OLEH KELOMPOK 8
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evidance Based Practice” tepat
pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
khususnya profesi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Dalam kesempatan ini
penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, sehingga
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep Evidence Based Practiced (EBP) pada awalnya berasal dari ilmu
kedokteran yang selanjutnya di adopsi dan disesuaikan dengan ilmu keperawatan.
Penggunaan EBP menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena isu patient centered care
yang semakin banyak digaungkan di dunia kesehatan dan keperawatan. Proses
keperawatan yang dimiliki oleh perawat dan juga petugas kesehatan lainnya berfokus
hanya pada pasien dan semua keputusan yang berhubungan dengan kesehatan dan
perawatan pasien hanya diletakkan di tangan pasien. Artinya, pasien memiliki hak penuh
untuk menentukan pelayanan kesehatannya yang berdasarkan hasil diskusi dengan tenaga
kesehatan yang profesional.
Tujuan dari EBP adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, yang
selalu mendahulukan keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu untuk
menurunkan hospital costs. EBP bukan merupakan satu-satunya langkah atau metode
untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas. Tapi, EBP merupakan
salah satu langkah yang dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
perawat adalah berkualitas, tepat sasaran dan memang didasarkan oleh studi yang
kredibel dan dapat dipercaya.
Berdasarkan hal tersebut kami menyusun sebuah makalah menganai Evidence Based
Practiced dengan tujuan agar makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca.
Dalam mekalah ini kami membahas konsep dari Evidence Based Practiced sampai
penerapannya dalam proses keperawatan
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dari Evidence Based Practiced (EBP).
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat Evidence Based Practiced (EBP).
c. Untuk mengetahui persyaratan, penerapan dan model implementasi dari Evidence
Based Practiced (EBP).
d. Untuk menegtahui langkah-langkah dalam menerapkan Evidence Based Practiced
(EBP).
e. Untuk mengetahui penerapan Evidence Based Practiced (EBP) dalam proses
keperawatan.
f. Untuk mengetahui hambatan dalam menggunakan Evidence Based Practiced (EBP).
g. Untuk mengetahui usaha dalam meningkatkan Evidence Based Practiced (EBP).
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut (Ingersoll G, 2000), EBP adalah penggunaan teori dan informasi yang
diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan
keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien
dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut. Sedangkan
menurut (Mullhal 1998), EBP merupakan penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil
penelitian dan praktek klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan
klinis.
2. Bukti/hasil penelitian
Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan memastikan bahwa
desain penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Masing-
masing desain penelitian mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian
kuantitatif (randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian yang
terbaik untuk mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif
merupakan desain terbaik yang dapat digunakan untuk memahami pengalaman, tingkah
laku dan kepercayaan pasien.
3. Pilihan pasien
Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih
perawatan alternatif dan mencari second opinions. Dewasa ini pasien telah mempunyai
akses yang luas terhadap informasi klinis dan menjadi lebih sadar tehadap kondisi
kesehatannya. Pada beberapa hal, pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses
pengambilan keputusan klinis.
4. Sumber - sumber
Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-sumber terhadap
perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan dalam perawatan kesehatan mempunyai
implikasi terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai
potensi yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena
keterbatasan biaya.
Tujuan EBP :
1. Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah
agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil
penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian
pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi
(Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002).
2. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat, berdasarkan
bukti-bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan
kesehatan artinya dalam memilih suatu pendekatan pengobatan kita hendaknya
secara empiris melihat kajian penelitian yang menunjukkan keefektifan suatu
pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu.
Manfaat EBP :
berbasis bukti
1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan atau media penelitian untuk meningkatkan
penerapan Evidence Based. 5 langkah dalam Model settler:
a. Fase 1 : Persiapan.
b. Fase 2 : Validasi.
c. Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan.
d. Fase 4 : Translasi dan aplikasi.
e. Fase 5 : Evaluasi
2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care Model EBP
IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,
FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu atau masalah. Pemicu / masalah ini
sebagai focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi tim
segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat dan tenaga
kesehatan lain yang dirasakan penting untuk diliatkan dalam EBP. Langkah
selanjutnya adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdadat
cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan. kemudian dilakukan
evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones dan Bartlett, 2004 : Bernadette
Mazurek Melnyk, 2011).
3. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang terdiri dari 6
langkah yaitu :
skenario respon cepat itu hanya mengetik ‘’ apa dampak dari memiliki time respon cepat?
ke dalam kolom pencarian dari data base hasilnya akan menjadi ratusan abstrak sebagian
besar dari mereka tidak relevan. Menggunakan format PICOT membantu untuk
mengidentifikasi kata kunci atau frase yang ketika masuk berturut - turut dan kemudian
digabungkan, memperlancar lokasi artikel yang relevan dalam data base penelitian besar.
4. Langkah 4: Kritis menilai bukti
Setelah artikel yang dipilih untuk direview mereka harus cepat dinilai untuk
menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan klinis.
Studi - studi ini adalah studi kiper. Salah satu alasan perawat khawatir bahwa mereka
tidak punya waktu untuk menerapkan EBP adalah banyak telah diajarkan proses
mengkritisi melelahkan, termasuk penggunaan berbagai pertanyaan yang dirancang untuk
mengungkapkan setiap elemen dari sebuah penelitian. Contoh pertanyaannya :
a. Apakah hasil penelitian valid ?
b. Apakah hasilnya dapat dikonfirmasi ?
c. Akankah hasil dapat membantu saya merawat pasien saya ?
5. Langkah 5 : Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien
dan nilai – nilai.
Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam praktek.
Keahlian klinis berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program
manajemen hasil, serta referensi dan nilai - nilai pasien adalah komponen penting dari
EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk menimbang masing - masing
elemen pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh variabel kelembagaan dan klinis. Jika
kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan manfaat, akan tetapi jika hasil
diskusi dengan pasien menghasilkan suatu alasan yang membuat pasien menolak
treatment, maka intervensi tersebut tidak bisa diaplikasikan.
6. Langkah 6 : Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti
setelah menerapkan EBP.
Penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek positif
dapat didukung dan yang negatif diperbaiki. Hanya karena
intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak berarti ia akan bekerja dengan cara
yang sama dalam pengaturan klinis. Pemantauan efek perubahan EBP pada kualitas
perawatan kesehatan dan hasil dapat membantu dokter melihat kekurangan dalam
pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang paling mungkin untuk
mendapatkan keuntungan. Ketika hasil beda dari yang dilaporkan dalam literatur
penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan hal yang akan dilakukan..
7. Langkah 7 : Menyebarluaskan hasil EBP
Perawat dapat mencapai hasil yang sesuai bagi pasien mereka melalui EBP, tetapi
mereka sering gagal untuk berbagi pengalaman dengan rekan - rekan dan organisasi
perawatan kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini menjelaskan perlu duplikasi
usaha, dan melakukan pendekatan klinis yang tidak berdasarkan bukti – bukti. Di antara
cara untuk menyebarkan inisiatif sukses adalah putaran EBP di institusi, presentasi di
konferensi lokal, regional, dan nasional, dan laporan dalam jurnal peer review, news
letter profesional, publikasi untuk khalayak umum.
a. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan
pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan
pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga
dapat melalui rekam medis, dan observasi. Masing- masing sumber tersebut berkontribusi
secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat
digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan
informasi, tipe informasi ap ayang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh
bagian data pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi.
Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau
bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu.
b. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait
membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-
masing batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan.
c. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian
yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan
pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
d. Tahap intervensi / implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi
keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
e. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang
dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya.
Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan
ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.
Menurut Polit & Hungler (1999) membagi usaha yang dapat dilakukan tersebut
berdasarkan latar belakang perawatnya:
Oleh perawat peneliti:
a) Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi
b) Melakukan penelitian yang hasilnya relevan dengan kondisi di tempat
pemberian asuhan keperawatan
c) Mengulang penelitian
d) Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi
e) Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif
f) Melakukan komunikasi dengan jelas
g) Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis
Oleh Perawat pendidik :
a) Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum pengajaran
b) Mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian
c) Memberikan masukan pada peneliti
Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan :
a) Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya
b) Menghadiri konferensi/seminar/workshop
c) Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur efektif digunakan
d) Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-hasil
penelitian
e) Terlibat dalam klub-klub penelitian
f) Berkolaborasi dengan perawat peneliti
g) Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan penggunaan
hasil-hasil penelitian
Oleh perawat pengelola :
a) Membangun iklim ‘ keingintahuan intelektual’
b) Memberikan dukungan secara emosional atau moral
c) Memberikan dukungan keuangan atau sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
penggunaan hasil penelitian
d) Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan hasil-hasil
penelitian
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek
keperawatan sehingga perawat dapat meningkatkan rasa pedulinya terhadap pasien
b. Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti
ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan
hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat
pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian
asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya
inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002).
c. Manfaat EBP, yaitu: menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan,
mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk , encegah
terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian, mengeliminasi
budaya layanan kesehatan dimana praktik yang tidak berbasis bukti, eningkatkan
kepercayaan diri dalam mengambil keputusan, integrasi EBP dan praktik asuhan
keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
d. Dalam menerapkan EBP, perawat harus memahami konsep penelitian dan tahu
bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian.
e. Model Implmentasi Evidence Based Practice, yaitu model Settler, model IOWA
Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care, dan model
konseptual Rosswurm dan Larrabee.
f. Langkah – Langkah Dalam EBP ada 7, yaitu: kembangkan semangat penelitian,
ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT, cari bukti terbaik, kritis menilai
bukti, mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien
dan nilai – nilai, evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan
bukti setelah menerapkan EBP, menyebarluaskan hasil EBP.
3.2Saran
Sebagai seorang perawat pemahaman mengenai konsep Evidence Based Practiced
harus harus lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan EBP merupakan salah satu langkah
atau metode untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas. EBP juga
merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat adalah berkualitas, tepat sasaran dan memang didasarkan oleh
studi yang kredibel dan dapat dipercaya.