Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan pada bab ini berisikan pengembangan empiris teori/model konseptual
keperawatan dan hubungan falsafah dan paradigma, dan teori keperawatan secara
empiris.
2.1 Pengembangan Empiris Tentang Teori/Model Konseptual Keperawatan
Dunia keperawatan memiliki berbagai komponen pengetahuan. Pemahaman pada
masing-masing komponen sangat diperlukan untuk membantu menganalisa
hubungan beberapa komponen tersebut. Hasil dari analisis hubungan ini dapat
mengarahkan perawat dalam melakukan praktik pemberian asuhan keperawatan
kepada klien dan melakukan perbaikan praktik sesuai dengan teori dan riset
terbaru
2.1.1

Pengertian Teori/Model Konseptual Keperawatan

Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang memproyeksi


sebuah pandangan atas suatu fenomena melalui rancangan dan hubungan yang
sistematis sehingga dapat memberi gambaran, penjelasan, perkiraan dan
pengendalian terhadap suatu fenomena (Alligood, 2014). Teori adalah satu atau
lebih pernyataan yang relative dan konsep spesifik yang terbentuk dari konseptual
model yang digunakan untuk menginterprestasi pertanyaan, situasi, dan kejadian
(Fawcett, 2005). Definisi menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
teori adalah suatu rancangan gagasan untuk menyampaikan ide-ide dan konsepkonsep secara sistematis dan terencana sehingga ide dan konsep tersebut mampu
diterima dan diterapkan dalam menanggapi suatu fenomena
Peterson dan Bredow (2009) mengemukakan bahwa model konseptual
dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu konseptualisasi, formalisasi model dan
validasi. Prosesnya dapat berupa intuitif, empiris, deduktif, dan induktif.
2.1.1.1 Intuitif
Pakar keperawatan mengembangkan suatu pandangan
2.1.1.2 Empiris
Pakar keperawatan membuat suatu observasi dari suatu titik pandang

Universitas Indonesia

2.1.1.3 Deduktif
Pakar keperawatan menggabungkan dari berbagai area yang diperlukan terutama
dari teori lain dan berbasis ilmiah
2.1.1.4 Induktif
Mengeneralisasi dari situasi atau obsevasi yang spesifik.
McEwen dan Wills (2011) mengatakan model konseptual keperawatan
merefleksikan asumsi, kepercayaan dan nilai-nilai. Model konseptual terdiri dari
enam unit yang biasanya terlihat juga pada perspektif filsafat. Berikut ini adalah
contoh unit yang diambil dari Johnson behavioral system model yaitu tujuan
keperawatan, konsep mengenai klien, peran sosial perawat, sumber masalah,
intervensi, konsekuensi yang bersifat humanistis, idealis, dan pragmatis.
2.1.2 Tingkatan Teori dan Perkembangannya
Krippendorf (1986, dalam Van Sell dan Kalofissudis 2003) mengatakan bahwa
profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori yang terdiri dari meta theory,
grand theory, middle range theory, dan practice theory.
2.1.2.1 Meta Theory
Krippendorf (1986, dalam Sell dan Kalofissudis 2004) mengatakan bahwa meta
theory adalah teori dengan level tertinggi dan merujuk pada body of knowledge
tentang suatu bidang pembelajaran. Meta theory adalah tingkatan yang paling
abstrak dari semua level teori (Fawcett, 2005). Defenisi para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa meta theory adalah tingkatan tertinggi dalam sebuah tubuh
pengetahuan yang masih bersifat abstrak dari satu bidang pembelajaran

2.1.2.2 Grand Theory


Fawcett (2005) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan
yang luas, tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan
hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Alligood (2014) menjelaskan
grand theory mempunyai kontribusi yang signifikan dalam keperawatan yaitu
memberi batasan-batasan sehingga keperawatan dapat mempunyai identitas dalam
keberadaannya, mempunyai kontribusi untuk memberikan perspektif sejarah

Universitas Indonesia

keperawatan, memberikan gambaran bagaimana para pencipta mengembangkan


teori yang mendasari ilmu keperawatan, pendidikan serta praktik keperawatan.

Defenisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa grand theory merupakan
bentuk umum dari suatu teori yang memberi batasan dan identitas bagi ilmu
keperawatan namun belum teruji secara empiris sebagai suatu pengetahuan
2.1.2.3 Midle Range Theory
Middle-range theory menjelaskan mengenai dunia keperawatan secara empiris,
spesifik dan formal, serta merupakan turunan dari grand theory. Middle range
theory berisikan diskusi tentangwhat it is dan what comes before and after in
its range (Smith & Parker, 2015)
McKenna (2006) mengatakan middle-range theory bisa digunakan secara umum
pada berbagai situasi tetapi sulit diaplikasikan dalam teori, tanpa indikator
pengukuran, masih cukup abstrak, inklusif, memiliki sedikit konsep dan variabel,
dalam bentuk yang lebih mudah diuji, memiliki hubungan yang kuat dengan riset
dan praktik, dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif.
Defenisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa middle-range
theory merupakan turunan dari grand theory yang sudah memiliki bentuk yang
dapat diuji secara empiris namun masih lemah dan sedikit abstrak karena masih
sulit untuk diaplikasikan kedalam teori
Smith dan Liehr (2013) menguraikan pengembangan middle range theory
mencakup beberapa hal berikut
2.1.1.3.1 Teori induktif, membangun teori melalui riset
Riset kualitatif, telah berperan sebagai sumber pengembangan middle range
theory. Sepuluh studi kualitatif dihubungkan melalui konsorsium keperawatan
untuk riset padaklien berduka kronis, menjadi dasar untuk perkembangan middle
range theory berduka kronik. Riset ini menemukan studi lain tentang analisa
konsep sebagai bagian dari proses dalam mengembangkan teori.

Universitas Indonesia

2.1.1.3.2 Teori deduktif, dibangun dari grand teori keperawatan


Beberapa model konseptual dan grand theory bertindak sebagai dasar untuk
pengembangan middle range theory.
2.1.1.3.3 Mengkombinasikan teori keperawatan dengan teori lain
Teori-teori ilmu keperawatan telah dikombinasikan dengan disiplin ilmu lain
untuk menciptakan middle range theory. Menggunakan teori Rubin mengenai
pencapaian peran maternal (yaitu kasih sayang dan identitas peran selama
kehamilan

dan

perslinan)

dengan

mengintegrasikan

peran

dan

teori

pengembangan dari ilmu psikologi untuk sampai pada teori Maternal role
Attainment (Meighan, 2002 dalam Alligood 2010).
2.1.1.3.4 Manyatukan teori dari temuan riset yang dipublikasikan.
Sintesis riset dapat diperoleh dari berbagai populasi pasien (contoh: pasien yang
di diagnosa dengan kanker atau penyakit cardiovasculer) itu mencerminkan
perspektif yang melibatkan dukungan sosial online yang bertindak sebagai dasar
untuk teori lacoursier's (Alligood, 2010)
2.1.1.3.5 Mengembangkan teori dari panduan praktik klinik
Praktek klinis dan petunjuk praktek klinis adalah sumber pengembangan middle
range

theory.

Paplau

memperkenalkan

penggunaan

data

klinis

dalam

pengembangan teorinya, yaitu teori hubungan interpersonal. Paplau mendasarkan


pemahamannya

pada

langkah-langkah

hubungan

perawat-pasien

melalui

pengamatan atas interaksi antara siswa perawat dengan pasien psikiatrik. Petunjuk
yang di buat oleh Agency for health Care Policy and Research For the
management acute pain di gunakan oleh Good dan Moore dalam mengembangkan
teori keseimbangan antara analgesik dengan efek samping dalam manajemen
nyeri (Alligood, 2010)
2.1.1.4 Practice Theory
Practice theory adalah level teori keperawatan yang berorientasi praktek. Inti dari
practice theory adalah tercapainya tujuan dari tindakan yang dilakukan (Walker &
Avant, 1983). Practice theory dikembangkan dari pengalaman klinik dan riset
keperawatan (Peterson & Bredow, 2009). Walker dan Avant (2011) menjelaskan

Universitas Indonesia

ada tiga komponen utama yang penting dalam practice theory, yaitu memiliki
tujuan yang spesifik, rumusan atau rencana tindakan keperawatan yang sesuai
dengan tujuan, memiliki daftar rumusan tindakan keperawatan sebagai persiapan
tindakan berikutnya.

Defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa sama seperti tingkatan teori lain practice
theory diturunkan dari middle range theory yang memiliki tiga komponen utama
dan akan digunakan dalam praktik keperawatan yang bisa bersumber dari riset
maupun pengalaman klinik.
2.2 Hubungan falsafah, paradigma, dan teori keperawatan secara empiris
Falsafah adalah cara untuk mencari pengetahuan

dengan mengurai sebuah

gagasan serta mempertanyakan sebuah eksistensi (McEwen & Wills, 2011).


Filsafah sendiri belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan,
sehingga perlu di jabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit dalam
bentuk paradigma keperawatan. Kuhn (1962, dalam Fawcett 2005) mengatakan
paradigma juga disebut sebagai tahap kedua perkembangan ilmu pengetahuan
Paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang bisa sama dan
terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain. Paradigma ini terdiri dari empat
komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta
komponen keperawatan (Fawcett, 2005).
Teori adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang memberikan gambaran
tentang suatu fenomena. Teori dapat dibagi dua berdasarkan pengembanganya
yaitu descriptive theory dan explanatory theory. Descriptive theory melihat
sebuah fenomena dan mengidentifikasi elemen-elemen utamanya. Explanatory
theory menjelaskan bagaimana elemen-elemen saling tekait dalam suatu
fenomena Barnum (1990, dalam Fawcet 2005).
Carper (1978, dalam Alligood 2013) mengatakan bahwa falsafah, paradigma, dan
teori keperawatan adalah struktur teoritis yang menjadi sebuah konsep sentral dari
disiplin ilmu keperawatan. Ada beberapa komponen dalam hirarki yang muncul
secara konsisten dalam literatur dengan label tunggal karena istilah model

Universitas Indonesia

konseptual, kerangka konseptual, dan teori kadang-kadang digunakan secara


bergantian (Peterson & Bredow, 2004).
Paradigm
Metaparadigm
Phylosophie
Conceptual
Model

Concept
Development

Theory

Statement
Development

Nursing
Person
Health
Environm
ent

Theory
Development

Concept Revision
Theory Testing
Statement Revision
Nursing
Science &
Practice

Further Theory
Testing

Theory Revision

Gambar 2. 1
Hubungan Falsafah, Paradigma dan Teori Keperawatan serta Pengembangan
dalam Ilmu Keperawatan (Fawcett, 2005; Walker & Avant, 2011).
Bagan

diatas

bermula

yang mengidentifikasi

dari

metaparadigma

sebagai

konsep umum

fenomena dari minat suatu disiplin ilmu melalui

penggambaran konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep keperawatan


yaitu kesehatan, manusia dan lingkungan (Fawcet, 2005). Metaparadigma
merupakan suatu ide besar yang sangat abstrak dan belum memberikan
arahan yang pasti bagi aktivitas penelitian dan praktek keperawatan oleh karena
itu metaparadigma perlu dipertanyakan melalui filsafat. Hasil selanjutnya
jawaban-jawaban dari pertanyaan filsafat itu akan menjadi paradigma, konseptual
model, dan teori.
Model konseptual merupakan sekumpulan konsep dan dalil-dalil umum yang
memberikan perspektif pada konsep utama dari metaparadigma, seperti orang,

Universitas Indonesia

10

kesehatan dan lingkungan. Model konsep juga mencerminkan sekumpulan nilai


dan keyakinan sebagai pernyataan filosofis dan juga pilihan pendekatan praktek
dan penelitian (Asmadi, 2008). Fungsi setiap model konseptual adalah
menyediakan suatu kerangka acuan khusus yang dikatakan pada suatu disiplin
ilmu tentang cara mengamati dan menginterpretasikan fenomena dari disiplin
ilmu khususnya ilmu keperawatan.
Para ahli di bidang keperawatan telah mengeluarkan beberapa model konseptual
yang dapat diterima oleh akademisi maupun praktisi keperawatan di dunia. Suatu
model konseptual adalah sekelompok konsep atau ide yang berhubungan, tetapi
hubungannya tidak eksplisit. Model adalah suatu perspektif abstrak atau kerangka
kerja yang mewakili realitas. Contoh dari model konseptual dalam keperawatan
adalah model perawatan diri Orem (1980), model adaptasi Roy (1984), dan model
system perilaku untuk keperawatan Johnson (1980). Proses keperawatan juga
dianggap sebagai model karena proses keperawatan adalah sekelompok konsep
yang saling berhubungan Christensen (2009, dalam Alligood 2014)
Sebuah model konseptual/teori akan berkembang atas dasar keyakinan filsafat
seorang ilmuwan untuk mencari kebenaran dari fenomena yang terus berkembang.
Pengembangan sebuah konsep itu dimulai dengan pengembangan statement
dimana ilmuwan mencari tahu apa yang terjadi, merancang dan menyusun ulang
konsep secara sistematis berdasarkan fenomena yang terjadi, serta memprediksi
bagaimana penerapannya di masyarakat sehingga konsep baru ini bisa diterima
dan digunakan di dunia keperawatan. Teori itu sendiri agar bisa diaplikasikan
diperlukan uji coba melalui riset dan praktik. Hasil dari uji coba bisa
menghasilkan revisi pada konsep, statement, ataupun teori itu sendiri.
Pengembangan teori dilakukan kembali secara berulang. Riset dan praktik adalah
bagian proses terbesar dari pengembangan teori sampai akhirnya menjadi suatu
disiplin yang dapat diterima dan diterapkan di lingkungan praktek keperawatan.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai