Anda di halaman 1dari 80

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN

LUKA FASE PROLIFERASI PADA IBU POST SECTIO


CAESAREA DI RUANG ASTER RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Sarjana Keperawatan

WIDYA AYU LESTARI


NIM.AK.1.14.044

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018
ABSTRAK

Angka kematian ibu yang mengalami persalinan melalui sectio caesarea


setiap tahunnya meningkat. Ibu yang mengalami sectio caesarea dengan adanya
luka di perut sehingga harus dirawat dengan baik dan dianjurkan agar segera
menggerakan tubuhnya atau mobilisasi dini. Dengan mobilisasi dini sirkulasi
darah menjadi meningkat sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan
luka. Namun jika mobilisasi dini tidak dilakukan dapat memperlambar proses
penyembuhan luka dan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya
involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi.
Jenis penelitian menggunakan deskriptif korelasi melalui pendekatan Cross
Sectional. Populasi penelitian ini seluruh ibu post sectio caesarea yang dirawat di
Ruang Aster RSUD Kota Bandung menggunakan tehnik sampel purposive
sampling dengan besar sampel 55 responden. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi langsung dengan menggunakan formulir mobilisasi dini dan
REEDA.
Data diolah menggunakan Uji Chi Square dengan hasil analisa univariat
yaitu sebagian besar responden melakukan pelaksanaan mobilisasi dini dengan
kategori baik dan hampir setengahnya responden memiliki luka buruk. Hasil
analisa bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi
dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea (ρ-value = 0,038). Diskusi tentang
hasil penelitian ibu yang melakukan mobilisasi dininya baik, namun masih ada
penyembuhan lukanya buruk dikarenakan faktor penyembuhan luka tidak hanya
diperngaruhi oleh mobilisasi dini saja, masih ada faktor lain misalnya nutrisi dan
obat – obatan. Perawat dapat meningkatkan pelaksanaan mobilisasi dini dan
mengingat pentingnya melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat
penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea.

Kata kunci : Mobilisasi dini, Penyembuhan luka, SC


Daftar Pustaka : 27 buku (2005 – 2015)
6 jurnal ( 2013 – 2017)
ABSTRACT

Maternal mortality are experiencing childbirth through sectio caesarea


annually increased. Mothers who experience sectio caesarea by the existence of
the wounds in the abdomen so that should be cared for properly and it is
recommended that immediately moves his body or early mobilization. With early
mobilization into blood circulation is increased so as to help speed up the healing
process of the wound. But if not done early mobilization can be memperlambar
the process of wound healing and result in increased body temperature due to the
involution of the uterus are not good so the rest of the blood can not be issued and
cause infections.
This research uses descriptive correlation through the Cross Sectional
approach. The population of this study are all mothers post sectio caesarea who
treated at Ruang Aster RSUD Kota Bandung using purposive sampling technique
with a sample of 55 respondents. Data collection is done through direct
observation. Data collection was done through direct observation by using a form
of early mobilization and REEDA.
The data was processed using the Chi Square Test with the results of the
univariate analysis i.e. most respondents perform implementation of early
mobilization with a good category and almost half of the respondents have bad
injuries. The results of the analysis showed there was a relationship bivariat
meaningful between early mobilization with wound healing sectio caesarea (ρ-
value = 0.038). Discussion about the research results of the mother who does
good, dininya mobilization but there is still a bad wound healing due to wound
healing factor not only diperngaruhi by the early mobilization alone, there are
still other factors such as nutrition and medicine – drugs. Nurses can improve the
implementation of early mobilization and bearing in mind the importance of
conducting early mobilization to accelerate healing of wounds mother post sectio
caesarea.

Keyword : Early mobilization, Wound Healing, Sectio Caesaera


References : 27 books (2005 – 2015)
6 journals ( 2013 – 2017)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atau limpahan rahmat

serta karunia – Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Fase

Proliferasi pada Ibu Post Sectio Caesarea di Ruang Aster Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bandung Tahun 2018”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dan arahan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun materil,

maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Mulyana, SH, M.Pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung.

2. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana

Bandung.

3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku Ketua S1 Keperawatan

STIKes Bhakti Kencana Bandung.

4. Ade Tika, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan dorongan dengan penuh perhatian dan kesabaran

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.KM selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan dorongan dengan penuh perhatian dan

kesabaran sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Dosen serta Staff Sekolah Tinggi Ilmu Kessehatan Bhakti Kencana Bandung.
7. Dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes selaku Direktur RSUD Kota Bandung yang

telah memberikan ijin untuk penelitian sehingga penyusunan skripsi dapat

terselesaikan.

8. Dewi Intan Wulandari Amd.Keb selaku Ketua Ruangan di Ruang Aster

RSUD Kota Bandung yang telah banyak membantu menyelesaikan skripsi

ini.

9. Bidan dan Mahasiswa Pbl di Ruang Aster yang telah banyak membantu

menyelesaikan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

10. Keluarga besarku, ibu, ayah, adik – adikku yang selalu mewarnai hari – hari

indahku, Terima kasih atas dukungan moril maupun materil, do‟a dan cinta

kasihnya yang selalu di berikan untukku.

11. Sahabat – sahabatku Hawa (Liani Oktaviani, Silvi Avriani, Nurul Latifah dan

Banyu Fitri Apriani) yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam

mengerjakan skripsi ini.

12. Sahabat – sahabatku Biyono Kostan (Regina, Kak Indry, Kak Risna, Kak Evi,

Kak Intan, Kak Lela, Ayuk Gita, Dek Melda, Kak Maria, Kak Ghai, Nono)

yang telah meberikan dukungan dan motivasi dalam mengerjakan skrpsi ini.

13. Sahabatku Rina dan Kaka yang telah banyak membantu dalam penyusunan

skripsi ini sampai selesai.

14. Teman – teman seperjuangan S1 Keperawatan‟14 yang telah memberikan

dukungan dan motivasi dalam mengerjakan skripi ini.

15. Semua pihak yang turut membantu penulis yang tidak mungkin dapat

disebutkan satu persatu.


Semoga segala bantuan yang sudah diberikan kepada penulis menjadi ladang

amal dan mendapatkan imbalan berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk penyempurnaan dalam penyusunan skripsi yang akan

datang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membacanya. Aamiin.

Bandung, 20 Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii

PERNYATAAN.................................................................................................iii

ABSTRAK.........................................................................................................iv

ABSTRACT........................................................................................................v

KATA PENGANTAR.......................................................................................vi

DAFTAR ISI......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..............................................................................................xii

DAFTAR BAGAN.............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................7

1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................................7

1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Sectio Caesarea........................................................................................8

2.2 Konsep Luka.........................................................................................................15

2.3 Konsep Mobilisasi Dini........................................................................................28

2.4 Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka.......................................39

2.5 Kerangka Konseptual............................................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian............................................................................................43

3.2 Paradigma Penelitian.............................................................................................43

3.3 Hipotesis Penelitian...............................................................................................47

3.4 Variabel Penelitian................................................................................................47

3.5 Definisi Konseptual Dan Operasional

3.5.1 Definisi Konseptual....................................................................................48

3.5.2 Definisi Operasional...................................................................................48

3.6 Populasi Dan Sampel

3.6.1 Populasi Penelitian......................................................................................50

3.6.2 Sampel Penelitian.......................................................................................50

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................52

3.7.2 Instrumen Penelitian...................................................................................53

3.7.3 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas...............................................................54

3.8 Langkah – Langkah Penelitian..............................................................................56

3.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data......................................................................59

3.10 Etika Penelitian.....................................................................................................65

3.11 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................................................65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian.....................................................................................................66

4.2 Pembahasan..........................................................................................................70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...........................................................................................................79

5.2 Saran.....................................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala REEDA Penilaian Penyembuhan Luka......................................25

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini...................................................67

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penyembuhan Dini.............................................68

Tabel 4.3 Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka......................69


DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Konseptual.....................................................................................42

3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................................46


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahauluan

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 5 Informed Consent

Lampiran 6 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 7 Hasil Rekapitulasi Penelitian

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya

serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya

melalui jalan lahir, dimana terjadi pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau

keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang - kurangnya setiap

lima menit dan berlangsung sampai 60 detik. (Aprillia, Yesie: 2010). Bentuk -

bentuk persalinan menurut Manuaba (2010) salah satunya persalinan buatan yaitu

persalinan melalui metode sectio caesarea.

Departemen Kesehatan (2010) mengemukakan bahwa penyebab langsung

kematian maternal di Indonesia terkait kehamilam, persalinan dan nifas yaitu

perdarahan 28%, eslampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%.

Pada masa persalinan komplikasi paling tinggi terjadi pada persalinan yang

dilakukan dengan cara sectio caesarea, dengan kata lain sectio caesarea juga

merupakan risiko morbiditas dan mortalitas ibu lebih tinggi daripada persalinan

pervaginam. World Health Organization (WHO) (2010) mengemukakan bahwa

angka persalinan dengan metode sectio caesarea cukup besar yaitu sekitar 10%

sampai 15% dari semua proses persalinan. Angka kejadian sectio caesarea di

Indonesia menurut data survey nasional di tahun 2007 adalah 921.000 dari

4.039.000 persalinan sekitar 22,8% dari seluruh persalinan.

Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat

insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin
dilahirkan melalui perut, dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dalam

keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008). Tindakan insisi pada persalinan

sectio caesarea ini menyebabkan luka sayat yang harus diperhatikan derajat

kesembuhan lukanya karena resiko tinggi terjadi infeksi, rupture uteri dan

pendarahan.

Ibu yang mengalami operasi caesar dengan adanya luka di perut sehingga

harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi.

Banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru

melahirkan dengan operasi caesar agar segera menggerakan tubuhnya atau

mobilisasi. Dalam membantu jalannya pemulihan ibu pasca operasi caesar

disarankan untuk bisa menjaga kebersihan dan mobilisasi dini. Pada ibu yang

mengalami operasi caesar rasanya sulit untuk melakukan mobilisasi hal ini

disebabkan karena adanya luka setelah operasi menimbulkan nyeri dan biasanya

dirasakan setelah sadar dari pengaruh anastesi yang membuat pasien merasa takut

dan cemas untuk melakukan mobilisasi sehingga pasien cenderung untuk

berbaring dan mempertahankan seluruh tubuhnnya menjadi kaku (Manuaba,

2010).

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah keadaan

luka, usia, nutrisi, obat – obatan, penyakit penyerta, mobilisasi dini dan gaya

hidup (Eka putra, 2013, Kozier, 2011:312). Salah satu faktor yang mempengaruhi

proses penyembuhan luka adalah mobilisasi dini yang dipercaya dan terbukti

dapat meningkatkan proses peyembuhan luka. Mobilisasi dini pada pasien post

operasi merupakan pergerakan untuk selekas mungkin membimbing ibu keluar


dari tempat tidurnya sampai membimbingnya untuk berjalan. Mobilisasi dini

merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah.

Dengan mobilisasi dini pasca operasi sectio caesarea diharapkan ibu nifas dapat

menjadi lebih sehat dan lebih kuat, membantu proses penyembuhan luka akibat

proses persalinan, mempercepat proses involusi alat kandungan, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran

peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi Air Susu Ibu (ASI) dan

pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 2010).

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis, karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Mobilisasi

dini adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur

dan mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini penting

untuk kemandirian klien (Kozier, 2011). Mobilisasi dini tidak dilakukan dapat

mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak

baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi

(Suryati, 2012). Mobilisasi dini dilakukan pada ibu post sectio caesarea secara

bertahap, biasanya dilakukan dalam waktu 6 jam post sectio caesarea (Suryani,

2010).

Berdasarkan jurnal sebelumnya yang dilakukan oleh Suanidar (2013)

terdapat hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka pada post sectio

caesarea dengan jumlah 45 responden. Mobilisasi dini baik dengan penyembuhan

luka baik sebanyak 26 orang (80,8%). Sedangkan, yang mobilisasi dini kurang

dengan penyembuhan luka baik sebanyak 19 orang (36,8%).


Hasil studi pendahuluan peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bandung, tercatat ibu yang mengalami persalinan dengan metode persalinan

normal pada tahun 2017 sebanyak 1989 dan ibu yang mengalami persalinan

dengan metode sectio caesarea sebanyak 913 ibu. Persalinan dengan metode

sectio caesarea sebanyak ± 45% dari persalinan normal. Dan data terakhir ibu

yang mengalami persalinan dengan metode sectio caesarea pada Bulan Februari

sampai Bulan Maret sebanyak 122 ibu.

Hasil wawancara dan obervasi dengan 10 ibu, kapan ibu melakukan

mobilisasi dini, bagaimana caranya melakukan mobilisasi dini dan bagaimana

keadaan luka ibu post sectio caesarea. Didapatkan hasil observasi peneliti dan

bidan di ruang aster 3 ibu post sectio caesarea pada hari pertama melakukan

mobilisasi lebih dari 6 jam post sectio caesarea, 5 ibu post sectio caesarea ibu

pada hari ketiga melakukan mobilisasi lebih dari 8-24 jam dan 3 ibu post sectio

caesarea pada hari kelima tidak melakukan mobilisasi sesuai tahapannya. Dengan

keadaan luka pada POD3 ada yang sudah kering dan ada beberapa ibu dengan

luka masih banyak, seharusnya keadaan luka pada POD3 luka ibu sudah kering.

Salah satu alasan mengapa luka ibu belum kering dikarenakan ibu tidak

melakukan mobilisasi dini dengan benar.

Cenderung ibu yang tidak mau melakukan mobilisasi dini disebabkan oleh

beberapa alasan, diantaranya ibu merasakan nyeri pada luka post sectio caesarea

membuat ibu malas dan takut untuk melakukan mobilisasi atau menggerakkan

badan dengan alasan takut jahitan lepas. Namun setelah operasi ibu diberikan obat

analgetik agar nyeri ibu berkurang, dan diberikan obat injeksi pada POD2.
Mengenai mobilisasi dini bila dibiarkan maka ibu yang melahirkan dengan sectio

caesarea mengalami kemungkinan – kemungkinan adanya gangguan proses

penyembuhan luka. Padahal dalam segi pelayanan keperawatan di rumah sakit

sudah optimal.

Kondisi penyembuhan luka yang bagus setelah POD3, luka terlihat kering

dengan menggunakan pengkajian REEDA. REEDA skala adalah alat untuk

menilai penyembuhan luka yang terutama dikembangkan oleh Davidson 1974 dan

kemudian dikaji oleh Carey yang terdiri dari lima item skor meliputi : redness,

oedema, ecchyomosis, discharge, approximation sambungan jaringan yang

dijahit. Alat tersebut akan digunakan oleh peneliti di luar negeri karena meliputi

lima aspek dalam penyembuhan luka. Keunggulan menggunakan REEDA yaitu

lebih simpel dalam mengisi formatnya, menggunakan waktu yang tidak terlalu

lama dalam melakukan pengkajiannya, lebih dimengerti dalam pelaksanaannya

dan tidak terlalu menggunakan alat yang banyak.

Berdasarkan uraian tersebut diatas menggambarkan bahwa jika tidak

melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea telah menjadi masalah utama

karena betapa pentingnya mobilisasi dini untuk mempercepat penyembuhannya,

maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Mobilisasi Dini dengan

Penyembuhan Luka Fase Proliferasi Pada Ibu Post Sectio Caesarea di Ruang

Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung”


1.2 Rumusan Masalah

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui adakah hubungan mobilisasi dini

dengan penyembuhan luka fase proliferasi pada ibu post sectio caesarea di Ruang

Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka fase proliferasi pada ibu post sectio

caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

Tujuan khusus

1) Untuk mengidentifikasi mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea di

Ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

2) Untuk mengidentifikasi penyembuhan luka fase proliferasi pada ibu post

sectio caesarea di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

3) Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka fase

proliferasi pada ibu post sectio caesarea di Ruang Aster Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bandung

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian ilmu,

khususnya tentang hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka fase

proliferasi pada ibu post sectio caesarea.


Manfaat praktis

1) Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh dan serta memperluas wawasan khususnya tentang

hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka fase proliferasi pada

ibu post sectio caesarea.

2) Bagi perawat

Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar dan sumber ilmu baru bagi

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tentang hubungan

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka fase proliferasi pada ibu post

sectio caesarea.

3) Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan menjadikan acuan dan bahan pertimbangan

dalam memberi pelayanan yang optimal bagi ibu post sectio caesarea dalam

melakukan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka.

4) Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

data dasar dan sebagai landasan dalam melakukan penelitian

selanjutnya tentang faktor – faktor penyembuhan luka lain pada post

sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sectio Caesarea

2.1.1.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah proses persalinan melalui

pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi)

dan rahim (histeretomi) untuk mengeluarkan bayi (Juditha dan

Cynthia, 2009).

Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna

melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus

persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan

dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dalam keadaan

utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008).

Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu

tindakan pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin

dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen dan

dinding uterus.

2.1.1.2 Etiologi

Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio Caesarea ada

dua yaitu sebagai berikut :


1. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi

para tua disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo

pelvik (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan

dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

placenta previa terutama pada primigravida, solutsio

placenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu

preeklampsi – eklampsia, atas permitaan, kehamilan yang

disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan

persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

2. Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal

posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps

ekstraksi.

2.1.1.3 Komplikasi

Menurut Wikjosastro (2007) komplikasi Sectio Caesarea

sebagai berikut :

1. Komplikasi pada ibu

1) Infeksi puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan

suhu selama beberapa hari dalam masa nifas; atau

bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.


Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan

sudah ada gejala – gejala yang merupakan presdisposisi

terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan

jika cabang – cabang arteri uterina ikut terbuka, atau

karena atonia uteri.

3) Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung

kencing, embolisme paru – paru, dan sebagainya sangat

jarang terjadi.

4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah

kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada

kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan

sesudah sectio caesarea klasik.

2. Komplikasi pada bayi

Nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk

melakukan sectio caesarea.

2.1.1.4 Indikasi dan kontra Indikasi

Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio

Caesarea sebagai berikut :


1. Indikasi Sectio Caesarea

1) Indikasi mutlak

Indikasi Ibu

(1) Panggul sempit absolut

(2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang

adekuatnya stimulasi

(3) Tumor – tumor jalan lahir yang menyebabkan

obstruksi

(4) Stenosis serviks atau vagina

(5) Placenta previa

(6) Disproporsi sefalopelvik

(7) Ruptur uteri

membakat Indikasi janin

(1) Kelainan letak

(2) Gawat janin

(3) Prolapsus placenta

(4) Perkembangan bayi yang terhambat

(5) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena

preeklampsia.

2) Indikasi relatif

(1) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya

(2) Presentasi bokong

(3) Distosia
(4) Fetal distress

(5) Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan

diabetes

(6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

3) Indikasi Sosial

(1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan

pengalaman sebelumnya.

(2) Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena

takut bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama

persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar

panggul.

(3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada

tubuhnya atau sexuality image setelah melahirkan.

2. Kontra indikasi

Kontraindikasi dari Sectio Caesarea adalah :

1) Infeksi pada peritoneum.

2) Janin mati. (Tapi janin mati bukan merupakan

kontraindikasi mutlak, terlebih waktu yang digunakan

untuk melahirkan janin mati secara pervaginam lebih

lama daripada waktu yang diperlukan untuk melahirkan

janin mati perabdominam atau secara seksio sesarea).

3) Kurangnya fasilitas dan tenaga ahli. (Williams, 2005)


2.1.1.5 Tipe – tipe Sectio Caesaria

Tipe – tipe sectio caesaria menurut Oxorn (2010) adalah :

1. Tipe – tipe segmen bawah : Insisi melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan

prosedur pilihan abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan

vesika uterina peristoneum yang terlalu dekat sambungan

segmen atas dan bawah uterus di sayat melintang

dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik atas tidak

menutupi lapangan pandangan.

2. Tipe – tipe segmen bawah : insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus

sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat

dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk

menghindari cedera pada bayi.

3. Sectio caesarea klasik

Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal

ke dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas

serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul.

4. Sectio caesaria ekstranperitoneal

Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk

menghindari perlunya histerektomi pada kasus - kasus yang

mengalami infeksi luas.


2.1.1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pre eklampsia

1) Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai

fungsi ginjal,

2) Tes fungsi hati : bilirubin, SGOT

3) Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas

pada pasien dengan pre eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine

24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih pre

eklampsia dinyatakan berat

2. Sectio caesaria

1) Hemoglobin

2) Hematokrit

3) Leukosit

4) Golongan darah

(Arief Mansjoer, 2010)

2.2.2 Konsep Luka

2.2.2.1 Pengertian Luka

Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan

integritas dan fungsi jaringan pada tubuh (Suriadi, 2007).

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan,

dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak

atau hilang (Wijaya, 2009).


Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran

dan tulang atau organ tubuh lain (Drakbar, 2008).

Luka adalah suatu keadaan yang menyebabkan terputusnya

kontinuitas jaringan, yang dapat disebabkan oleh trauma,

operasi, ischemia dan tekanan (Ekaputra, 2013).

Bersarakan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa luka

adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab

luka dapat berasal dari tusukan/ goresan benda tajam, benturan

benda tumpul, kecelakaan, terkena tembakan, gigitan hewan,

bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau terbakar, listrik

dan petir.

2.2.2.2 Klasifikasi Luka

Luka yang sering terjadi di area kebidanan, antara lain luka

episiotomi, luka bedah sectio caesarea, luka bedah abdomen

karena kasus ginekologi, atau luka akibat komplikasi kehamilan

atau proses persalinan.

Untuk mengetahui perbedaan tiap – tiap luka, maka luka dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Klasifikasi luka berdasarkan sifat kejadiannya :

Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi menjadi dua jenis,

yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja, yang diuraikan

berikut ini :
1) Luka Disengaja :

Luka disengaja misalnya luka bedah atau terkena radiasi

2) Luka Tidak Disengaja :

(1) Luka tidak disengaja misalnya adalah luka terkena

trauma.

(2) Luka yang tidak disengaja dibagi menjadi luka

tertutup dan luka terbuka :

2.1) Luka abrasi (yaitu luka akibat gesekan)

2.2) Luka puncture (luka akibat tusukan)

2.3) Luka hautratiom (luka akibat alat – alat yang

digunakan dalam perawatan luka.

2. Klasifikasi luka berdasarkan waktu penyembuhannya :

Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi

luka akut dan luka kronik yang diuraikan sebagai berikut :

1) Luka Akut :

(1) Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan

periode waktu yang diharapkan atau dengan kata lain

sesuai dengan konsep penyembuhannya.

(2) Luka akut dapat dikategorikan sebagai :

2.1) Luka akut pembedahan, contoh : insisi (luka

bedah sectio caesarea, luka bedah laparatom),

eksisi dan skin graft.


2.2) Luka akut bukan pembedahan, contoh : Luka

bakar.

2.3) Luka akut akibat faktor lain, contoh : abrasi,

atau injuri pada lapisan kulit superfisial.

2) Luka Kronik :

Luka kronik adalah luka yang proses

penyembuhannya mengalami keterlambatan atau bahkan

kegagalan.

Contoh : Luka dekubitus, luka diabetes, dan leg ulser.

3. Klasifikasi luka berdasarkan cara penyembuhannya :

Berdasarkan cara penyembuhannya, luka dibagi menjadi :

1) Luka dengan Penyembuhan Luka Primer (per primam

intentionem), dengan ciri – ciri umum antara lain :

(1) Tanpa kehilangan jaringan

(2) Terjadi akibat luka bedah yang bersih dan leserasi

minor

(3) Penyatuan dua tepi berlawanan yang berdekatan

(4) Fase inflamasi dan granulasi singkat

(5) Epitelisasi sempurna terjadi sekitar 10 -14 hari

(6) Jaringan parut minimal cepat berubah warna dari pink

ke putih

(7) Fase maturasi terjadi selama beberapa bulan


2) Luka dengan Penyembuhan Luka Sekunder (per secundam

interntionem), dengan ciri – ciri umum, antara lain :

(1) Dengan kehilangan jaringan

(2) Luka sembuh dengan pembentukan kapiler dan

kolagen baru

(3) Fase granulasi terjadi beberapa minggu atau bulan

tergantung pada jumlah jaringan yang hilang dan

penyakit yang mendasari.

(4) Jaringan parut dapat tampak jelas.

(5) Klasifikasi Luka Berdasarkan Kehilangan

Jaringan : Berdasarkan kehilangan jaringan, luka dibagi

menjadi :

1) Luka Superfisial, yaitu luka hanya terbatas pad alapisan

epidermis

2) Luka Parsial (partial – thickness), yaitu luka meliputi

lapisan epidermis dan dermis

3) Luka Penuh (full – thickness), yaitu luka epidermis,

dermis, dan jaringan subkutan bahan dapat juga

melibatkan otot, tendon, dan tulang.

4. Klasifikasi Luka Berdasarkan Stadium :

Berdasarkan Stadium-nya, luka diklasifikasikan sebagai

berikut :
1) Luka Stadium I, yaitu luka dengan lapisan epidermis

masih utuh, namun terdapat eritema atau perubahan

warna.

2) Lapisan Stadium II, yaitu luka yang telah kehilangan

superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan

dermis, dengan gambaran antara lain: tampak adanya

eritema di jaringan sekitar yang nyeri, panas, dan edema,

dengan eksudat sedikit sampai sedang.

3) Luka Stadium III, yaitu luka dengan kehilangan jaringan

sampai dengan jaringan subkutan, dengan terbentuknya

rongga (cavity), exudate sedang sampai banyak.

4) Luka Stadium IV, yaitu luka dengan kehilangan jaringan

subkutan dengan terbentuknya rongga (cavity) yang

melibatkan otot, tendon dan tulang, disertai adanya

eksudat sedang sampai banyak.

5. Klasifikasi Luka Berdasarkan Mekanisme Terjadinya :

Berdasarkan Mekanisme Terjadinya, luka diklasifikasikan

antara lain :

1) Luka Insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh

instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat

pembedahan.

2) Luka Bersih (aseptik) biasanya tertutup pleh sutura setelah

seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).


2.2.2.3 Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka memang harus melewati tahap –

tahap tertentu menurut Johnson (2010) yaitu : fase inflamasi,

fase rekonsdtruksi dan fase maturasi, dan untuk mendukung

terjadinya proses tahapan – tahapan tersebut maka petugas yang

merawat luka dapat memodifikasi lingkungan luka agar proses

tersebut terlewati dengan baik oleh luka tersebut.

1. Tiga fase penyembuhan luka tersebut, diuraikan sebagai

berikut :

1) Fase Inflamasi :

(1) Fase ini dimulai pada saat terjadi luka, yang bisa

bertahan 2 sampai 3 hari.

(2) Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi

setelah luka terjadi dan melibatkan platelet.

(3) Pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokontriksi

untuk mencapai hemostatis sehingga mencegaj

perdarahan lebih lanjut.

(4) Setelah hemostatis tercapai, terjadi vasodilatasi dan

permeabilitas pembuluh darah meningkat, dengan

respon „inflamasi‟.

(5) Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit

setelah luka terjadi dan berlanjut hingga 3 hari.


(6) Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit

(utamanya neutrofil).

(7) Neutrofil selanjutnya memfahosit dan membunuh

bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan

pembentukan jaringan baru.

2) Fase Proliferasi atau Rekonstruksi (2-24 hari) :

(1) Apabila tidak ada infeksi atau kontaminasi pada fase

inflamasi, maka proses penyembuhan selanjutnya

memasuki tahapan proliferasi atau rekonstruksi.

(2) Fase ini dimulai padahari kedua-ketiga, setelah

fibrolast datang, dan bertahan sampai minggu ketiga.

(3) Tujuan utama dari fase ini adalah :

3.1) Proses granulasi (untuk mengisi ruang kosong

pada luka).

3.2) Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru),

dimana secara klinis akan tampak kemerahan

pada luka.

(3.2.1) Angiogenesis terjadi bersamaan dengan

fibroplasia.

(3.2.2) Tanpa proses angiogenesis, sel – sel

penyembuhan tidak dapat bermigrasi,

replikasi, melawan infeksi dan


pembentukan atau deposit komponen

matrik baru.

3.3) Proses kontraksi (untuk menarik kedua tepi luka

agar saling berdekatan).

(3.3.2) Menurut Hunt (2003) kontraksi adalah

peristiwa fisiologi yang menyebabkan

terjadinya penutupan pada luka

terbuka.

(3.3.3) Kontraksi terjadi bersamaan dengan

sintesis kolagen.

(3.3.4) Hasil dari kontraksi akan tampak

dimana ukuran luka akan tampak

semakin mengecil atau menyatu.

(4) Dalam hal ini, fase ini terjadi sintesis kolagen

(terutama tipe III), angiogenesis, dan epitelisasi).

(5) Pada fase ini biasanya jaihitan diangkat (bila

menggunakan benang yang tidak diserap).

(6) Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu

sampai produksi dan pemecahan kolagen mencapai

keseimbangan, yang menandai dimulainya fase

remodeling.
3) Fase Maturasi atau Remodelling (24 hari-1 tahun)

(1) Fase ini merupakan fase yang terkahir dan terpanjang

pada proses penyembuhan luka.

(2) Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam

keseimbangan :

2.1) Peningkatan produksi maupun penyerapan

kolagen berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun,

dapat lebih lama apabila daerah yang luka dekat

dengan sendi.

2.2) Serabut – serabut kolagen meningkat secara

bertahap dan bertambah tebal, kemudian

disokong oleh proteinase untuk perbaikan

sepanjang garis luka.

2.3) Kolagen menjadi unsur yang utama pada

matriks.

2.4) Serabut kolagen menyebar dengan saling terikat

dan menyatu serta berangsung – angsur

menyokor pemulihan jaringan.

2.5) Akhir dari penyembuhan didapatkan parut luka

yang matang, yang mempunyai kekuatan 80%

dibanding kulit normal.


2.6) Kekuatan luka meningkat sejalan dengan re-

organisasi kolagen sepanjang garis tegangan

kulit, terjadi cross-link kolagen.

2.7) Penurunan vaskularitas.

2.8) Fibrolast dan miofibrolast menyebabkan

kontraksi luka selama fase remodeling.

(3) Dengan melewati fase ini, luka dapat dikatakan

sembuh apabila:

3.1) Tidak terlalu gatal

3.2) Tidak menonjol

3.3) Tidak merah

3.4) Lunak bila ditekan

2. Indikator Penyembuhan Luka menggunakan REEDA

REEDA skala adalah alat untuk menilai penyembuhan

luka yang terutama dikembangkan oleh Davidson 1974 dan

kemudian dikaji oleh Carey yang terdiri dari lima item skor

meliputi : Redness tampak kemerahan pada daerah luka jahit,

Oedema adalah bengkak pada sekitar penjahitan luka,

Ecchyomosis adalah memar pada kulit membentuk bercak

biru atau ungu yang rata, bulat atau tifak berukuran,

Discharge adalah adanya ereksi atau pengeluaran cairan dari

daerah yang luka dan Approximation sambungan jaringan

yang dijahit. REEDA juga sebagai alat untuk menilai


penyembuhan luka perineum dengan menggunakan skor. Alat

tersebut akan digunakan oleh peneliti di luar negeri karena

meliputi lima aspek dalam penyembuhan luka. Keunggulan

menggunakan REEDA yaitu lebih simpel dalam mengisi

formatnya, menggunakan waktu yang tidak terlalu lama

dalam melakukan pengkajiannya, lebih dimengerti dalam

pelaksanaannya dan tidak terlalu menggunakan alat yang

banyak. Sistem skoring Davidson digunakan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.1
Skala REEDA Penilaian Penyembuhan Luka

Point Redness Edema Ecchymosis Discharge Approximation


0 Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Tertutup
ada ada
1 Sekitar Kurang Sekitar 0,25 Serum Jarak kulit 3 mm
0,25 cm dari 1 cm bilateral/ atau kurang
pada cm dari 0,5 cm
kedua insisi unilateral
sisi insisi
2 Sekitar Sekitar Sekitar 0,5-1 Serosanguinous Terdapat jarak
0,5 cm 1-2 cm cm antara kulit dan
pada dari bilateral/0,5-2 lemak sukutan
kedua insisi cm unilateral
sisi insisi
3 Lebih Lebih Lebih dari 1 Darah, purulen Terdapat jarak
dari 0,5 dari 2 cm bilateral/2 antara kulit,
cm pada cm dari cm unilateral lemak subkutan
kedua insisi dan fasia
sisi insisi
Total
Untuk mengitung penilaian REEDA masing – masing

faktor diberi skor antara 0 sampai 3. Dengan ketentuan skor 0

penyembuhan lukanya baik, skor 1 – 5 penyembuhan lukanya

kurang baik dan > 5 penyembuhannya lukanya buruk.

Demikian total skor skala berkisar dari 0 sampai 15, dengan

skor yang lebih tinggi menunjukkan penyembuhan luka yang

buruk.

2.2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

adalah keadaan luka, usia, nutrisi, obat – obatan, penyakit

penyerta, mobilisasi dini dan gaya hidup (Eka putra, 2013,

Kozler, 2011:312).

1. Keadaan luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan

efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal

untuk menyatu.

2. Usia

Usia muda penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.

Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan

fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan

darah.
3. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada

tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat,

lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien

kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status

nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang

gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan

lama karena suplai darah jaringan adipose tidak adekuat.

4. Obat – obatan

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan

anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka.

Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang

rentan terhadap infeksi luka.

1) Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal

tubuh terhadap cedera

2) Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

3) Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan

untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika

diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan

efektif akibat koagulasi intravaskular.


5. Penyakit Penyerta

Pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya diabetes

militus, anemia, terutama yang tak terkendali, luka sukar dan

lambat sembuhnya

6. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat

pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan

kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa

melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.

7. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini mungkin sangat dianjurkan bagi ibu paska

bersalin melalui sectio caesarea karena hal ini akan

mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan sirkulasi

darah dan mencegah resiko terjadinya tromboflebitis,

meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih

sehingga dapat mencegah konstipasi dan retensi urine serta

ibu akan merasa sehat.

2.2.3 Mobilisasi Dini

2.2.3.1 Definisi Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini

mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh


untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi

menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong

untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin,

biasanya dalam waktu 6 jam (Suryani, 2010).

Mobilisasi adalah proses aktivitas yang dilakukan paska

pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur

(latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan

tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur,

berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Smeltzer &

Bare, 2008).

Dari beberapa pengertian tentang mobilisasi dini diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa mobilisasi dini adalah suatu

kemampuan pasien untuk menggerakan tubuhnya secara bebas,

mudah, teratur dimulai dari gerakan yang sederhana sampai

dengan gerakan yang kompleks.

2.2.3.2 Jenis – Jenis Mobilisasi Dini

Menurut Hidayat (2009), jenis mobilisasi dibedakan

berdasarkan kemampuan gerakan yang dilakukan oleh seseorang

yaitu :

1. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dan menjalankan peran sehari - hari.


Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh

seseorang.

2. Mobilisasi sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak

secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik

dan saraf sensorik pada area tubuh. Mobilitas sebagian dibagi

menjadi dua jenis yaitu : Mobilitas sebagian temporer,

merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan

batasan yang bersifat sementara, ini dapat disebabkan oleh

trauma pada sistem muskuloskletal, Mobilitas sebagian

permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf, contoh terjadinya

hemiplegia karena stroke.

2.2.3.3 Tujuan Mobilisasi Dini

Tujuan mobilisasi dini yaitu membantu proses

penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari

terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi sectio

caesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi

terjadinya dekubitus, kekakuan atau peregangan otot – otot di

seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah,

pernafasan, peristaltik maupun berkemih. (Carpenito, 2007 : 2).


2.2.3.4 Manfaat Mobilisasi Dini

Menurut Kozier (2011), keuntungan yang dapat diperoleh

dari mobilisasi bagi sistem tubuh adalah sebagai berikut :

1. Sistem Muskuloskeletal

Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot

jantung dapat dipertahankan dengan melakukan latihan yang

ringan dan dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan

yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan

kemampuan kontraksi otot meningkat, meningkatkan

fleksibilitas tonus otot dan range of motion.

2. Sistem Kardiovaskular

Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat

dapat meningkatkan denyut jantung ( heart rate ),

menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke

jantung dan otot. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (

cardiac output ) meningkat karena aliran balik dari aliran

darah. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung ( cardiac

output ) normal adalah 5 liter/menit, dengan mobilisasi dapat

meningkatkan cardiac output sampai 30 liter/ menit.

3. Sistem Respirasi

Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh paru

(ventilasi) meningkat. Ventilasi normal sekitar 5 - 6

liter/menit. Mobilisasi yang berat, menyebebkan kebutuhan


oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan

normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah

penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus,

menurunkan usaha pernapasan.

4. Sistem Gastrointestinal

Beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan

meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki

pencernaan dan eliminasi seperti kembalinya mempercepat

pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya

konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen.

5. Sistem Metabolik

Mobilisasi atau latihan dapat meningkatkan kecepatan

metabolisme, dengan demikian peningkatan produksi dari

panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama melakukan

aktivitas berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat

sampai 20x dari kecepatan normal. Berbaring di tempat tidur

dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850 kalori per hari.

Melakukan aktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan

trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi

tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam tubuh.

6. Sistem Urinary

Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran

darah, tubuh dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif,


dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinary.

Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan

aktivitas.

2.2.3.5 Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Dini

Menurut Carpenito (2000) kerugian apabila tidak melakukan

mobilisasi dini adalah :

1. Dapat menyebabkan aliran darah tersumbat.

Menurut Admin (2009) untuk mengurangi pembekuan

pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat

menyebabkan masalah mobilisasi dini dapat segera

dilakukan. Dapat menyebabkan pemulihan kondisi akan lebih

lama pulih.

2. Dapat menyebabkan infeksi (Deep vein thrombosisi).

Karena ada involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa

darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi

3. Dapat menyebabkan pendarahan

Menurut Laili (2009) Pendarahan yang abnormal dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus

uteri keras, maka resiko pendarahan yang abnormal dapat

dihindarkan, karena kontarksi membentuk penyempitan

pembuluh darah yang terbuka.


4. Peningkatan suhu tubuh

Menurut Lailia (2009) peningkatan suhu tubuh akrena

adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah

tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah

satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

2.2.3.6 Faktor Yang Memperngaruhi Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Lauro (dalam Rizka Rismalia, 2010) mengemukakan faktor –

faktor yang dapat mempengaruhi mobilisasi dini adalah sebagai

berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu ilmu tentang suatu bidang

yang disusun secara bersistem menurut metode-metode

tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala -

gejala tertentu di bidang pengetahuan itu (Kurnia, 2002 yang

dikutip oleh Purwanto tahun 2007).

Pengetahuan individu terhadap sesuatu dan yakin akan

manfaat menyebabkan seseorang untuk mencoba menerapkan

dalam bentuk perilaku. Pengetahuan tersebut dapat

didapatkan dari informasi, membaca, dan melalui pendidikan

formal. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

terhadap perilaku individu tersebut.


Pengetahuan mengenai mobilisasi dini pasca operasi bisa

didapatkan dari informasi atau pendidikan kesehatan yang

diberikan oleh seorang perawat kepada pasien yang akan

menjalani tindakan operasi seperti appendectomy. Pendidikan

kesehatan tersebut dapat diberikan sebelum tindakan operasi

dilakukan yaitu pada fase praoperatif. Sehingga setelah

tindakan operasi selesai dilaksanakan, pasien telah

mengetahui manfaat dari mobilisasi dan hal itu dapat

mempengaruhi pasien tersebut untuk melakukan mobilisasi

dini tanpa rasa takut.

2. Emosi

Menurut Goleman, 2000 yang dikutip oleh Hanum

(2006) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-

pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi adalah

suatu kesatuan reaksi fisiologis dalam diri manusia untuk

menghadapi rangsangan atau stimulus yang ada.

Terbentuknya emosi dipengaruhi oleh lingkungan dan

pengalaman selama masa perkembangan individu. Seseorang

dengan emosi yang stabil adalah yang dapat mengendalikan

perasaan - perasaannya meskipun dihadapkan pada suatu

kondisi yang memungkinkan mengganggu kestabilan

emosinya, yang juga dapat mengekspresikan emosinya


tersebut pada waktu dan tempat yang tepat, sehingga dapat

menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.

Emosi adalah perasaan dalam diri seseorang yang timbul

karena ada suatu stimulus dan memperlihatkan reaksi

kognisi, reaksi fisiologis, reaksi biologis, dan bahkan reaksi

behavioral tertentu. Sedangkan Sarwono dalam Yusuf (2008)

berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada

diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat

lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (dalam).

Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan bahwa emosi

itu merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan

atau perilaku individu. Maksud warna afektif di sini adalah

perasaanperasaan tertentu yang dialami pada saat

menghadapi suatu situasi tertentu, seperti gembira, bahagia,

putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi

terhadap perilaku individu, yaitu :

1) Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau

puas atas hasil yang didapat

2) Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena

kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah

timbulnya rasa putus asa (frustasi).


3) Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar,

apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga

menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam

berbicara.

4) Terganggu dalam penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa

cemburu dan iri hati.

5) Suasana emosional yang diterima dan dialami individu

semasa kecil akan mempengaruhi sikapnya di kemudian

hari, baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Cedera merupakan stressor bagi seseorang yang dirawat

di rumah sakit. Perasaan yang dialami pasien pasca operasi

appendectomy terhadap luka operasi yang belum sembuh

akan menimbulkan rasa takut untuk melakukan mobilisasi,

sehingga rasa takut tersebut dapat menjadi penghambat bagi

mereka untuk melakukan mobilisasi.

3. Sosial

Sosial adalah hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat

dan kebersamaan, kekuatan masyarakat tersebut berada di

sekitar individu tersebut dalam berinteraksi (Yusuf, 2008).

Adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu

yang lain dapat memberikan kekuatan pada individu tersebut.

Dimana definisi interaksi sosial menurut Nurdin (2006)


adalah adanya hubungan dua orang atau lebih yang perilaku

atau tindakannya direspon oleh orang lain.

Interaksi yang dilakukan pasien dengan keluarga dan

orang - orang di sekitar akan mempengaruhi pasien tersebut

untuk melakukan mobilisasi pasca operasi, sehingga dengan

mobilisasi tersebut akan memotivasi pasien untuk sembuh.

4. Fisik

Fisik adalah postur tubuh, kesehatan (sehat atau sakit),

keutuhan tubuh, keberfungsian organ tubuh seseorang

(Yusuf, 2008). Keadaan fisik seseorang yang lemah secara

langsung akan berpengaruh terhadap mobilisasi yang

dilakukan. Keadaan tersebut akan membatasi dari pergerakan

karena kurangnya energi di dalam tubuh. Pada pasien yang

baru saja menjalani operasi seperti operasi appendectomy,

keadaan fisik pasien tersebut belum kembali pulih pada

keadaan sebelumnya. Hal tersebut dapat membuat pasien

merasa enggan untuk melakukan mobilisasi, selain itu rasa

nyeri yang dirasakan juga membuat pasien merasa lemah dan

hanya ingin berbaring di tempat tidur.

5. Stimulus Lingkungan

Stimulus lingkungan adalah rangsangan dari luar yang

mempengaruhi dan menggerakkan individu untuk berbuat (

Handoko, 1997 ). Stimulus lingkungan tersebut dapat berupa


dukungan perawat atau keluarga. Adanya dukungan dan

dorongan dari perawat serta keluarga dapat menimbulkan

motivasi pada pasien yang dirawat untuk melakukan

aktivitas, seperti pasien yang baru saja menjalani operasi.

Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu berupa mobilisasi

sehingga dengan melakukan mobilisasi dapat mempercepat

penyembuhan pasien. Sarana atau fasilitas ruang rawat, peran

serta perawat, peran serta keluarga yang mendukung dan

tidak mendukung agar pasien berinisiatif dan mau melakukan

mobilisasi. Suasana lingkungan yang nyaman juga dapat

mendukung terhadap aktivitas seseorang yang dilakukan.

2.2.3.7 Tahapan dan Pelaksanaan Mobilisasi Post operasi

Menurut Kasdu (2008) mobilisasi dilakukan secara bertahap

berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini :

1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu post sectio caesarea

harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan

adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung

jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

Bertujuan agar kerja organ pencernaan kembali normal.

2. Setelah 6 – 10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring

kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli.


3. Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai belajar

untuk duduk.

4. Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan.

2.2.4 Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah Julianti dan

Siska Delvia Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES

AL-Ma‟arif Baturaja pada tahun 2014 dengan judul Hubungan

Mobilisasi Dini Post Seksio Sesaria Dengan Proses Penyembuhan Post

Luka Sectio Caesarea Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Ibunu Soetowo Baturaja. Penelitian ini menggunakan

metode survey analitik, dengan pendekatan cross sectional dimana

variabel dependen (Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea) dan

variabel independen (Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea) yang

terjadi pada objek penelitian dikumpulkan dalam waktu bersamaan.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

dengan jumlah 45 responden. Instrumen yang dilakukan menggunakan

lembar observasi check list.

Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa responden yang

mobilisasi baik dengan penyembuhan luka baik sebanyak 26 orang

(80,8%). Sedangkan, yang mobilisasi dini kurang dengan penyembuhan

luka baik sebanyak 19 orang (36,8%). Hasil uji statistik chi square

diperoleh ρ = 0,07, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara

Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea.


Maka, hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka terbukti Post Sectio

Caesarea.
2.2 Kerangka Konseptual

Bagan 2.1
Kerangka Konseptual
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA
FASE PROLIFERASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
DI RUANG ASTER RSUD KOTA BANDUNG

Manfaat mobilisasi dini :


Terjadinya Luka Insisi Abdomen
Sectio Caesarea 1. Ibumenjadimenjadi

lebih sehat dan lebih kuat

Faktor – faktor Salah satu faktor penyembuhan luka yang paling baik
2. Mempercepat untuk dilakukan ad
proses
penyembuhan Luka :
Keadaan Luka involusi alat kandungan
Usia
Nutrisi Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan a
Obat – obatan Meningkatkan kelancaran peredaran darah
Penyakit penyerta ibu Mempercepat fungsi Air
Mobilisasi dini
Gaya hdiup SusuIbu(ASI)dan

pengeluaran sisa

metabolisme
Sumber : Modifikasi Manuaba (2010), Eka Putra ( 2013 ) dan Kozler ( 2011 )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan untuk

mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan. (Nursalam,

2014).

Rancangan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi melalui

pendekatan Cross Sectional, yaitu suatu pendekatan yang mempelajari

hubungan mobilisasi dini sebagai variabel independen dan penyembuhan luka

fase proliferasi post sectio caesarea sebagai variabel dependen.

3.2 Paradigma Penelitian

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya

serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya

melalui jalan lahir, dimana terjadi pembukaan serviks yang progresif, dilatasi,

atau keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang -

kurangnya setiap lima menit dan berlangsung sampai 60 detik. (Aprillia,

Yesie: 2010). Bentuk - bentuk persalinan menurut Manuaba (2010) ada 3,

yaitu : Persalinan spontan adalah bila proses persalinan seluruhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, persalinan anjuran atau induksi

yaitu persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi

berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah

pemecahan ketuban dan persalinan buatan yaitu bila persalinan berlangsung


dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam

(ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,

2009). Tindakan insisi pada persalinan Sectio Caesarea ini menyebabkan

luka sayat yang harus diperhatikan derajat kesembuhan lukanya karena resiko

tinggi terjadi infeksi, rupture uteri dan pendarahan. Salah satu yang berperan

dalam penyembuhan luka adalah mobilisasi dini yang dipercaya dan terbukti

meningkatkan proses penyembuhan luka.

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah keadaan

luka, usia, nutrisi, obat – obatan, penyakit penyerta, mobilisasi dini dan gaya

hidup (Eka putra, 2013, Kozler, 2011:312). Mobilisasi dini merupakan suatu

aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis, karena hal itu esensial untuk

mempertahankan kemandirian. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang

untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan mencapai tujuan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini penting untuk kemandirian klien

(Kozler, 2011). Menurut Siregar (2009), mobilisasi dini adalah menggerakkan

tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang harus dilakukan secara bertahap

dan langsung setelah melahirkan, minimal 8 – 24 jam setelah persalinan.

Manfaat mobilisasi dini menurut Manuaba (2010) yaitu : Ibu menjadi menjadi

lebih sehat dan lebih kuat, mempercepat proses involusi alat kandungan,

melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan


kelancaran peredaran darah, mempercepat fungsi Air Susu Ibu (ASI) dan

pengeluaran sisa metabolisme. Dengan dilakukan mobilisasi dini tidak

mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang

abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan episiotomi atau luka di perut,

serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus/ retrotexto uteri.


Bagan 3.1
Kerangka Penelitian
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA
FASE PROLIFERASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
DI RUANG ASTER RSUD KOTA BANDUNG
Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

Keadaan luka
Baik
Usia
Penyembuhan Luka dengan Skoring REEDA
Kurang Baik
Nutrisi

Buruk
Obat - Obatan
Penyakit Penyerta Gaya Hidup

Baik
Mobilisasi Dini
Buruk

Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan

Sumber : Modifikasi Eka Putra ( 2013 ) dan Kozler ( 2011 )

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

3.3 Hipotesa Peneltian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori. (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa

H0 ditolak (ρ value < 0,05) yang artinya terdapat hubungan mobilisasi dini

dengan penyembuhan luka ibu post sectio caesarea di RSUD Kota Bandung.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut dari seseorang atau objek yang

mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lainnya atau satu objek

dengan objek lain. Variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012).

3.4.1 Variabel Independent

Variabel Bebas/ Independent merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependent (terikat). Variabel independen (variable bebas)

dalam penelitian ini adalah mobilisasi dini.

3.4.2 Variable dependent

Variabel Terikat/ Dependent merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel


dependen (variable terikat) dalam penelitian ini variable dependennya

adalah dengan penyembuhan luka post sectio caesarea.

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.5.1 Definisi konseptual

1. Penyembuhan Luka

Luka adalah suatu keadaan yang menyebabkan terputusnya

kontinuitas jaringan, yang dapat disebabkan oleh trauma, operasi,

ischemia dan tekanan (Ekaputra, 2013).

2. Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini

mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh untuk

melakukan peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi

menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk

menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya

dalam waktu 6 jam (Suryani, 2010).

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

di amati dari suatu yang didefinisikan (Nursalam, 2008). Definisi

operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian

variabel – variabel diamati atau diteliti, perlu sesekali variabel –

variabel tersebut diberi batasan dan bermanfaat mengarahkan pada

suatu pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang


bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur.

(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
oprasional

Variabel Independent
1 Mobilisasi Suatu Format Lembar 1. Baik Nominal
Dini kemampuan Cheklist observasi melakukan
pasien untuk (√) Ya = 1 mbolisasi
menggerakan Tidak = 0 dini bila nilai
tubuhnya persentase
secara bebas, didapatkan
mudah, hasil >50%
teratur 2. Buruk = tidak
dimulai dari melakukan
gerakan yang mbolisasi
sederhana dini bila nilai
sampai persentase
dengan didapatkan
gerakan yang hasil <50%
kompleks.
Variabel Dependent
2 Penyembu Penyembuha Cheklist Formulir 1. Jumlah Ordinal
han Luka n luka (√) REEDA skoring 0,
merupakan (Redness, penyembuha
suatu proses Odema, n luka baik
penggantian Ecchymo 2. Jumlah
jaringan yang sis, skoring 1-5,
mati/rusak Discharg penyembuha
dengan e, n luka kurang
jaringan baru Approxim baik
ation) 3. Jumlah
skoring >5,
penyembuha
n luka buruk

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea yang

berada di ruang aster RSUD Kota Bandung berdasarkan hasil studi

pendahuluan pada Bulan Februari sampai Bulan Maret 2018 di

dapatkan dengan jumlah 122 ibu post sectio caesarea.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek dalam populasi yang diteliti

(Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode non random sampling jenis purposive sampling

yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan peneliti

sendiri. (Sugiyono, 2013). Sampel penelitian ini yaitu ibu post section
caesarea yang berada di Ruang Aster di RSUD Kota Bandung dengan

kriteria sebagai berikut:

Kriteri Inkusi :

Klien post sectio caesarea dengan keadaan umum dan TTV stabil

Kriteria eklusi :

1. Klien dengan penyakit penyerta ( DM, Anemia )

2. Klien menderita obesitas

3. Klien dengan usia >35 tahun

Ukuran menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, menggunakan rumus slowvin sebagai berikut :

n = 1+𝑁(𝑁 𝑑 )2

Keterangan :

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel

d = Kelonggaran ketidaktelitian kesalahan pengambilan sampel yang

diteliti yaitu 10% (0,1) dengan menggunakan rumus sampel sebagai

berikut :

n = 1+𝑁(𝑁 𝑑 )2

Sampel pada penelitian ini adalah :

122
n =1+122 (0,1)2

122
=1+122 (0,01)

122
=
1+1,22
122
=2,22

= 54,95

= 55 Ibu post sectio caesarea

Setelah di kriteriakan di dapatkan jumlah sampel yaitu 55 ibu post

sectio caesarea sesuai kriteria inklusi di Ruang Aster RSUD Kota

Bandung.

3.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung kepada semua

ibu post sectio caesarea di Aster RSUD Kota Bandung. Lalu peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti

meminta persetujuan kepada ibu post sectio caesarea yang bersedia ikut

dalam penelitian dengan meminta ibu menandatangani lembar informed

consent yang telah disediakan oleh peneliti. Untuk mobilisasi dini ibu diminta

untuk melakukan mobilisasi dini 6 jam setelah post sectio caesarea dilakukan

dengan pedoman observasi check list jika langkah – langkah mobilisasi

dilakukan yaitu suatu daftar untuk men”cek”, yang berisi nama subjek dan

beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan

(Notoatmodjo, 2010 : 137). Observasi mobilisasi dilakukan oleh peneliti dari

hari pertama sampai hari ke tiga setelah operasi dilakukan, sedangkan untuk

luka dimulai hari ke tiga setelah operasi dilakukan. Saat pemeriksaan

menggunakan skroing REEDA, ibu diposisikan terlentang dengan

pencahayaan yang terang dengan menggunakan penlight, peneliti memeriksa

luka ibu. Apabila terdapat kemerahan, bengkak, memar dan jaringan yang
tidak merapat, peneliti melakukan paper tape tegak lurus pada luka dan di

ukur. Pengeluaran cairan diamati dan diberi nilai sesuai tanda REEDA pada

perlukaan ibu. Setelah skoring di dapatkan, hasil di hitung dan di kategorikan

sesuai tanda REEDA.

3.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2011).

Observasi mobilisasi dini dilakukan oleh peneliti dari hari pertama

sampai hari ketiga setelah operasi dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi, sedangkan untuk keadaan luka instrumen yang

digunakan adalah pengkajian luka (REEDA) menurut Davidson 1974

dimulai hari ketiga setelah operasi dilakukan dengan menggunakan alat

yaitu penlight, sarung tangan, kapas/ kasa, bak instrumen, paper tape,

air DTT, temapat sampah, dan formulir REEDA. Selain itu REEDA

juga merupakan instrumen yang telah baku yang banyak digunakan

oleh peneliti lain di luar negeri.

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.7.2.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat

– tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,

2010). Dengan uji validitas, maka apabila hasil ujinya bermakna

valid, maka hasil perhitungan dan analisis data juga akan


dimaknai valid dan dapat diterima. Suatu item pertanyaan atau

pertanyaan dinyatakan valid dan dapat mengukur variabel

penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih

dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan dan Saccuzzo, 2012).

Untuk pengujian validitas instrumen digunakan rumus

korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut :

𝑛 (∑X𝑌) − (∑X)(∑𝑌)
𝑟 xy √[𝑛. ∑X2 − (∑X)2]. [𝑛. ∑𝑌2 − (∑𝑌)2]

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara x dan y

X = skor item

Y = skor total

N = jumlah responden

(Arikunto, 2010)

Dalam penelitian ini, uji validitas ini dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Pada uji validitas, untuk memperoleh alat ukur

yang baik dilakukan dengan 12 item observasi mobilisasi dini

dan 8 item observasi keadaan luka yang telah disusun, peneliti di

uji cobakan terlebih dahulu terhadap 10 ibu post sectio caesarea

di RS Guntur Garut dengan karakteristik yang sama dengan

karateristik sampel di RSUD Dr. Slamet Garut pada tahun 2012

oleh Ema Ratnasari. Setelah diuji cobakan hasilnya nilai

koefisien validitasnya 0,300 maka dinyatakan valid.


3.7.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Nursalam, 2008). Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur

suatu variable dikatakan reliable dan berhasil mengukur variable

yang kita ukurjika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama

dengan 0,700 (Kaplan, Saccuzzo, 2012). Uji reliabilitas

instrumen dalam peneitian ini menggunakan rumus Alpha

Chronbach. Rumus ini diugunakan karena dalam penggunaan

instrumen skor yang dipakai dalam bentuk rentang yaitu antara

nilai 1-5. Koefisien reliablitasnya didapat dari persamaan

koefisien -α cronbach:

∑ 2
α=( 𝑘
)(1 - )
𝑘−1
𝑆 2𝑥

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

Sj = varian ibu post sectio caesarea untuk 1 item

Sx = jumlah varian skor total

Pada penelitian ini, setelah diujicobakan oleh peneliti

sebelumnya oleh Erna Ratnasari untuk memperoleh alat ukur

yang baik dilakukan dengan 12 item observasi mobilisasi dini

dan 8 item observasi keadaan luka yang telah disusun, peneliti di

uji cobakan terlebih dahulu terhadap 10 ibu post sectio caesarea


di RS Guntur Garut dengan karakteristik yang sama dengan

karateristik sampel di RSUD Dr. Slamet Garut pada tahun 2012

ternyata lembar observasi dinyatakan reliabel dengan koefisien

reabilitas yaitu 0,923.

3.8 Langkah – Langkah Penelitian

3.8.1 Tahap Pra Persiapan

1. Memilih tempat penelitian

2. Mengurus surat untuk meminta izin studi pendahuluan kepada

pihak yang bersangkutan

3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

3.8.2 Tahap Persiapan

1. Melakukan informed consent pada ibu post sectio caesarea

2. Ibu post sectio caesarea melakukan tanda tangan informed consent.

3. Untuk observasi mobilisasi dini dilakukan pada hari ke satu sampai

hari ke tiga post sectio caesarea dengan menggunakan lembar

observasi.

4. Untuk pengkajian luka dilakukan pada hari ke tiga sampai hari ke

lima dengan menggunakan pengkajian REEDA

5. Mempersiapkan ibu post sectio caesarea untuk dilakukan

pemeriksaan

6. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan :

1) Tempat tidur dan selimut

2) Penlight
3) Bak instrument

4) Kapas/ Kassa DTT

5) Paper tape

6) Air DTT

7) Tempat sampah/ bengkok

8) Formulir REEDA

3.8.3 Tahap Kerja

1. Posisikan ibu berbaring terlentang

2. Pastikan pencahayaan untuk memeriksa abdomen ibu

3. Pasang sarung tangan DTT

4. Periksa abdomen ibu dengan cermat. Periksa adanya kemerahan

pada luka ibu

5. Letakkan paper tape tegak lurus pada luka. Ukur dengan paper tape

jika terdapat kemerahan pada luka ibu

6. Beri nilai sesuai dengan penuntun penilaian skala REEDA (0: tidak

ada, 1: bilateral dalam 0,25cm dari insisi, 2: bilateral dalam 0,5cm

dari insisi, 3: bilateral lebih 0,5cm dari insisi)

7. Periksa adanya edema pada luka ibu

8. Ukur dengan paper tape jika terdapat pembengkakan pada luka

9. Beri nilai sesuai dengan penuntun penilaian skala REEDA. Jika

terdapat edema (0: tidak ada, 1 <1cm insisi, 2: 1-2cm dari insisi, 3:

>2cm dari insisi)

10. Periksa adanya ecchymosis pada luka ibu


11. Ukur dengan paper tape jika terdapat ecchymosis pada luka

12. Beri nilai sesuai dengan penuntun penilaian skala REEDA. Jika

terdapat ecchymosis (0: tidak ada, 1: 1-2cm insisi, 2: bilateral 0,25-

1cm atau unilateral 0,5-2cm dari, 3: bilateral lebih dari 1cm atau

unilateral lebih dari 2cm)

13. Periksa adanya pengeluaran cairan pada daerah luka ibu

14. Beri nilai sesuai dengan penuntun penilaian skala REEDA. Jika

terdapat pengeluaran cairan (0: tidak ada, 1: serum, 2: darah atau

purulent)

15. Periksa penyatuan luka dan beri nilai (0 : sudah menutup, 1 :

<3mm, 2 : kulit dan jaringan subkutan masih terpisah, 3 : kulit,

jaringan subkutan dan jaringan fasial masih terpisah)

16. Lepaskan sarung tangan dan masukan pada tempat sampah

17. Rapihkan ibu kembali

18. Cuci tangan, kemudian catat hasil pemeriksaan.

3.8.4 Tahap Terminasi

1. Membereskan kembali tempat pemeriksaan

2. Informed consent kembail setelah pengkajian REEDA

3. Hasil pengkajian dikumpulkan dan direkap


3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Untuk hasil

rekapan dan observasi dari pemeriksaan pengkajian luka

menggunakan REEDA harus dilakukan penyuntingan terlebih

dahulu. Lembar observasi REEDA di periksa kembali sesuai dengan

responden yang diteliti.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Tabulating

Tabulasi merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa

agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk sajian

dan dianalisis.
4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data-data yang

dimasukan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukkan

data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel yang

diteliti.

3.9.2 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan –

pertanyaan penelitian yang mengungkapkan fenomena (Nursalam,

2014). Tujuan dilakukan analisa data dalam penelitian ini yaitu untuk

membuktikan hipotesa – hipotesa penelitian yang telah dirumuskan

(Notoatmodjo, 2014). Data yang dikumpulkan dianalisis secara

deskriptif dan statistic menggunakan program komputer yaitu program

komputer. Analisa yang dilakukan univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variable yang teliti, baik

itu variable bebas maupun variable terikat (Arikunto, 2010).

Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud

adalah variable dependent yaitu keadaan luka pada pasien post

section caesarea dan variable independent adalah mobilisasi dini.

a. Penyembuhan Luka (REEDA)


Penyembuham luka diukur dengan menggunakan REEDA.

Berapa formulir yang berisi scoring lima pengkajian luka

tentang penyembuhan luka yang baik. Skoring REEDA :

Dengan hasil nilai apabila jumlahnya 0 yaitu penyembuhan luka

baik, jumlahnya 1-5 yaitu penyembuhan luka kurang baik dan

jumlahnya > 5 = penyembuhan luka buruk. Untuk mengetahui

tentang penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea di

ruang aster Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, terlebih

dahulu memberikan skor. Jika hasil observasi responden luka

baik tidak terdapat dari tanda – tanda REEDA (Redness,

Eedema, Ecchyomosis, Discharge dan Approximation) maka

diberikan skor 1. Jika hasil observasi responden luka kurang

baik terdapat lebih dari 3 tanda – tanda REEDA (Redness,

Eedema, Ecchyomosis, Discharge dan Approximation) maka

diberikan skor 2. Jika hasil observasi responden luka buruk

terdapat semua dari tanda tanda REEDA (Redness, Eedema,

Ecchyomosis, Discharge dan Approximation) maka diberikan

skor 3. Kemudian dijumlahkan dan dibandingkan, lalu

dipersentasikan, hasil perhitungan kemudian akan dikategorikan

baik, kurang baik dan buruk. Sehingga diperoleh hasil

perhitungan persentase dan kategori dari 55 ibu post sectio

caesarea.
Selanjutnya hasil pengkajian luka di kelompokan menjadi 3

kelompok yaitu kelompok penyembuhan luka baik dengan skor

0, kelompok penyembuhan luka kurang baik dengan skor 1 - 5

dan kelompok penyembuhan luka buruk dengan skor > 5

kemudian di persentasikan dengan menggunakan rumus :


ƒ
P= x 100%
𝑛

Keterangan:

P : Presentasi
F : Jumlah penyembuhan luka yang baik/ jumlah

penyembuhan luka kurang baik

n : Jumlah total Ibu post section caesarea

Data yang sudah di olah tersebut kemudian ditafsirkan.

Teknik dalam penafsiran atau interprestasi data yang di

buatkan criteria interprestasinya yang dinyatakan oleh

Arikunto (2010) sebagai berikut :

0% : Tidak ada seorang pun dari responden

1% - 25% : Sebagian kecil responden

26% - 49% : Hampir setengahnya responden

50% : Setengah dari responden

51% - 75% : Sebagian besar responden

76% - 99% : Hampir seluruh responden

100% : Seluruh responden


b. Mobilisasi Dini

Untuk mengetahui tentang pelaksanaan mobilisasi dini

pada ibu post sectio caesarea di ruang aster Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bandung, terlebih dahulu memberikan

skor. Jika hasil observasi responden tidak sesuai atau tidak

melakukan, maka diberikan skor 0 (nol). Jika hasil observasi

responden sesuai atau dilakukan maka akan diberikan skor 1

(satu). Kemudian dijumlahkan dan dibandingkan, lalu

dipersentasikan, hasil perhitungan kemudian akan

dikategorikan baik dan buruk. Sehingga diperoleh hasil

perhitungan persentase dan kategori dari 55 ibu post section

caesarea.

Analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan data

yang diambil dari observasi secara langsung, yang dinyatakan

sebagai berikut :

- Baik : Jika didapatkan hasil >50%

- Buruk : Jika didapatkan hasil <50%

Berdasarkan Rumus yang digunakan adalah :


ƒ
P= x 100%
𝑛

P : Presentasi

f : Frekuensi
n : Jumlah nilai maksimal responden

(Arikunto, 2010)
2. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui hubungan variable independen (bebas)

dengan variable dependen (terikat). Mengingat rencangan studi

yang digunakan adalah korelasional, maka analisa data

menggunakan Uji Chi Square dengan program komputer versi

sesuai rumus Chi Square :

(F0 − Fh)2
𝑥2 = ∑ Fh

x2 : Chi kuadrat

f0 : Frekuensi pengamatan (observasi)

fh : Frekuensi diharapkan (teoritis)

(Sugiyono, 2011)

Untuk menguji dipotesis ditemukan terlebih dahulu mencari

harga kuadrat Chi pada table distribusi dengan level signifince

yang telah detemukan dengan degree of freedom (df). Dengan

menggunakan tabel distribusi 𝑥2 dapat diketahui tingkat

kemaknaan (p) dan probabilitas (α). Untuk perhitungan statistic

menggunakan batas kemaknaan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan

95% dengan ketentuan bila :

1. ρ value > 0,05 berarti H0 diterima (ρ V > α), uji statistic

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna.

2. ρ value < 0,05 berarti H0 ditolak (ρ V < α), uji statistic

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.


3.10 Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian mengingat penelitian berhubungan langsung

dengan manusia. Masalah etika dalam penelitian dapat meliputi :

1. Informed Consent

Memberikan informasi tentang tujuan penelitian baik secara lisan

maupun tertulis.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian ibu post section caesarea peneliti tidak

mencantumkan nama, responden tetapi inisial saja.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah - masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan pada hasil penelitian.

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bandung pada Bulan Februari sampai Bulan September 2018.

Anda mungkin juga menyukai