Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN KEPERAWATAN

SEMESTER 6, PROGRAM REGULER, TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Disusun Oleh :

Yandini Prafitri 132151020

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Kesehatan Universitas Muhamad Husni Thamrin
Jakarta
Mei 2018
Topik 1: Teori Manajemen dan Kepemimpinan
1. sebagai seorang kepala ruang inap bedah sebuah RS, saudara akan mengadakan rapat rutin
dengan seluruh perawat. dalam rapat rutin tersebut saudara mengagendakan kinerja perawat
yang kurang baik. hal ini dipicu oleh adanya sikap kepala ruangan yang otoriter (menurut
sebagian perawat), dan perawat yang malas dalam bekerja.
Pertanyaan:
Analisis kasus diatas (identifikasi masalah) dengan memperhatikan prinsip/gaya
kepemimpinan yang sesuai. sajikan dalam laporan tertulis secara lengkap dengan pendekatan
konsep manajemen (pengumpulan data, analisis, identifikasi masalah dan perencanaan)
Jawaban:
Gaya kepemimpinan: Partisipatif
Dari hasil analisi soal diatas, kemungkinan kepala ruangan rawat inap bedah menggunakan
gaya kepemimpinan partisipatif dimana kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan dari
gaya kepemimpinan otoriter dan demikrtaif, dalam kasus tersebut mungkin kepala ruangan
mensentralisasi gaya kepemimpinan otoriter dijelaskan (menurut sebagian perawat), dan
kinerja perawat yang kurang baik.
Kepemimpinan adalah penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan sesuatu dengan sebaik baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan dan
Decleur 1989 dalam Kuntoro 2016)
Fungsi kepemimpinan adalah
1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
2. Menjalin komunikasi yang baik
3. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan yang telah
ditetapkan
Ciri-ciri pemimpin yang efektif:
1. Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh ke depan
2. Mengembangkan diri
3. Berfikir kritis
4. Menyelesaikan masalah
5. Menghormati individu
6. Mendengarkan orang lain dan mempunyai ketrampilan berkomunikasi
Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan dari kepemimpinan otoriter dan
demokratis, pemimpin melakukan kontrol terhadap staf, mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya, meminta usulan dan kritikan dari stafnya dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, selanjutnya pemimpin menetapkan keputusan akhir
tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada, adanya
hubungan interpersonal antara pemimpin-perawat ruangan, pemimpin juga memberikan
motivasi staf untuk menentukan tujuan dan mengembanga rencana dan meningkatkan
produktifitas dan kepuasan kerja (Mugianti, 2016 “Manajemen Kepemimpinan dalam
Praktek Keperawatan”)

Ciri-ciri gaya kepemimpinan partisipatif sebagai berikut:


1. Pendelegasian wewenang terdesentralisasi
2. Keputusan yang diambil pemimpin melibatkan opini dari bawahan
3. Komunikasi pemimpin dan bawahan dua arah
4. Berorientasi pada hubungan
5. Asumsi pada karyawan karyawan dapat bekerja sama dan bermoral
6. Perencanaan tujuan dilakukan oleh keterlibatan karyawan (Badeni, 2013 dalam jurnal
Setiawan, 2017 “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Kinerja Karyawan
Melalui Motivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja”)

Gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kelemahannya

a) kelebihan: terciptanya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan,


karena pemimpin selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan
masukan, gagasan atau saran kepada kepemimpinan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.
b) kelemahan: pelaksanaan pekerjaan organisasi yang terkadang kurang sesuai dengan
perencanaan, karena banyaknya pertimbangan pemimpin dalam mengambil tindakan,
pemimpin membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan berbagai masukan dan saran
dari bawahan, sehingga berdampak pada waktu pelaksanaan pekerjaan dengan rencana
sebelumnya (Siagian, 1997 dalam Tariban, 2013)
A. Pengumpulan Data
a) Agenda kinerja perawat yang kurang baik
b) Mengadakan rapat rutin
c) Kepala ruangan otoriter
d) Perawat yang malas bekerja
B. Analisis
Analsis yang dapat saya kemukakan adalah sesuai dengan gaya kepemimpinan
partisipatif yang digunakan oleh kepala rauangan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan tersebut pemimpin melakukan kontrol terhadap
bawahannya, memberikan motivasi kepada bawahannya, dan meminta usulan serta
kritikan untuk memecahkan masalah namun pemimpin tetap mempertimbangkan
masukan tersebut dan untuk keputusan akhirnya tetap memimpin yang menetapkannya.

C. Identifikasi Masalah
Permasalahan timbul dari bawahan yang malas bekerja, ini dikarenakan sifat pemimpin
yang mensentralisasi gaya kepemimpinan otoriter, kurangnya motivasi dari pemimpin.
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi perawat untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu, sehingga akhirnya harus
disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting dan
sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini dapat diperkuat dengan hasil jurnal penelitian (Kontersa Meria 2014 “Hubungan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat”) kepala ruangan
rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang, dari data yang diambil melalui wawancara dengan
12 orang perawat diruangan yang berbeda, yaitu ruang bedah 4 orang, ruang interne 4
orang, ruang anak 4 orang, ditemukan dari 3 orang kepala ruangan yang ada di ruang
rawat inap RSUD dr.Rasidin Padang kepala ruangan memiliki kecendrungan gaya
demokratis 58,3%, kecendrungan gaya partisipatif 25%, dan kecendrungan gaya otoriter
16,7%. Dari masing-masing gaya kepemimpinan yang ada di ruang rawat
inap,didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan
demokratis, 33,3% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50%
mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter. Perawat
mengatakan pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan perawat, sehingga motivasi
perawat terhadap dirinya kurang dalam memenuhi kebutuhan tersebut
D. Perencanaan
Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan tujuan
institusi/organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah
kebijakan organisasi. Sebagai perawat, Anda harus memahami tujuan organisasi
inisupaya dapat bersinergi untuk mencapai cita-cita/harapan organisasi. Perencanaan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Perumusan visi
2. Perumusan misi
3. Perumusan filosofi
4. Perumusan tujuan
selain itu pemimpin juga harus memeprhatikan kebutuhan perawat sehingga motivasi
perawat terhadap dirinya meningkat dalam memenuhi kebutuhan tersebut, meningkatkan
kinerja perawat.
Topik 2: Analisa SWOT
1. Di sebuah ruangan rawat inap RS Y, kepala ruangan ingin mencoba MAKP yang belum
diketahui. Di ruangan tersebut terdapat 4 perawat lulusan Ners, 7 perawat lulusan D3
Keperawatan, dan 5 orang asisten perawat. Kepala ruangan ingin menerapkan MAKP
yang sesuai di ruangan tersebut.
Pertanyaan:
Lakukan pengelolaan dengan langkah pengumpulan data, analisis SWOT, dan
identifikasi masalah yang diperlukan untuk menentukan metode tersebut. Susun rencana
strategis MAKP yang tepat dan berikan lima alasan/pertimbangan. Buatlah suatu struktur
atau bagan MAKP berdasarkan situasi di atas.
Jawaban:
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer
yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab
perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan (Mugianti, 2016 “Manajemen Kepemimpinan
dalam Praktek Keperawatan”)

Kelebihan: Otonomi perawat meningkat karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat, menjamin kontinuitas asuhan keperawatan, meningkatnya hubungan
antara perawat pasien, membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan,
metode ini mendukung pelayanan professional, terciptanya kolaborasi yang baik.

Kelemahan: Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional, biaya yang diperlukan mahal, Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
hanya dapat dilakukan oleh perawat professional (Nursalam, 2012 “Manajemen
Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional” )

A. Pengumpulan Data
a) kepala ruangan ingin mencoba MAKP yang belum diketahui
b) Di ruangan tersebut terdapat 4 perawat lulusan Ners, 7 perawat lulusan D3
Keperawatan, dan 5 orang asisten perawat
c) Kepala ruangan ingin menerapkan MAKP yang sesuai di ruangan

Strength/kekuatan:
- Memiliki visi misi
- Terdapat 16 tenaga keperawatan: 4 orang lulusan Ners, 7 orang lulusan D3
keperawatan, 5 orang lulusan SPK.
- Kemandirian perawat
- Ada keterkaitan yang kuat antara pasien-perawat
- Kepuasan kerja bagi perawat
- akuntabilitas yang tinggi
Weakness/kelemahan:
- Perlu kualitas dan akuntabilitas tenaga keperawatan yang banyak
- Biaya tinggi
- MAKP belum dilaksanakan
- Masih ada 7 orang yang berpendidikan D3 keperawatan dan 5 orang yang
berpendidikan SPK
Opportunity/peluang:
- Pasien merasa puas
- Perawat mendapat kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
- Perawat diberikan kesempatan oleh pihak RS untuk mendapatkan pelatihan
Threat/ancaman:
- Adanya persepsi yang tidak sama antar perawat
- Persaingan antar RS yang semakin kuat
- Adanya tuntutan masyarakat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan

SWOT Analisi Matrix

Strength (S) Weakness (W)


1. Memiliki visi misi 1. Perlu kualitas dan
2. Terdapat 16 tenaga akuntabilitas tenaga
keperawatan: 4 orang keperawatan yang
lulusan Ners, 7 orang banyak
lulusan D3 2. Biaya tinggi
keperawatan, 5 orang 3. MAKP belum
lulusan SPK. dilaksanakan
3. Kemandirian perawat 4. Masih ada 7 perawat
4. Ada keterkaitan yang yang berpendidikan
kuat antara pasien- D3 keperawatan dan 5
perawat orang yang
5. Kepuasan kerja bagi berpendidikan SPK
perawat
6. akuntabilitas yang
tinggi
Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO
7. Pasien merasa puas 1. Dengan adanya 1. Dengan diberikannya
8. Perawat mendapat kemandirian perawat kesempatan kepda
kesempatan untuk dan keterkaitan yang perawat untuk
mendapatkan kuat antara pasien- melanjutkan
pendidikan yang lebih perawat akan timbulnya pendidikan yang lebih
tinggi kepuasan pasien tinggi dan
9. Perawat diberikan 2. Dengan adanya 13 mendapatkan
kesempatan oleh perawat yang lulusan d3 pelatihan akan
pihak RS untuk keperawatan dan spk mengatasi kualitas
mendapatkan akan dan akuntabilitas
pelatihan memeberikankesempata tenaga keperawatan
n pada perawat untuk 2. yang banyak
melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi
Treath (T) Strategi ST Strategi WT
1. Adanya persepsi yang 1. dengan memliliki visi 1. Dengan meminimalkan
tidak sama antar misi yang kuat dapat jumlah perawat yang
perawat menghindari dari lulusan D3 dan SPK
2. Persaingan antar RS persaingan antar RS dan biaya dapat
yang semakin kuat yang semakin kuat menghindari dari
3. Adanya tuntutan 2. Dengan adanya persaingan antar RS
masyarakat yang kemandirian perawat yang semakin kuat
lebih tinggi untuk dapat menghindari dari 2. Dengan meminimalkan
mendapatkan persepsi yang tidak MAKP yang belum
pelayanan kesehatan sama antar perawat jelas dapat
menghindari dari
tuntutan masyarakat
yang lebih tinggi untuk
mendapatkan
pelayanan kesahatan

B. Analisis
a) IFE Matrix (Internal Factor Evaluation)
Vriabel Internal yang Penting Bobot Rating BxR
Kekuatan
Memiliki visi misi 0,20 4 0,8
Terdapat 16 tenaga keperawatan 0,15 3 0,45
kemandirian perawat 0,10 4 0,4
Ada keterkaitan yang kuat antara pasien- 0,15 4 0,6
perawat
Kepuasan kerja bagi perawat 0,10 3 0,3
Akuntabilitas yang tinggi 0,15 3 0,45
Kelemahan
Perlu kualitas dan akuntabilitas tenaga 0,03 2 0,006
keperawatan yang banyak
Biaya tinggi 0,05 2 0,1
MAKP belum dilaksanakan 0,02 2 0,04
Masih ada 7 orang yang berpendidikan 0,05 2 0,1
D3 keperawatan dan 5 orang yang
berpendidikan SPK
Total 1,00 3,7

b) EFE Matrix (External Factor Evaluation)


Variabel External yang Penting Bobot Rating BxR
Peluang
Pasien merasa puas 0,25 4 1,00
Perawat mendapat kesempatan untuk 0,20 3 0,6
mendapatkan pendidikan yang lebih
tinggi
Perawat diberikan kesempatan oleh pihak 0,20 3 0,6
RS untuk mendapatkan pelatihan
Ancaman
Adanya persepsi yang tidak sama antar 0,10 2 0,2
perawat
Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,15 2 0,3
Adanya tuntutan masyarakat yang lebih 0,10 2 0,2
tinggi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
Total 1,00 2,9
C. Identifikasi Masalah
setelah dlakukan analisis situasi dengan mengguanakan pendekatan SWOT maka
dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Perlu kualitas dan akuntabilitas tenaga keperawatan yang banyak
2. Biaya yang sangat tinggi
3. MAKP belum dilaksanakan
4. jumlah sumber daya manusia yang memiliki jenjang pendidiakn S1 masih kurang

D. Rencana Strategi
Kepala ruangan menentukan model MAKP yang tepat sesuai kondisi di ruangan:
MAKP Primer kemudian kepala ruangan menentukan kelompok perawat primer yang
dibantu oleh perawat pelaksana, dimana metode keperawatan primer terdapat
kontinutas keperawatan dan bersifat kom-prehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab
selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan, jika
perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat ( Gillies, 1989 dalam Jurnal Kesehatan Nurhidayah, 2014 “Manajemen
Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien
Di Rumah Sakit”)

Alasan memilih model MAKP Primer:


1. Mendorong kemandirian perawat
2. Akan adanya keterkaiatan ayang kuat antara perawat-pasien sehingga akan
menimbulkan kepuasan bagi pasien
3. Perawat mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
dan mendapatkan pelatihan sehingga perawat dapat memiliki bekal ilmu dan skill
yang tinggi sehingga dalam membuat keputusan berdasarkan ilmu yang dimiliki
4. perawat merasa puas dalam pekerjaannya
5. model asuhan keperawatan primer dapat berhubungan langsung dengan kepala
ruangan, dokter yang merawat pasien, dan tim kesehatan lain

Struktur MAKP Primer

DOKTER KEPALA RUANGAN SDM RS

PERAWAT PRIMER

KLIEN

PERAWAT ASOCIATE PERAWAT ASOCIATE PERAWAT ASOCIATE

Anda mungkin juga menyukai