Disusun Oleh :
C. Identifikasi Masalah
Permasalahan timbul dari bawahan yang malas bekerja, ini dikarenakan sifat pemimpin
yang mensentralisasi gaya kepemimpinan otoriter, kurangnya motivasi dari pemimpin.
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi perawat untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu, sehingga akhirnya harus
disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting dan
sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini dapat diperkuat dengan hasil jurnal penelitian (Kontersa Meria 2014 “Hubungan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat”) kepala ruangan
rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang, dari data yang diambil melalui wawancara dengan
12 orang perawat diruangan yang berbeda, yaitu ruang bedah 4 orang, ruang interne 4
orang, ruang anak 4 orang, ditemukan dari 3 orang kepala ruangan yang ada di ruang
rawat inap RSUD dr.Rasidin Padang kepala ruangan memiliki kecendrungan gaya
demokratis 58,3%, kecendrungan gaya partisipatif 25%, dan kecendrungan gaya otoriter
16,7%. Dari masing-masing gaya kepemimpinan yang ada di ruang rawat
inap,didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan
demokratis, 33,3% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50%
mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter. Perawat
mengatakan pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan perawat, sehingga motivasi
perawat terhadap dirinya kurang dalam memenuhi kebutuhan tersebut
D. Perencanaan
Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan tujuan
institusi/organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah
kebijakan organisasi. Sebagai perawat, Anda harus memahami tujuan organisasi
inisupaya dapat bersinergi untuk mencapai cita-cita/harapan organisasi. Perencanaan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Perumusan visi
2. Perumusan misi
3. Perumusan filosofi
4. Perumusan tujuan
selain itu pemimpin juga harus memeprhatikan kebutuhan perawat sehingga motivasi
perawat terhadap dirinya meningkat dalam memenuhi kebutuhan tersebut, meningkatkan
kinerja perawat.
Topik 2: Analisa SWOT
1. Di sebuah ruangan rawat inap RS Y, kepala ruangan ingin mencoba MAKP yang belum
diketahui. Di ruangan tersebut terdapat 4 perawat lulusan Ners, 7 perawat lulusan D3
Keperawatan, dan 5 orang asisten perawat. Kepala ruangan ingin menerapkan MAKP
yang sesuai di ruangan tersebut.
Pertanyaan:
Lakukan pengelolaan dengan langkah pengumpulan data, analisis SWOT, dan
identifikasi masalah yang diperlukan untuk menentukan metode tersebut. Susun rencana
strategis MAKP yang tepat dan berikan lima alasan/pertimbangan. Buatlah suatu struktur
atau bagan MAKP berdasarkan situasi di atas.
Jawaban:
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer
yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab
perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan (Mugianti, 2016 “Manajemen Kepemimpinan
dalam Praktek Keperawatan”)
Kelebihan: Otonomi perawat meningkat karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat, menjamin kontinuitas asuhan keperawatan, meningkatnya hubungan
antara perawat pasien, membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan,
metode ini mendukung pelayanan professional, terciptanya kolaborasi yang baik.
Kelemahan: Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional, biaya yang diperlukan mahal, Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
hanya dapat dilakukan oleh perawat professional (Nursalam, 2012 “Manajemen
Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional” )
A. Pengumpulan Data
a) kepala ruangan ingin mencoba MAKP yang belum diketahui
b) Di ruangan tersebut terdapat 4 perawat lulusan Ners, 7 perawat lulusan D3
Keperawatan, dan 5 orang asisten perawat
c) Kepala ruangan ingin menerapkan MAKP yang sesuai di ruangan
Strength/kekuatan:
- Memiliki visi misi
- Terdapat 16 tenaga keperawatan: 4 orang lulusan Ners, 7 orang lulusan D3
keperawatan, 5 orang lulusan SPK.
- Kemandirian perawat
- Ada keterkaitan yang kuat antara pasien-perawat
- Kepuasan kerja bagi perawat
- akuntabilitas yang tinggi
Weakness/kelemahan:
- Perlu kualitas dan akuntabilitas tenaga keperawatan yang banyak
- Biaya tinggi
- MAKP belum dilaksanakan
- Masih ada 7 orang yang berpendidikan D3 keperawatan dan 5 orang yang
berpendidikan SPK
Opportunity/peluang:
- Pasien merasa puas
- Perawat mendapat kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
- Perawat diberikan kesempatan oleh pihak RS untuk mendapatkan pelatihan
Threat/ancaman:
- Adanya persepsi yang tidak sama antar perawat
- Persaingan antar RS yang semakin kuat
- Adanya tuntutan masyarakat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
B. Analisis
a) IFE Matrix (Internal Factor Evaluation)
Vriabel Internal yang Penting Bobot Rating BxR
Kekuatan
Memiliki visi misi 0,20 4 0,8
Terdapat 16 tenaga keperawatan 0,15 3 0,45
kemandirian perawat 0,10 4 0,4
Ada keterkaitan yang kuat antara pasien- 0,15 4 0,6
perawat
Kepuasan kerja bagi perawat 0,10 3 0,3
Akuntabilitas yang tinggi 0,15 3 0,45
Kelemahan
Perlu kualitas dan akuntabilitas tenaga 0,03 2 0,006
keperawatan yang banyak
Biaya tinggi 0,05 2 0,1
MAKP belum dilaksanakan 0,02 2 0,04
Masih ada 7 orang yang berpendidikan 0,05 2 0,1
D3 keperawatan dan 5 orang yang
berpendidikan SPK
Total 1,00 3,7
D. Rencana Strategi
Kepala ruangan menentukan model MAKP yang tepat sesuai kondisi di ruangan:
MAKP Primer kemudian kepala ruangan menentukan kelompok perawat primer yang
dibantu oleh perawat pelaksana, dimana metode keperawatan primer terdapat
kontinutas keperawatan dan bersifat kom-prehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab
selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan, jika
perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat ( Gillies, 1989 dalam Jurnal Kesehatan Nurhidayah, 2014 “Manajemen
Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien
Di Rumah Sakit”)
PERAWAT PRIMER
KLIEN