Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MIDDLE RANGE THEORY :

PEACEFUL END OF LIFE THEORY

Disusun Oleh :
PRODI B.15-C

KELOMPOK 4
1. NI MADE INTAN PRADNYA TARADIVA
2. I KETUT TERSEN
3. NI KADEK AYU PATNI DEWI
4. DWI LARANTIKA
5. GUSTI AYU PUTU DIAN FERAYANTI
6. NI WAYAN SUCI UTAMI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, makalah ini kami susun dengan maksimal dan dapat terselesaikan dengan
baik dengan judul “Peaceful End Of Life Theory”.

Atas dukungan semua pihak, kami mengucapkan terimakasih. Terlepas dari


semua itu , penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya . Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah “ Peaceful End Of Life Theory
“ memberikan manfaat terhadap pembaca .

Denpasar, 18 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari


philosophical theory atau metha theory, grand theory, middle range
theory, dan practice theory. Teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan
tingkat keabstrakannya, dimulai dari philosophical theory sebagai yang
paling abstrak, hingga practice theory yang bersifat empiris atau lebih
konkrit. Middle range theory merupakan salah satu tingkat teori yang
membahas fenomena secara lebih konkrit, spesifik, dan dapat
dikembangkan untuk menyediakan pedoman pada tatanan praktik dan
penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan karena
memungkinkan untuk diuji secara empiris (Tomey & Alligood, 2010)

Salah satu tokoh keperawatan yang mengembangkan konsep teori


pada tingkat middle range theory adalah Cornelia M. Ruland dengan teori
Peaceful End Of Life. Dimana konsep teori ini adalah asuhan keperawatan
diberikan pada pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
hidup lebih lama, sehingga pasien dapat menghadapi kematian dengan
damai dan tindakan keperawatan dapat memberikan sesuatu yang positif
dengan kriteria bebas dari rasa sakit, merasakan kenyamanan, merasa
dihargai dan dihormati, merasakan kedamaian dan merasakan kedekatan
dengan orang yang berarti.

Teori ini tidak hanya berfokus pada kematian dari pasien


melainkan ketenangan dan arti dari kehidupan selama akhir dari hidup
yang bisa diingat oleh pasien, kenyataan lain dan anggota keluarganya.
Teori dikembangkan dari satu standar kekhawatiran yang diciptakan oleh
pakar keperawatan untuk mengatur pasien dengan penyakit terminal
(Ruland and
Moore 1998). Teori ini menjadi contoh awal penggunaan standar praktik
sebagai sumber pengembangan teori middle range. Standar praktik ini
menggunakan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Hasil pengkajian merupakan landasan bagi perawat dalam menegakkan
diagnose keperawatan yang menitikberatkan pada dampak psikologis yang
dialami pasien, dan hasil akhir yang diinginkan dalam teori ini adalah
pasien meninggal dengan damai dan tenang.

II. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai biografi pencetus teori peaceful
end of life, yaitu Cornelia M. Ruland
2. Untuk mengetahui bagaimana teori peaceful end of life diciptakan
3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep-konsep mayor yang
disampaikan dalam teori peaceful end of life
4. Untuk memahani model konsep teori peaceful end of life
5. Untuk memahami asumsi teori peaceful end of life mengenai keperawatan,
perawat, pasien, konsep sehat-sakit, dan lingkungan
6. Untuk mengetahui apa saja kelemahan teori peaceful end of life
7. Untuk mengetahui penerapan teori peaceful end of life pada asuhan
keperawatan

III. Manfaat
1. Untuk memberikan pengetahuan kepada perawat tentang bagaimana
teori peaceful end of life ini bisa diterapkan dalam asuhan keperawatan
khususnya pada pasien terminal.
2. Untuk membantu pasien yang mengalami penyakit terminal untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup dan menghadapi kematian dengan
perasaan damai melalui teori peaceful end of life
BAB II

ISI

A. Latar Belakang Cornelia M. Ruland


Cornelia M Ruland telah menerima gelar Ph.D-nya dalam keperawatan
dari Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio sejak 1998. Dia
sekarang menjabat sebagai Direktur Pusat ‘Shared Decicion Making and
Nursing Research’ pada Universitas Rumah Sakit Rikshospitalet di Oslo,
Norwat. Di juga menjabat sebagai ‘adjunt faculty’ pada Departemen
Informasi Biomedical di Universitas Colombia, New York. Ruland telah
melakukan penelitian yang mendalam terhadap sebuah program untuk
meningkatkan pembuatan keputusan secara bersama/’shared decicions
making’ dan penyediaan layanan kesehatan berdasar kerjasama pasien-
petugas, dan juga pengembangan, implementasi dan evaluasi dari sistem
informasi yang menyokongnya. Fokusnya adalah kepada aspek dan alat
untuk pengambilan keputusan bersama dalam situasi klinik dimana :
1. Ketika pasien dihadapkan dengan pengobatan yang sulit atau
pilihan keputusan dimana mereka memerlukan bantuan untuk
mengerti potensi dari keuntuangan dan bahaya intervensi tersebut
serta opsi lainnya dan juga untuk memperoleh aspek nilai dan
keinginan pasien.
2. Managemen yang lebih disukai pasien dalam penanganan penyakit
kroniknya atau penyakit serius yang lama. Ruland menjadi yang
pertama dalam meneliti aspek-aspek yang terkait dalam beberapa
proyeknya dan telah menerima berbagai penghargaan
B. Sumber Teori
Teori Peaceful End of Life (EOL) ini dibentuk oleh sejumlah
kerangka teori (Ruland & Moore, 1998). Teori ini terutama berbasis pada
model klasik Donabedian baik struktur, proses dan hasil, yang sebagian
dibangun dari teori general sistem grand teori. Pengaruh dari general
sistem teori ini meliputi semua teori keperawatan, dari model konsep
hingga teori middle dan microrange, sebagai indicator kegunaannya dalam
menjelaskan kompleksitas interaksi antara kesehatan dan organisasi.
Pada teori EOL ini, yang dimaksud setting struktur adalah sistem keluarga
(pasien dengan sakit terminal dan penyakit serius lainnya) yang menerima
perawatan dari professional pada unit perawatan akut rumah sakit, proses
didefinisikan sebagai aksi (intervensi keperawatan) dibentuk untuk
mempromosikan hasil yang positif melalui: 1. Bebas dari rasa nyeri; 2.
Mengalami rasa nyaman; 3. Meningkatkan martabat dan rasa hormat; 4.
Berada dalam kedamaian; 5. Mengalami kedekatan dengan orang-orang
terdekat dan pemberi asuhan
Teori kedua yang menjadi sandaran adalah teori pilihan (brandt,
1979) dimana teori ini telah digunakan oleh para ahli filosofi untuk
menjelaskan dan mendefinisikan kualitas hidup (sandoe, 1999) konsep ini
sangat signifikan dalam EOL, penelitian dan paktik. Pada teori pilihan,
hidup yang baik didefinisikan sebagai memperolah salah satu yang
diinginkan dengan melihat pendekatan yang kuat pada perawatan
EOL. Hal ini dapat diaplikasikan pada orang yang hidup maupun orang
yang lumpuh yang sebelumnya membutuhkan dokumentasi yang tersedia
yang berhubungan dengan pemecahan masalah EOL.

C. Konsep Mayor dari Teori


1. Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama
diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life).
Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi
yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan
(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).

2. Mengalami Rasa Nyaman


Nyaman / atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inklusif
oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan,
keadaan tenteram dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa
menyenangkan ” (Ruland and Moore, 1998, p 172).

3. Merasa Bermartabat dan Dihargai


Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai
sebagai manusia” (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini
memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip
etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini
individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan
mengurangi hak otonomi orang sebagai awal untuk proteksi (United
states, 1978).

4. Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas,
(bebas) dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan”
(Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan
dimensi spiritual.

5. Kedekatan dengan Orang-orang Terdekat


Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara manusia dengan
orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini
melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan
kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
D. Model Konsep Teori Peaceful End of Life
E. Asumsi Mayor dari Teori Peaceful End Of Life
Karena teori Peaceful EOL diturunkan dari standar perawatan yang
ditulis oleh tim perawat ahli dan professional yang sudah berpengalaman
menghadapi kasus terminal, konsep metaparadigm mengikuti sifat dari
fenomena keperawatan, perawatan yang kompleks dan holistic dibutuhkan
sebagai syarat terjadinya peaceful EOL.
Dua asumsi dari teori Ruland dan Moore (1998) adalah sebagai
berikut:
1. Kejadian dan perasaan pada perawatan peaceful EOL bersifat personal
dan individual, sangat subjektif.
2. Peran perawat sangat penting dalam menciptakan kondisi peaceful
EOL. Perawat mengkaji dan menganalisa petunjuk atau data yang
menggambarkan pengalaman seseorang tentang EOL yang diharapkan
olehnya serta memberi intervensi yang sesuai untuk meningkatkan atau
menjaga keadaan peaceful, bahkan pada pasien yang sekarat atau
menjelang ajal dan tidak bisa berkomunikasi verbal.

Dua asumsi tambahan yang implisit atau tidak dituliskan secara


langsung adalah:
1. Keluarga, adalah istilah yang mencakup orang lain yang berarti bagi
pasien, merupakan komponen penting dalam peaceful EOL
2. Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan,
yang biasanya lebih kearah memberikan yang terbaik, perawatan
paling canggih, yang biasanya mengarah kepada over treatment atau
terlalu banyak diberi treatment. Tujuan dari perawatan EOL adalah
memaksimalkan treatment, yang berarti memberikan yang terbaik yang
masih mungkin bisa diterima, menggunakan teknologi yang
memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
mencapai kematian yang damai dan sukses.
F. Kelemahan Teori Peaceful End Of Life
1. Kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak dapat
menjawab adanya perbedaan budaya dalam hal penanganan orang akan
meninggal. Sebagai contoh sebuah budaya hanya mengijinkan orang-
orang tertentu untuk dapat masuk menemani pasien, sedangkan budaya
lain mengharuskan seluruh keluarga untuk masuk. Budya lain mungkin
memerlukan adanya ritual-ritual tertentu untuk mengantarkan pasien
(Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010).
2. Tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk mengukur hubungan
antara konsep yang terdapat dalam Framework Teori Peacefull EOL,
tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk Teori Peacefull EOL
(Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)

G. Aplikasi Teori Pada Asuhan Keperawatan


1. Kasus
Ny. MS usia 33 tahun, jenis kelamin wanita, pendidikan tamat SD,
pekerjaan Petani, status marital menikah dan memiliki 1 orang anak,
beragama Hindu, alamat Negara, masuk RS tanggal 10 Oktober 2022
pukul 15.00 WIB, No. RM: 3174063001644xx, dirawat di RSU
Negara dengan diagnose Adenomacolon Stadium IV, pengkajian
dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2022 jam 10.00 WITA. Status
antropometri BB 40 kg, TB 152 cm, IMT 17,3. Klien masuk rumah
sakit dengan keluhan utama nyeri pada bagian perut sebelah kanan
sejak satu tahun yang lalu. Klien diantar oleh suami ke RSU Negara.
Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata klien
didiagnosa penyakit kanker kolon dari pemeriksaan biopsi.
2. Pengkajian Kasus dengan Penerapan Teori Peaceful End Of Life
a. Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada bagian post operasi menjalar ke bagian
vagina. Kualitas nyeri dirasakan seperti ditusuk dengan durasi
hilang timbul lebih dari 10 menit, intensitas nyeri sedang dengan
skala 6/10, nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan
setelah klien bangun tidur, sekitar jam 07.00-09.00 tetapi kadang-
kadang pada malam hari nyeri suka terasa juga. Nyeri bertambah
jika klien melakukan pergerakan dan aktivitas lainnya. Tampak
perilaku klien memegang perut dengan ekspresi wajah tampak
meringis

b. Rasa nyaman
Klien mengeluh bila bernafasnya terasa sesak dan berat, dengan
frekuensi nafas RR: 25 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, N: 89 x/menit,
S: 360 C, 24 x/menit, irama teratur, kedalaman nafas normal.
Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar ronchi dibagian basal kedua
paru, wheezing tidak ada, klien bernafas dibantu oksigen binasal 3
liter/mnt. Klien mengeluh tidak nafsu makan karena perut terasa
mual, makan hanya dihabiskan ¼ porsi saja. Pada pengkajian
tingkat kelelahan klien hanya mampu melakukan aktivitas fisik
ringan ditempat tidur untuk memenuhi kebutuhannya

c. Merasa bermartabat dan dihargai


Klien berharap selalu memperoleh pelayanan kesehatan dan
pengobatan terbaik untuk pemulihan fisiknya seperti semula
walaupun dalam pengobatannya klien mendapat bantuan dana dari
pemerintah. Klien juga mengatakan dalam kondisi sakit berat
seperti ini, dirinya berharap untuk tetap diperhatikan, diperlakukan
dengan baik, tetap dihargai sesuai peran dan fungsinya sebagai istri
dan ibu dari anaknya.
d. Kedamaian
Klien mengatakan merasa cemas dan takut akan kondisi
kesehatannya serta proses tindakan pengobatan yang akan
dijalaninya. Klien menyatakan tidak pernah membayangkan akan
terkena penyakit kanker walaupun dalam keluarganya ada yang
menderita penyakit kanker, karena selama ini dirinya merasa sehat
dan tidak ada keluhan. Klien meminta dukungan dan doa untuk
kesembuhannya. Klien sangat sedih dengan musibah yang sedang
dialaminya. Klien meminta kepada perawat dan petugas kesehatan
lainnya untuk tetap memberikan dukungan dalam menghadapi
musibah ini. Klien terlihat murung dan lebih banyak diam, sesekali
klien tampak menangis.

e. Kedekatan dengan orang yang bermakna


Klien merasa takut kehilangan anak, suami, dan keluarganya, klien
ingin terus ditemani oleh mereka semua, tetapi klien bersyukur
suaminya selalu mendampingi dirinya selama sakit ini.
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Peaceful end of life theory merupakan salah satu teori yang
termasuk dalam middle range theory. Teori ini dikemukakan oleh Ruland,
yang menfokuskan pada bagaimana memberikan pelayanan yang
berkualitas pada pasien di masa akhirnya. Konsep utama teori ini meliputi
lima aspek yaitu membebaskan rasa nyeri pada pasien, mempertahankan
kenyamanan, menghormati dan menghargai martabat, kedamaian, dan
kedekatan hubungan pasien dengan orang lain.
Walaupun kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak
dapat menjawab adanya perbedaan budaya dalam hal penanganan orang
yang akan meninggal, namun asuhan keperawatan dalam teori ini
bertujuan agar pasien bebas dari rasa nyeri, terbebas dari ketidaknyamanan
sehingga menimbulkan kepuasan hidup, menghargai pasien, memperoleh
kedamaian baik secara fisik, psikologis, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing Theorists and Their Work Seventh


Edition. USA: Mosby Elseiver. 701-709

Nugroho, S. (2014). Middle Range Theory: Peaceful And Of Life Theory.


[Online].Tersedia:http://www.academia.edu/11613328/teori_peace
ful_and_of_life. [30 September 2018]

Napitupulu, D. (2014). Penerapan Teori Peaceful End Of Life dan


Pengkajian Edmonton symptom assessment system(ESAS) dalam Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Kanker Kolon di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta. [Online]. Tersedia: lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-
4/20391159-SP-Dame%20Lestaria.pdf. [1 Oktober 2018]

Anda mungkin juga menyukai