Rahmawati, S.Kp.,M.Kes
Ratna Mahmud, S. Kep., Ns., M. Kes
Fitia Hasanuddin, S. Kep., Ns., M. Kep
TAHUN 2021
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025
Visi
Misi
Tujuan
(1) Dihasilkannya lulusan yang beriman dan bertaqwa serta memilki kompetensi
dibidang keperawatan sesuai kebutuhan stakeholder.
(2) Dihasilkannya penelitian keperawatan yang berkualitas dan berkelanjutan serta
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
(3) Meningkatnya mutu penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat berbasis
pada pelayanan keperawatan.
(4) Terselenggaranya tata kelola yang amanah, efektif dan efisien
(5) Terselenggaranya pembinaan civitas akademika dalam kehidupan yang Islami yang
beruswatun hasanah
Sasaran
(1) a. Tercapainya mutu dan kompetensi lulusan sesuai dengan jenjang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
b. Tersusunnya kurikulum institusi berdasarkan SNPT dan KKNI yang bernuansa
Islami
c. Tersedianya sarana prasarana pendukung yang berkualitas
d. Tercapainya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia
e. Meningkatnya kualitas mahasiswa
f. Tercapainya peningkatan kerjasama dalam dan luar negeri
(2) a. Meningkatnya jumlah penelitian dosen dan mahasiswa
b. Meningkatnya perolehan hibah penelitian bagi dosen dan mahasiswa
c. Meningkatnya publikasi hasil penelitian di jurnal regional, nasional dan
internasional
d. Tercapainya kerjasama dengan lembaga penelitian dalam dan luar negeri
(3) a. Meningkatnya hasil penelitian yang digunakan oleh masyarakat
b. Meningkatnya mutu dan jumlah kegiatan pengabdian kepada masyarakat
c. Tercapainya kerjasama dengan lembaga pengabdian masyarakat dalam dan luar
negeri
(4) Tercapainya peningkatan mutu tata kelola (Good Governance) yang amanah, efektif
dan efisien dalam sistem manajemen
(5) Terwujudnya civitas akademika yang dapat menjadi teladan dalam kehidupan
bermasyarakat
1. Mematuhi tata tertib dan ketentuan umum yang berlaku di laboratorium Prodi
Keperawatan FKIK Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Mematuhi protokol kesehatan (menggunakan alat pelindung diri, mencuci tangan,
menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilisasi)
3. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai jadwal yang sudah
ditentukan baik daring maupun luring
4. Membuat laporan hasil praktikum secara kelompok
5. Memelihara dan menjaga peralatan yang digunakan selama praktikum
6. Menggunakan baju lab selama kegiatan paktikum
7. Tidak menggunakan asesoris dan sejenisnya, kecuali jam tangan
8. Menjaga dan memelihara kebersihan selama dan sesudah praktikum
9. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan yang digunakan selama
praktikum
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Panduan Praktikum Ilmu Biomedik Dasar
ini. Panduan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan
pembelajaran bagi mahasiswa prodi D-III keperawatan yang sesuai dengan
pedoman penilaian pencapaian kompetensi KKNI.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ................................................................................................ i
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi Keperawatan FKIK Unismuh ................... ii
Tata Tertib Praktikum ......................................................................................... iv
Prakata ............................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................. vi
Praktikum 1 Dasar-Dasar Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia ............................. 1
Praktikum 2 Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler........................................ 7
Praktikum 3 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan ............................................. 18
Praktikum 4 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi ............................................. 25
Praktikum 5 Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin ................................................. 29
Praktikum 6 Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan .............................................. 33
Praktikum 7 Anatomi Fisiologi Sistem Sensori ................................................... 41
Praktikum 8 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen .............................................. 50
Praktikum 9 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal ...................................... 52
Praktikum 10 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .......................................... 61
Praktikum 11 Anatomi Fisiologi Sistem Limfatik dan Kekebalan Tubuh ............. 64
Praktikum 12 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .......................................... 68
Praktikum 13 Metabolisme dan Pengaturan Suhu ............................................. 71
Daftar Pustaka ................................................................................................... 77
1.1 Tujuan/Kompetensi
Posisi Anatomi
Semua deskripsi anatomis disesuaikan dengan standar posisi anatomi. Hal ini
dibuat agar tidak terjadi kesalahpahaman arti dari masing-masing pendapat. Syarat
posisi anatomi:
1. Berdiri dengan tegak, dengan kepala, kedua mata, dan jari kaki menghadap ke
depan.
3. Tungkai bawah dan kaki sejajar dan ibu jari mengarah ke depan.
Bidang Anatomi
1. Bidang median: bidang yang membagi tepat tubuh menjadi bagian kanan dan
kiri.
2. Bidang 1ystem1l: bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari
titik tertentu (tidak membagi tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan
bidang median.
4. Bidang koronal: bidang 2ystem2l yang melalui tubuh, letaknya tegak lurus
terhadap bidang median atau 2ystem2l. Membagi tubuh menjadi bagian depan
(frontal) dan belakang (dorsal).
Contoh: Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot lengan
bawah.
Bidang melalui aksis longitudinal dan aksis sagital dan dengan demikian juga
dinamakan mediosagital. Bidang ini membagi tubuh menjadi dua bagian yang
hampir sama separoh atau antimer (simetris)
Bidang sagital bidang paramedian; setiap bidang yang sejajar dengan bidang
medio sagittal. Bidang transversal bidang ini terletak tegak lurus dengan bidang-
bidang sagittal dan bidang- bidang coronal. Pada posisi berdiri mereka horizontal
E. Bidang Tranversal
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi 7ystem kardiovaskuler, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system kardiovaskuler dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Membedakan denyut nadi pada kondisi istirahat dan setelah melakukan kegiatan
serta menjelaskan fisiologinya.
c. Membedakan TD dalam keadaan baring, duduk dan setelah aktivitas serta
menjelaskan fisiologinya
d. Membedakan bunyi jantung fisiologis dan Lokasi
e. Merekam aktivitas listrik jantung
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada
dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada
setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan
minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan
resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung
melalui arteri.
Tekanan darah dinilai dari tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
menandakan kontraksi maksimal jantung untuk mengosongkan ventrikel dan
darah di pompa keseluruh bagian tubuh, sedangkan tekanan diastolik atau tekanan
istirahat yaitu tekanan darah saat pengisian ventrikel (darah dipompa oleh atrium ke
ventrikel). Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah sistolik (bunyi yang pertama)/pengosongan ventrikel dapat
dipengaruhi oleh empat hal yaitu: 1) Volume cairan darah, 2) Viskositas/kekentalan
darah, 3) Diameter pembuluh darah, dan 4) Kebutuhan/demand tubuh terhadap
supplay darah. Tekanan darah distolik (bagian bawah) dapat di pengaruhi oleh
penurunan supplay darah dari seluruh tubuh menuju jantung. Penurunan venous
return disebabkan oleh: 1) Vasokontriksi pembuluh darah yang kronis, 2)
Artheriosklerosis (terbentuknya plak pada pembuluh darah), 3) Arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).
Pengukuran tekanan darah biasanya diukur seperti 120/80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan
disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Pemeriksaan
tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut
terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Saat yang
paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring.
Tidak ada nilai tekanan darah ‘normal’ yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi seseorang. Tekanan darah amat dipengaruhi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki
tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja
berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 9
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025
hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut
hipotensi.
Bunyi jantung normal terdiri dari bunyi jantung I dan II. Bunyi jantung I dihasilkan
dari penutupan katup artrioventrikuler (katup mitralis/bikuspidalis dan katup
trikuspidalis). Sedangkan bunyi jantung II dihasilkan dari penutupan katup semilunaris
(katup aorta dan katup pulmonalis). Gangguan dalam menutup atau membuka dari
katup tersebut dapat menghasilkan bunyi patologis yang disebut mumur.
Peralatan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah kita sebut dengan
tensi meter atau sfigmomanometer, seperti yang sudah anda ketahui tensi meter ada
beberapa macam, namun demikian dapat kita kelompokkan menjadi tiga
macam. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 10
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025
1. Tensi meter air raksa, tensi meter air raksa mempunyai kemampuan untuk
hasil pegukuran yang paling valid, namun demikian karena bahan terbuat dari
tabung kaca maka kurang fleksibel untuk di gunakan outdor.
2. Tensi meter digital, tensi meter digital mempunyai kemampuan untuk hasil
pegukuran yang paling detail menginat pengukuran menggunakan digital
sehingga aspek subyektifitas pengamatan dapat diminimalisir, namun demikian
karena untuk pengoperasionalannya menggunakan listrik dengan arus DC
(baterai) maka jika ada penurunan daya hasil pengukuran tidak valid, meskipun
sangat fleksibel untuk pengukuran outdor.
3. Tensi meter pegas/jarum, tensi meter pegas mempunyai kemampuan untuk
hasil pegukuran yang relatif kurang valid hal ini disebabkan adanya masa
kelenteruan pegas yang selalu menurun, namun demikian karena bahan terbuat
dari logam dan relatif kecil maka realtif fleksibel untuk di gunakan outdor.
Pengertian
Tujuan
Persiapan pasien
1. Anda berikan posisi pengukuran pasien yang nyaman (berbaring atau duduk)
2. Jelaskan prosedur tindakan dan tujuan pemeriksaan
3. Berikan komunikasi terapeutik untuk memberikan pasien
Prosedur
CARA PALPASI
CARA AUSKULTASI :
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brachialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar skrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa manometer
a. Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
b. Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Denyut Nadi
Tekanan Darah
1. Ukurlah TD sistol dan diastole orang coba dalam keadaan baring, duduk, berdiri
dan setelah aktivitas 5-10 menit
2. Catat dan bandingkan hasil pada tabel yang telah disediakan
Perekaman EKG
1. Pakaian orang coba dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
2. Cara Menempatkan Elektrode
b. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
c. Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
1.6 Kesimpulan
1. Denyut Nadi :
2. Tekanan Darah
4. EKG
1.1 Tujuan/Kompetensi
a. Mengukur respirasi dalam keadaan istirahat dan setelah aktivitas
b. Mengukur mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan volume
dinamik paru
c. Mengukur fungsi paru-paru dengan cara mengukur jumlah (volume) dan / atau
kecepatan (aliran) udara yang dapat dihirup dan dihembuskan.
per menit, sedangkan laju pernapasan normal pada bayi adalah 30-40 kali per
menit.
Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi
paru dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Tindakan spirometri biasanya
menghasilkan FVC (kapasitas vital paksa), yang memberitahukan dokter ahli
jumlah terbesar udara yang dapat dihembuskan oleh pasien (dengan kekuatan
maksimum) setelah diberitahu untuk menghirup udara sedalam mungkin. Jika
FVC-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari hasil normal, dokter dapat
menyimpulkan bahwa pasien memiliki masalah penyumbatan pernapasan.
Pembacaan spirometri lainnya yaitu FEV-1 (volume penghembusan udara
paksa), yang mengukur jumlah udara yang dapat pasien keluarkan dengan
paksa dari dalam paru-parunya dalam hitungan detik. Informasi ini membantu
dokter ahli menentukan dan menilai separah apa masalah pernapasan pasien.
Jika FEV-1-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari pembacaan normal,
pasien mungkin memiliki masalah obstuksi parah dalam saluran udaranya
sehingga mencegah pernapasan normal.
Cara Kerja Spirometri bergantung pada jenis peralatan yang digunakan.
Namun, untuk tes FVC, pasien biasanya diminta untuk menarik napas sedalam
mungkin. Napas ini kemudian akan dihembuskan secara paksa ke dalam corong
mesin spirometri, yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur volume
udara yang dihirup dan dihembuskan. Pasien akan diminta menghembuskan
napas ke sensor dalam waktu enam detik. Petugas kemudian akan meminta
pasien untuk menghirup udara dengan cepat untuk mengetahui keberadaan dan
menilai sejauh mana obstruksi saluran napas bagian atas. Ada juga beberapa
mesin spirometri yang membutuhkan pasien untuk menghirup udara pelan-pelan
dan menghembuskan napas ke dalam sensor untuk mengukur volume tidal.
Beberapa dokter menggunakan klip penutup hidung yang terbuat dari bahan
yang lembut dan lentur untuk mencegah udara keluar melalui hidung pasien.
Mesin juga dapat dilengkapi dengan corong khusus untuk menyaring napas
pasien dan mencegah mikroorganisme menyebar.
Mengukur Pernafasan
Cara Pemeriksaan
Permulaan ekspirasi
Ragu-ragu / lambat
Batuk selama ekspirasi
Terdapat kebocoran
Ekspirasi tidak selesai
Meniup lebih dari 1 kali
Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya
tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut;
2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara
minimal 1 kali seminggu
MANUVER SPIROMETRI
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat
manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk
meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal.
1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
2. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal.
Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat
menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return
ke rongga dada.
3. Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume
udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1
seperti manuver KVP.
4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi
maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal
mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir
dirapatkan pada mouthpiece.
5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal
yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat,
kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik
1. Volume Tidal (VT) yaitu jumlah udara yang diinspirasikan atau diekspirasi setiap kali
pernapasan.
2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara yang dapat dihisap secara
maksimal setelah inspirasi biasa.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara maksimal setelah ekspirasi biasa.
4. Volume Residu (VR) yaitu jumlah udara yang tinggal di dalam paru pada akhir
ekspirasi maksimal.
5. Kapasitas Vital (KV) yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan maksimal setelah
inspirasi maksimal, yaitu gabungan VCI + VT + VCE.
6. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang bisa dihisap maksimal, Yaitu
gabungan VT + VCI.
7. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) yaitu udara yang ada di dalam paru pada akhir
ekspirasi biasa, yaitu gabungan VCE + VR.
8. Kapasitas Paru Total (KPT) yaitu jumlah udar yang ada di dalam paru pada akhir
inspirasi maksimal, yaitu gabungan VCI + VT + VCE + VR.
2.Mouthpiece
Cara Kerja
2. Tahap Persiapan :
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan/kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi sistem reproduksi, mahasiswa dapat :
d. Menunjukkan alat reproduksi wanita dan laki-laki
e. Menjelaskan fungsi alat reproduksi wanita dan laki-laki
Setelah itu klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis
pada pria. Meskipun klitoris tidak sama percis dengan penis,namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa. Pada vulva bermuara dua saluran,yaitu saluran uretra
(saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung
vagina terdapat hirmen atau selaput dara. Hymen merupakan selaput mukosa yang
banyak mengandung pembuluh darah.
Alat reproduksi pada pria. Organ reproduksi pria tersusun dari organ
reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi pria
bagian luar yaitu penis dan skrotum dan organ reproduksi bagian dalam yaitu testis,
epididimis, vas deverens, saluran ejakulasi, dan uretra
Organ reproduksi luar terdiri dari penis dan skrotum. Penis merupakan organ
kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan
semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang
nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat. Scrotum merupakan selaput
pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang
sesuai bagi spermatozoa. Selain itu skrotum yang merupakan suatu lipatan dinding
tubuh, mempertahankan suhu testis sekitar 2oC di bawah suhu di dalam rongga
perut
Organ reproduksi bagian dalam yaitu testis, epididimis, vas deverens, saluran
ejakulasi, dan uretra. Gonad atau testis terdiri dari banyak saluran yang yang
menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran-
saluran ini adalah tubulus seminiferus, tempat terbentuknya sperma. Sel-sel leydig
tersebar diantara tubulus seminiferus menghasilkan testosteron dan androgen
lainnya. Dari tubulus seminiferus sebuah testis, sperma melewati saluran
menggulung yang disebut dengan epididimis. Pada manusia, sperma memerlukan
waktu 3 minggu untuk melewati saluran sepanjang 6 m setiap epididimis. Selama
perjalanan ini, sperma menyelesaikan pematangannya dan menjajdi motil,
walaupun sperma tersebut baru memperoleh kemampuan memfertilisasi sel telur
ketika terpapar kelingkungan kimiawi dari sistem reproduktif perempuan. Selama
ejakulasi sperma di dorong dari setiap epididimis melalui saluran berotot, vas
1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system endokrin, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system endokrin dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengukur nilai normal dari GDS (70-110 mg/dl)
c. Mengetahui mekanisme homeostasis hormone insulin
kadar glukosa darah agar tetap seimbang. Apabila keseimbangan ini tidak mampu
dipertahankan, maka dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) dan penurunan glukosa darah (hipoglikemia). Mekanisme
pengaturan kadar glukosa darah dapat dijelaskan melalui gambar berikut :
1. Setelah mencuci tangan, masukkan test strip ke alat ukur gula darah.
2. Tusuk ujung jari dengan lancet yang disediakan agar mengeluarkan darah.
3. pijat jari sampai keluar darah (ukuran sampel darah yang diperlukan berbeda-
beda tergantung alat ukurnya).
4. Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan
tunggu hasilnya.
5. Kadar glukosa darah akan muncul di layar alat ukur.
6. Catat hasil
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system persarafan, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system persarafan dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Menilai nervus cranial
c. Menilai pemeriksaan refleks
Saraf kranial terdiri dari dua belas pasang, terdiri dari saraf sensoris dan
motoric, yaitu :
1. Nervus I : Olfaktorius
Fungsi : Saraf sensorik untuk penciuman
2. Nervus II : Optikus
Fungsi : Saraf sensoris untuk penglihatan
3. Nervus III (Okulomotorius), Nervus trokhlearis (Nv. IV) , Nv. VI (Abdusen)
Fungsi : Saraf motorik untuk mengangkat kelopak mata ke atas, kontriksi pupil
dan Sebagian Gerakan ekstraokuler
4. Nervus IV (Trokhlearis)
Fungsi : Saraf motoric, Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
5. Nervus V (Trigeminus)
Fungsi : Saraf Motorik, Gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi,
refleks kornea dan refleks berkedip
6. Nervus VI (Abdusen)
Fungsi : Saraf motorik, deviasi mata ke lateral
7. Nervus VII (Fasialis)
Fungsi motorik, untuk ekspresi wajah
8. Nervus VIII (Vestibuloochlearis)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbngan
9. Nervus IX (Glosofaringeus)
Fungsi saraf sensorik dan motoric, untuk sensasi rasa
10. Nervus X (Vagus)
Fungsi : sensorik dan motoric, refleks muntah dan menelan
11. Nervus XI (Asesoris)
Fungsi : Saraf motoric untuk menggerakkan bahu
12. Nervus XII (Hipoglosus)
Fungsi : Saraf motoric, untuk Gerakan lidah
1. Nervus I (Olfaktorius)
Minta orang coba untuk menutup mata
Minta juga untuk menutup salah satu hidungnya
Dekatkan kayu putih / alcohol kehidung pasien
Minta pasien untuk mengatakan bau yang dirasakan.
2. Nervus Kranial II (Optikus)
a. Visus
Minta orang coba untuk duduk pada jarak 5 / 6 meter
Minta orang coba untuk menutup salah satu matanya
Minta orang coba untuk membaca huruf dari ukuran paling besar sampai
ukuran yang kecil.
b. Lapang Pandang
Perawat berdiri 60 cm dari pasien dan saling menatap
Objek diletakkan ditengah-tengah antara mata pemeriksa dan mata orang
coba
Untuk memeriksa mata kanan, tutup mata kiri orang coba dan mata kanan
pemeriksa
Bandingkan lapang pandang pemeriksa dan orang coba.
c. Penglihatan Warna
Siapkan buku ishihara
Minta orang coba untuk mengatakan / menunjukkan bentuk benda pada
buku ishihara.
Teteskan larutan tersebut satu persatu ke sisi depan samping dan belakang
lidah
Respon orang coba akan merasakan larutan tersebut di 1/3 anterior
lidahnya.
b. Motorik
Minta orang coba untuk menutup matanya erat-erat, tersenyum, atau
mengerutkan wajahnya
Perhatikan kesimetrisan sisi wajah kiri dan kanan
Respon kedua sisi wajah bergerak secara simetris.
6. Nervus Kranial VIII
a. Akustikus
Garpu tala digetarkan kemudain pangkalnya ditempelkan pada tulang
mastoid orang coba
orang coba diminta untuk melaporkan bunyi garpu tala bila tidak terdengar
lagi
Garpu tala dipindahkan ujungnya yang berada kira-kira 3 cm di depan liang
telinga
Bila suara masih terdengar dikatakan rinne positif, bila tidak dapat didengar
dinamakan rinne negatif.
b. Vestibularis
orang coba berjalan dilantai dengan pangkal dan ujung kaki bersentuhan
dengan mata tertutup.
Perhatikan reaksinya.
7. Nervus Kranial IX
Minta pasien untuk membuka mulutnya dan mengatakan “ah”
Perhatikan gerakan ovula orang coba
8. Nervus Kranial X
Minta orang coba untuk membuka mulutnya lebar-lebar
Minta orang coba untuk mengatakan “ah”
Perhatikan gerakan ovula orang coba
9. Nervus XI
a. Sternokleidomastoideus
Letakkan tangan perawat di pipi orang coba
Minta orang coba untuk menggerakkan kepalanya ke arah kiri
Sementara perawat memberikan tahanan ke arah kanan
Rasakan reaksinya.
b. Travezius
Letakkan tangan perawat di bahu orang coba
Minta orang coba untuk mengangkat bahunya
Sementara perawat memberikan tekanan kearah bawah
Rasakan reaksinya.
10. Nervus Kranial XII
Minta orang coba untuk menjulurkan lidahnya
Anjurkan untuk menggerakkan lidahnya ke kiri dan ke kanan
Perhatikan arah gerakan dan kesimetrisan lidah orang coba
Pemeriksaan Refleks
1. Refleks bisep
Fleksikan lengan orang coba pada bagian siku sampai 45 derajat dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
Letakkan ibu jari anda di fosa antekubital di dasar tendon bisip dan jari – jari lain
anda di atas tendon bisep
Pukul ibu jari anda dengan refleks hammer
2. Refleks trisep
3. Refleks patela
Minta orang coba duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur atau kursi
atau minta orang coba berbaring terlentang dan sokongan lutut dalam posisi
fleksi 90 derajat
Raba daerah tendo patela
Satu tangan meraba paha penderita bagian
4. Refleks achilles
Minta orang coba untuk mempertahankan posisi, seperti pada pengujian patella
Dorsifleksikan pergelangan kaki orang coba dengan memegang jari-jari kaki
dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas.
Pukul tendo achilles tepat di atas tumit pada maleolus pergelangan.
Gunakan benda yang memiliki ketajaman sedang , seperti ujung hammer, kunci ,
atau stik aplikator.
Goreskan ujung benda tadi pada telapak kaki orang coba bagian lateral, dimulai
ujung telapak kaki belakang terus ke atas dan berbelok sampai pada ibu jari.
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system sensoris, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system sensoris dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengetahui tajam penglihatan
c. Mengetahui fungsi pendengaran
d. Mengetahui fungsi penciuman
e. Mengetahui fungsi pengecapan
Proses mengecap merupakan hasil stimulasi ujung saraf pada lidah terhadap
zat kimiawi. Stimulus akan menjalar ke nervus VII dan IX di otak dan diteruskan ke
thalamus untuk diterjemahkan di lobus parietalis, sehingga kita dapat membedakan
rasa asam, asin, manis dan pahit.
Proses membau dari hidung sangat ditentukan oleh saraf olfatorius yang
terdapat pada mukosa hidung. Proses membau dapat dilihat pada gambar berikut :
4. Air gula (Sukrosa), asam sitrat, garam (natrium klorida), Kafein (Kopi),cotton bud
Pemeriksaan Visus
1. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari orang coba dengan posisi lebih
tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal dapat
melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila
berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20,
ada juga log (logaritma).
2. Pastikan cahaya harus cukup
3. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
4. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka
tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal,
cek pada 1 baris tersebut
o Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 1.
o Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
o Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada,
berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat
dibaca.
o Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris
di atasnya.
Pemeriksaan Penciuman
Pemeriksaan Pendengaran
Hasil: pada pasien sensorineural, suara terdengar pada telinga yang tidak
terganggu. Sedangkan pada tuli konduktif, suara terdengar lebih jelas pada
telinga yang terganggu.
b. Uji rinne (untuk membandingkan hantaran udara dan tulang).
1. Pukulkan garputala pada telapak tangan.
2. Letakkan batang garputala ke tulang mastoideus pasien.
3. Ketika pasien menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi, dekatkan gigi
garputala ke meatus eksternus salah satu telinga.
4. Lakukan cara yang sama pada telinga lainnya.
Pemeriksaan Pengecapan
Hasil pengamatan
b. Pemeriksaan Visus
c. Pemeriksaan penciuman
d. Pemeriksaan pendengaran
e. Pemeriksaan Pengecapan
1.5 Kesimpulan
a. Pemeriksaan Visus
b. Pemeriksaan penciuman
c. Pemeriksaan pendengaran
d. Pemeriksaan Pengecapan
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system integumen, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system integument dalam penerapan
asuhan keperawatan
b. Mengidentifikasi anatomi fisiologi system integumen
Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai reseptor sensoris untuk stimulus :
Nyeri
Reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh jaringan baik
di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam.
Modul Praktika Ilmu Biomedik Dasar | 50
Menjadi PT Keperawatan yang Islami, Mandiri, Berdaya Saing secara Global, Terpercaya dan
Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat pada Tahun 2025
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan/Kompetensi
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system muskuloskeletal, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system muskuloskeletal dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Menyusun dan mengidentifikasi rangka manusia
c. Mengidentifikasi otot manusia
d. Menilai kekuatan otot dan pergerakan sendi
ROM ( Range of Motion ) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau
batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya
kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. ROM adalah
latihan gerakan sendi untuk mengerakkan sendi pada kondisi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot , yang bisa dilakukan secara aktif maupun
pasif.
Manfaat ROM adalah menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan, mengkaji tulang otot dan sendi, mencegah terjadinya kekakuan
sendi. Latihan ini bertujuan untuk m atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan
otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi
Aktif ROM
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh orang itu sendiri secara mandiri. Tujuan
ROM aktif adalah meminimalisasi efek immobilisasi, meningkatkan sirkulasi darah dan
cairan synovial, memberikan kekuatan yang cukup pada otot, memberikan pengaruh
kinesthesia. Indikasinya adalah kontraksi aktif dari otot menurun dan kekuatan otot
75%. Kontra Indikasi adalah nyeri berat, sendi kaku atau tidak dapat bergerak, stroke
Pasif ROM
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh seseorang yang dibantu oleh orang lain.
Hal ini dilakukan dikarenakan seseorang tidak punya kemampuan untuk melakukan
pergerakan secara mandiri. Latihan ini bertujuan mempertahankan fungsi sendi dan
otot sebaik mungkin, mempertahankan area sendi tetap fleksibel, mempertahankan
aliran darah. Indikasinya adalah Orang yang keterbatasan fisik, pasien yang
termobilitasi di tempat tidur atau kursi roda, kondisi yang tidak memungkinkan
melakukan ROM secara mandiri. Kontra Indikasi adalah Emboli dan keradangan pada
pembuluh darah, Kelainan sendi, Orang coba fase imobilisasi karena kasus penyakit (
jantung )
b. Anatomi otot
c. Video
k. Periksa biseps dengan meminta orang coba merentangkan kedua lengan dan
menoba memeluknya. Pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi.
l. Periksa triseps dengan meminta orang coba merentangkannya melawan usaha
pemeriksa untuk membuat lengan orang coba tetap fleksi
m. Periksa otot pergelangan tangan dan jari-jari dengan meminta orang oba
meregangkan kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan
kelima jari
n. Periksa kekuatan genggaman dengan meminta orang coba menggenggam
jari telunjuk dan jari tengan pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman
orang coba
o. Periksa hamstring dengan meminta orang coba terlentang, kedua lutut ditekuk.
Minta orang coba meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
p. Periksa kuadrisep, minta orang coba terlentang, lutut setengah ekstensi. Orang
coba menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut
q. Periksa otot mata kaki dan kaki dengan meminta orang coba melawan usaha
pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan kakinya
r. Pemeriksa melakukan palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk
menemukan adanya edema, nyeri tekan, bengkak, krepitasi dan nodul.
Kekuatan skala otot
Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
(hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau
melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
2) Fleksi Lateral
a) Letakkan kedua tangan pada pipi orang coba
b) Gerakkan kepala orang coba kearah kanan dan kiri (40-45°)
Gerakan bahu
1) Mulai masing-masing gerakan dari lengan orang coba
Pegang lengan di bawah siku dengan tangan kiri pemeriksa dan pegang
pergelangan tangan orang coba dengan tangan kanan pemeriksa.
2) Fleksi dan Eksistensikan Bahu.
Fleksi : Menaikkan lengan dari posisi disamping tubuh kedepan keatas (180°)
Eksistensi : mengembalikan lengan orang coba ke posisi di samping tubuh
(180°)
3) Abduksikan bahu dan adduksikan bahu
Abduksi : Gerakkan lengan menjauhj tubuh dan menuju kepala orang coba
sampai tangan diatas kepala (180°)
Adduksi : Menurunkan lengan orang coba ke samping tubuhnya sampai tangan
yang bersangkutan menyentuh tangan pada sisi sebelahnya (320°)
4) Rotasikan bahu internal dan eksternal.
Rotasi internal : Letakkan lengan menjauhi tubuh sejajar dengan bahu, siku
membentuk sudut 90° dengan kasur. Gerakkan lengan ke bawah hingga
telapak tangan menyentuh kasur
Rotasi eksternal : Kemudian gerakkan lengan ke atas hingga punggung tangan
menyentuh tempat tidur (90°)
Gerakan siku
1) Fleksi dan eksistensikan siku
Fleksi : Bengkokkan siku hingga tangan menyentuh dagu(150°)
Eksistensi : Luruskan kembali ke tempat semula (150°)
2) Pronasi dan supinasikan siku
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke posisi semula (80-
90°)
3) Fleksi radial/radial deviation (abduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari (30°)
4) Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari kelima (30-50°)
3) Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin (30-60°)
4) Abduksi
Buka dan pisahkan jari-jari tangan (30°)
5) Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula (30°)
6) Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan ke ibu jari
Letakkan satu tangan pada punggung telapak kaki dan tangan lainnya berada
pada tumit.
Dorong telapak kaki menjauh dari kaki (120-130°)
3) Fleksi dan eksistensi jari-jari kaki
Letakkan satu tangan pada punggung kaki orang coba , letakkan tangan lainnya
pada pergelangan kaki.
Fleksi : Bengkokkan jari-jari kaki ke bawah (30-60°)
Eksistensi : Kembalikan lagi pada posisi semula ( 30-60°)
4) Inversi dan eversi telapak kaki
Letakkan satu tangan dibawah tumit , dan tangan yang lainnya diatas punggung
kaki.
Inversi : Putar telapak kaki ke samping dalam (medial)
Eversi : Putar telapak kaki ke samping luar (lateral)
Gerakan Hiperektensi
Bantu orang coba untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat
dengan pemeriksa.
1) Hiperektensi leher
Letakkan satu tangan, tangan lainnya pada kepala bagian belakang. Gerakkan
kepala ke belakang (10°)
2) Hiperektensi bahu
Letakkan satu tangan diatas bahu orang coba dan tangan yang lainnya dibawah
siku. Tarik lengan ke atas dan ke belakang
3) Hiperekstensi pinggul
Letakkan satu tangan diatas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah. Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul (30-50°)
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari Anatomi fisiologi system perkemihan, mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi system muskuloskeletal dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengetahui fungsi pemekatan atau pengenceran oleh ginjal.
c. Mengukur nilai normal dari BJ urin (1,003-1,030).
d. Mengukur volume urin normal (600-1600 ml/24 jam), oliguria(100-600 ml/hr),
anuria (≤100 ml/hr)
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari anatomi fisiologi sistem limfatik dan kekebalan tubuh,
mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi sistem limfatik dan kekebalan tubuh
dalam penerapan asuhan keperawatan
b. Menentukan Golongan Darah ABO dan reaksi aglutinasi
c. Mengukur kadar Hb dalam darah.
2. Haemoglobin
1.6 Kesimpulan
2. Haemoglobin
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari anatomi fisiologi sistem pencernaan tubuh manusia,
mahasiswa dapat :
a. Mengaplikasikan konsep anatomi fisiologi sistem pencernaan tubuh dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengidentifikasi anatomi fisiologi sistem pencernaan
1.6 Kesimpulan
1.1 Tujuan
Setelah mempelajari metabolism dan pengaturan suhu tubuh manusia, mahasiswa
dapat :
a. Mengaplikasikan konsep metabolisme dan pengaturan suhu tubuh dalam
penerapan asuhan keperawatan
b. Mengetahui suhu tubuh oral, rectum, anus dan membrane timfani
Suhu inti merupakan suhu tubuh yang sebenarnya yang dapat diukur melalui
pemeriksaan suhu tubuh pada gendang telinga dengan thermometer infra red dan
rektum. Suhu permukaan, biasanya diukur di permukaaan kulit seperti di dahi, dan
aksilla
Kontra Indikasi Metode oral
1. Pasien yang tidak mampu menahan termometer dalam mulut mereka.
2. Pasien yang mungkin akan menggigit termometer seperti pasien psikiartik.
3. Bayi dan anak-anak masih kecil
2) Anjurkan pasien pasien untuk menutup bibirnya dan bukan gigi di sekitar
termometer
3) Diamkan termometer berada di tempatnya selama 2-3 menit.
b. Untuk metode rektal
1) Pakai sarung tangan bersih
2) Beri pelumas pada bagian ujung terrmometer dengan menggunakan bola
kapas.
3) Buka anus pada bokong bagian atas dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan
4) Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam, kemudian masukkan
termometer ke dalam anus
a) 3,5-4 cm pada orang dewasa
b) 1,5 cm Pada bayi
c) 2,5 cm pada anak-anak
d) Jangan memasukkan termometer secara paksa
5) Tahan termometer pada tempatnya selama 1-2 menit
10.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2008. Text Book of Medical Physiology. Edisi II. Elsevier
Saunders : Philadelphia
2. Ebook Guyton, A. C. And Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
Edition.pdf. Elsevier Saunders: Philadelphia.
3. Depkes. RI. 2016. Praktikum Biomedik Dasar dalam Keperawatan.
4. Jacob, A., & Tarachnand, R. R. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Prosedures Jilid
Satu . Edisi Kedua. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
5. Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan .