TINJAUAN TEORI
2.2 Sumber Teori
Teori The Peaceful End of Life (EOL) ini dibentuk oleh sejumlah kerangka teori (Ruland &
Moore, 1998). Teori ini terutama berbasis pada model Donabedian baik struktur, proses dan hasil,
yang sebagian dibagun dari teori general sistem. Pengaruh dari general sistem teori ini meliputi
dari tipe lain dari teori keperawatan, dari model middle conseptual dan microrange teori_sebagai
indicatol dari penggunaanya dalam mencelaskan kompleksitas dari interaksi perawatan kesehatan
dan organisasi. Pada teori EOL ini, yang dimaksud stuktur adalah sistem keluarga (pasien dengan
sakit terminal dan penyakit serius lainnya) yang menerima perawatan dari professional pada unit
perawatan akut rumah sakit, proses didefinisikan sebagai aksi (intervensi keperawatan) dibentuk
untuk mempromosikan hasil yang positif melalui: 1. Bebas dari rasa sakit; 2. Kenyamanan; 3.
Meningkatkan martabat dan rasa hormat; 4. Berada dalam kedamaian; 5. Mengalami kedekatan
dengan mereka yang peduli.
Teori kedua yang menjadi sandaran adalah teori pilihan (brandt) dimana teori ini telah
digunakan oleh filosofi untuk menjelaskan dan mendefinisikan kualitas hidup (sandoe, 1999)
konsep ini sangat signifikan dalam EOL, penelitian dan paktik. Pada teori pilihan, hidup yang baik
dideginisikan sebagai memperolah salah satu yang diinginkan dengan melihat pendekatan yang
kuat pada perawatan EOL. Hal ini dapat diaplikasikan pada orang yang hidup maupun orang yang
lumpuh yang sebelumnya membutuhkan dokumentasi yang tersedia yang berhubungan dengan
pemecahan masalah EOL.
Gambar 2-1 Hubungan antara konsep teori peacefull End of life (ruland C.M, dan Moore, S.M. (1998).
Teori konstruksi berdasarkan standar pelayanan: proposal dari teori peacefull end of life. Pandangan
Keperawatan, 46(4),174.)
Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung adalah:
a. Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan komponen
penting dalam peaceful EOL
b. Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang biasanya lebih kearah
memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang biasanya mengarah kepada over
treatment atau terlalu banyak diberi treatment. Tujuan dari perawatan EOL adalah memaksimalkan
treatment, yang berarti memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa diterima, menggunakan
teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai
kematian yang damai dan sukses.
4. Presisi Empiris
Pengembangan teori ini menggunkan pemikiran induktif dan deduktif yang menjadikan
dasar kuat untuk mengembangkan pengujian hipotesis di antara kelima konsep teori. Teoritis
kongruensi dibuktikan menggunakan indikator hasil dari semua konseptualisasi perspektif pasien
dan keluarga.
Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode perawatan paliatif yakni
bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkungannya bagaimana mengerti, memahami, dan
menerima kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali sembuh
secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila dapat mengikuti petunjuk
dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 812/MENKES/SK/VII/2007tentang Kebijakan perawatan paliatif
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatasdi 5
(lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau
daribesarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan
paliatifjuga masih terbatas.
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan
kesehatanuntuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
BAB III
KASUS
A. Kasus
Bapak Hartanto ( Bpk.H) 76 tahun adalah bekas seorang kepala desa. Bpk.H sekarang
tinggal di rumah bersama isteri dan satu anaknya. Sedangkan 4 anaknya yang lain ada diluar kota
bahkan anak yang pertama ada di luar pulau. Sehari hari Bpk.H menikmati masa pensiunnya dari
PNS bersama isterinya di rumah. Jalan-jalan menyapa tetangga sekitar dan hal positif lainnya.
Sikapnya yang ramah membuatnya sangat dihargai oleh tetangga sekitar.
Pasien merupakan penderita tekanan darah tinggi, gout dan rematik. Sebulan sebelumnya
pasien mengalami serangan stroke namum mampu bertahan. Tapi seminggu belakangan kondisi
pasien mulai menurun dan pasien menjadi lebih sering kesakitan. Pasien sendiri masih mampunyai
adik yang masih hidup dan sangat dekat diwaktu muda dulu namun sekarang sudah ajrang bertemu.
Pasien berharap dapat bertemu dengan adiknya tersebut untuk terakhir kalinya. Di lain sisi, sang
adik yang berada di luar kota tidak mampu mengadakan perjalanan yang jauh, Pasein merasa sedih
mendengarnya.
Banyak tetangga yang mengunjunginya di rumah sakit saat ini, namun pasien akhir-akhir ini
Bapak H ingin keadaan yang lebih tenang dan nyaman dengan keluarganya. Dia tidak
meninggalkan catatan khusus bagaimana dia ingin meninggal, hanay menyampaikan kepada
isterinya bahwa ia tidak ingin penanganan yang berlebihan. Dan Istrinya juga telah menandatangani
form DNR. Terdapat diskusi di tenaga kesehatan untuk memberikan makanan dan minuman secara
IV dan Tube dan pendapat keluarga dan tenaga kesehatan berbeda. Bagaimana penerapan teori
peacefull EOL pada pasien ini?
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam
pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan hal sensori yang tidak nyaman atau
pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz,
Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
Dari kasus yang dialami oleh Bpak H. Kenyamana dapat dikaji secara fisik dan spiritual.
Secara Fisik didapatkan data bahwa pasien selama seminggu terakhir mengalami rasa skit.
Berdasarkan Teori EOL ini, bebas dari rasa nyeri adalah salah satu standart yang diajukan sehingga
perawat harus memberikan intervensi untuk mengatasinya.
Di dalam teori juga disebutkan bahwa untuk mencapa keadaan yang bebas nyeri, perawat
dapat melakukan dua hal, yaitu pemantauan dan pegelolaan rasa sakit serta intervensi baik dalam
bentuk farmakologis atau non-farmakologis. Dalam pengelolaan nyeri, perawat dapat menggunakan
metode skala nyeri untuk dapat menentukan perkembangan nyeri. Dalam intervensi non-
farmakologis, perawat dapat menggunakan tekhnik relaksasi dan juga distraksi. Relaksasi dengan
cara message atau lingkungan yang nyaman, Distraksi dapat dilakukan dengan cara memberikan
pasien tontonan atau bacaan yang sesuai dengan keinginan pasien. Untuk intervensi farmakologis,
tentunya perawat harus mengkonsultasikan-nya kepada dokter untuk pemberian obat anti-nyeri.
2. Experience of Comfort
3. Experience o Dignity
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia” (Ruland &
Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari
prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan
sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk
proteksi (United states, 1978).
Didalam teori Peacefull EOL ada tiga standart yang dapat dijadikan pedoman. Yang pertama
adalah Mengikutsertakan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan. Seperti
contohnya tadi adalah keputusan tentang pembebasan rasa nyeri atau menjaga kenyamanan
pasien. Perawat dapat mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam melakukan pilihan alternati
penatalaksanaan agar martabat pasien terjaga dan pasien merasa dihargai. Yang kedua adalah
melayani pasien dengan empati, hormat dan menghargai martabatnya. Hal ini dapat dilakukan
dalam keseharian interaksi perawat dengan pasien, baik waktu tindakan atau tidak. Menyapa klien
dengan ramah setiap bertemu, menghargai cerita pasien atau sekedar tersenyum daapt
memberikan makna positif. Standart terakhir adalah menjadi perhatian terhadap kebutuhan pasien.
Seperti misalnya pasien terlihat menahan nyeri maka perawat dengan aktif dapat menanyakannya
dan memberikan pilihan penatalakanaannya. Keinginan pasien juga menjadi perhatian, bila mungkin
pasien ingin kehadiran keluarga, maka perawat tentunya dapat mengakomodasikannya dengan
menghubungi keluarga pasien.
4. Being at peace
Damai adalah “Perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari
kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi
fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
Ada 5 kritetia yang diberikan oleh Ruland and Marlyn dalam poin ini. Yang pertama adalah
untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Disaat menjelang akhir hidupnya, pasien
pasti merasakan kegelisahan emosional. Perawat dapat memberikan intervensi psikologis yang ada
untuk membantu menenangkan pasien Yang kedua adalah dengan memonitoring kebutuhan pasien
akan obat anti-cemas. Dalam hal ini pasien tidak merasakan kecemasan yang berarti sehingga tidak
membutuhkan pengobatan. Ketiga adalah dengan menunjukkan kepercayaan. Agar pasien
merasakan kedamaian, maka dianjurkan dalam teori ini untuk mewujudkan hubungan saling
percaya antara perawat dengan pasien. Yang keempat adalah memberikan bimbingan kepada
pasien dan orang terdekat dalam permasalahan praktek yang dihadapi semisal pasien atau keluarga
mengalami masalah terhadap bantuan memberi makan pasien. Terakhir adalah dengan
Menyediakan bantuan fisik dari caregiver lain, jika diperlukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Teori Peacefull End Of Lie yang dikembangkan oleh Cornelia M Ruland dan Shirley M Moore ini
adalah teori yang memiliki setting pada perawatan akhir hidup pasien
- Teori ini berfokus bagaimana memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien di masa akhirnya
- Teori ini membaginya ke dalam 5 Kriteria yaitu : 1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3) merasa
berwibawa dan dihormati, 4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting
lainnya.
- Kelebihan dari teori ini aadlah teorinya yang baru, original serta dapat diaplikasikan dalam perawatan
pasien sehari-hari
- Sedangkan kekurangan dari aplikasi ini adalah belum mengakomodir adanya faktor budaya serta
hubungan diantara kelima konsep tersebut.
4.2 Saran
Teori Peacefull EOL ini merupakan teori yang bagus untuk dapat dijadikan standart pelayanan
keperawatan palliatif di Indonesia. Seperti saran terhadap teori ini sendiri, diperlukan lebih banyak
penelitian sebelum standart yang berdasar teori ini ditetapkan.