Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS EDUKASI MELALUI LEMBAR BALIK


ELEKTRONIK TENTANG MATERNAL EARLY WARNING
SCORE (MEWS) TERHADAP PENGETAHUAN
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
PADA PERAWAT DAN BIDAN
DI RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

Disusun Oleh :

HARMAYANTI

NIM: 210115116

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2022
PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS EDUKASI MELALUI LEMBAR BALIK


ELEKTRONIK TENTANG MATERNAL EARLY WARNING
SCORE (MEWS) TERHADAP PENGETAHUAN
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
PADA PERAWAT DAN BIDAN DI
RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana


pada Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

HARMAYANTI

NIM: 210115116

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam

derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan selama masa

kehamilan sehingga hal ini menjadi masalah yang besar di Indonesia. Angka

kematian ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama

kehamilan sampai dengan pasca persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,

keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang

kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,

tersedianya dan pengunaan fasiltas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

prenatal dan obstreti.

Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir

sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang. Pada

tahun 2019, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) angka kematian ibu

(AKI) masih tinggi, sekitar 295.000 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2020).

Data kematian ibu di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia, jumlah ini meningkat dibanding

tahun 2020 sebesar 4627 kematian. Sedangkan jumlah kematian ibu di Provinsi

DKI Jakarta sebesar 129 kematian pada tahun 2021 meningkat dibanding tahun

2020 sebesar 117 kematian (Kemenkes RI, 2022). Angka kematian ibu di RSPI
Prof Dr Sulianti Saroso pada bulan April 2021-April 2022 tercatat sebanyak 6

kematian.

Berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI per Maret

2020, penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus),

hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus), gangguan system

peredaran darah (200 kasus), gangguan metabolic (157 kasus), lainnya (1.311

kasus) (Kemenkes RI, 2020).

Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa fisiologis yang normal. Namun

itu dikaitkan dengan risiko kehidupan bagi ibu dan janin bila ada gangguan parah

parameter fisiologis dari normal. Kasus gawat darurat obstetric apabila tidak

segera ditangani akan akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya. Cara

mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan melakukan perencanaan

yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus

menerus terhadap ibu. Lebih awal identifikasi penyakit kritis selama kehamilan

dan persalinan membantu dalam mencegah morbiditas dan mortalitas untuk kedua

kehidupan yang terlibat (Sulfianti et al., 2022).

Maternal early warning system (MEWS) adalah strategi surveillance yang

dirancang untuk menjawab temuan dari berbagai tinjauan mortalitas bahwa respon

klinis terhadap perburukan akut pada pasien obstetrik sering kali terlambat atau

kurang. Sistem ini kini semakin diimplementasikan oleh leadership keamanan

obstetrik. Penelitian di masa mendatang perlu memfokuskan pada memperbaiki

parameter-parameter dalam early warning system, strategi respon yang optimal


dalam berbagai setting klinis, dan menciptakan instrumen pendukung untuk

penatalaksanaan pasien berisiko tinggi (Friedman, 2015).

Penggunaaan MEWS pada pasien maternal telah dianjurkan dengan tujuan

menurunkan derajat penyakit dan kematian ibu serta meningkatkan keluaran klinis

yang lebih baik. MEWS dirancang untuk mempertimbangkan perubahan fisiologis

yang terjadi selama kehamilan. Tujuan dari MEWS adalah untuk meningkatkan

deteksi wanita hamil yang berisiko mengalami penurunan kondisi klinis dan

memfasilitasi intervensi dini jika terjadi penurunan kondisi klinis (Nair et al.,

2018).

Pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam penggunaan MEWS sangat

penting. Pengumpulan data yang tidak akurat akan mengarah pada identifikasi

kebutuhan perawatan klien yang tidak tepat dan akibatnya diagnosa keperawatan

yang dibuat tidak akurat dan tidak lengkap. Diagnosa yang dibuat tidak lengkap

dan akurat akan mengakibatkan kesalahan pada pelaksanaan asuhan keperawatan

yang mengancam keselamatan pasien (Kartikasari et al., 2020).

Perawat perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang

optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui

kegiatan pelatihan, namun di masa pandemic kondisi ini sulit dilakukan.

Pemanfaatan teknology dalam peningkatan pengetahuan perawat sudah mulai

dilakukan. Salah satu yang dapat digunakan adalah penggunaan lembar balik

elektronik (e-flipchart) (Wasilah, 2022).

Studi pendahuluan pada tanggal 20 Okober 2022 dengan melakukan

wawancara untuk mengukur pengetahuan tentang Maternal Early Warning Score

pada perawat dan bidan di Ruang Rawat RSPI Prof Dr Sulianti Saroso. Dari 11%
sampel perawat dan bidan Ruang Rawat didapatkan data bahwa perawat dan

bidan ruang rawat belum tahu tentang Maternal Early Warning Score dan merasa

belum pernah melakukan assesment menggunakan Maternal Early Warning

Score. Mengingat pentingnya penerapan MEWS maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lanjut tentang efektifitas edukasi melalui lembar balik

elektronik tentang Maternal Early Warning Score terhadap pengetahuan

penanganan kegawatdaruratan maternal pada perawat dan bidan di RSPI Prof Dr

Sulianti Saroso.

1.2. Kebaruan Penelitian

Efektifitas lembar balik dalam meningkatkan pengetahuan telah dilakukan

diberbagai bidang ilmu. Penelitian Pratiwi et al., (2018) membuktikan media

pembelajaran standar lembar balik efektif untuk digunakan guru dan siswa

sebagai salah satu media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran di

kelas. Penelitian Suaib, (2019) yang menyatakan ada pengaruh antara penggunaan

media pembelajaran elektronik terhadap efektivitas pembelajaran peserta didik MI

DDI Silopo Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian

(Wasilah, 2022) membuktikan bahwa ada perbedaan skor pengetahuan sebelum

dan sesudah pemberian lembar balik elektronik Pediatric Assesment Triangle

sehingga dapat disimpulkan bahwa lembar balik elektronik PAT efektif terhadap

pengetahuan perawat tentang PAT.

1.3. Rumusan masalah


Berdasarkan hasil identifikasi yang diuraikan diatas ternyata MEWS dapat

diandalkan dalam mengidentifikasi penurunan kondisi pada ibu, sehingga perawat

dan bidan sebaiknya mengetahui penerapan MEWS di tatanan klinik. Namun pada

studi pendahuluan yang penulis lakukan didapatkan bahwa perawat dan bidan

ruang rawat di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso belum tahu mengenai MEWS.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah lembar balik elektronik MEWS efektif meningkatkan pengetahuan

dan sikap penanganan kegawatdaruratan maternal pada perawat dan bidan ruang

rawat di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso?.

1.4. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas edukasi melalui lembar balik elektronik

Maternal Early Warning Score terhadap pengetahuan dan sikap

penanganan kegawatdaruratan maternal pada perawat dan bidan ruang

rawat di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan masa kerja) pada perawat dan bidan ruang rawat RSPI

Prof Dr Sulianti Saroso.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dan bidan ruang rawat

tentang Maternal Early Warning Score sebelum dan sesudah pemberian


lembar balik elektronik pada perawat dan bidan Ruang Rawat RSPI

Prof Dr Sulianti Saroso

3. Mengetahui efektifitas lembar balik elektronik Maternal Early Warning

Score terhadap pengetahuan dan sikap penanganan kegawatdaruratan

maternal pada perawat dan bidan tentang Maternal Early Warning

Score di ruang rawat RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

1.5. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

tentang efektivitas edukasi melalui lembar balik elektronik tentang

Maternal Early Warning Score (MEWS) terhadap pengetahuan

penanganan kegawatdaruratan maternal pada perawat dan bidan.

1.4.2. Manfaat Praktik Keperawatan

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan

pengetahuan perawat dan bidan Ruang Rawat tentang Maternal Early

Warning Score, juga menjadi referensi dalam tindak lanjut dengan

menyediakan pelatihan atau simulasi secara teratur sehingga sehingga

perawat dan bidan ruang rawat lebih mudah dan cepat dalam melakukan

deteksi dini dan melaksanakan penanganan kegawatdaruratan maternal

dengan baik. Dengan meningkatnya pengetahuan perawat dan bidan

ruang rawat tentang Maternal Early Warning Score diharapkan

pelayanan perawat dan bidan di ruang rawat terhadap pasien maternitas

juga lebih berkualitas.


1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengetahui efektivitas edukasi melalui

lembar balik elektronik tentang Maternal Early Warning Score (MEWS)

terhadap pengetahuan penanganan kegawatdaruratan maternal pada perawat

dan bidan di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Penelitian quasi eksperimen

pre post design without control group. Sampel penelitian adalah perawat

dan bidan di ruang rawat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Analisa data secara univariat dan bivariat dengan Wilcoxon Test.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Maternal Early Warning Score (MEWS)

2.1.1 Pengertian MEWS

Kegawatdaruratan maternal adalah adalah kondisi kesehatan yang

mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah

persalinan dan kelahiran. Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetric

yang apabila tidak segera ditangani akan akan berakibat kematian pada ibu

dan janinnya. Cara mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan

melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan

melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu (Sulfianti et al.,

2022).

MEWSs adalah alat yang menjanjikan untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas ibu. Untuk meningkatkan hasil kesehatan, MEWS harus

mengidentifikasi pasien yang berisiko memburuk pada saat intervensi dini

dapat mencegah perkembangan menjadi morbiditas yang parah (Nair et al.,

2018).
MEWS adalah sebuah instrument yang digunakan untuk membantu

mengidentifikasi penurunan kondisi ibu dan pemberian intervensi dini yang

tepat dalam penanganannya. MEWS suatu metode monitoring untuk

mendeteksi perubahan kondisi pasien maternitas secara dini (Tamara et al.,

2019).

2.1.2 Tujuan Penggunaan MEWS

Tujuan penggunaan Maternal Early Warning Score dalam merawat

pasien adalah (Sulfianti et al., 2022):

1. Alat bantu penilaian klinis untuk mendeteksi dan merespon secara

efektif terhadap kondisi pasien maternal.

2. Memberdayakan perawat dalam mengelola pasien secara tepat.

3. Untuk meningkatkan keselamatan pasien

MEWS dirancang untuk mempertimbangkan perubahan fisiologis

normal yang terjadi selama kehamilan. MEWS dikembangkan untuk

memperbaiki identifikasi ibu hamil yang berisiko untuk mengalami

perburukan klinis dan memfasilitasi intervensi dini. Pemicu-pemicu dalam

sistem MEWS secara teoritik menghasilkan identifikasi yang lebih dini

terhadap sejumlah kondisi yang mungkin berkontribusi terhadap morbiditas

dan mortalitas maternal. MEWS dimaksudkan untuk memandu penilaian

klinis, dan bukan menggantikannya (Knight et all, 2012 dalam (Kumala &

Apsari, 2019).

MEWS adalah sebuah instrumen yang menjanjikan untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitas maternal. Untuk memperbaiki outcome kesehatan,


MEWS seharusnya mengidentifikasi pasien yang berisiko untuk mengalami

perburukan pada saat intervensi dini dapat mencegah perburukan ke

morbiditas berat (Nair et al., 2018).

2.1.3 Indikasi Penggunaan MEWS

Indikasi penggunaan Maternal Early Warning Score adalah

(Sulfianti et al., 2022):

1. Digunakan untuk mengkaji pasien maternitas yang rawat inap.

2. Digunakan untuk pasien dengan kehamilan hingga 42 hari postnatal.

3. Pasien maternal yang akan dipindahkan antar ruangan.

4. Tidak digunakan pada pasien bersalin.

2.1.4 Variasi Allert System

MEWS telah digunakan secara ekstensif dalam praktek obstetrik,

tetapi sistem yang digunakan sangat bervariasi. Parameter-parameter yang

sering dimasukkan dalam MEWS antara lain denyut jantung, tingkat

pernapasan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran. Parameter-parameter lain

seperti skor nyeri, karakteristik lochia dan output urin kadang dimasukkan,

baik dalam bentuk skor atau dicatat dalam rekam medis. Sejumlah variasi

MEWS, beberapa contoh diantaranya adalah Modified Obstetric Early

Warning System (MOEWS), Maternal Early Warning Criteria (MEWC),

Maternal Early Warning Trigger tool (MEWT), Irish Maternal Early

Warning System (IMEWS), Obstetric Early Warning System (ObsEWS),

ICNARC MEWS (Knight et all, 2012 dalam (Kumala & Apsari, 2019).
EWS utama adalah: (1) modified early obstetric warning system

(MEOWS) yang diajukan dari UK Saving Mothers’ Lives Report, (2)

Maternal Early Warning Criteria (MEWC) yang diajukan dari National

Partnership for Maternal Safety, dan (3) Maternal Early Warning Trigger

(MEWT) tool yang digunakan di Dignity Health System dan rumah sakit lain

di Amerika Serikat. Pada MEOWS, dua parameter abnormal sedang (yellow

alert) atau satu parameter abnormal berat (red alert) memicu respon klinis

untuk memeriksa status pasien secepatnya dan membuat rencana surveillance

follow-up. Parameter dalam MEWC merupakan sebuah EWS yang

disederhanakan dari MEOWS. MEWT berbeda dari MEOWS dan MERC

dimana instrumen ini mengelompokkan alert ke dalam pathway diagnostik

untuk kondisi-kondisi seperti sepsis, kondisi kardiopulmonaris, kelainan

hipertensi, dan perdarahan obstetrik, dan memberikan rekomendasi diagnostik

dan manajemen berdasarkan parameter-parameter ini. Tabel 2.3 menunjukkan

perbedaan utama antara MEOWS, MEWC, dan MEWT (Friedman et al.,

2018).

1. MEOWS

Modified Early Obstetric Warning System (MEOWS) didasarkan

pada obstetric EWS dari sembilan rumah sakit di Inggris. MEOWS ini

diajukan oleh Confidential Enquiries into Maternal and Child Health

pada tahun 2007. Di dalam sistem ini, 2 parameter abnormal moderat

(tanda kuning) atau 1 parameter abnormal berat (tanda merah) memicu

sebuah respon klinis untuk segera menilai status pasien dan membuat

rencana surveillance follow up. Parameter-parameter ini dirancang untuk


mendeteksi pasien yang menderita kondisi yang dapat menyebabkan

mortalitas dan morbiditas maternal berat (tabel 2.1) (Kumala & Apsari,

2019).

Parameter peringatan MEOWS dapat membantu mendeteksi

kondisi-kondisi berikut yang mungkin tidak dikenali: perdarahan

(ditunjukkan dengan hipotensi dan takikardia), sepsis (demam, hipotensi,

takikardia, hipoksia), tromboemboli vena (takikardia, takipnea, hipoksia)

preeklampsia (hipertensi, hipoksia), dan komplikasi kardiovaskular

(takikardia, bradikardia, hipoksia, hipotensi). Gambar 2.1 adalah salah satu

contoh protokol eskalasi intervensi ketika ada trigger pada ibu hamil

(Friedman et al., 2018).

Tabel 2.1 Modified Early Obstetric Warning System (MEOWS)

Parameter Nilai normal Yellow alert Red alert


fisiologis
Tingkat 10-20 x/menit 21-30 x/menit < 10 atau > 30
pernapasan x/menit
Saturasi oksigen 96-100% < 95% < 95%
Suhu tubuh 36,0-37,oC 35-36 atau 37,5- 35 atau > 38oC
38oC
Tekanan darah 100-139 mmHg 150-180 atau 90- > 160 atau < 90
sistolik 100 mmHg mmHg
Tekanan darah 50-89 mmHg 90-100 mmHg > 100 mmHg
diastolik
Denyut jantung 50-99 x/menit 100-120 atau 40- > 120 atau < 40
50 x/ menit x/menit
Respon Alert Suara Tidak merespon,
neurologis nyeri
Sumber : (Friedman, 2015)
Gambar 2.1 Protokol Eskalasi MEOWS (Friedman, 2015)

2. MEWC

Di Amerika Serikat, National Partnership for Maternal Safety,

sebuah kelompok leadership nasional, mengusulkan sebuah early

warning system yang disederhanakan dari MEOWS, yang disebut

Maternal Early Warning Criteria (MEWC). Meski MEOWS memberikan

sebuah sistem skoring sederhana, MEWC memberikan sebuah trigger

system (Mhyre et al., 2014).

Jika seorang pasien memiliki satu parameter abnormal (tabel 2.2),

penilaian pasien secepat mungkin diperlukan. Parameter-parameter dalam

MEWC dipilih untuk meminimalkan tingkat alarm palsu, memfasilitasi

implementasi, dan mempertahankan sensitivitas, berdasarkan pada

tinjauan-tinjauan kasus kematian maternal sering menunjukkan

abnormalitas tanda vital yang jelas sebelum terjadinya penyakit kritis.

Karena jenis rumah sakit yang beragam, dari rumah sakit komunitas non-
pendidikan kecil hingga rumah sakit pendidikan rujukan tersier berskala

besar, penentuan petugas dan respon protokol yang optimal untuk alarm

adalah tanggung jawab dari masing-masing rumah sakit. Berdasarkan tipe

layanan yang diberikan, alert response mungkin dipimpin oleh dokter

obstetrik, anestesi, rumah sakit, dokter ICU, dokter UGD, atau sebuah

rapid response team. Demikian pula, karena setting klinis yang beragam,

variabel-variabel outcome dan langkah-langkah proses untuk sistem ini

masih belum jelas. American Congress of Obstetricians and

Gynecologists District II’s Safe Motherhood Initiative, sebuah kolaborasi

untuk memperbaiki outcome maternal di New York, negara bagian

dengan salah satu tingkat mortalitas tertinggi, telah mendorong MEWC

untuk digunakan di semua rumah sakit yang menyediakan layanan

obstetric (Friedman, 2015).

Tabel 2.2 Maternal Early Warning Criteria (MEWC)

Kriteria Nilai
Tekanan darah sistolik, mmHg < 90 atau > 160
Tekanan darah diastolik, > 100
mmHg
Denyut jantung, kali per menit 50 atau > 120

Tingkat pernapasan, kali per < 10 atau > 30


menit
Saturasi oksigen, % dengan 95
udara ruangan
Oliguria, mL/jam ≥ 2 jam < 35
Sumber : (Friedman et al., 2018)

3. MEWT

Instrumen MEWT berbeda dari MEOWS dan MEWC karena MEWT

dirancang untuk mengidentifikasi 4 dari penyebab utama morbiditas maternal,


yaitu sepsis, disfungsi kardiovaskular, preeklampsia-hipertensi berat, dan

perdarahan. Perbedaan lain dari MEWT adalah dimasukkannya rekomendasi

untuk asesmen dan treatment pasien. Instrumen ini juga berperan sebagai

pengingat bagi klinisi bahwa mungkin ada tumpang tindih dalam clinical

pathway dan bahwa mungkin diperlukan asesmen terhadap lebih dari satu

pathway. Mengikuti clinical pathway telah diketahui menurunkan kematian

karena sepsis, menurunkan morbiditas karena preeklampsia berat, dan

mengurangi morbiditas karena perdarahan. Dengan penggunaan clinical

pathway ini, instrumen MEWT diharapkan dapat mempercepat asesmen dan

treatment pasien. Asesmen dan intervensi oleh klinisi dapat dilakukan dalam

waktu <60 menit pada > 80% pasien MEWT positif dan clinical pathway diikuti

pada > 80% kasus (Shields et al., 2016).

Gambar 2.2 Diagram alur Maternal Early Warning Tool (MEWT)(Friedman


et al., 2018)

Perbedaan utama antara MEOWS, MEWC, dan MEWT ditunjukkan

pada Tabel 2.3 (Friedman et al., 2018).


Tabel 2.3 Perbedaan MEOWS, MEWC, dan MEWT

MEOWS MEWC MEWT


Kiteria untuk Satu trigger Satu trigger Satu trigger
evaluasi “merah” atau dua “merah” atau dua “merah” (tidak
trigger “kuning” trigger “kuning” ada trigger
“kuning”)
Panduan untuk Tidak Ya, “clinical Tidak
support keputusan pathway”
dan eskalasi
kondisi
Data tentang Ya Ya Tidak
karakteristik tes
Data outcome Tidak Tidak Ya
Sumber : (Friedman et al., 2018)

2.1.5 Pengukuran Parameter Fisiologis pada MEWS

Tanda-tanda vital harus didokumentasikan secara konsisten sehingga

perubahan dari waktu ke waktu dapat dikenali dan dinilai secara akurat.

Dokumentasi yang tidak konsisten dapat menimbulkan potensi keterlambatan

dalam mengenali perburukan kondisi fisiologis (Sulfianti et al., 2022).

MEWS didasarkan pada sistem penilaian sederhana dengan memakai

tanda-tanda vital untuk mengukur perubahan fungsi fisiologis pasien. Tanda-

tanda vital yang ada dalam MEWS telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan

keadaan pada pasien maternal. Skor pada MEWS disesuaikan dengan hasil

pengukuran tanda-tanda vital pasien. Semakin tinggi skor yang didapat

menunjukkan semakin tinggi tingkat ketidaknormalan pasien (Sulfianti et al.,

2022).

Karena perubahan fisiologis normal kehamilan, EWS untuk populasi

non-obstetri tidak langsung dapat ditransfer ke populasi obstetrik. MEWS


dirancang untuk memperhitungkan perubahan fisiologis normal kehamilan.

Maksud dari MEWS adalah untuk meningkatkan pengenalan wanita hamil

pada risiko perburukan klinis dan memfasilitasi intervensi dini. Pemicu dalam

sistem MEWS secara teoritis mengarah pada pengenalan lebih awal dari

kondisi yang dapat berkontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu,

termasuk penyakit kardiovaskular, sepsis, penyakit tromboemboli, perdarahan

dan pre-eklampsia.1 MEWS dimaksudkan untuk memandu penilaian klinis,

dan bukan menggantikannya (Nair et al., 2018).

MEWS sekarang banyak digunakan dalam praktik kebidanan, tetapi

sistem yang digunakan sangat bervariasi. Parameter yang biasanya disertakan

dalam MEWS adalah detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah, dan

tingkat kesadaran (Tabel 2.4). Parameter lain seperti skor nyeri, karakteristik

lokia dan keluaran urin kadang-kadang dimasukkan, baik dalam skor atau

dicatat pada grafik. Tabel 1 adalah contoh dari berbagai parameter fisiologis

yang dicatat sebagai normal, kuning atau merah, tergantung pada seberapa

abnormal nilainya dibandingkan dengan fisiologi kehamilan normal (Nair et

al., 2018).

Selain mengidentifikasi pasien yang berisiko, MEWS juga meningkatkan

keandalan pengambilan dan pencatatan tanda-tanda vital yang

lengkap,misalnya laju pernapasan sering tidak diukur atau dicatat. Laju

pernapasan adalah salah satu parameter yang lebih sensitif ketika mencoba

mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami perburukan. MEWS

memfasilitasi komunikasi dan memberikan harapan dan standar yang dapat

diaudit untuk respons oleh tim medis terhadap perburukan fisiologi wanita
hamil (Nair et al., 2018).

Gambar 2.4 Maternal Early Warning Scores

2.1.6 Bukti Ilmiah MEWS

Literatur yang ada menunjukkan kemungkinan manfaat dan mendukung

penggunaan MEWS. Sebuah penelitian observasional prospektif pada tahun

2016 mengevaluasi MEWS dan menemukan bahwa 27% dari pasien memicu

sebuah respon, dan 17% pasien memenuhi kriteria untuk morbiditas obstetrik.

MEWS diketahui memiliki sensitivitas 86% dan spesifisitas 85% untuk

memprediksi kemunculan morbiditas maternal.10 Meski penelitian-penelitian

ini menunjukkan test characteristic yang memuaskan untuk MEOWS,

mereka tidak menilai efikasi dalam hal (1) mengidentifikasi penyakit kritis

yang tidak terdeteksi yang akan terjadi, (2) mengoptimalkan process

measures dalam proses penatalaksanaan (seperti waktu hingga pemberian

antihipertensi), atau (3) perbaikan dalam outcome yang bermakna secara

klinis (Friedman et al., 2018).


Sebuah penelitian yang membandingkan nilai prediktif dari enam

MEWS yang berbeda untuk mengidentifikasi sepsis berat pada pasien wanita

dengan chorioamnionitis melaporkan rentang sensitivitas 40–100% dan

spesifisitas 4-97%. Penulis menyimpulkan bahwa instrumen MEWS dengan

rancangan yang lebih sederhana cenderung lebih sensitif, sedangkan yang

lebih kompleks lebih spesifik, dan menunjukkan diperlukannya penelitian

lebih lanjut.11 Skor yang sederhana memiliki reliabilitas yang lebih baik,

lebih tahan terhadap kesalaharan perhitungan dan memiliki reproduksibilitas

yang lebih baik (Nair et al., 2018).

Sebuah penelitian prospektif dilakukan di sejumlah lokasi dalam sebuah

jaringan rumah sakit berskala besar memberikan bukti untuk MEWT.

Implementasi dan penggunaan MEWT pada lebih dari 180.000 persalinan

menunjukkan penurunan sebesar 14% (p=0,001) dalam morbiditas maternal

komposit dan penurunan 18% (p=0,01) dalam morbiditas maternal berat

(berdasarkan definisi CDC). Secara keseluruhan, ada penurunan yang

signifikan dalam morbiditas maternal berat yang didefinisikan menurut

kriteria dari CDC dari angka 2,0% pra-implementasi menjadi 1,6% pasca

implementasi.9 Tingkat positif skrining jauh lebih rendah dengan MEWT

(2,3%) daripada dengan MEOWS. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena

(1) persyaratan parameter-parameter abnormal dalam instrumen MEWT

untuk tetap ada sebelum memicu peringatan, dan (2) ambang batas yang lebih

ketat untuk aktivasi dengan satu parameter (Friedman et al., 2018).

Pada tahun 2013, Intensive Care National Audit and Research Center

(ICNARC) di Inggris melaporkan early warning scoring system untuk ibu


hamil yang pertama kalinya tervalidasi secara statistik. Sebuah dataset admisi

obstetrik ke ICU dianalisis dan ICNARC MEWS dibandingkan dengan

MEWS yang sudah ada, dalam kemampuan mereka untuk memprediksi

survival berdasarkan parameter fisiologis dalam 24 jam pertama setelah

masuk ICU. ICNARC MEWS memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang

tinggi, dengan kurva AUROC 0.94 (95% CI 0.88– 0.99) (Carle et all dalam

Kumala & Apsari, 2019). Bukti ilmiah yang ada saat ini mendukung pendapat

bahwa parameter-parameter early warning mungkin berguna secara klinis

untuk mengidentifikasi pasien yang nantinya menjadi kritis atau berisiko

tinggi untuk kematian. Akan tetapi, data-data ini terutama berasal dari single

center, dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki

generalibilitas dan validitas. Untuk saat ini, belum ada data yang

menunjukkan respon apa yang optimal untuk setting tertentu agar

memperbaiki pelayanan maternal setelah tanda peringatan muncul (Friedman,

2015).

2.1.7 Optimalisasi MEWS

Maternal early warning system adalah sebuah strategi yang menjanjikan

untuk menurunkan morbiditas berat dan mortalitas maternal. Agar sebuah

maternal early warning system berkontribusi terhadap perbaikan outcome

kesehatan, sistem ini harus (1) mengidentifikasi pasien yang berisiko untuk

penyakit kritis dan yang akan mendapatkan manfaat dari intervensi dini dan (2)

tidak menghasilkan banyak peringatan yang positif palsu sehingga penanganan

pasien menjadi terganggu (Friedman, 2015).

Penentuan bentuk MEWS yang optimal memerlukan penelitian lebih


lanjut. Penetapan sebuah MEWS terstandarisasi nasional mungkin akan

memberikan data yang diperlukan untuk menganalisis dan memperbaiki

parameter-parameter untuk menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas yang

lebih baik. Akan tetapi, setiap rumah sakit yang berbeda mungkin akan

mendapatkan manfaat dari penyesuaian parameter-parameter pemicu dan

tindakan-tindakan yang sesuai tergantung pada sumber daya yang tersedia.

MEWS hanyalah bagian dari penatalaksanaan pasien ibu hamil kritis. Outcome

akan tergantung pada eskalasi penanganan dan penatalaksanaan yang tepat

ketika ada pemicu MEWS.6 Setiap rumah sakit mungkin akan memerlukan

protokol respon yang berbeda berdasarkan ketersediaan staf dokter, status

rumah sakit pendidikan, jumlah tempat tidur, keahlian perawat, layanan

konsultan, dan ketersediaan terapi intensif. Selain itu, identifikasi pasien yang

berisiko tidak memastikan bahwa (1) pemeriksaan dan evaluasi diagnostik

yang tepat akan dijalankan berdasarkan hasil skrining positif atau (2) bahwa

dengan diagnosis yang tepat, intervensi yang dilakukan setelahnya akan sesuai.

Karena morbiditas berat dan mortalitas maternal jarang, instrumen pendukung

keputusan klinis mungkin menjadi komponen penting untuk memberikan

respon yang optimal, khususnya di rumah sakit non-pendidikan kecil

(Friedman, 2015).

Penghambat penting dalam implementasi maternal early warning system

antara lain: tidak adanya koordinasi dan buy in multidisipliner, Pendidikan

yang kurang, pengetahuan yang kurang, integrasi yang kurang optimal di

dalam kultur dan praktek rumah sakit, kurangnya support dari leadership,

kurangnya kesesuaian dengan inisiatif perbaikan kualitas dan keamanan


lainnya (Friedman et al., 2018).

2.2 Lembar Balik Elektronik

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti “tengah,

perantara, atau pengantar” (Arsyad, 2015). Menurut AECT (Association of

Education and Communication Technology) mendefinisikan bahwa media

adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk sesuatu proses

penyaluran informasi (Asnawir & Usman, 2013). Di samping sebagai sistem

penyampai atau pengantar, media sering diganti dengan kata mediator, dengan

istilah sebagai mediator media yang memiliki fungsi untuk mengatur hubungan

yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu peserta didik

dan materi pelajaran (Arsyad, 2015).

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang berisikan

pesan yang akan disampaikan dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang

disesuaikan dengan lingkungan belajar. Media pembelajaran juga berfungsi

sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam kegiatan balajar mengajar

untuk mengurangi kegagalan dalam pemahaman saat materi. Media

pembelajaran memerlukan perancangan hingga nyaman digunakan dalam

lingkungan belajar baik online maupun offline (H Praherdhiono, 2014;Henry

Praherdhiono, 2016 dalam (Pratiwi et al., 2018).

Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar

dengan motode pembelajaran, karena metode yangh digunakan dalam proses

pembelajaran biasanya akan menetukan media apa yang dapat diadaptasikan

dengan kondisi yang dihadapi. Maka, kedudukan media dalam suatu


pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dan dapat mempengaruhi

suatu keberhasilan dari proses pembelajarana itu sendiri (Budiman, 2017).

2.2.2 Peran Media Pembelajaran

Peranan media dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut

(Supatminingsih et al., 2020):

1. Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat pendidik

menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media yang digunakan pendidik

sebagai alat penjelas verbal mengenai bahan pembelajaran.

2. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan yang akan dikaji

lebih lanjut oleh para peserta didik dalam proses belajarnya.

3. Sumber belajar bagi peserta didik yang artinya media tersebut berisikan

bahan-bahan yang harus dipelajari baik secara individual maupun

kelompok.

Terjadinya pengalama belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran

media, terutama dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media

mempunyai kegunaan sebagai berikut (Supatminingsih et al., 2020):

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.

3. Menimbulkan semangat belajar peserta didik yaitu interaksi lebih

langsung antara murid dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan auditori, visual, dan kinestetiknya.

5. Memberikan perhatian yang sama agar dapat menimbulkan persepsi yang

sama.
2.2.3 Macam Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,

baik melalui media cetak, elektronika (berupa radio, TV, komputer dan

sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang kemudian diharapkan menjadi perubahan pada perilaku ke

arah positif di bidang kesehatan. Media pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3

macam, yaitu (Notoatmodjo, 2015) :

1. Media cetak

Media cetak dapat sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan, beberapa contohnya seperti booklet, leaflet, rubik dan poster.

Booklet adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk

buku baik berupa tulisan maupun gambar. Leaflet adalah media penyampaian

informasi yang berbentuk selembar kertas yang dilipat. Rubik adalah media

yang berbentuk seperti majalah yang membahas tentang masalah kesehatan.

Kemudian poster adalah media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan yang umumnya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan

umum.

2. Media elektronik

Media elektronik merupakan suatu media bergerak yang dinamis, dapat

dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Contoh


dari media elektronik adalah TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan

VCD.

3. Media luar ruangan

Media luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar

ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,

misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan TV layar lebar.

Papan reklame adalah

poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di pekerjaan.

Spanduk adalah suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang

dibuat pada secarik kain dengan ukuran yang sudah ditentukan. Pada

pelaksanaannya, promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media. Karena

melalui media tersebut pesan-pesan kesehatan yang disampaikan menjadi

menaik dan mudah dipahami, sehingga sasaran dapat dengan mudah

menerima pesan yang disampaikan.

2.2.4 Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan merupakan sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan proses pembelajaran. Dengan pemanfaatan media

pendidikan kesehatan merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk

menciptakan pengalaman yang dapat membantu dalam proses belajar bagi

peserta didik. Hal ini dikarenakan media pembelajaran berperan sebagai alat

yang dapat menumbuhkan dan membangkitkan semangat belajar agar tidak

membosankan dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada awalnya, media

pendidikan kesehatan hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan

proses belajar mengajar dan sebagai sarana yang dapat memberikan


pengalaman visual kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi

belajar, memperjelas materi pelajaran dan mempermudah konsep yang

kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah

dipahami. Dengan demikian, media pembelajaran dapat berfungsi untuk

mempertinggi daya serap dan resensi peserta didik terhadap materi pelajaran

(Asnawir & Usman, 2013 dalam Wasilah, 2022).

Fungsi media pendidikan kesehatan n terkhusus media visual terdiri

dari 4 fungsi sebagaimana yang dinyatakan oleh Levie & Lentz diantaranya

(Arsyad, 2015):

1. Fungsi atensi berarti media visual yang merupakan inti, menarik dan

mengarahkan perhatian peserta didik untuk dapat berkonstentrasi

terhadap materi pelajaran.

2. Fungsi afektif yaitu media visual yang dapat dilihat dari tingkat

kenikmatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat

mengubah emosi dan sikap peserta didik.

3. Fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual atau

gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris yaitu media visual yang memberikan konteks

untuk

memahami teks dan membantu peserta didik yang lemah dalam membaca

dan mengorganisasikan informasi.

2.2.5 Peran Media Pendidikan Kesehatan


Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam

pelaksanaan pendidikan kesehatan antara lain adalah (Notoatmodjo, 2015):

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi

3. Media dapat memperjelas informasi

4. Media dapat mempermudah pengertian

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan

mata.

7. Media dapat memperlancar komunikasi.

2.2.6 Klasifikasi Media Pembelajaran

Klasifikasi media pembelajaran menurut Arsyad (2006) dalam

(Supatminingsih et al., 2020) adalah:

1. Benda nyata

2. Bahan yang tidak diproyeksikan, seperti : bahan cetak, papan tulius, baga

balik (flip chart), diagram, bagan, grafik, foto.

3. Rekaman audio dalam kaset atau piringan.

4. Gambar diam yang diproyeksikan seperti film bingkai (slide), film

rangkai, transparansi, program computer.

5. Gambar bergerak yang diproyeksikan, contoh : film, rekaman video.


6. Gabungan media, seperti bahan dengan pita video, slide dengan pita

audio, film rangkai dengan pita audio, microfilm dengan pita audio,

computer interaktif dengan pita audio atau piringan video.

2.2.7 Definisi Lembar Balik/Flipchart

Lembar Balik salah satu contoh media yang sering digunakan

dimasyarakat umum adalah lembar balik. Lembar balik merupakan

lembaran-lembaran kertas yang dibundel menjadi satu dengan jilid ring

sehingga dapat dibalikan, yang berisi pesan dan diterangkan dengan gambar

yang menjelaskan suatu topik secara cukup rinci. Setiap topik bahasan

tertentu selalu terdiri dari 2 halaman, satu halaman bergambar dengan teks

terbatas menghadap kearah peserta sedangkan halaman yang menghadap

fasilitator berisikan informasi kunci dan pertanyaan diskusi yang mejadi

acuan pembahasan topik tersebut (Jatmika et al., 2019).

Sedangkan menurut Suyatno (2008) dalam (Bajuri, 2016) lembar balik

adalah kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara

berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran. Cara penggunaan lembar

balik bergantung metode apa yang akan digunakan. Jika metode yang

digunakan ceramah maka lembar balik langsung dibuka sesuai dengan topik

pembicaraan untuk diterangkan atau ditulis hal-hal yang perlu dituliskan.

Dalam menggunakan lembar balik haruslah menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Dengan adanya media

lembar balik ini diharapkan dapat diperoleh bahan informasi yang bersifat
standard, sehingga penyimpangan informasi mengenai konsep dan subtansi

dasar sebuah program yang akan dijelaskan dapat terhindarkan.

Dengan menggunakan lembar balik, proses pendidikan dan belajar

menjadi lebih mudah dan lebih menarik bagi penerima pesan maupun

pemberi pesan. Bagi penerima pesan gambar dan tulisan serta komposisi

warna tulisan dapat membantu dan mempermudah proses pemahaman.

Sedangkan bagi pemberi pesan teks yang tertera pada halaman belakang

dapat membantu mempermudah penyampaian pesan. Cara menggunakan

lembar balik yaitu langsung dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk

diterangkan kepada peserta penyuluhan (Jatmika et al., 2019).

2.2.8 Syarat Lembar Balik/Flipchart

Syarat-syarat lembar balik adalah (Jatmika et al., 2019):

1. Berisikan gambar-gambar untuk menjelaskan pesan yang hendak

disampaikan

2. Di lembar baliknya terdapat kalimat penjelasan gambar

3. Mudah dibawa oleh penyuluh

4. Ukuran disesuaikan dengan target/jumlah peserta

5. Gambar yang ditayangkan menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan

penjelasan yang disampaikan.

2.2.9 Kelebihan dan Kekurangan Lembar Balik/Flipchart

Berdasarkan penggunaannya media ini memiliki kelebihan dan

kekurangan diantaranya adalah (Jatmika et al., 2019):

1. Kelebihan media lembar balik


a. Tidak perlu listrik

b. Ekonomis, tidak memerlukan film atau printer untuk menghasilkan

bahan

persentasi

c. Warna bisa ditambahkan dengan mudah

d. Peluang untuk spontanitas. Setiap kemungkinan didetik terakhir bisa

tetap diekspresikan dengan baik

e. Dapat digunakan dalam metode pembelajaran inovatif apapun

f. Lebih praktis

g. Bendel lembar balik mudah dibawa kemana saja tergantung tempat

persentasi

h. Menghemat media pengajaran

i. Peserta tidak mudah bosan sehingga peserta lebih berimajinasi dalam

mengembangkan ide-idenya dalam belajar

j. Fleksibilitas

2. Adapun kekurangnnnya adalah:

a. Sulit dibaca karena keterbatasan tulisan

b. ukurannya kurang efektif untuk khalayak lebih dari 12 orang

c. agak kaku saat penggunaannya karena urutan lembarnya sulit

diubah-ubah

d. memerlukan biaya relatif agak mahal.

2.2.10 Lembar Balik/Flipchart Elektronik MEWS

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan perawat adalah

dan bidan melalui kegiatan pelatihan, namun di masa pandemic kondisi ini
sulit dilakukan. Pemanfaatan teknology dalam peningkatan pengetahuan

perawat sudah mulai dilakukan. Salah satu yang dapat digunakan adalah

penggunaan lembar balik elektronik (e-flipchart). Lembar balik MEWS

dalam penelitian ini dibuat dalam format pdf kemudian dibuate-flipchart

yang dapat diakses secara online dengan link :

2.3 Pengetahuan

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2015) pengetahuan adalah sesuatu yang

diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini

dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor

dari luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial

budaya. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga

dan indra penglihatan yaitu mata.

2.3.2. Proses Terjadinya Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2015) pengetahuan mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi

proses sebagai berikut :


1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek)

2. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebu disini

sikap obyek mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya

Stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4. Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuaidengan apa yang dikehendaki.

5. Adaptation, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

2.3.3. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2015) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang

yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar tentang objek


yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-

lain

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang

lain

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan

sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun,

dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu


berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2015) dan (Wawan, A., & Dewi, 2018),

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan,

sebagai berikut:

1. Pendidikan

2. Informasi/media massa

3. Pekerjaan

4. Sosial, budaya dan ekonomi

5. Lingkungan

6. Pengalaman

7. Usia

2.3.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan pengetahuan yang diukur. Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu

(Nursalam, 2020):

 Baik : Hasil presentasi 76%-100%.

 Cukup : Hasil presentasi 56%-75%.

 Kurang : Hasil presentasi < 56%.

2.4 Kerangka Teori


Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka kerangka teori

tentang efektifitas metode edukasi lembar balik elektronik Maternal Early

Warning Score terhadap pengetahuan dan sikap penanganan

kegawatdaruratan maternal pada bidan dan perawat adalah sebagai

berikut:

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan: Pengetahuan
Pendidikan Lembar balik
perawat dan
Informasi/media massa edukasi tentang
bidan
Sosial budaya dan ekonomi MEWS
pelaksana
Lingkungan
Pengalaman
Usia
Bagan 2.1
Kerangka Teori

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

dilihat dalam bentuk bagan kerangka konsep dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Edukasi Lembar Balik Pengetahuan perawat dan


Elektronik MEWS bidan

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur Cara Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Independen
Lembar balik Media pembelajaran Alat Ukur - -
elektronik yang menyajikan Lembar balik
MEWS gambar berseri MEWS format pdf
dengan cara Cara Ukur
membolak balik Membagiakan
gambar digital . link e-flipchart
MEWS : suatu metode yang dapat
monitoring untuk diakses secara
mendeteksi perubahan online dengan
kondisi pasien link:
maternitas secara dini
Dependen
Pengetahuan Segala informasi yang Alat Ukur Skor Pengetahuan. Ordinal
Definisi Alat Ukur Cara Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
tentang diketahui perawat
MEWS tentang MEWS Kuesioner Dikategorikan :
Cara ukur 1. Kurang (jawaban
Membagikan benar < 56%)
kuesioner dalam 2. Cukup (jawaban
bentuk Google benar 56 - 75%)
form 3. Baik (jawaban
benar 76% -
100%)
Sumber : Nursalam
(2020)
Karakteristik Perawat
Umur Masa hidup responden Kuesioner Dikategorikan : Ordinal
dari lahir sampai 1. Remaja Akhir
dilakukan penelitian. (17-25 Tahun)
2. Dewasa
Pertengahan (26-
35 Tahun)
3. Dewasa akhir
(36-45 Tahun)
4. Lansia Awal (46-
55 Tahun)
(Sumber:
Kemenkes,2019)
Jenis Identitas responden Kuesioner Dikategorikan: Nominal
Kelamin penelitian sesuai 1. Laki-laki
dengan kondisi 2. Perempuan
biologis dan fisik.
Pendidikan Sekolah formal Kuesioner Dikategorikan : Ordinal
terakhir perawat dan 1. D3 Keperawatan
Definisi Alat Ukur Cara Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
memiliki ijasah. 2. S1 Keperawatan/
Profesi Ners
3. S2 Keperawatan
Masa Kerja Riwayat masa kerja di Kuesioner Dikategorikan : Ordinal
RSPI SS 1. < 5 tahun.
2. > 5 tahun.

3.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Sugiyono, 2019).

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis bisa

memberikan petunjuk pada tahapan pengumpulan, analisis, dan interpretasi

data. Uji hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengujian

dan pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian

sebelumnya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesa Alternatif (Ha) merupakan pernyataan tentang prediksi hasil

penelitian berupa hubungan antar variabel yang diteliti. Hipotesis ini

menyatakan secara langsung tentang prediksi hasil penelitian (Sabri &

Hastono, 2018). Adapun hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah :

Ada perbedaan pengetahuan perawat dan bidan tentang Maternal Early

Warning Score sebelum dan sesudah intervensi pemberian lembar balik

elektronik.

2. Hipotesa Null (H0) merupakan pernyataan hipotesis yang digunakan untuk

kepentingan uji statistik terhadap data hasil penelitian. Hipotesis ini


dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau tidak

adanya hubungan antar variabel (Sabri and Hastono, 2018). Adapun

hipotesis null dalam penelitian ini : Tidak ada perbedaan pengetahuan

perawat dan bidan pelaksana tentang Maternal Early Warning Score

sebelum dan sesudah intervensi pemberian lembar balik elektronik.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Peneitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan

yang digunakan adalah One Group Pretest-Post Test Design tanpa adanya

kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre test) yang

mungkin peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen (post test). One group pretest-posttest design adalah

kegiatan penelitian yang memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan

perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah memberikan tes akhir

(posttest) (Notoatmodjo, 2018).

O1 X O2

Input Proses (Intervensi) Output

(Pre-Test) (Post-Test)

Gambar 4.1 Desain Penelitian


Bagan 4.1 Desaign Penelitian

Keterangan :

O1 : Pengetahuan sebelum intervensi

O2 : Pengetahuan sesudah intervensi

X : Intervensi berupa diberikan lembar balik elektronik MEWS Triangle


4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang rawat : Nusa Indah 3 dan Nusa

Indah 4 RSPI Prof Dr Sulianti Saroso yang beralamat di JL. Baru Sunter

Permai Raya Jakarta Utara. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai persiapan

sampai dengan penulisan laporan keseluruhan pada November 2022 sampai

Januari 2023.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi objek

lain (Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas pada penelitian ini adalah

lembar balik elektronik MEWS.

2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel akibat yang dipengaruhi

(Notoatmodjo, 2018). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah

pengetahuan perawat dan bidan.

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap objek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2019).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan di Nusa

Indah 3 dan Nusa Indah 4 RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.


4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling

tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam, 2020). Sampel

penelitian ini adalah perawat dan bidan. Besaran sampel tergantung dari jenis

penelitian. Besaran sampel minimum yang disarankan untuk penelitian

kuantitatif/analitik adalah 30 sampel (Kasjono & Yasril, 2013). Berdasarkan

teori tersebut maka peneliti menggunakan sampel dalam penelitian ini

minimal sebanyak 30 perawat dan bidan. Pada penelitian ini ditentukan

kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel untuk mengontrol

variabel yang tidak ada hubungannya dengan penelitian dan meminimalkan

bias. Adapun yang menjadi kriteria adalah :

1. Kriteria Inklusi

a. Perawat dan bidan Nusa Indah 3 dan Nusa Indah 4

b. Bersedia mengikuti penelitian

c. Bersedia mengisi kuesioner sebelum (pretest) dan sesudah (postest)

2. Kriteria Inklusi

a. Perawat dan bidan Nusa Indah 3 dan Nusa Indah 4 dengan masa kerja

kurang dari 3 bulan.

b. Tidak membaca e-flipcart yang diberikan.

c. Tidak mengikuti penelitian sampai selesai


4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang

diberikan kepada perawat dan bidan. Kuesioner adalah daftar

pernyataan/pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana

responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-

tanda tertentu (Notoatmodjo, 2018). Instrumen dalam penelitian berupa e-

flipchart (lembar balik elektronik) dan kuesioner.

1. Karakteristik responden

Kuesioner yang berisi tentang data demografi responden terdiri dari

umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir yang relevan dengan

bidangnya dan lama bekerja.

2. Lembar balik elektronik

Lembar balik MEWS dalam penelitian ini dibuat dalam format pdf

kemudian dibuat e-flipchart yang dapat diakses secara online dengan

link: https:// . Lembar balik ini disusun oleh peneliti berdasarkan

panduan Buku Ajar Gawat Darurat Maternal (Sulfianti et al., 2022).

Lembar balik elektronik ini telah peneliti konsulkan oleh ahli

dibidangnya yaitu seorang dokter spesialis obgyn dan perawat pelaksana

dengan latar belakang S2 keperawatan dan sudah berpengalaman diruang

rawat.

3. Kuesioner pengetahuan

Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 10 item pertanyaan multiple

choice dengan empat pilihan jawaban. Kuesioner disusun oleh peneliti


dibantu oleh pembimbing lapangan yang merupakan perawat pelaksana

dengan latar belakang S2 keperawatan dan sudah berpengalaman diruang

rawat inap. Kuesioner pengetahuan dibagikan melalui google form dengan

link : .

4.5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesyahan untuk instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2016). Suatu pertanyaan

dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud

jika nilai koefisien score dan skala ordinal (tingkatan) digunakan teknik

korelasi product moment, untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (df = n-2),

maka kaidah keputusannya, yaitu :

rhitung rtabel
Valid : jika ≥

rhitung rtabel
Tidak valid : jika <

2. Reliabilitas Instrumen

adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat


Reliabilitas

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018). Uji

reliabilitas yang digunakan untuk variabel tanpa skor dalam skala ordinal
(tingkatan) adalah teknik koefisien reliabilitas cronbach alpha (Arikunto,

2016). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai cronbach alpha >

0,6 (konstanta).

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan terhadap

10 perawat pelaksana di ruang rawat karena keterbatasan waktu penelitian selain

itu karena pertimbangan memiliki karakteristik yang sama yaitu sama-sama

bekerja di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan data karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2020). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui

beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian dengan surat

pengantar dari Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Abdi Nusantara Jakarta

yang ditujukan kepada Direktur Utama RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

b. Peneliti melakukan observasi dan wawancara di Nusa Indah 3 dan Nusa

Indah 4 RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

c. Peneliti melaksanakan proses bimbingan dalam penyusunan proposal dan

mengembangkan instrumen penelitian serta uji content instrumen

penelitian oleh pembimbing lapangan.

2. Tahap Administratif Penelitian


a. Peneliti mengurus proses administrasi untuk melakukan pengumpulan

data setelah usulan penelitian diterima dan melakukan proses revisi

berdasarkan masukan pembahas dan pembimbing.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan ethical clearance ke Komisi Etik

Penelitian Kesehatan di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso dan telah

mendapatkan surat lolos kaji etik No. ….

c. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada RSPI Prof Dr Sulianti Saroso

dengan surat pengantar permohonan izin penelitian dari Prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Abdi Nusantara Jakarta No:

2000/SI/S1.KEP/STIKES-AN/X/2022 (terlampir). Mendapatkan Surat

pemberian izin penelitian dari RSPI Prof Dr Sulianti Saroso No: ……

(terlampir).

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti melakukan koordinasi terkait pengambilan data penelitian,

menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada Kepala

Ruangan Nusa Indah 3 dan Nusa Indah 4 di RSPI Prof Dr Sulianti

Saroso.

b. Calon responden yang setuju untuk ikut dalam penelitian diberikan

lembar persetujuan/informed consent yang dibantu oleh bagian

keperawatan.

c. Peneliti memberikan lembar kuesioner pengetahuan (pretest) dalam

bentuk google form untuk di isi oleh responden, peneliti memberikan

waktu selama + 30 menit disela-sela waktu kegiatan responden dalam

memberikan pelayanan atau dapat mengisi di rumah.


d. Setelah responden mengisi selang 1 hari, responden diberikan lembar

balik elektronik untuk dipelajari selama 1-2 hari.

e. Peneliti memberikan lembar kuesioner pengetahuan (postes) dalam

bentuk google form untuk di isi oleh responden, peneliti memberikan

waktu selama +30 menit disela-sela waktu kegiatan responden dalam

memberikan pelayanan atau dapat mengisi dirumah.

f. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada responden dan kepala ruang

setiap unit penelitian di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

4.6 Analisis Data Penelitian

4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan satu rangkaian kegiatan penelitian yang

sangat penting (Hidayat, 2016). Setelah pengambilan data dengan

kuesioner, tahap selanjutnya adalah pengolahan data agar analisa yang

dihasilkan memberikan informasi yang benar. Tahap-tahap pengolahan

data antara lain:

1. Editing Data

Tahapan ini dilakukan dengan menyunting data yang telah terkumpul,

dilakukan dengan memeriksa semua pertanyaan sudah terisi lengkap

dan kesesuaian dari setiap jawaban.

2. Coding Data

Pengkodean data dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing

jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukan kedalam

lembaran tabel untuk mempermudah pengolahan.


3. Entry Data

Memasukan data yang terkumpul kedalam program komputer untuk

pengolah data berbentuk angka.

4. Cleaning Data

Proses pengecekan ulang untuk melihat data yang sudah dimasukkan

kedalam program komputer sudah sesuai.

5. Tabulating Data

Data yang sudah melalui tahap editing, coding, entry dan cleaning

disusun dan data sudah dapat ditampilkan sesuai kebutuhan baik bentuk

tabel, gambar maupun grafik.

4.6.2 Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan dengan uji statistik deskriptif untuk

mengetahui nilai rata-rata. Nilai rata-rata adalah suatu nilai yang

membagi suatu distribusi data kedalam dua bagian yang sama

(Notoatmodjo, 2018b). Pada penelitian ini, variabel yang digambarkan

dalam bentuk nilai rata-rata adalah nilai rata-rata pengetahuan sebelum

dan sesudah intervensi lembar balik elektronik MEWS. Untuk

karakteristik responden digambarkan dalam distribusi frekuensi

(persentase).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa pengaruh lembar

balik elektronik MEWS dalam meningkatkan pengetahuan perawat dan


bidan tentang MEWS. Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi

hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi, dengan menggunakan

sampel dependen artinya menggunakan kelompok orang yang sama dan

hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai taraf signifikansi

yang dijadikan standar diterima atau ditolaknya H0 adalah 0,05. Sebelum

dilakukan analisis lanjut, sebelumnya dilakukan uji normalitas data

menggunakan shapiro-wilk test (data < 60), jika data berdistribusi normal

maka menggunakan uji parametrik yaitu Uji T dependen dan jika data

tidak normal dengan uji Wilcoxon (Dahlan, 2014).


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2015). Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada.
Asnawir, & Usman, M. B. (2013). Media Pembelajaran. Ciputat Pers.
Azwar, A. (2015). Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Bajuri, Z. (2016). Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Lembar Balik
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya K3 dan Pencegahannya pada
Pekerja Las Di Ciputat Kelurahan Pisangan (Vol. 3). Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah.
Budiman, H. (2017). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Pendidikan. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 31.
https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2095
Dahlan, S. (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Salemba Medika.
Friedman, A. M. (2015). Maternal early warning systems. Obstetrics and
Gynecology Clinics of North America, 42(2), 289–298.
https://doi.org/10.1016/j.ogc.2015.01.006
Friedman, A. M., Campbell, M. L., Kline, C. R., Wiesner, S., D’Alton, M. E., &
Shields, L. E. (2018). Implementing Obstetric Early Warning Systems. In
AJP reports (Vol. 8, Issue 2, pp. e79–e84). https://doi.org/10.1055/s-0038-
1641569
Hidayat, A. A. A. (2016). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. In Salemba Medika. https://doi.org/10.1519/JSC.0000000000001212
Jatmika, S. E. D., Maulanan, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019). Buku Ajar
Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Penerbit K-Media.
Kartikasari, F., Yani, A., & Azidin, Y. (2020). Pengaruh pelatihan pengkajian
komprehensif terhadap pengetahuan dan keterampilan perawat mengkaji
kebutuhan klien di puskesmas. Jurnal Keperawatan Suaka Insan, 5, 79–89.
Kasjono, H. S., & Yasril. (2013). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Graha Ilmu.
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018.
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kumala, R., & Apsari, F. (2019). Deteksi Pasien Obstetrik Kritis dengan Maternal
Early Warning System Detection of Critically Ill Obstetric Patients with
Maternal Early Warning System. Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, 2, 63–
70.
Mhyre, J. M., D’Oria, R., Hameed, A. B., Lappen, J. R., Holley, S. L., Hunter, S.
K., Jones, R. L., King, J. C., & D’Alton, M. E. (2014). The maternal early
warning criteria: a proposal from the national partnership for maternal
safety. Obstetrics and Gynecology, 124(4), 782–786.
https://doi.org/10.1097/AOG.0000000000000480
Nair, S., Dockrell, L., Colgain, S. Mac, Brown, J., & Abir, G. (2018). Maternal
Early Warning Scores (MEWS). Obstetric Anaesthesia, July, 3–7.
www.wfsahq.org/resources/anaesthesia-tutorial-of-the-week
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018b). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktik
(Edisi 5). Salemba Medika.
Pratiwi, M. N. D., Wedi, A., & Praherdhiono, H. (2018). Media Pembelajaran
Standar Lembar Balik Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Jurnal Kajian
Teknologi Pendidikan, 1(3), 195–204.
Sabri, L., & Hastono, S. P. (2018). Statistik kesehatan. Raja Grafindo Persada.
Shields, L. E., Wiesner, S., Klein, C., Pelletreau, B., & Hedriana, H. L. (2016).
Use of Maternal Early Warning Trigger tool reduces maternal morbidity.
American Journal of Obstetrics and Gynecology, 214(4), 527.e1-527.e6.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2016.01.154
Suaib, N. (2019). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Eletronik terhadap
Efektifitas Pembelajaran Peserta Didik MI DDI SIlopo Kecamatan
Binungan Kabupaten Polewali Mandar. Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sulfianti, S., Hutomo, C. S., Hasnidar, H., Supriadi, R. F., Muzayyaroh, M.,
Arum, D. N. S., Syamsuriyati, S., Putri, N. R., Argaheni, N. B., Lestari, R.
T., & others. (2022). Gawat Darurat Maternal Neonatal. Yayasan Kita
Menulis. https://books.google.co.id/books?id=86NgEAAAQBAJ
Supatminingsih, T., Hasan, M., & Sudirman. (2020). Belajar dan Pembelajaran.
Media Sains Indonesia. https://books.google.co.id/books?
id=QawREAAAQBAJ
Tamara, Y., Lutfi, M., & Prawitasari, S. (2019). Hubungan Maternal Early
Obstetric Warning Score (MEOWS) dengan Perawatan di Intensive Care
Unit pada Pasien Preeklamsia Berat di RSUP DR. Sardjito. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(3), 79. https://doi.org/10.22146/jkr.49330
Wasilah. (2022). Efektifitas Lembar Balik Elektronik Pediatric Assesment
Triangle Terhadap Pengetahuan Perawat IGD Dan Perawat Ruang Rawat
Anak Di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
Wawan, A., & Dewi, M. (2018). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai