Anda di halaman 1dari 22

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSA

N SIMPANG EMPAT
Jl. Bhakti Depan SPBU Pertamina Simpang Empat, Kab.Pasaman Barat
Handphone : 0812-6670-8304

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSAN SIMPANG EMPAT
NOMOR: 77/SK-RSIA-A/ARK/VII/2018

TENTANG
PENYELENGGARAAN DAN PENETAPAN DPJP SEBAGAI
TEAM LEADER DAN DPJP UTAMA PADA
RSIA AL- IHSAN SIMPANG EMPAT

Menimbang : a. bahwaagar pemberian asuhan pasien DPJP, perawat dan pe


mberi pelayanan yang lain di Rumah Sakit dapat terlaksana
dengan baik, maka perlu ditetapkan kebijakan asuhan pasie
n oleh DPJP di RSIA Al-Ihsan Simpang Empat
b. bahwa Pelayanan kepada Pasien di Rumah Sakit seringkali t
idak dapatdilaksanakan hanya dengan satu tenaga medis saj
a, akan tetapi seringkali memerlukan kerjasama,koordinasi,
komunikasi dan konsultasi dari tenaga medis yang lain baik
dalam Kelompok Staf Medis yang sejenis maupun yang ber
beda
c. bahwa agar kerjasama, koordinasi, komunikasi dan konsulta
si dapat berjalan dengan pasti dan terstandar maka diperluka
n suatu panduan bagi para pemberi pelayanan medis untuk
melaksanakannya
d. bahwa berdasarkan pertimbangaan sebagaimana dimaksud d
alam poin a, b dan c diatasdapat terlaksana dengan baik, dip
erlukan penetapan Dokter Penaggung Jawab Pelayanandi R
SIA Al-Ihsan Simpang Empat dengan surat keputusan
direktur
Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Keseh
atan ;
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Ruma
h Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/S
K/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PE
R/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/MENKES/PER
/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK
/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sa
kit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER
/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
9. Peraturan direktur rumah sakit ibu dan anak (RSIA) Al- Ihs
an No14/SK/RSIA-A/SKP/VII/2017 tahun 2017 tentang ten
tang kebijakan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) Rumah S
akit Ibu Dan Anak(RSIA) Al-Ihsan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PENYELENGGARAAN DAN PENETAPAN DPJP
SEBAGAI TEAM LEADER DAN DPJP UTAMA DI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSAN
SIMPANG EMPAT;

KEDUA : Kebijakan tentang Penyelenggaraan dan Penetapan DPJP


sebagai Team Lader dan DPJP Utama di RSIA Al-Ihsan
Simpang Empat sebagaimana yang tersebut padalampiran
Surat Keputusan ini;

KETIGA : Pelaksanaan dilaksanakan oleh seluruh Dokter Penanggung


Jawab Pelayanan (DPJP) dan Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) yang memberikan pelayanan kepadaPasien di RSIA Al-
Ihsan Simpang Empat;

KEEMPAT : Kebijakan ini dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Standar


Prosedur Operasional(SPO);

KELIMA :Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila


kemudian hari diketemukan kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pasaman barat
Pada tanggal17 Juli2018
RSIA AL-IHSAN SIMPANG EMPAT
Direktur,

dr. Starki

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehata
n kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar da
ri kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus
pula mengendalikan atau meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis
yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehing
ga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.

Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan priori


tas utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kond
isi pelayanan yang efektif, efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komit
men dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan
di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan wewenangnya.

Selanjutnya kerjasama tim merupakan prasyarat untuk mencapai tuju


an tersebut, dan dilengkapi dengan komunikasi yang baik. Serta tidak dapat di
pungkiri bahwa peranan dokter sangat besar dan sentral dalam menjaga kesel
amatan pasien, karena semua proses pelayanan berawal dan ditentukan oleh d
okter.

Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah penting


nya faktor catatan medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelaya
nan terhadap pasien direkam secara real time dan akurat. Sehingga apabila ter
jadi sengketa medis, rekam medis ini benar-benar dapat menjadi alat bukti ba
gi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah dijalankan dengan benar dan ses
uai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masu
kan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.

B. Pengertian

1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)adalah dokter yang bertanggun


g jawab sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al-Ihsan (apabila pasien hanya perlu as
uhan medis dari 1 orang dokter).
2. DPJP Utama adalah dokter koordinator yang memimpin proses pengelolaan
asuhan medis bagi pasien yang harus dirawat bersama oleh lebih dari 1 oran
g dokter. Atau bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan
medis tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh
seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan (“Ketua Tim”)
dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif-terpadu-
efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan
membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong
penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota / DPJP, mengarahkan agar
tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi).
3. Dokter yang memberika pelayanan interpretatif, misalnya memberikan
uraian / data tentang hasil laboratorium, tidak dipakai istilah DPJP, karena
tidak memberikan asuhan medis yang lengkap.
4. DPJP Tambahan adalah dokter yang ikut memberikan asuhan medis pada se
orang pasien, yang oleh karena kompleksitas penyakitnya memerlukan pera
watan bersama oleh lebih dari 1 orang dokter.Atau jika dokter konsultan ya
ng ikut merawat pasien pada kasus perawatan bersama setelah dikonsulkan
oleh DPJP Utama. DPJP tambahan ditulis langsung sesuai bidang yang didal
aminya misalnya DPJP Bedah, DPJP Penyakit Dalam, DPJP Anestesi, dan l
ain-lain
5. Profesional Pemberi asuhan-PPA adalah Tenaga kesehatan yang secara lan
gsung memberikan asuhan kepada pasien antara lain dokter,perawat,bidan,
ahli gizi,apoteker, Penata anestesi dan lain – lain.

Profesional Pemberi Asuhan (PPA)

DPJP

Perawat / Bidan Apoteker


Pasien
Keluarga

Penata Anestesi

Nutrisionis/ Dietisie
n

Lainnya

a. Masing – masing PPA memberikan asuhan melalui tugas mandiri delegatif


dan kolaboratif dengan pola IAR
b. Menggunakan Pola IAR dan penulisan SOAP / ADIME (untuk GIZI)
c. Berkolaborasi interprofesional
d. Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi interprofesional dalam 4
ranah :
1) Nilai dan etika praktik interprofesional
2) Peran dan tanggung jawab
3) Komunikasi interprefesional
4) Kerjasama dalam tim klinis / interdisplin
5) Edukasi untuk kolaborasi Interprofesional

Proses Asuhan Pasien


Oleh PPA
1. Asesmen Pasien : IAR Tugas Mandiri
a.Informasi dikumpukan : Anamnesa, pemeriksaan, pemeriksaan lain /
 Tugas Mandiri
penunjang, dsb
b. Analisis informasi : Dihasilkan Diagnosis / Masalah / Kondisi, u
ntuk dapat mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c. Rencana Pelayanan / Care Plan : Dirumuskan untuk memenuhi kebut
uhan pelayanan pasien
6. Asuhan Pasien Terinteragsi danpelayanan berfokus pada pasien adalah istila
h yang saling terkait,yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelay
anan,PPA memberikan asuhan adalah timinterdisiplin/klinis dengan DPJP s
ebagai ketua tim klinis-Clinical Leader,PPA dengan kompetensi dan kewena
ngan yang memadai antara lain dokter,perawat,bidan,apoteker,penata aneste
si.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tercapainya mutu pelayanan yang baik disemua lini pelayanan dengan mence
gah dan meminimalisasi kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris
cidera (KNC) serta meningkatnya kepuasan pasien terhadap rumah sakit.

2. Tujuan Khusus

a) Adanya pedoman bagi seluruh staf rumah sakit (baik medis, keperawata
n maupun penunjang) dalam menerapkan pola operasional DPJP, sehingg
a terjadi persamaan pengertian, keseragaman dalam pelaksanaan, pencata
tan dan pelaporan.
b) Pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP terlaksana dengan baik sesu
ai kebijakan, SPO dan standar keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
Kemenkes dan Komisi Nasional keselamatan pasien.

D. Hak dan Kewajiban DPJP

1. Hak DPJP

a) Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan otonom, yan
g mengacu pada standar pelayanan medis rumah sakit, secara komprehen
sif mulai dari diagnosa, terapi, tindak lanjut sampai rehabilitasi.
b) Melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang dianggap perlu untuk me
minta pendapat atau perawatan bersama,demi kesembuhan pasien.
2. Kewajiban DPJP
a) Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis yang me
muat segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan, termasuk konsulta
si, rehabilitasi dll.
b) Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang r
encana dan hasil pelayanan baik tentang pengobatan, prosedur maupun k
emungkinan hasil yang tidak diharapkan.
c) Memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien tentang kewajibannya ter
hadap dokter dan rumah sakit, yang dicatat dalam berkas rekam medis.
d) DPJP berkewajiban memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarg
anya untuk bertanya atas hal-hal yang tidak/belum dimengerti.
Hak dan Kewajiban DPJP Utama :

1) Hak DPJP Utama :


a) Melakukan koordinasi proses asuhan medis pasien oleh DPJP yang terlib
at
b) Menyeleksi dan mengefisienkan pemeriksaan yang akan dilakukan terhad
ap pasien
c) Menyeleksi dan mengefisienkan pengobatan yang akan diberikan kepada
pasien
d) Menghentikan keterlibatan DPJP lain dalam perawatan bersama apabila d
ianggap perannya tidak dibutuhkan lagi.
2) Kewajiban DPJP Utama :
a) Memberikan penjelasan medis kepada keluarga atas kemajuan atau kondi
si pasien
b) Mengisi resume rekam medis pasien
c) Menjawab pertanyaan pihak ketiga atas kondisi pasien.
E. Pola Operasional DPJP
Kebijakan :

1. Setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al-Ihsan
Simpang Empat harus memiliki DPJP.
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan maka DPJP nya adalah dokter kl
inik terkait.
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat inap, maka DPJP nya ada
lah dokter jaga IGD
4. Apabila pasien dirawat inap maka DPJP nya adalah dokter spesialis disipli
n yang sesuai.
5. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter spesialis, m
aka harus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama dan yang lain sebagai DPJ
P tambahan.
F. Penentuan DPJP
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit
(baik rawat jalan, IGD maupun rawat inap) dengan mempergunakan cap ste
mpel pada berkas rekam medis pasien.
2. Cap stempel “ DPJP Dr ...... “ untuk pasien yang dirawat oleh seorang dokte
r.
3. Cap stempel “ DPJP UTAMA Dr ......” untuk pasien yang dirawat bersama b
eberapa dokter.

G. Klarifikasi DPJP di Ruang Rawat

Apabila dari IGD maupun rawat jalan DPJP belum ditentukan, maka p
etugas ruangan wajib segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien
tersebut.Apabila pasien dirawat bersama petugas ruangan juga wajib melakuk
an klarifikasi siapa DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.

Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan :

1. Surat rujukan langsung kepada konsulen, dokter spesialis yang dituju otom
atis menjadi DPJP pasien tsb, kecuali dokter yang dituju berhalangan, ma
ka beralih ke konsulen jaga hari itu.
2. Surat rujukan langsung dari konsulen, dokter spesialis yang mengirim
rujukan pasien, otomatis menjadi DPJP pasien tsb.
3. Atas permintaan keluarga, pasien dan keluarga berhak meminta salah seora
ng dokter spesialis untuk menjadi DPJP nya sepanjang sesuai dengan disip
linnya. Apabila penyakit yang diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin
dokter dimaksud, maka diberi penjelasan kepada pasien atau keluarga, dan
bila pasien atau keluarga tetap pada pendiriannya maka dokter spesialis ya
ng dituju yang akan mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
4. Pasien yang akan dirawat inap masuk melalui IGD atau poliklinik dokter
umum, maka akan ditawarkan kepada pasien atau pihak keluarga untuk
memilih salah satu dokter spesialis yang dikehendaki menjadi DPJPnya.
Jika pasien dan keluarganya tidak ingin memilih atau menyerahkan
penunjukan DPJP kepada pihak rumah sakit maka dokter spesialis yang
visite pertama yang ditetapkan sebagai DPJP pasien yang bersangkutan.
5. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu pada kasus yang sangat kom
pleks atau sangat spesifik maka penentuan DPJP berdasarkan rapat komite
medis.
Perubahan DPJP utama:

Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan, DPJP utama dapat s


aja beralih dengan pertimbangan seperti diatas, atau atas keinginan pasien/kelu
arga atau keputusan Komite medis.Perubahan DPJP Utama ini harus dicatat dal
am berkas rekam medis dan ditentukan sejak kapan berlakunya.

1. DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawa
b atas seluruh kegiatan pembedahan, sedangkan dokter anestesi sebagai DPJ
P tambahan. Dalam melaksanakan tugas mengikuti SPO masing-masing, ak
an tetapi semua harus mengikuti prosedur Save Surgery check list (sign in, ti
me out dan sign out) serta dicatat dalam berkas rekam medis.
2. Pengalihan DPJP di IGD

Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time yang adekwat dan d
emi keselamatan pasien, maka apabila konsulen jaga tidak dapat dihubungi
dapat dilakukan pengalihan DPJP kepada konsulen lain yang dapat segera di
hubungi.

H. Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP


1. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilak
sanakan secara komprehensif, terpadu dan efektif serta selalu berpedoman
pada SPM dan Standar Keselamatan pasien
2. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus dilaksanakan secara te
rtulis.
3. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus dilakukan koordin
asi langsung, dengan komunikasi pribadi atau pertemuan/rapat formal
4. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dalam Departemen/ kelompo
k yang sama dapat ditulis dalam berkas rekam medis, tetapi antar departe
men/kelompok harus menggunakan formulir khusus/lembar Konsultasi
5. Konsultasi bisa biasa, atau segera/cito
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi, lembar konsul
bisa menyusul, sebelumnya melalui telepon
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan pertelepo
n yang kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh dokter jaga.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dengan bagian profesi keseh
atan lain (instalasi gizi, Rehabilitasi Medis, Radiologi, Instalasi Farmasi, L
aboratorium) dilakukan secara lisan dan tertulis.
9. Koordinasi dan transfer informasi DPJP dengan bagian profesi kesehatan l
ain dapat diwakilkan oleh dokter jaga yang sedang bertugas.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi:
IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, Ruang tindakan (OK dan VK) dan sarana penunja
ng medis.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Asuhan Medis
Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dilakukan oleh dokter, perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut
sebagai Tim interdisipliner.
Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan,
terdiri dari 2 blok kegiatan : Asesmen pasien dan Implementasi rencana

1. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah :


a. Pengumpulan informasi, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan sebagainya.
b. Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan paien.
c. Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
2. Implementasi rencana dan monitor.

Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut


sebagai DPJP. Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat
kegawatdaruratan antara lain ATLS,ACLS,PPGD, BTCLS menjadi DPJP pada
saat asuhan awal pasien gawat darurat. Saat pasien dikonsul/rujuk ke dokter
spesialis dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tersebut
menjadi DPJP pasien tersebut menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter
jaga IGD tersebut diatas.

Asas,dasar, kaidah dan tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya


adalah sebagai berikut :

1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta


perlindungan dan keselamatan pasien.

2. Kaidah dasar moral :

a. Menghormati martabat manusia (respect for person)


b. Berbuat baik ( beneficence)
c. Tidak berbuat yang merugikan ( non maleficence )
d. Keadilan (justice)
Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada Standar
Kompetensi Dokter Indonesia ( SKDI) (Per konsil No 11 Tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang adalah :

1. Profesionalitas yang luhur


2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Ketrampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
B. Kewenangan klinis dan evaluasi kinerja

1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis,
termasuk pelayanan interpretative harus memiliki SK dari direktur / kepala
Rumah sakit berupa surat penugasan klinis/ SPK ( clinical appointment)
dengan lampiran rincian kewengan klinis / RKK ( clinical privilege ).
Penerbitan SPK dan RKK tersebut harus melalui proses kredensial dan
rekredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang
penyelenggaraan komite medic di Rumah Sakit.

2. Regulasi tentang evaluasi kinerja DPJP ditetapkan Direktur dengan


mengacu ke permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan komite medic di
Rumah sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya
bab KPS ( kualifikasi dan pendidikan Staf ).

B. Penunjukan DPJP dan pengelompokkan staf medis

1. Regulasi tentang penunjukkan seorang DPJP untuk mengelola seorang


pasien, pergantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah
tuntas, ditetapkan Direktur / Kepala Rumah Sakit. Penunjukkan seorang
DPJP antara lain, berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal
jaga, konsul / rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu pengaturan rinci
tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan pergantian DPJP yang
rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu depan pola hari senin
dr.spesial Obgyn X, hari Rabu dr.spesialis Obgyn Y, hari sabtu dr.spesialis
Obgyn Z.

2. Regulasi tentang pelaksaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukkan DPJP utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur /
kepala Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukkan DPJP utama untuk seorang pasien dapat digunakan
butir-butir sebagai berikut :

a. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien
pada awal perawatan.

b. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan


penyakit dalam kondisi ( relative ) menonjol atau terparah.

c. DPJP utama dapat ditentukkan melalui kesepatan antar para DPJP terkait

d. DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien.

4. Pengaturan tentang pengelompokkan DPJP ditetapkan oleh direktur sesuai


kebuutuhan. Pengelompokkan dapat dilakukan per disiplin (kelompok staf
medis bedah, mata dan sebagainya).
5. Tata Laksana
a. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jala
n maupun rawat inap harus memiliki DPJP.
b. Di unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberi
an asuhan medis awal / penanganan kegawat – daruratan. Kemudian sela
njutnya saat dikonsul / rujuk ditempat(on side) atau lisan ke dokter spesia
lis, dan dokter spesilais tersebut memberikan asuhan medis(termasuk intr
uksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah menjadi DPJP pasi
en ybs, sehingga DPJP berganti.
c. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesem
ua DPJP tsb bekerja secara tim dalam tugas mandirimaupun kolaboratif,
berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan “bekerja sendiri – send
iri”).
d. Peran DPJP utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien ybs (sebagai “Kapten Tim”), dengan tugas menjaga ter
laksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan
pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme dengan mendorong p
enyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota, mengarahkan agar tinda
kanmasing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan jug
a mencegah duplikasi.
e. DPJP dalam pelaksanaannya dibantu oleh dokter jaga untuk menjelaskan
kepada pasien atau keluarga tentang :
1) Rencana / ulsulan Pelayanan.
2) Kondisi medis dan diagnosa.
3) Hasil pelayanan dan pengobatan.
4) Termasuk hasil yang tidak diharapkan.
5) Nama individu yang memberikan pengobatan.
6) Potensi manfaat dan kekurangannya.
7) Kemungkinan alternatif.
8) Kemungkinan keberhasilan.
9) Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan serta k
emungkinan yang terjadi apabila tidak diobati.
Informasi pelayanan dan pengobatan termasuk hasil yang tidak dih
arapkan dari pelayanan akan disampaikan kepada pasien saat awal
pasien masuk, saat ada perubahan kondisi pasien dan saat pasien a
kan dilakukan tindakan.

f. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan D


PJP mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan
melalui DPJP Utama. Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan
ketepatan waktu misalnya kehadiran atau menjanjikan waktu kehadir
an, adalah sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta unt
uk kepentingan koordinasi sehari – hari.
g. Setiap penunjukkan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/ keluar
ga, dan pasien dan / keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebalikny
a. Rumah sakit berwenang mengubah DPJP jika terjadi pelanggaran p
rosedur.
h. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan
dan tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di
rekam medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
i. Di unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifes. Koo
rdinasi dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung kep
ada system yang ditetapkan misalnya system terbuka / tertutup / semi
terbuka. Bila rumah sakit memakaisystem terbuka, gunakan kriteria
DPJP Utama
j. Di kamar operasi DPJP Obgyn adalah ketua dalam seluruh kegiatanp
ada saat di kamar operasi tsb.
k. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu
oleh dokter lain maka DPJP yang bersangkutan harus memberikan su
pervise, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatanga
n pada setiap catatan kegiatan tersebut di rekam medis.
l. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan y
ang bekerja secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim
(Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan mengintegra
sikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam ti
m. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang efektif d
alam tim. Termasukdalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang (di
scharge plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap atau
pada akhir rawat inap
m. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi ke
pada pasien dan keluarganya. Gunakandan kembangkan tehnik komu
nikasi yang berempati. Komunikasi merupakan elemen yang penting
dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (PatientCentered Care),
selain juga merupakan kompetensi dokter dalamarea kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan
Praktik Kedokteran Yang Baik Indonesia, KKI 2006).
n. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian ters
ebut dilakukan di form asesmen awal medis, catatan perrkembangan
pasien terintegrasi / CPPT (Integrated note), formasesmen pra aneste
si / sedasi, intruksi pasca bedah, formedukasi / informasi ke pasien
dan sebagainya.
o. Resume Medis adalah tanggung jawab DPJP. Bila dirawat bersama ol
eh beberapa DPJP maka resume yang merupakan rangkuman dan ko
mpilasi dari resume setiap DPJP, menjadi tanggung jawab DPJP Uta
ma.
p. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih d
ari satu) tentang DPJP, dalam bentuksatu formulir yang diisisecara pe
riodik sesuai kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, y
aitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan
pasien, nama dan gelar DPJP Utama, tanggal mulai dan akhir sebagai
DPJP Utama. Daftar ini bukan berrfungsi sebagai daftar hadir.
q. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway,
setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien
(baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya)
yang diberikan kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan Klinis / Cli
nical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada
Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Au
dit Klinis dan Audit Medis.
r. Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke d
okter spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis untuk menan
gani pasien tersebut. Dalam hal ini DPJP tersebut disebut sebagai DP
JP pengganti.

BAB IV
DOKUMENTASI

Panduan ini merupakan acuan utama bagi rumah sakit. Regulasimencermi


nkan pengelolaan risiko klinis dan pelayanan berfokus kepada pasien (patient
centered care). Regulasi tsb diatas agar dapat diterapkan oleh para pemberi as
uhan, termasuk DPJP, sehingga terwujud asuhan pasien yang bermutu dan am
an.
Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Al-Ihsan Simpang Empat pendokumentasia
n dalam menetapkan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah deng
an menggunakan formulir surat pengantar rawat inap. Bagi pasien dari Unit G
awat Darurat (UGD) penetapan DPJP mengacu kepada jadwal On Call yang di
tetapkan oleh General Manager Medis

Bila seorang DPJP menemukan masalah lain dari pasien yang dirawat oleh
nya dan bukan bagian dari kewenangan klinisnya, maka DPJP melakukan kon
sul/rawat bersama/alih rawat kepada dokter spesialis lain yang mempunyai ke
wenangan klinis terhadap masalah pasien tersebut. Pendokumentasian hal ini d
engan menggunakan formulir Permohonan Konsultasi.

Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokte
r spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien te
rsebut. Dalam hal ini DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti. Informas
i cuti di isi melalui fornulir cuti dokter dan menunjuk dokter pengganti untuk
pelayanan di rawat jalan dan rawat inap.

Ditetapkan di Pasaman barat


Pada tanggal17 Juli 2018
RSIA AL IHSAN SIMPANG EMPAT
Direktur,

dr. Starki

Anda mungkin juga menyukai