o Lakukan pernapasan biasa melalui alat (pernapasan melalui mulut)
o Tekan tombol FVC, tekan start.
o Probandus bernapas biasa, setelah  3-4 dtk akan terdengar bunyi TIT,
probandus disuruh mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian
membuang napas secara cepat dan dihentakkan.
o Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan. Lakukan pemeriksaan
sampai 3 kali.
o Tekan tombol display, catat data : FVC, FEV1

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 24


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 4 : SISTEM REPRODUKSI


Mengamati struktur system reproduksi

1.1 Tujuan/kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi sistem reproduksi, mahasiswa dapat :
d. Menunjukkan alat reproduksi wanita dan laki-laki
e. Menjelaskan fungsi alat reproduksi wanita dan laki-laki

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan baru yang bertujuan mempertahankan dan melestarikan generasi agar
tidak punah. Proses menghasilkan keturunan diawali dengan fertilisasi. Sistem
reproduksi dari wanita di bagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan bagian
dalam. Pada bagian luar terdapat vagina dan vulva. Vagina merupakan saluran
yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai
organ kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut
dengan liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara. Vulva merupakan
suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu, labium
mayor. dan labium minor.
Alat reproduksi wanita. Organ reproduksi wanita bagian dalam terdiri dari
ovarium, fimbrae, infundibulum, oviduct, tuba fallopi, rahim/uterus, cervix, saluran
vagina, dan klitoris. Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah
sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan
kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum dan hormon wanita seperti estrogen
yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder pada wanita, membantu
prosers pematangan sel ovum. Hormon progesterone yang berfungsi dalam
memelihara masa kehamilan. Gonad perempuan adalah sepasang ovarium yang
mengapit uterus dan dipertahankan pada posisi didalam rongga abdominal oleh
ligamen. Lapisan luar dari setiap ovarium disarati oleh folikel, yang masing-masing
terdiri atas satu oosit, sel telur yang berkembang sebagian, dikelilingi oleh

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 25


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

sekelompok sel-sel penyokong. F imbrae berfungsi menangkap ovum yang


dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke
oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium
berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum
yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium. Sedangkan Infundibulum
merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan
dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh
fimbriae.
Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas
sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan
silia pada dindingnya. Kemudian oviduct merupakan saluran panjang kelanjutan dari
tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju
uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. Uterus (kantung peranakan) atau
rahim merupakan ronggs pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti
buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus
manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.
Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis
otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun
dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan
banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat
ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul
kecildi antara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan didepannya terletak
kandung kemih.. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh kembang, sehingga dapat memelihara dan
mempertahankan kehamilan selama sembilan bulan.
Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran
vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.
Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 26


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Setelah itu klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis
pada pria. Meskipun klitoris tidak sama percis dengan penis,namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa. Pada vulva bermuara dua saluran,yaitu saluran uretra
(saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung
vagina terdapat hirmen atau selaput dara. Hymen merupakan selaput mukosa yang
banyak mengandung pembuluh darah.
Alat reproduksi pada pria. Organ reproduksi pria tersusun dari organ
reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi pria
bagian luar yaitu penis dan skrotum dan organ reproduksi bagian dalam yaitu testis,
epididimis, vas deverens, saluran ejakulasi, dan uretra
Organ reproduksi luar terdiri dari penis dan skrotum. Penis merupakan organ
kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan
semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang
nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat. Scrotum merupakan selaput
pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang
sesuai bagi spermatozoa. Selain itu skrotum yang merupakan suatu lipatan dinding
tubuh, mempertahankan suhu testis sekitar 2oC di bawah suhu di dalam rongga
perut
Organ reproduksi bagian dalam yaitu testis, epididimis, vas deverens, saluran
ejakulasi, dan uretra. Gonad atau testis terdiri dari banyak saluran yang yang
menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran-
saluran ini adalah tubulus seminiferus, tempat terbentuknya sperma. Sel-sel leydig
tersebar diantara tubulus seminiferus menghasilkan testosteron dan androgen
lainnya. Dari tubulus seminiferus sebuah testis, sperma melewati saluran
menggulung yang disebut dengan epididimis. Pada manusia, sperma memerlukan
waktu 3 minggu untuk melewati saluran sepanjang 6 m setiap epididimis. Selama
perjalanan ini, sperma menyelesaikan pematangannya dan menjajdi motil,
walaupun sperma tersebut baru memperoleh kemampuan memfertilisasi sel telur
ketika terpapar kelingkungan kimiawi dari sistem reproduktif perempuan. Selama
ejakulasi sperma di dorong dari setiap epididimis melalui saluran berotot, vas

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 27


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

deferens. Setiap vas deferens menjulur di sekeliling dan di belakang kandung


kemih, tempat vas deferens bergabung dengan sebuah saluran dari vesikula
seminalis, membentuk duktus ejakulasi yang pendek. Duktus ejakulasi membuka ke
dalam, saluran keluar bagi sistem ekskresi dan juga sistem
reproduksi. Uretra membentang melalui penis dan membuka ke luar pada ujung
testis
Kelenjar pada organ reproduksi pria adalah vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar cowpery :
a. Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga
disebut dengan kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah
berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali.
Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran reproduksi wanita.
b. Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah
putih yang bersifat asam.
c. Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang
menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk
menetralkan suasana asam dalam saluran urethra

1.3 Alat dan Bahan


a. Phantom system reproduksi wanita dan pria
b. Video anatomi fisiologi system reproduksi wanita dan pria

1.4 Cara kerja


1. Amatilah phantom system reproduksi wanita dan pria
2. Amatilah video system reprodksi wanita dan pria
3. Gambarlah anatomi system reproduksi wanita dan pria dan beri keterangan
4. Jelaskan fungsi organ system reproduksi wanita dan pria

1.5 Hasil pengamatan


1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 28


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 5: SISTEM ENDOKRIN


Pemeriksaan Gula Darah

1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system endokrin, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system endokrin dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengukur nilai normal dari GDS (70-110 mg/dl)
c. Mengetahui mekanisme homeostasis hormone insulin

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Kelenjar pancreas merupakan salah satu kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormone insulin dan glucagon. Hormon insulin dan glukagon
dihasilkan oleh kelenjar beta pankreas yang berfungsi dalam pengaturan glukosa
darah melalui mekanisme umpan balik negative.
Sesaat setelah makan, maka kadar glukosa darah akan meningkat. Pada
saat itu, kadar glukosa darah akan meningkat. Sel beta pancreas akan
mengeluarkan hormon insulin untuk meningkatkan ambilan glukosa darah ke sel
yang disimpan dalam bentuk glikogen di sel otot, sel lemak dan hati untuk disimpan
sebagai cadangan energi yang sewaktu-waktu akan dipecah jika tubuh
membutuhkan energi. Kondisi ini akan menyebabkan kadar glukosa darah Kembali
normal.
Pada saat seseorang sedang lapar/puasa, kadar glukosa darah akan turun
sehingga hormone yang berperan adalah glucagon, yang berfungsi memecah
cadangan energi melalui proses glikolisis (Pemecahan glikogen atau glukosa otot
menjadi glukosa yang bersumber dari karbohidrat), glukoneogenesis (Pembentukan
glukosa yang bersumber dari selain karbohidrat) dan lipolysis (pemecahan lemak).
Kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah kembali normal. Kondisi ini disebut
mekanisme homeostasis pengaturan glukosa darah melalui mekanisme umpan
balik negative. Kedua hormone ini bekerja berlawanan dalam mempertahankan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 29


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

kadar glukosa darah agar tetap seimbang. Apabila keseimbangan ini tidak mampu
dipertahankan, maka dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) dan penurunan glukosa darah (hipoglikemia). Mekanisme
pengaturan kadar glukosa darah dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 30


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.3 Alat dan Bahan


1. Lancet
2. Alat pemeriksaan GD

1.4 Cara kerja

1. Setelah mencuci tangan, masukkan test strip ke alat ukur gula darah.
2. Tusuk ujung jari dengan lancet yang disediakan agar mengeluarkan darah.
3. pijat jari sampai keluar darah (ukuran sampel darah yang diperlukan berbeda-
beda tergantung alat ukurnya).
4. Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan
tunggu hasilnya.
5. Kadar glukosa darah akan muncul di layar alat ukur.
6. Catat hasil

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 31


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

7. Kemudian ukurlah gula darah orang coba setelah makan


8. Bandingkan hasilnya

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 32


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 6 : SISTEM PERSARAFAN


Pemeriksaan Nervus Cranial dan Refleks

1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system persarafan, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system persarafan dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Menilai nervus cranial
c. Menilai pemeriksaan refleks

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Pemeriksaan nervus kranialis dapat memberikan informasi mengenai batang
otak dan jaras terkait. Tiga refleks melibatkan saraf kranialis yang disebut refleks
protektif (Refleks kornea, muntah, dan batuk). Hilangnya respon nervus kranialis
dapat memberi informasi tentang :
1. Kegagalan menerima stimulus (kegagalan input)
2. Kegagalan untuk berespon dengan tepat (kegagalan output)
3. Kombinasi kegagalan input dan output

Saraf kranial terdiri dari dua belas pasang, terdiri dari saraf sensoris dan
motoric, yaitu :

1. Nervus I : Olfaktorius
Fungsi : Saraf sensorik untuk penciuman
2. Nervus II : Optikus
Fungsi : Saraf sensoris untuk penglihatan
3. Nervus III (Okulomotorius), Nervus trokhlearis (Nv. IV) , Nv. VI (Abdusen)
Fungsi : Saraf motorik untuk mengangkat kelopak mata ke atas, kontriksi pupil
dan Sebagian Gerakan ekstraokuler
4. Nervus IV (Trokhlearis)
Fungsi : Saraf motoric, Gerakan mata ke bawah dan ke dalam

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 33


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

5. Nervus V (Trigeminus)
Fungsi : Saraf Motorik, Gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi,
refleks kornea dan refleks berkedip
6. Nervus VI (Abdusen)
Fungsi : Saraf motorik, deviasi mata ke lateral
7. Nervus VII (Fasialis)
Fungsi motorik, untuk ekspresi wajah
8. Nervus VIII (Vestibuloochlearis)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbngan
9. Nervus IX (Glosofaringeus)
Fungsi saraf sensorik dan motoric, untuk sensasi rasa
10. Nervus X (Vagus)
Fungsi : sensorik dan motoric, refleks muntah dan menelan
11. Nervus XI (Asesoris)
Fungsi : Saraf motoric untuk menggerakkan bahu
12. Nervus XII (Hipoglosus)
Fungsi : Saraf motoric, untuk Gerakan lidah

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 34


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Pemeriksaan refleks merupakan gerakan otomatis dari tubuh untuk


melindungi tubuh dari stimulus yang tidak disadari. Gerak refleks terjadi apabila ada
stimulus yang diterima oleh sel saraf atau neuron, Misalnya stimulus tetesan air
panas akan diterima oleh reseptor saraf sebagai pesan, kemudian pesan tersebut
disampaikan ke neuron sensoris. Stimulus diteruskan ke medulla spinalis untuk
diolah kemudian dikembalikan ke organ tubuh (misalnya otot) melalui saraf motoric.
Neuron tersebut memberi informasi bahwa stimulus rasa panas tersebut harus
dihindari dengan Gerakan spontan. Gerakan ini terjadi kurang dari satu detik.
Refleks ada yang fisiologis dan patologis. Gerak refleks fisiologis merupakan refleks
yang seharusnya muncul pada orang normal. Artinya jika dalam pemeriksaan refleks
tersebut, responnya negative, maka ada kelainan pada jaras sarafnya. Sedangkan
refleks patologis merupakan refleks yang seharusnya tidak ditemukan pada orang
normal. Jika responnya positif, maka ada kelainan pada jaras sarafnya.

1.3 Alat dan Bahan


1. Kapas, kapas lidi atau cotton bud
2. Gula, kopi, garam,asam
3. Kayu putih, alcohol
4. Snellen chart, Ishihara book

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 35


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

5. Benda dengan warna terang


6. Pen light, garpu tala
7. Hammer

1.4 Cara kerja

Pemeriksaan Nervus Cranialis

1. Nervus I (Olfaktorius)
 Minta orang coba untuk menutup mata
 Minta juga untuk menutup salah satu hidungnya
 Dekatkan kayu putih / alcohol kehidung pasien
 Minta pasien untuk mengatakan bau yang dirasakan.
2. Nervus Kranial II (Optikus)
a. Visus
 Minta orang coba untuk duduk pada jarak 5 / 6 meter
 Minta orang coba untuk menutup salah satu matanya
 Minta orang coba untuk membaca huruf dari ukuran paling besar sampai
ukuran yang kecil.
b. Lapang Pandang
 Perawat berdiri 60 cm dari pasien dan saling menatap
 Objek diletakkan ditengah-tengah antara mata pemeriksa dan mata orang
coba
 Untuk memeriksa mata kanan, tutup mata kiri orang coba dan mata kanan
pemeriksa
 Bandingkan lapang pandang pemeriksa dan orang coba.
c. Penglihatan Warna
 Siapkan buku ishihara
 Minta orang coba untuk mengatakan / menunjukkan bentuk benda pada
buku ishihara.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 36


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

3. Nervus Kranial III, IV, VI


a. Pemeriksaan Pupil
 Siapkan pen light
 Sorotkan cahaya dari penlight ke mata orang coba secara langsung dari
arah samping
 Perhatikan perubahan pada pupil orang coba, Catat hasilnya
 Selanjutnya tempatkan cahaya penlight ditengah-tengah hidung pasien
orang coba
 Perhatikan kedua pupil orang coba untuk menentukan isokor / anisokor.
b. Refleks Kornea
 Sediakan kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus
 Minta orang coba untuk melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan
kepala
 Sentuhlah dengan hati-hati sisi kornea dengan hati-hati
 Respon berupa kedipan mata.
4. Nervus Kranial V
a. Sensorik
 Buat kapas menjadi silinder kecil
 Minta orang coba untuk menutup mata
 Apuskan pilihan kapas ke daerah optalmikus, maksilaris, dan mandibularis
pasien
 Respon orang coba dalam keadaan cepat.
b. Motorik
 Pegang otot masseter dan temporalis pasien
 Minta orang coba untuk melakukan gerakan mengunyah
 Respon bila teraba gerakan pada saat orang coba mengunyah.
5. Nervus Kranial VII
a. Sensorik
 Buat larutan gula, garam, kopi,asam
 Minta orang coba untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahnya

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 37


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

 Teteskan larutan tersebut satu persatu ke sisi depan samping dan belakang
lidah
 Respon orang coba akan merasakan larutan tersebut di 1/3 anterior
lidahnya.
b. Motorik
 Minta orang coba untuk menutup matanya erat-erat, tersenyum, atau
mengerutkan wajahnya
 Perhatikan kesimetrisan sisi wajah kiri dan kanan
 Respon kedua sisi wajah bergerak secara simetris.
6. Nervus Kranial VIII
a. Akustikus
 Garpu tala digetarkan kemudain pangkalnya ditempelkan pada tulang
mastoid orang coba
 orang coba diminta untuk melaporkan bunyi garpu tala bila tidak terdengar
lagi
 Garpu tala dipindahkan ujungnya yang berada kira-kira 3 cm di depan liang
telinga
 Bila suara masih terdengar dikatakan rinne positif, bila tidak dapat didengar
dinamakan rinne negatif.
b. Vestibularis
 orang coba berjalan dilantai dengan pangkal dan ujung kaki bersentuhan
dengan mata tertutup.
 Perhatikan reaksinya.
7. Nervus Kranial IX
 Minta pasien untuk membuka mulutnya dan mengatakan “ah”
 Perhatikan gerakan ovula orang coba
8. Nervus Kranial X
 Minta orang coba untuk membuka mulutnya lebar-lebar
 Minta orang coba untuk mengatakan “ah”
 Perhatikan gerakan ovula orang coba
9. Nervus XI

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 38


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

a. Sternokleidomastoideus
 Letakkan tangan perawat di pipi orang coba
 Minta orang coba untuk menggerakkan kepalanya ke arah kiri
 Sementara perawat memberikan tahanan ke arah kanan
 Rasakan reaksinya.
b. Travezius
 Letakkan tangan perawat di bahu orang coba
 Minta orang coba untuk mengangkat bahunya
 Sementara perawat memberikan tekanan kearah bawah
 Rasakan reaksinya.
10. Nervus Kranial XII
 Minta orang coba untuk menjulurkan lidahnya
 Anjurkan untuk menggerakkan lidahnya ke kiri dan ke kanan
 Perhatikan arah gerakan dan kesimetrisan lidah orang coba

Pemeriksaan Refleks

1. Refleks bisep

 Fleksikan lengan orang coba pada bagian siku sampai 45 derajat dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
 Letakkan ibu jari anda di fosa antekubital di dasar tendon bisip dan jari – jari lain
anda di atas tendon bisep
 Pukul ibu jari anda dengan refleks hammer

2. Refleks trisep

 Letakkan lengan penderita di atas lengan pemeriksa


 Tempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan ekstensi
 Minta orang coba untuk merilekskan lengan bawah
 Raba trisep untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
 Pukul tendo triseps yang lewa fosa olekrani dengan refleks hammer

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 39


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

3. Refleks patela

 Minta orang coba duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur atau kursi
atau minta orang coba berbaring terlentang dan sokongan lutut dalam posisi
fleksi 90 derajat
 Raba daerah tendo patela
 Satu tangan meraba paha penderita bagian

4. Refleks achilles

 Minta orang coba untuk mempertahankan posisi, seperti pada pengujian patella
 Dorsifleksikan pergelangan kaki orang coba dengan memegang jari-jari kaki
dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas.
 Pukul tendo achilles tepat di atas tumit pada maleolus pergelangan.

5. Refleks plantar ( babinski)

 Gunakan benda yang memiliki ketajaman sedang , seperti ujung hammer, kunci ,
atau stik aplikator.
 Goreskan ujung benda tadi pada telapak kaki orang coba bagian lateral, dimulai
ujung telapak kaki belakang terus ke atas dan berbelok sampai pada ibu jari.

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 40


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 7: SISTEM SENSORIS


Pemeriksaan Fungsi Penglihatan, Pendengaran,
Penciuman, Pengecapan

1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system sensoris, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system sensoris dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengetahui tajam penglihatan
c. Mengetahui fungsi pendengaran
d. Mengetahui fungsi penciuman
e. Mengetahui fungsi pengecapan

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Organ sensoris terdiri dari mata, telinga, pengecap, hidung dan kulit. Organ
tersebut dalam melaksanakan fungsinya melibatkan reseptor, saraf sensoris, saraf
penghubung/corteks cerebri, saraf motorik dan efektor.
Proses melihat diawali oleh adanya cahaya yang dipantulkan benda yang
ditangkap oleh mata, menembus kornea dan diteruskan melalui pupil. Intensitas
cahaya yang telah di atur oleh pupil diteruskan menembus lensa mata. Daya
akomodasi pada lensa mengatur cahaya supaya jatuh tepat di bintik kuning. Pada
bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan batang, kemudian disampaikan
ke otak tepatnya di corteks penglihatan (lobus oksipitalis) untuk diterjemahkan,
sehingga kita dapat melihat benda.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 41


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk menebal dan


menipis, tergantung dari jarak obyek dari mata. Proses akomodasi mata dapat
dilihat dari gambar berikut :

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 42


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Proses mendengar dapat dilihat pada gambar berikut :

Proses mengecap merupakan hasil stimulasi ujung saraf pada lidah terhadap
zat kimiawi. Stimulus akan menjalar ke nervus VII dan IX di otak dan diteruskan ke
thalamus untuk diterjemahkan di lobus parietalis, sehingga kita dapat membedakan
rasa asam, asin, manis dan pahit.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 43


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Proses membau dari hidung sangat ditentukan oleh saraf olfatorius yang
terdapat pada mukosa hidung. Proses membau dapat dilihat pada gambar berikut :

1.3 Alat dan Bahan


1. Snellen chart
2. Garpu tala
3. Minyak kayu putih, alcohol
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 44
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

4. Air gula (Sukrosa), asam sitrat, garam (natrium klorida), Kafein (Kopi),cotton bud

1.4 Cara kerja

Pemeriksaan Visus

1. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari orang coba dengan posisi lebih
tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal dapat
melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila
berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20,
ada juga log (logaritma).
2. Pastikan cahaya harus cukup
3. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
4. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

 Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka
tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
 Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal,
cek pada 1 baris tersebut
o Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 1.
o Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
o Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada,
berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat
dibaca.
o Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris
di atasnya.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 45


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Pemeriksaan Penciuman

1. Mintalah orang coba menutup mata


2. Tutuplah salah satu lubang hidung, kemudian dekatkan 2 bahan berbeda secara
bergantian
3. mintalah orang coca menyebutkan benda tersebut

Pemeriksaan Pendengaran

a. Uji weber (untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural.

1)Pukulkan garputala pada telapak tangan.


2)Letakkan garputala pada garis tengah kepala pasien.
3)Tanyakan pada pasien letak suara yang terdengar paling keras.

 Hasil: pada pasien sensorineural, suara terdengar pada telinga yang tidak
terganggu. Sedangkan pada tuli konduktif, suara terdengar lebih jelas pada
telinga yang terganggu.
b. Uji rinne (untuk membandingkan hantaran udara dan tulang).
1. Pukulkan garputala pada telapak tangan.
2. Letakkan batang garputala ke tulang mastoideus pasien.
3. Ketika pasien menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi, dekatkan gigi
garputala ke meatus eksternus salah satu telinga.
4. Lakukan cara yang sama pada telinga lainnya.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 46


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Gambar: rinne and weber test

c. uji Scwabach (untuk membandingkan hantaran bunyi dari 2 subyek).

1. Getarkan garputala yang dipegang


2. Letakkan ujung garputala pada lubang telinga pasien
3. Ketika pasien menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi,
4. Lakukan cara yang sama pada telinga subyek kedua atau pemeriksa
5. Bandingkan hasilnya dari kedua subyek tersebut
6. Hasil:

a. Normal: anak akan mendengar suara garputala di meatus eksternus


setelah tidak terdengar di prosesus mastoideus dan suara dapat
terdengar sama baiknya.
b. Abnormal: pada kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan
suara yang dihantarkan lewat udara lebih baik dari pada lewat tulang
dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 47


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Pemeriksaan Pengecapan

1. Teteskan masing-masing bahan pada lidah sesuai gambar


2. Teteskanmasing-masing bahan pada lidah secara acak tidak sesuai gambar

Hasil pengamatan
b. Pemeriksaan Visus

c. Pemeriksaan penciuman

d. Pemeriksaan pendengaran

e. Pemeriksaan Pengecapan

1.5 Kesimpulan

a. Pemeriksaan Visus

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 48


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

b. Pemeriksaan penciuman

c. Pemeriksaan pendengaran

d. Pemeriksaan Pengecapan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 49


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 8 : SISTEM INTEGUMEN

1.1 Tujuan
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system integumen, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system integument dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengidentifikasi anatomi fisiologi system integumen

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Sistem integumen terdiri dari kulit, rambut dan kuku. Kulit berfungsi sebagai
pelindung tubuh dari rangsangan eksternal tubuh. Letak reseptor pada kulit dapat
dilihat pada gambar berikut :

Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai reseptor sensoris untuk stimulus :
Nyeri
Reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh jaringan baik
di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam.
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 50
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Panas dan dingin


Reseptor untuk rasa panas berupa ujung saraf.
Sentuhan
Reseptornya berupa korpus Meissner, dan ujung saraf yang melingkari akar rambut,
yang semuanya terdapat di dekat permukaan kulit. Sedangkan korpus Ruffini
berfungsi pada sentuhan yang kuat.
Tekanan
Reseptor tekanan adalah korpus Paccini, korpus Ruffini dan korpus Krause, yang
terletak agak dalam pada kulit

1.3 Alat dan Bahan


a. Gambar anatomi system integument
b. Video

1.4 Cara Kerja


a. Amatilah anatomi system integument
b. Untuk memudahkan memahami struktur dan fungsi, silahkan menyimak video
anatomi fisiologi system integument

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 51


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 9 : SISTEM MUSKULOSKELETAL


Pemeriksaan Kekuatan Otot dan Pergerakan Sendi

1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system muskuloskeletal, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system muskuloskeletal dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Menyusun dan mengidentifikasi rangka manusia
c. Mengidentifikasi otot manusia
d. Menilai kekuatan otot dan pergerakan sendi

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Sistem musculoskeletal berfungsi untuk menopang tubuh, melindungi beberapa
organ penting tubuh diantaranya otak dan jantung, untuk pergerakan dan
menyimpan beberapa mineral penting tubuh. Beberapa factor yang mempengaruhi
aktivitas seperti gangguan saraf, gangguan fungsi sistem muscular, hambatan
mobilitas, kelemahan dan keletihan karena penyakit tertentu. Oleh karena itu,
perawat harus melakukan Latihan Range of Movement (ROM), mengkaji kekuatan
otot dan sendi, ada tidaknya kelainan otot dan sendi. Gerakan-gerakan sendi dapat
dilihat pada gambar berikut :

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 52


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

ROM ( Range of Motion ) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau
batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya
kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. ROM adalah
latihan gerakan sendi untuk mengerakkan sendi pada kondisi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot , yang bisa dilakukan secara aktif maupun
pasif.

Manfaat ROM adalah menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan, mengkaji tulang otot dan sendi, mencegah terjadinya kekakuan
sendi. Latihan ini bertujuan untuk m atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan
otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi

Aktif ROM
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh orang itu sendiri secara mandiri. Tujuan
ROM aktif adalah meminimalisasi efek immobilisasi, meningkatkan sirkulasi darah dan
cairan synovial, memberikan kekuatan yang cukup pada otot, memberikan pengaruh
kinesthesia. Indikasinya adalah kontraksi aktif dari otot menurun dan kekuatan otot
75%. Kontra Indikasi adalah nyeri berat, sendi kaku atau tidak dapat bergerak, stroke
Pasif ROM
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh seseorang yang dibantu oleh orang lain.
Hal ini dilakukan dikarenakan seseorang tidak punya kemampuan untuk melakukan
pergerakan secara mandiri. Latihan ini bertujuan mempertahankan fungsi sendi dan
otot sebaik mungkin, mempertahankan area sendi tetap fleksibel, mempertahankan
aliran darah. Indikasinya adalah Orang yang keterbatasan fisik, pasien yang
termobilitasi di tempat tidur atau kursi roda, kondisi yang tidak memungkinkan
melakukan ROM secara mandiri. Kontra Indikasi adalah Emboli dan keradangan pada
pembuluh darah, Kelainan sendi, Orang coba fase imobilisasi karena kasus penyakit (
jantung )

1.3 Alat dan Bahan


a. Rangka manusia

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 53


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

b. Anatomi otot
c. Video

1.4 Cara kerja


1. Amatilah gambar rangka dan otot manusia
2. Cara pemeriksaan kekuatan otot dan pergerakan sendi orang coba
a. Orang coba posisi berdiri, amati struktur rangka. Perhatikan apakah ada
kelainan dan deformitas
b. Minta orang coba menggerakkan persendian ekstremitas. Amati apakah ada
kontraktur
c. Minta orang coba merentangkan kedua lengan ke depan, amati adanya ukuran
otot terhadap adanya pengecilan atau atropi otot dan pembesaran otot atau
hipertropi
d. Lakukan palpasi otot, catat adanya kelainan otot
e. Periksa otot sternoleidomastoideus dengan meminta orang coba menengok ke
salah satu sisi dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
f. Periksa otot trapeziuz dengan meletakkan tangan pada bahu orang coba, lalu
orang coba menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa
g. Periksa otot deltoideus dengan meminta orang oba mengangkat kedua lengan
dan melawan dorongan tangan pemeriksa kea rah bawah
h. Periksa otot panggul dengan meminta orang coba terlentang dengan kedua
tungkai ekstensi. Letakkan tangan di atara kedua lutut orang coba. Minta orang
coba mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai ke bawah.
i. Periksa abduksi panggul, minta orang coba terlentang dengan kedua tungkai
ekstensi. Tangan diletakkan pada permukaan lateral masing-masing lutut orang
coba. Minta orang coba meregangkan kedua tungkai, melawan tahanan
pemeriksa.
j. Periksa adduksi panggul. Orang coba terlentang dengan kedua tungkai
ekstensi. Letakkan tangan di antara kedua lutut orang coba. Minta orang coba
mengangkat salah satu tungkai melawan tahanan pemeriksa. Palpasi otot
apakah ada kelainan otot, kekuatan otot

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 54


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

k. Periksa biseps dengan meminta orang coba merentangkan kedua lengan dan
menoba memeluknya. Pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi.
l. Periksa triseps dengan meminta orang coba merentangkannya melawan usaha
pemeriksa untuk membuat lengan orang coba tetap fleksi
m. Periksa otot pergelangan tangan dan jari-jari dengan meminta orang oba
meregangkan kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan
kelima jari
n. Periksa kekuatan genggaman dengan meminta orang coba menggenggam
jari telunjuk dan jari tengan pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman
orang coba
o. Periksa hamstring dengan meminta orang coba terlentang, kedua lutut ditekuk.
Minta orang coba meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
p. Periksa kuadrisep, minta orang coba terlentang, lutut setengah ekstensi. Orang
coba menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut
q. Periksa otot mata kaki dan kaki dengan meminta orang coba melawan usaha
pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan kakinya
r. Pemeriksa melakukan palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk
menemukan adanya edema, nyeri tekan, bengkak, krepitasi dan nodul.
Kekuatan skala otot
Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
(hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau
melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

3. Pemeriksaan pergerakan sendi dengan Latihan Range of Movement (ROM)


Gerakan leher

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 55


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Ambil bantal dibawah kepala orang coba

1) Fleksi dan Ekstensi Leher


Letakkan satu tangan di bawah kepala orang coba , tangan yang lainnya di
atas dagu orang coba.
Fleksi : gerakkan kepala ke depan sampai menyentuh dada (45°)

Eksistensi : kembalikan ke posisi semula tanpa disangga bantal (45°)

2) Fleksi Lateral
a) Letakkan kedua tangan pada pipi orang coba
b) Gerakkan kepala orang coba kearah kanan dan kiri (40-45°)

Gerakan bahu
1) Mulai masing-masing gerakan dari lengan orang coba
Pegang lengan di bawah siku dengan tangan kiri pemeriksa dan pegang
pergelangan tangan orang coba dengan tangan kanan pemeriksa.
2) Fleksi dan Eksistensikan Bahu.
Fleksi : Menaikkan lengan dari posisi disamping tubuh kedepan keatas (180°)
Eksistensi : mengembalikan lengan orang coba ke posisi di samping tubuh
(180°)
3) Abduksikan bahu dan adduksikan bahu
Abduksi : Gerakkan lengan menjauhj tubuh dan menuju kepala orang coba
sampai tangan diatas kepala (180°)
Adduksi : Menurunkan lengan orang coba ke samping tubuhnya sampai tangan
yang bersangkutan menyentuh tangan pada sisi sebelahnya (320°)
4) Rotasikan bahu internal dan eksternal.
Rotasi internal : Letakkan lengan menjauhi tubuh sejajar dengan bahu, siku
membentuk sudut 90° dengan kasur. Gerakkan lengan ke bawah hingga
telapak tangan menyentuh kasur
Rotasi eksternal : Kemudian gerakkan lengan ke atas hingga punggung tangan
menyentuh tempat tidur (90°)

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 56


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Gerakan siku
1) Fleksi dan eksistensikan siku
Fleksi : Bengkokkan siku hingga tangan menyentuh dagu(150°)
Eksistensi : Luruskan kembali ke tempat semula (150°)
2) Pronasi dan supinasikan siku
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke posisi semula (80-
90°)
3) Fleksi radial/radial deviation (abduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari (30°)
4) Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari kelima (30-50°)

Gerakan pergelangan tangan

1) Fleksi pergelangan tangan


Genggam telapak dengan satu tangan, tangan lainnya menyangga lengan
lengan bawah.
Bengkokkan pergelangan tangan ke depan (80-90°)
2) Eksistensi pergelangan tangan
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan keposisi semula ( 80-
90°)
3) Fleksi radial / radial deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelanggan tangan secara lateral menuju ibu jari (30°)
4) Fleksi ulnar/ ulnar deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelanggan tangan secara lateral kea rah jari kelima (30-50°)

Gerakan jari-jari Tangan


1) Fleksi
Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari ke arah telapak tangan (tangan
menggenggam)
2) Eksistensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula ( buka genggaman tangan )

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 57


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

3) Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin (30-60°)
4) Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan (30°)
5) Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula (30°)
6) Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan ke ibu jari

Gerakan pinggul dan lutut


Untuk melakukan gerakan ini ini, Letakkan satu tangan di bawah lutut orang
coba dan tangan yang lainnya di bawah mata kaki orang coba
1) Fleksi dan Eksistensi Lutut Dan Pinggul
Fleksi : angkat kaki dan bengkokkan lutut. Gerakan lutut ke atas menuju dada
sejauh mungkin (90-120°)
Eksistensi : kembalikan lutut kebawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki
2) Abduksi dan adduksi kaki
Abduksi : Gerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh orang coba (30-50°)
Adduksi : Menggerakkan kaki kembali ke posis medial dan melebihi jika mungkin
(30-50°)
3) Rotasikan pinggul internal dan eksternal
Rotasi internal : Putar kaki dan tungkai ke arah dalam (90°)
Rotasi eksternal : Putar kaki dan tungkai ke arah luar (90°)

Gerakan kaki dan Pergelangan kaki

1) Dorsokfleksi telapak kaki


Letakkan satu tangan di bawah tumit
Tekan kaki orang coba dengan lengan anda untuk menggerakkannya ke arah
kaki ( 120- 130°)
2) Fleksi plantar telapak kaki

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 58


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Letakkan satu tangan pada punggung telapak kaki dan tangan lainnya berada
pada tumit.
Dorong telapak kaki menjauh dari kaki (120-130°)
3) Fleksi dan eksistensi jari-jari kaki
Letakkan satu tangan pada punggung kaki orang coba , letakkan tangan lainnya
pada pergelangan kaki.
Fleksi : Bengkokkan jari-jari kaki ke bawah (30-60°)
Eksistensi : Kembalikan lagi pada posisi semula ( 30-60°)
4) Inversi dan eversi telapak kaki
Letakkan satu tangan dibawah tumit , dan tangan yang lainnya diatas punggung
kaki.
Inversi : Putar telapak kaki ke samping dalam (medial)
Eversi : Putar telapak kaki ke samping luar (lateral)

Gerakan Hiperektensi
Bantu orang coba untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat
dengan pemeriksa.
1) Hiperektensi leher
Letakkan satu tangan, tangan lainnya pada kepala bagian belakang. Gerakkan
kepala ke belakang (10°)
2) Hiperektensi bahu
Letakkan satu tangan diatas bahu orang coba dan tangan yang lainnya dibawah
siku. Tarik lengan ke atas dan ke belakang
3) Hiperekstensi pinggul
Letakkan satu tangan diatas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah. Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul (30-50°)

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 59


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.5 Hasil pengamatan


a. Pengamatan rangka dan otot

b. Penilaian kekuatan otot

c. Penilaian pergerakan sendi

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 60


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 10: SISTEM PERKEMIHAN


Pemeriksaan Berat Jenis Urin dan Volume urine

1.1 Tujuan
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system perkemihan, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system muskuloskeletal dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengetahui fungsi pemekatan atau pengenceran oleh ginjal.
c. Mengukur nilai normal dari BJ urin (1,003-1,030).
d. Mengukur volume urin normal (600-1600 ml/24 jam), oliguria(100-600 ml/hr),
anuria (≤100 ml/hr)

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Berat jenis urine dan volume urine sangat ditentukan oleh volume darah
yang terfiltrasi di glomerulus. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh volume cairan.
Apabila seseorang mengalami kelebihan cairan, maka jumlah darah yang difiltrasi di
glomerulus juga meningkat sehingga volume urine akan meningkat. Sebaliknya
apabila seseorang mengalami dehidrasi, maka jumlah darah yang terfiltrasi di
glomerulus juga menurun, sehingga volume urine akan menurun. Keadaan ini akan
selalu dipertahankan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Pengaturan ini melibatkan kelenjar endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem
persarafan dan sistem perkemihan. Sebagaimana digambarkan sebagai berikut :

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 61


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.3 Alat dan Bahan


1. Urinometer
2. Aquadest
3. Air Aqua

1.4 Cara kerja

1. Kalibrasi urinometer dengan aquades


2. Isi beaker glass dengan urin sampai 3/4 penuh. Hilangkan buih yang timbul
dengan menggunakan kertas saring atau dengan cara menambahkan 1 tetes
eter
3. Masukan urinometer dengan cara memutar pada sumbunya. Jangan sampai
menyentuh dasar dan dinding beaker glass
4. Baca meniskus pada urinometer
5. Amatilah volume, warna dan kejernihan urine orang coba yang kurang minum
dan banyak minum

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 62


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 63


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 11: SISTEM LIMFATIK DAN KEKEBALAN TUBUH


Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Haemoglobin (Hb)

1.1 Tujuan
Setelah mempelajari anatomi fisiologi sistem limfatik dan kekebalan tubuh,
mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi sistem limfatik dan kekebalan tubuh
dalam penerapan asuhan keperawatan
b. Menentukan Golongan Darah ABO dan reaksi aglutinasi
c. Mengukur kadar Hb dalam darah.

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Pemeriksaan golongan darah ABO sangat ditentukan oleh kandungan
antigen dan antibody spesifik yang terdapat dlam sel darah, yang diturunkan melalui
gen dari kedua orang tua. Sistem golongan darah ABO membagi golongan darah
menjadi 4, yaitu
a. Golongan darah A, memiliki kombinasi antigen A dan antibody B
b. Golongan darah B, memiliki kombinasi antigen B dan antibodi A
c. Gongan darah AB, memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki antibody
A dan B
d. Golongan darah O tidak memiliki antigen A dan B tapi memiliki antibody A
dan B
Hemoglobin adalah protein pengikat oksigen yang ada di dalam sel darah
merah atau eritrosit yang memberi warna merah pada eritrosit. Hemoglobin
berfungsi mengikat oksigen dan mendistribusikan ke seluruh tubuh. Oleh karena itu,
kadarnya harus tetap dipertahankan dalam keadaan normal. Hemoglobin juga
membantu mempertahankan bentuk eritrosit bulat dengan bagian tengah lebih pipih
agar mudah bergerak dan mengalir di dalam pembuluh darah.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 64


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.3 Alat dan Bahan


a. Serum yang terdiri atas:

 serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau,


 serum anti-B biasanya berwarna kuning,
 serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna

b. Blood lancet, Kapas Alkohol, Kertas/gelas objek


c. Kertas filter, buku talquist (calorimeter Hb)

1.4 Cara kerja


Golongan Darah ABO
1. teteskan 1 tetes serum anti A disebelah kiri, 1 tetes tetes serum anti B ditengah,
dan 1 tetes serum anti AB disebelah kanan. Pada kaca obyek yang lain teteskan
1 tetes serum anti-D (anti Rhesus) disebelah kiri dan 1 tetes serum yang akan
diperiksa sebagai kontrol disebelah kanan.
2. Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes darah yang akan diperiksa,
campurkan dengan cara menggoyangkan kedepan dan kebelakang, sambil
diamati adanya gumpalan (aglutinasi) berupa titik-titik halus seperti pasir yang
akan terjadi.
3. Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah percampuran serum

Aglutinasi Terjadi Pada Penilaian


Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D Gol. Darah Rh
+ - + + A Positif
- + + + B Positif
+ + + - AB Negatif
- - - - O Negatif

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 65


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Haemoglobin (Metode Talquist)


1. Meneteskan darah pada kertas filter.
2. Membiarkan selama 30 detik
3. Setelah 30 detik, mencocokkan warna darah pada kertas filter dengan
calorimeter HB dalam buku talquist, kemudian mencatat dalam persen.
4. Mengubah hasil dalam persen ke dalam satuan mg% (% hasil x22)
5. Laki-laki dewasa : 14-18 mg%
6. Perempuan dewasa : 12-16mg%

Haemoglobin (Metode Sahli)

1. Tabung diisi dengan 0.1 N HCl sampai tanda/angka 2 (1/2 – 1 cc)


2. Gunakan bloods lancet pada ujung jari tengah
3. Darah dihisap dengan pipet sampai tanda 20 dan sebelum menjedal segera
dihembuskan ke dalam tabung. Untuk membersihkan sisa darah dalam pipet,
HCl dalam tabung dihisap dan dihembuskan lagi 3 kali.
4. Tunggu 1-2 menit. Bandingkan dengan warna standar
5. Catat hasil

1.5 Hasil pengamatan


1. Golongan Darah ABO

2. Haemoglobin

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 66


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.6 Kesimpulan

1. Golongan Darah ABO

2. Haemoglobin

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 67


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 12: SISTEM PENCERNAAN


Anatomi Fisiologi Sistem Penernaan

1.1 Tujuan
Setelah mempelajari anatomi fisiologi sistem pencernaan tubuh manusia,
mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi sistem pencernaan tubuh dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengidentifikasi anatomi fisiologi sistem pencernaan

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Anatomi sistem pencernaan berfungsi untuk ingesti, digesti,absorbs dan
ekskresi. Semua makanan yang kita makan akan dicerna secara mekanik dan
kimiawi dengan bantuan sejumlah enzim yang terdapat di sepanjang saluran cerna.
Proses mekanik adalah proses perubahan makanan dari bentuk besar menjadi
partikel lebih kecil dengan bantuan gigi dan lidah. Selain itu, proses mekanik juga
terjadi di kerongkongan dan lambung untuk mengaduk makanan menjadi partikel
yang mudah dicerna di usus. Proses kimiawi adalah proses perubahan zat makanan
dari bentuk kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana, dengan bantuan enzim
di sepanjang saluran cerna.
Organ pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil,
usus besar, rectum dan anus. Dalam menjalankan fungsinya, sistem pencernaan
dibantu oleh sistem assesoris meliputi, kelenjar ludah, hati, pancreas dan kelenjar
empedu.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 68


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1.3 Alat dan Bahan


a. Anatomi sistem pencernaan
b. Video sistem penernaan

1.4 Cara kerja


1. Amatilah gambar antomi sistem pencernaan
2. Amatilah video anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
3. Gambarkan bagian-bagian sistem pencernaan dan kelenjar assesoris
4. Jelaskan fungsi dari sistem pencernaan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 69


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

5. Jelaskan proses pencernaan makanan sampai proses pembuangan sisa


makanan dari saluran cerna

1.5 Hasil pengamatan

1.6 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 70


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

PRAKTIKUM 13: METABOLISME DAN PENGATURAN SUHU TUBUH


Pengukuran Suhu Tubuh

1.1 Tujuan
Setelah mempelajari metabolism dan pengaturan suhu tubuh manusia, mahasiswa
dapat :
a. Mengaplikasikan konsep metabolisme dan pengaturan suhu tubuh dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengetahui suhu tubuh oral, rectum, anus dan membrane timfani

1.2 Petunjuk untuk Dosen, Fasilitator dan Mahasiswa


Demam merupakan suatu mekanisme perlawanan dari tubuh terhadap
benda asing/mikroorganisme pathogen di dalam tubuh. Kuman yang masuk ke
dalam tubuh akan melepaskan zat pyrogen ke dalam darah. Sel kekebalan tuguh
juga akan melepaskan zat pyrogen sebagai sinyal untuk mengaktifkan sistem
pertahanan tubuh. Zat pyrogen akan mengalir ke otak dan hipotalamus sehingga
terjadi pergeseran set point untuk meningkatkan suhu tubuh. Peningkatan suhu
tubuh akan meningkatkan denyut jantung dan metabolieme tubuh, badan
mengngigil karena otot yang berkontraksi, aliran darah ke kulit menurun, sehingga
kulit terlihat pucat dan kering.
Sebenarnya demam bermanfaat bagi tubuh yaitu mengerahkan pasukan
sistem kekebalan tubuh untuk melawan mikroorganisme pathogen, membatasi
tumbuh kembang kuman, meningkatkan kerja obat antibiotik dan memperepat
pemulihan jaringan. Apabila suhu tubuh sudah melebihi ambang batas dari tubuh,
maka tubuh akan berusaha mengeluarkan panas dengan respon menggigil. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot dan rangka, sehingga metabolism tubuh menjadi
naik. Akibatnya terjadi produksi panas yang dikeluarkan melalui keringat. Terdapat
4 mekanisme kehilangan panas tubuh yang menjadi dasar dalam perawatan pasien
demam, yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan epavorasi

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 71


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Pengaturan suhu tubuh diatur di hipotalamus anterior dan posterior. Pada


saat temperature tubuh meningkat, akan menstimulasi hipotalamus, mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah di kulit dan mengaktivasi kelenjar keringat, sehingga suhu
tubuh Kembali normal. Sebaliknya, jika suhu tubuh menurun, hipotalamus akan
menstimulasi kontraksi otot skelet dan kontriksi pembuluh darah, sehingga
temperature tubuh kembali normal.

Suhu inti merupakan suhu tubuh yang sebenarnya yang dapat diukur melalui
pemeriksaan suhu tubuh pada gendang telinga dengan thermometer infra red dan
rektum. Suhu permukaan, biasanya diukur di permukaaan kulit seperti di dahi, dan
aksilla
Kontra Indikasi Metode oral
1. Pasien yang tidak mampu menahan termometer dalam mulut mereka.
2. Pasien yang mungkin akan menggigit termometer seperti pasien psikiartik.
3. Bayi dan anak-anak masih kecil

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 72


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

4. Pembedahan/infeksi pada rongga mulut


5. Trauma wajah/mulut
6. Pasien yang bernapas dengan mulut
7. Pasien dengan riwayat kejang
8. Pasien tidak sadar/setengah sadar/disorientasi
9. Pasien yang sedang menggigil
10. Pasien yang tidak kooperatif
11. Pasien yang tidak dapat mengikuti instruksi

Kontra Indikasi Metode rektal


1. Pasien yang baru saja selesai menjalani pembedahan rektal
2. Kelainan rektal apapun (hemoroid/tumor)
3. Pasien yang mengalami kesulitan mengatur posisi yang diperlukan untuk
pengukuran suhu rektal
4. Pasien dengan penyakit jantung akut
5. Pasien diare
6. Trombositopenia
Kontra indikasi Metode aksila
1. Pembedahan/lesi apapun pada aksila

1.3 Alat dan Bahan


a. Termometer oral
b. Termometer aksilla
c. Termometer rectum dan pelumas
d. Termometer membrane timfani
e. Botol berisi larutan desinfektan dan botol berisi larutan air
f. Tissue
g. Nierbekken
h. Pulpen

1.4 Cara kerja

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 73


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

1. Cek metode pengukuran suhu tubuh yang akan dilakukan


2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada orang coba serta instruksikan apa
yang harus dilakukannya agar prosedur tersebut dapat terlaksana
3. Untuk metode oral, pastikan bahwa pasien tidak mengonsumsi makanan dan
minuman panas atau dingin atau merokok dalam waktu 15-30 menit sebelum
prosedur tindakan.
4. Untuk metode raktal, pastikan pasien mendapatkan privasi dan posisikan pasien
dalam posisi sim. Pada anak-anak yang masih kecil posisikan secara lateral dengan
lutut ditekuk atau telungkup di atas pangkuan.
5. Untuk metode aksila, paparkan aksila dan keringkan dengan handuk. Jangan
sampai menggosok secara berlebihan.
6. Persiapkan alat
a. Bila termometer kaca berada dalam larutan desinfektan, pindahkan ke dalam
wadah yang berisi air dengan menggunakan tangan yang dominan (biasanya
tangan kanan).
b. Lap termometer sampai kering dengan menggunakan tissue bersih dari
bagian kepala sampai ke bagian batang secara memutar.
c. Kibas-kibaskan termometer hingga air raksa turun (bila diperlukan) dengan
cara memegang termometer di antara ibu jari dan jari telunjuk pada bagian
ujung batang. Kibaskan sampai air raksa berada dibawah
7. Memeriksa suhu
a. Untuk metode oral
1) Letakkan bagian kepala termometer pada dasar lidah di samping frenulum

pada bagian kantung sublingual posterior


(Gambar 1.1(a)): Menempatkan termometer

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 74


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

2) Anjurkan pasien pasien untuk menutup bibirnya dan bukan gigi di sekitar
termometer
3) Diamkan termometer berada di tempatnya selama 2-3 menit.
b. Untuk metode rektal
1) Pakai sarung tangan bersih
2) Beri pelumas pada bagian ujung terrmometer dengan menggunakan bola
kapas.
3) Buka anus pada bokong bagian atas dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan
4) Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam, kemudian masukkan
termometer ke dalam anus
a) 3,5-4 cm pada orang dewasa
b) 1,5 cm Pada bayi
c) 2,5 cm pada anak-anak
d) Jangan memasukkan termometer secara paksa
5) Tahan termometer pada tempatnya selama 1-2 menit

(Gambar 1.1(b) (I): Memposisikan pasien agar dapat memasukkan


termometer rektal

c. Untuk metode aksila


1) Letakkan bagian ujung termometer di tengah-tengah aksila
2) Jepit erat dengan lengan di atas dada untuk menahan termometer pada
tempatnya.
3) Tahan termometer pada tempatnya selama 3-5 menit.

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 75


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

Gambar 1.1(c): Menempatkan termometer untuk mengukur suhu aksila (termometer


pada aksila)
8. Mengambil kembali termometer
Lap dari bagian ujung sampai batang secara melingkar dengan menggunakan bola
kapas
9. Baca suhu yang tertera dengan memegang termometer setinggi mata dan putar-
putar termometer sampai bacaan suhu terlihat dan bacalah dengan akurat
10. Turunkan air raksa pada reservoir, lalu bersihkan thermometer dan simpan di
tempatnya kembali

10.1 Hasil pengamatan

10.2 Kesimpulan

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 76


Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2008. Text Book of Medical Physiology. Edisi II. Elsevier
Saunders : Philadelphia
2. Ebook Guyton, A. C. And Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
Edition.pdf. Elsevier Saunders: Philadelphia.
3. Depkes. RI. 2016. Praktikum Biomedik Dasar dalam Keperawatan.
4. Jacob, A., & Tarachnand, R. R. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Prosedures Jilid
Satu . Edisi Kedua. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
5. Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan .

Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 77

Anda mungkin juga menyukai