Anda di halaman 1dari 101

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DISMENORE DAN DUKUNGAN


TEMAN SEBAYA DENGAN PENANGANAN DISMENORE PADA
REMAJA DI SMP NEGARI 3 MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kebidanan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Oleh :

MULYANI

NIM. 1704091

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan pengetahuan dismenore

dan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di

SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak” telah disetujui untuk

dipertahankan di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Karya Husada Semarang

Pembimbing I Pembimbing II

Rose Nurhudhariani, S.SiT, M.Kes Heni Wijayanti, S.SiT, M.Biomed

ii
HALAMAN PENGESAHAAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan pengetahuan dismenore

dan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di

SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak” telah dipertahankan dihadapan

tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji

1. Penguji I
Poppy Fransisca Amelia, S.SiT, M.Biomed : .......................................

2. Penguji II
Rose Nurhudhariani, S.SiT, M.Kes : .......................................

3. Penguji III
Heni Wijayanti, S.SiT, M.Biomed : .......................................

iii
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2018


Mulyani*Rose Nurhudhariani**Heni Wijayanti**

HUBUNGAN PENGETAHUAN DISMENORE DAN DUKUNGAN TEMAN


SEBAYA DENGAN PENANGANAN DISMENORE PADA REMAJA DI SMP
NEGERI 3 MRANGGEN KABUPATEN DEMAK.

Abstrak

Latar Belakang : Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada
waktu menjelang atau selama menstruasi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Demak tahun 2016, Dismenore belum diklasifikasikan. Kejadian Dismenore
di Kabupaten Demak masuk pada lain-lain, yaitu 25397 jiwa (29,8%). Sedangkan pada
kecamatan Mranggen, lain-lain sebanyak 374 jiwa (1,4%).
Tujuan Penelitian : hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman sebaya
dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten
Demak.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah seluruh remaja putri kelas VIII
di SMP Negeri 3 Mranggen jumlah keseluruhan terdapat 84 remaja yang mengalami nyeri
desminore
Hasil penelitian Remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 34 responden (49,3%), dukungan teman sebaya
baik sebanyak 36 responden (52,2%) dan penanganan desminore non farmakologi
sebanyak 40 responden (58,0%). Ada hubungan antara pengetahuan dismenore dan
dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3
Mranggen Kabupaten Demak dengan p value 0,000.

Kata Kunci : Pengetahuan, teman sebaya dan penanganan disminore


Daftar Pustaka : 38 (2005-2014)
*Peneliti (Mahasiswa Program Studi sarjana terapan kebidnaan STIKES Karya Husada
Semarang)
**pembimbing (Pembimbing Program Studi sarjana terapan kebidnaan STIKES Karya
Husada Semarang)

iv
GRADE STUDY PROGRAM APPLICABLE FOR CIVIL SERVICES
KARYA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE SEMARANG

Scientific Writing, August 2018


Mulyani*Rose Nurhudhariani**Heni Wijayanti**

DISMENORE KNOWLEDGE CORRELATION AND SUPPORT FOR


FRIENDSHIP WITH DISMENORE HANDLING ON ADOLESCENT IN SMP
NEGERI 3 MRANGGEN DISTRICT DEMAK.

Abstract

Background: Dysmenorrhea is a pain in the lower abdomen that occurs at the time of or
during menstruation. Based on data from Demak District Health Office 2016,
dysmenorrhea has not been classified. The incidence of dysmenorrhea in Demak district
included in others, 25397 inhabitants (29.8%). While in the district Mranggen, others as
many as 374 people (1.4%).
Research Objectives: the correlation of knowledge of dysmenorrhea and peer support by
handling dysmenorrhea in adolescents in SMP Negeri 3 Mranggen Demak District.
Research Methods: The type of research used is descriptive quantitative with cross
sectional approach. the population studied were all teenage girls of class VIII in SMP
Negeri 3 Mranggen the total number of 84 teenagers who experienced pain desminore
The research result of Teenager of SMP Negeri 3 Mranggen Regency of Demak Regency
mostly have enough knowledge as 34 respondents (49,3%), peer support either 36
respondents (52,2%) and handling of non pharmacology desminore 40 respondent
(58,0%). There is a correlation between knowledge of dysmenorrhea and peer support by
handling dysmenorrhea in adolescents at SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak
with p value 0,000.

Keywords: Knowledge, peers and handling disminore


References: 48 (2005-2014)
* Researchers (Undergraduate students of applied STIKES Karya Husada Semarang)
** supervisor (Supervisor of Undergraduate Program of applied awideness STIKES
Karya Husada Semarang)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas

segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan pengetahuan

dismenore dan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore pada

remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka melakukan penelitian untuk

memenuhi tugas akhir Program Studi D IV kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan KaryaHusada Semarang. Pada kesempatan yang baik ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang

telah membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini antara lain:

1. Dr. Ns. Fery Agusman. MM., M.Kep, Sp.Kom selaku ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.


2. Lestari Puji Astuti, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Prodi D IV Bidan

pendidik Stikes Karya Husada Semarang


3. Rose Nurhudhariani, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan tenaga membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


4. Heni Wijayanti, S.SiT,M.Biomed selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan tenaga membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


5. Poppy Fransisca Amelia, S.SiT, M.Biomed, selaku penguji yang telah

memberikan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


6. Keluarga besar STIKES KaryaHusada Semarang
vi
7. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberi semangat dalam

mendukung pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir.
8. Teman-teman seperjuangan Program studi DIV Bidan Pendidik Stikes

Karya Husada Semarang.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan sehingga jauh dari kesempurnaan.Untuk itu

saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Semarang, Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori ...................................................................... 8


1. Menstruasi ...................................................................... 8
2. Disminorhea.................................................................... 11
3. Penenganan disminorhea ................................................ 16
4. Pengetahuan ................................................................... 20
5. Dukungan teman sebaya ................................................. 25
B. KerangkaTeori ...................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ................................................................ 33
D. Hipotesis ............................................................................... 33
viii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................... 34


B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 35
C. Definisi Operasional.............................................................. 35
D. Populasi, Sampel, Teknik sampling...................................... 36
E. Instrumen penelitian.............................................................. 38
F. Teknik pengumpulan data..................................................... 41
G. Cara Pengolahan Data........................................................... 42
H. Analisis Data......................................................................... 44
I. Etika Penelitian..................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ..................................................................... 60

B. Pembahasan .......................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 74

B. Saran ..................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................. 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................... 35

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pengetahuan dismenore pada remaja SMP

Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak..................................

.................................................................................................60

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi dukungan teman sebaya remaja SMP

Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak..................................

.................................................................................................60

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi penanganan desminore remaja SMP

Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak..................................

.................................................................................................61

Tabel 4.4. Tabel silang antara pengetahuan dismenore dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.....................................................................................

.................................................................................................61

Tabel 4.4. Tabel silang dukungan teman sebaya dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.....................................................................................

.................................................................................................62
x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori................................................................................ 32

Bagan 2.1 Kerangka konsep............................................................................. 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Surat permohonan ijin penelitian

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas

Lampiran 6 Data penelitian

Lampiran 7 Hasil Olah data

Lampiran 8 Lembar Konsultasi

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada

waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

istirahat saat mengalami dismenore dan berakibat pada menurunnya kinerja

serta berkurangnya aktifitas sehari-hari. Gejala dismenore dapat disertai

dengan rasa mual, muntah, diare dan kram perut.1


Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenore) di dunia sangat besar.

Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami Dismenore.

Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. 2

Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif

yang tersiksa oleh Dismenore. Angka kejadian (prevalensi) Dismenore

berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif.1 Berdasarkan data

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jawa Tengah pada tahun 2015

terdapat 56 remaja putri yang melakukan konsultasi tentang menstruasi dan

angka yang paling tinggi adalah konsultasi tentang dismenore yang mayoritas

bertempat tinggal di Kabupaten Demak dengan rentang usia 15 tahun-19

tahun.3
Indonesia menempati urutan nomor 5 di dunia dalam hal jumlah

penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi

Jawa Tengah pada tahun 2015 berpenduduk 32.548.687 jiwa dengan jumlah

remaja putri usia 10-19 tahun sebanyak 2.761.577 jiwa. Sedangkan yang

mengalami dismenorea di propinsi Jawa Tengah mencapai 1.518.867 jiwa.3

1
2

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun

2016, Dismenore belum diklasifikasikan. Kejadian Dismenore di Kabupaten

Demak masuk pada lain-lain, yaitu 25397 jiwa (29,8%). Sedangkan pada

kecamatan Mranggen, lain-lain sebanyak 374 jiwa (1,4%).4


Pada siklus menstruasi beberapa orang mengalami 10-11 kali per

tahun. Ada orang-orang yang mengalaminya 13 kali per tahun. Hal ini terjadi

karena setiap wanita memiliki keunikan sendiri yang mempengaruhi hormon

kesuburan. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan siklus

menstruasi dengan kejadian dismenorea. Hal ini bisa disebabkan banyak

faktor, seperti faktor hormonal, Peningkatkan drastis atau penurunan berat

badan mempenggaruhi sistem seluruh tubuh. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamed (2012) di Mesir yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara siklus menstruasi

yang teratur dengan kejadian dismenoreaa, karena responden yang

mengalami dismenorea dan memiliki siklus mentruasi teraturtur cukup

banyak yaitu sebesar 88,8%. Dengan teraturnya siklus mentruasi yang

dialami responden maka akan semakin besar kemungkinan tingkat nyeri yang

dirasakan makin berat.5


Penyebab dismenorhea bermacam-macam yaitu karena suatu proses

penyakit (misalnya radang panggul), endometriosis, tumor, atau kelainan

letak uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau kecemasan,

dan aktivitas fisik yang belebihan, tetapi penyebab yang tersering diduga

karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan

dengan organ reproduksi.6


3

Pengetahuan remaja putri mengenai dismenorea masih belum cukup

baik sehingga banyak remaja putri yang tidak mengetahui bagaimana cara

penanganan dismenorea yang benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

di Demak tahun 2015 diketahui 78,3% siswi memiliki pengetahuan yang

kurang tentang dismenorea, hanya 4,3% siswi yang memiliki pengetahauan

yang baik mengenai dismenorea.6


Kurangnya tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dapat

dikarenakan kurangnya sumber informasi. Pengetahuan mengenai kesehatan

reproduksi yang diberikan di sekolah hanya didapatkan melalui mata

pelajaran biologi. Materi yang diajarkan hanya mengajarkan anatomi hewan,

tumbuhan, dan susunan anatomi organ reproduksi beserta manfaatnya, tidak

membahas permasalahan yang menyertai sistem reproduksi.6


Orang tua, guru dan teman sebaya mempunyai peranan penting dalam

membentuk remaja dan merupakan kewajiban serta memberikan dampak

positif bagi terbentuknya kepribadian remaja. Peran orang tua dalam

memberikan informasi tentang perubahan-perubahan menuju kedewasaan

sangan penting agar remaja tidak mengalami kecemasan saat masa-masa

ituterjadi. Sedangkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang

pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimilikinya.7


Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang

berusia 25-44 tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia

remaja. Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena

menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.8


Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilakukan wawancara di SMP

Negeri 3 Mranggen terhadap siswi yang sudah mengalami menstruasi


4

didapatkan bahwa 8 siswi mengalami disminorhea sedangkan 2 orang lainnya

tidak mengalami dismenorea. Terdapat 5 siswi yang mengetahui

dismonorhea dari membaca melalui internet dan 3 siswi mengetahuinya dari

teman-temannya. Dari 8 siswi terdapat 6 siswi menangani disminorhea

dengan cara memijat-mijat sekitar punggung sampai pinggang dan 2 siswi

menangani dengan cara minum minuman anti nyeri untuk menghilangkan

rasa nyeri.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk meneliti “Hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman

sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3

Mranggen Kabupaten Demak”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat rumusan masalah

adakah “Hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman sebaya

dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman

sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3

Mranggen Kabupaten Demak.


2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan dismenore pada remaja SMP Negeri 3

Mranggen Kabupaten Demak.


b. Mendeskripsikan dukungan teman sebaya pada remaja di SMP Negeri

3 Mranggen Kabupaten Demak.


5

c. Mendeskripsikan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri

3 Mranggen Kabupaten Demak.


d. Menganalisis hubungan pengetahuan dismenore dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.
e. Menganalisis hubungan dukungan teman sebaya dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak

D. Manfaat
1. Manfaat Sasaran
Salah satu sumber informasi bagi SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak untuk melakukan sosialisasi tentang pengenalan dan penanganan

dismenore pada remaja putri.


2. Manfaat Institusi
Bahan masukan pertimbangan bagi pengelola institusi terutama dalam

mengembangkan ilmu kebidanan.


3. Manfaat Penulis
Pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan tentang penanganan

dismenore pada remaja sehingga dapat meminimalisir angka kesakitan

remaja saat mengalami dismenore.


4. Manfaat bagi remaja putri
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

remaja putri di SMP Negeri 3 Mranggen tentang apa itu desminore dan

cara penanganannya.
6
7

E. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Judul Desain Hasil Perbedaan
Peneliti

Endang Faktor- Faktor Yang Jenis Ada hubungan faktor- Perbedaan


Purwanti Berhubungan Dengan penelitian faktor dengan dengan
(2014) Kejadian Dismenore kuantitatif,me kejadian disminore penelitian ini
Pada Siswi Kelas X nggunakan pada siswi kelas X di adalah pada
Di SMK NU Ungaran survey Smk Nu Ungaran variabel
analitik penelitian,
Pendekatan tempat dan
yang tujuan
digunakan penelitian
adalah cross
sectional

Sofia Pengetahuan remaja Penelitian ini Hasil penelitian Perbedaan


Februanti, putri tentang menggunakan menunjukkan tingkat dengan
2016 penanganan metode pengetahuan remaja penelitian ini
penelitian putri tentang adalah pada
Dismenore di SMPN 9 deskriptif penanganan variabel
Tasikmalaya kuantitatif, dismenore di SMPN 9 dukungan
Tasikmalaya sebanyak teman dan
dengan 31 orang penanganan
jumlah erpengetahuan baik dismenore
sampel 62 (50%), 25 orang penelitian,
siswi. berpengetahuan cukup tempat dan
(40,3%) dan 6 orang tujuan
berpengetahuan penelitian
kurang (9,7%)

Herry Pengaruh Small group Rancangan Hasil dari penelitian Perbedaan


Ernawati, discussion terhadap penelitian ini ini didapatkan bahwa dengan
2014 pengetahuan tentang menggunakan pengetahuan pada penelitian ini
True kelompok eksperimen adalah pada
Dismenore Pada siswi Eksperimenta lebih baik variabel
SMPN 1 dolopo l pada dua dibandingkan dengan dukungan
kelompok kelompok kontrol teman dan
sampel yaitu dengan hasil uji penanganan
kelompok statistik p value 0,01 dismenore,
eksperimen sehingga ada tempat dan
dan kontrol, pengaruh diskusi tujuan
dengan kelompok kecil
8

jumlah terhadap tingkat penelitian


masing- pengetahuan tentang
masing 15 dismenore pada siswi
responden. kelas I SMP N I
Dolopo
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Menstruasi
a. Definisi
Menstruasi adalah proses fisiologi yang ditandai dengan

pengeluaran darah melalui vagina dari rahim. Perdarahan terjadi

karena ovum (sel telur) yang telah matang tidak dibuahi sehingga

meluruh bersama endometrium.10


Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada

perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari

uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi

matang.11
Menstruasi bukanlah suatu penyakit. Menstruasi merupakan

puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja

putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda ia sudah

mampu hamil.12
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya

menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang

siklus menstruasi normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi

yang klasik ialah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari, ada pula

setiap 21 dan 30 hari.11


Siklus menstruasi matang adalah kejadian berulang-ulang yang

melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium, dan uterus. Hormon

penting yang mengendalikan siklus


9 menstruasi matur adalah estrogen,

progesterone, gonodotropin, dan GnRh. Menarche diikuti menstruasi


10

yang sering tidak teratur karena Folikel de Graaf belum melepaskan

ovum yang disebut ovulasi. Tetapi lama-lama sekitar 4 sampai 6 tahun

sejak menarche, pola siklus menstruasi sudah terbentuk dengan siklus

menstruasi menjadi teratur.


Lama menstruasi biasanya biasanya antara 3-5 hari, ada yang

1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari. Pada

setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang

keluar rata-rata ±16 cc, bila lebih 80 cc dianggap patologi.13


1) Siklus menstruasi terdiri dari 3 tahap :
a) Masa haid selama 2-8 hari, pada waktu endometrium dilepas,

sedangkan hormon-hormon ovarium paling rendah

(minimum).
b) Masa proliferasi sampai hari ke-14, maka pada waktu

endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium

mengadakan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat

terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.


c) Masa sekresi, pada waktu korpus rubrum menjadi korpus

luteum yang mengeluarkan progesteron. Dibawah pengaruh

progesteron kelenjar endometrium mulai bersekresi dan

mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.


2) Gangguan lama siklus menstruasi
a) Amenorrhea
Adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea primer

jika pada wanita usia 16 tahun belum mengalami menstruasi,

sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah

menstruasi.
b) Oligomenorrhea
11

Adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak yang pendek

atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak

siklus menstruasi 35-90 hari.


c) Polymenorrhea
Adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang

pendek kurang dari 21 hari.


d) Menorraghia
Adalah kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam jarak

yang normal, lama, dan aliran darah berlebihan/banyak.


e) Metrorraghia
Adalah kondisi perdarahan dalam jarak irreguler, lama, dan

aliran darah berlebihan.

2. Disminorhea
a. Definisi
Disminorhea adalah nyeri menstruasi menjelang menstruasi

dan selama menstruasi sampai membuat wanita tersebut tidak dapat

beraktivitas seperti biasanya, sifat dan tingkat rasa nyeri yang

bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat. Nyeri sering

bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, dan mudah marah.11


Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun derajat nyeri yang berbeda-beda. Disminorhea

dibagi menjadi menjadi 3 keparahan, yaitu:11


1) Disminorhea ringan
Bila nyeri ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
2) Disminorhea sedang
Bila nyeri sedang yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari

tetapi masih bisa bersekolah


3) Disminorhea berat
12

Bila nyeri hebat dan tidak dapat melakukan kegiatannya dan hanya

bisa tirah baring untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai

sakit kepala, nyeri pinggang, dan rasa tertekan.


b. Tanda dan Gejala
Rasa nyeri ini dapat disebabkan karena kontraksi otot perut

yang terjadi secara terus menerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi

yang sangat sering ini menyebabkan otot menegang. Ketegangan otot

tidak hanya terjadi pada otot perut yang terdapat dibagian punggung

bawah, punggung panggul, dan paha hingga betis.


Gejala disminorhea yaitu gejala nyeri pada perut bagian

bawah, yang dapat menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai,

sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan pinggang untuk beberapa jam,

kram perut dan sakit perut.1


Dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa gejala dan

keluhan disminorhea, yaitu:


1) Stress yang berlebihan
2) Mual muntah
3) Rasa letih, cemas, bingung dan tegang
4) Sakit daerah bawah punggung dan bawah perut
5) Rasa kram yang hilangtimbul atau sebagian nyeri tumpul yang

terus menerus ada


c. Patofisiologi
1) Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus
Penyelidikan yang menggunakan catatan tekanan intrauterus telah

memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang

lebih sering atau kontraksi-kontraksi yang lebih besar

intensitasnya atau peningkatan tonus uterus yang mendasarinya,

atau sejumlah kombinasi dari ketiga pengamatan ini pada hampir

semua wanita yang mengeluh disminorhea primer.


13

2) Kelainan anatomi
Faktor-faktor anatomi dapat juga menyokong disminorhea.

Stenosi servik pernah dipikirkan sebagai penyebab umum

disminorhea
3) Ketidakseimbangan hormon
Mekanisme terjadinya disminorhea yaitu korpus luteum berumur 8

hari dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran estrogen

dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang.


d. Jenis-jenis Disminorhea13
1) Disminorhea primer
Adalah nyeri haid yang dijumpai kelainan pada alat-alat genital

yang nyata. Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri

dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon

tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan

melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat berlebihan jika

dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, syok,

penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah,

dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak

membahayakan kesehatan.
2) Disminorhea sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau

kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip,

tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang

mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.13


e. Dampak Disminorhea
Perlu diwaspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap

bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu

merupakan salah satu gejalaendometritis (penyakit kandungan yang


14

disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid

diluar rahim). Disamping itu apabila disminorhea tidak ditangani

dapat mengakibatkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari, Retrograd

menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas

(kemandulan), kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi ektopic

pecah, kista pecah, perforasi rahim dari IUD dan infeksi.11


Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan

kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta menimbulkan

perasaan yang tidak nyaman dan asing. Ketegangan biasanya

menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat. Sedikit tidak

merasa nyaman dapat dengan cepat berkembang menjadi suatu

masalah besar dengan segala kekesalan yang menyertainya. Dengan

demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira atau juga perasaan

tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu pada

usia remaja disminorhea harus ditangani agar tidak terjadi dampak

seperti hal-hal diatas.

f. Faktor resiko Disminorhea


1) Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun)
2) Darah menstruasi berjumlah banyak, atau masa menstruasi yang

panjang
3) Stres psikis atau stres sosial
4) Kurang berolah raga
5) Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)
6) Merokok
7) Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga
8) Aktifitas fisik
9) Obesitas atau kegemukan atau kelebihan berat badan
g. Cara mengurangi Disminorhea
15

1) Kompres dengan botol panas (hangat)pada bagian yang terasa

kram (bisa diperut atau pinggang bagian belakang)


2) Mandi air hangat, boleh juga menggunakan aromaterapi untuk

menenangkan diri
3) Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi
4) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit
5) Ambil posisi menungging sehigga rahim tergantung kebawah,

dapat membantu relaksasi


6) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi
7) Latihan aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang,

membantu memproduksi bahan alami yang dapat mem-blok rasa

sakit
8) Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama menstruasi
9) Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan

dokter, boleh minum analgesi (penghilang rasa sakit) yang banyak

dijual di toko obat, tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari.
3. Penanganan Dismenore
Penanganan nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu:1
a. Penanganan Nyeri Menstruasi Non Obat
Penanganan nyeri menstruasi non obat adalah :14
1) Tempelkan bantal pemanas ke perut bagian bawah (di bawah

pusar). Bila Anda tidak memiliki bantal pemanas, Anda dapat

memasukkan air panas ke dalam botol dan membungkus botol

tersebut dengan kain sebelum menempelkan ke perut Anda. Untuk

mengurangi nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan kompres

hangat bagian perut yang terasa nyeri dengan handuk kecil. Jika

ingin panas lebih lama, gunakan botol atau hot water bag yang telah

diisi air panas dan letakkanlah di bagian perut bawah atau pinggang

Anda. Rasa hangat yang diberikan akan menstimulus untuk merasa


16

jauh lebih nyaman. Cara ini merupakan cara paling tepat untuk

dilakukan saat nyeri itu datang.15


2) Letakkan kaki Anda lebih tinggi dari jantung dan perut saat anda

berbaring, atau berbaringlah miring dengan lutut menekuk.

Berbaring telentang sambil mengganjal bagian bawah lutut dengan

bantal adalah cara yang tepat untuk merelaksasi perut Anda. Tarik

napas panjang dan hembuskanlah dengan perlahan. Minum

minuman hangat juga dapat digunakan untuk meminimalkan

sensasi nyeri yang dirasakan.15


3) Pijatlah perut bagian bawah dengan pijatan melingkar yang ringan.

Cara lain untuk mengurangi nyeri menstruasi adalah dengan pijat

dengan lembut daerah perut secara perlahan. Pijatan-pijatan kecil

akan melonggarkan sedikit ketegangan otot yang ditimbulkan dari

reaksi hormonal dalam rahim.15


4) Minumlah minuman yang hangat.
5) Bila Anda merasa mual sehingga selera makan Anda terganggu,

sebar waktu makan Anda. Anda juga dapat mengganti makan

besar dengan makanan ringan yang lebih sering.


6) Pilihlah diet kaya karbohidrat kompleks seperti biji-bijian,

buahbuahan, dan sayuran yang rendah garam, gula, dan tanpa

kafein.
7) Perbanyak asupan vitamin B6, kalsium dan magnesium.
8) Mandilah dengan air hangat.
9) Turunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan.
10) Berolahraga dapat mengurangi nyeri menstruasi. Saat nyeri

menstruasi terasa, jangan malas melakukan gerakan-gerakan kecil.

Olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, atau bersepeda

yang dilakukan sebelum dan saat menstruasi sangat penting


17

dilakukan untuk melancarkan aliran darah pada otot di sekitar

rahim.
b. Penanganan nyeri menstruasi dengan Obat
Selain beberapa tindakan non obat sebagaimana dijelaskan

diatas, solusi obat juga dapat diberikan untuk mengurangi nyeri

menstruasi. Beberapa solusi obat yang dapat digunakan antara lain :14
1) Obat anti inflamasi
Perawatan utama nyeri menstruasi adalah kelas obat yang disebut

obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), seperti ibuprofen atau

naproxen. Obat-obatan tersebut bekerja dengan menghentikan

produksi prostaglandin oleh tubuh. Obat-obatan tersebut juga dapat

mengurangi kehilangan darah dengan mengurangi pembekuan darah

di dalam rahim. Ada belasan merek obat berbasis NSAID yang

dapat dibeli secara bebas di apotek dan toko obat.


2) Pil KB
Pil KB adalah solusi lain untuk nyeri menstruasi. Pil KB

bekerja dengan mencegah terjadinya ovulasi, sehingga juga

mencegah aktivitas prostaglandin yang menyebabkan nyeri

menstruasi. Namun, pil KB bukanlah pilihan semua orang.


Penanganan dismenore yaitu :16
1) Penerangan dan Nasihat
Perlu di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah

gangguan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan

penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan

dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi

mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu

di bicarakan.
2) Pemberian Obat Analgesik
18

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat

diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat,

diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut

untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering di

berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein.

Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain

novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.


3) Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini

bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa

ganggutan benar-benar dismenorea primer, atau untuk

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada

waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan

pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4) Terapi dengan obat nonstreoid antiprostagladin


Terapi dengan obat nonstreoid antiprostagladin memegang

peranan yang makin penting terhadap dismenorea primer.

Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dn naproksen; dalam

kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami

banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum

haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama

haid.
5) Dilatasi kanalis servikalis
19

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan karena

memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di

dalamnya.
4. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakini indera

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).17


Pengetahuan adalah berbagai hal yang diperoleh manusia

melalui panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan inderanya untuk menggali benda atau kejadian tertentu

yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.18


b. Tingkat Pengetahuan
Enam tingkat pengetahuan menurut yaitu:17
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau

rangsangan yang diterima.


2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara luas.


3) Aplikasi (aplication)
20

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

nyata.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.


6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu:17

1) Faktor pendidikan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka aan semakin

mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang

berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat

diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru,

dan media masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan

pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan


21

semakin mudah untuk menerima, serta mengembangkan

pengetahuan dan teknologi.


2) Faktor pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.


3) Faktor pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka

akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal

tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.


4) Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat

secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih

dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.


5) Sosial budaya
Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

Ada 8 hal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:19

1) Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas

dapat kita kerucutkan bahwa sebuah visi pendidikan yaitu untuk

mencerdaskan manusia.
22

2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang

pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.
4) Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada

aspek fisik psikologis, dan kejiwaan.Dalam aspek psikologis taraf

berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


5) Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya

cara berfikir dan perilaku kita


6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan

terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

7) Paparan informasi
RUU teknologi informasi mengartikan informasi sebagai suatu

teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan menyimpan,

manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan

informasi dengan maksud dan tujuan tertentu yang bisa

didapatkan melalui media elektronik maupun cetak.


8) Media
23

Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai

masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan

internet.

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikatagorikan menjadi tiga

yaitu:

a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan

benar dari total jawaban pertanyaan.


b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan

benar dari total jawaban pertanyaan.


c. Pengeta huan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total

jawaban pertanyaan17
5. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar.19
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar)1 9


b. Macam – macam perilaku
Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-

R”menjadi dua, yaitu :


1) Perlaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
24

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert

behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.


2) Perilaku terbuka (overt behavor)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar atau “observable behavior”


c. Domain perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini,

yakni kognitif (cognitive), afektif (affektive) dan psikomotor

(psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga

domain ini, diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif),

dan karsa (psikomotor).


Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian

domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis,

dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :


1) Pengetahuan
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat meyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.


c) Aplikasi (application)
25

Aplikasi diartikan apabila orag yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.


d) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencri hubungan antara

komponen–komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokan, membuat diagram terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.19


e) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen–komponen pengethuan yang dimiliki.


f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di

masyarakat.
2) Sikap
a) Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek .

Chambell mendefinisikan sangat sederhana yaitu “An

individual’s attitude is syndrome of response consistency with


26

regard to object”.19 Newcomb, salah seorang ahli psikologi

sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu.


b) Komponen sikap
Rosenberg dan Hovland mendefinisikan konstrak kognisi,

afeksi, dan konasi sebagai tidak menyatu langsung ke dalam

konsepsi mengenai sikap. Pandangan ini dinamakan tripartie

model, menempatkan ketiga komponen afeksi, kognisi, dan

konasi sebagai faktor pertama dalam suatu model hirarkis.

Ketiganya didefinisikan tersendiri dan kemudian dalam

abstraksi yang lebih tinggi membentuk konsep sikap sebagi

faktor tunggal jenjang kedua30


(1) Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi

objek sikap. Sekalipun kepercayaan telah terbentuk, hal

ini akan menjadi dasar pengetahuan seseorang

mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.

Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman

dimasa yang akan datang serta, prediksi kita mengenai

pengalaman tersebut akan mempunyai arti dan

keteraturan. Tanpa adanya sesuatu yang kita pasti

menjadi terlampau kompleks untuk dihayati dan sulit

untuk ditafsirkan artinya. Kepercayaan yang


27

menyederhanakan dan mengatur apa yang kita lihat dan

kita temui.30
(2) Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap objek sikap. Secara umum,

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi

seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan

dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan

komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh

kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar

dan berlaku bagi objek yang dimaksud.30


(3) Komponen perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam

struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal

ini berkaitan dengan dasar asumsi bahwa kepercayaan

dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.


Ketiga komponen ini saling berinteraksi, para ahli

Psikologi Sosial sebagian besar beranggapan bahwa

ketiganya selaras dan konsisten, dikarenakan apabila

dihadapkan dengan satu objek sikap yang sama

maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah

sikap yang seragam. Secara barsama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap


28

yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting.19


d. Faktor yang mempengaruhi perilaku
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Merupakan faktor yang terwujud dalam kepercayaan,

keyakinan nilai-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status,

umur, jenis kelamin dan susunan. Faktor ini bersifat dari dalam

diri individu tersebut.


a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


29

b) Keyakinan
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau

objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang

sering digunakan untuk mengungkapkan atau mensyaratkan

keyakinan agar terjadi perubahan perilaku.


(1) Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam.
(2) Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan

kondisi itu dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan,

kehilangan waktu untuk bekerja, dan kesulitan ekonomi.


(3) Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang

bersangkutan harus yakin bahwa menfaat yang berasal

dari perilaku sehat melebihi pengeluaran yang harus

dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanan serta

berada dalam kapasitas jangkauannya.


(4) Harus ada “isyarat kunci yang bertindak” atau sesuatu

kekuatan pencetus yang membuat orang itu merasa perlu

mengambil keputusan tindakan.


c) Nilai
Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat

dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang

menyangkut kesehatan merupakan satu dari dilema

dan tantangan penting bagi para penyelenggara pendidikan

kesehatan.
d) Sikap
Kata paling samar namun paling sering digunakan di dalam

kamus ilmu-limu perilaku. Sikap merupakan


30

kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap

kategori tertentu dari objek, atau situasi.


2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Merupakan faktor pendukung yang terwujud dalam

lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam

sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas,

kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

a) Sarana
Segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang

berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan

pekerjaan dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang

berhubungan dengan organisasi kerja.


b) Prasarana
Penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di

dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak

tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan

dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.


3) Faktor-faktor pendukung (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.


a) Tokoh masyarakat
Orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-

tanduknya merupakan pola aturan patut diteladani oleh

masyarakat.
31

b) Tokoh agama
Panutan yang mempresentasikan kegalauan umatnya dan

persoalan yang sudah dianggap oleh para tokoh agama

menjadi perhatian untuk diselesaikan dan dicarikan jalan

keluarnya.
c) Petugas kesehatan
Merupakaan tenaga profesional, seyogyanya selaku

menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari.

Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau bisa

disebut dengan azaz moral, sebaiknya selalu dijunjung dalam

kehidupan bermasyarakat kelompok manusia

6. Dukungan teman sebaya


a. Pengertian dukungan
Menurut Rook dukungan sosial sebagai salah satu diantara

fungsi pertalian/ikatan sosial,menurut Ritter segi fungsionalnya

meliputi dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan

perasaan memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan

material.31
Menurut Schwerzer dan Leppin sebagai fakta yang sebenarnya

sebagai/kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan

dukungan yang diterima. Sedangkan menurut Gottlieb dukungan

social terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal,

bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial


32

atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.31


b. Jenis dukungan sosial
Menurut Depkes membedakan empat jenis atau dimensi

dukungan sosial menjadi:


1) Dukungan informasional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap

orang yang bersangkutan.


2) Dukungan penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/pengahrgaan positif untuk

orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan

orang lain.
3) Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman

uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan

memberi pekerjaan pada orang lain yan tidak punya pekerjaan.


4) Dukungan emosional
Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan dan

informasi serta petunjuk.31


c. Hubungan dukungan sosial dengan sosial dengan kesehatan
Menurut Gottlieb terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap

kesehatan tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Penelitian terutama

memusatkan pengaruh dukungan sosial pada stres sebagai variable

penengah dalam perilaku kesehatan dan hasil kesehatan. Dua teori

pokok diusulkan, hipotesis penyangga (buffer hypothesis) dan

hipotesis efek langsung (direct effect hypothesis).


Menurut hipotesis penyangga dukungan sosial mempengaruhi

kesehatan dan melindungi orang itu terhadap efek negatif dan stres

berat. Fungsi yang bersifat melindungi ini hanya atau terutama efektif
33

jika orang itu mengalami stres yang kuat. Dalam stres yang rendah

terjadi sedikit atau tidak ada penyangga bekerja dengan dua orang.

Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang

menilai situasi penuh stres (mereka akan tahu bahwa mungkin akan

ada seseorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang degan

dukungan sosial tinggi akan merubah respon mereka terhadap

sumber stres missal pergi ke seorang teman untuk membicarakan

masalahnya.
Hipotesis efek langsung berpendapat bahwa dukungan sosial

itu bermanfaat bagi kesejahteraan dan kesehatan, tidak peduli

banyaknya stres yang dialami orang-orang menurut hipotesis

ini efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas

stres tinggi dan rendah.


d. Dimensi dukungan sosial
Menurut Jacobson (1986) dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:
1) Emotional support, meliputi : perasaan nyaman, dihargai,

dicintai, dan diperhatikan.


2) Cognitif support, meliputi : informasi pengetahuan dan nasihat.
3) Material support, meliputi : bantuan/pelayanan berupa

sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah.31


e. Pengertian kelompok teman sebaya
Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan

kedewasaan yang kira-kira sama.20 Teman sebaya atau peers adalah

anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih

sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah

untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di

luar keluarga.
34

Melalui kelompok teman sebaya anak-anak menerima umpan

balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Anak-

anak menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari

pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang anak-

anak lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga

karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda

(bukan sebaya).20
Teman sebaya adalah kekuatan dalam situasi kelompok yang

menentukan perilaku kelompok dan anggotanya. Proses kelompok

dikaitkan dengan kelompok melakukan fungsi, berkomunikasi,

menetapkan tujuan dan mencapai sasaran. Dinamika kelompok/proses

kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas

yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukaan

peer/social support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat. Jadi,

dapat disimpulkan proses kelompok adalah perilaku kelompok dan

anggotanya yang dilakukan secara bersamaan melalui pembentukan

peer/social support.21
Dukungan merupakan keterlibatan yang diberikan oleh

keluarga dan teman kepada klien untuk mengatur dan merawat diri

sendiri. Dukungan dapat berupa hubungan antar individu dalam sikap

positif, penegasan dan bantuan. Dukungan sebagai perilaku yang

dapat menumbuhkan rasa nyaman dan individu merasa dihargai,

dihormati dan dicintai. Dukungan dari peer group merupakan sumber

dari dukungan sosial alami yang berasal dari interaksi yang spontan.
35

Peer group merupakan individu yang memiliki kedekatan,

tingkat kedewasaan, usia yang sama dan rasa saling memiliki.22


Kelompok sebaya/peer group, individu merasakan adanya

kesamaan seperti dibidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat

memperkuat kelompok. Peer group tidak dipentingkan adanya

struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan

adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan

kelompoknya. Dalam peer group, individu menemukan dirinya serta

dapat mengembangkan rasa sosialnya dengan perkembangan

pribadinya.23
f. Latar belakang timbulnya kelompok teman sebaya
Anak berkembang di dalam dua dunia sosial:24
1) Dunia orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan

sebagainya.
2) Dunia teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok

bermain, perkumpulan- perkumpulan.

Bagi anak, kelompok sebaya ialah kelompok anak- anak

tertentu yang saling berinteraksi. Setiap kelompok memiliki

peraturan- peraturanya sendiri, tersurat maupun tersirat, memiliki tata

sosialnya sendiri, mempunyai harapan- harapannya sendiri bagi para

anggotanya. Setiap kelompok sebaya juga mempunyai kebiasaan-

kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan bahasa sendiri. Kelompok

sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting disamping

keluarga, sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan cara-

cara hidup bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh


36

tahun dunia sosial anak mengalami perubahan secara radikal, dari

dunia kecil yang berpusat di dalam keluarga ke dunia yang lebih luas

yang berpusat pada kelompok sebaya. Anak cenderung merasa

nyaman berada bersama- sama teman- teman sebayanya daripada

berada bersama orang- orang dewasa, meskipun orang- orang dewasa

tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.

g. Fungsi Kelompok teman sebaya 24


1) Mengajarkan kebudayaan masyarakatnya. Melalui kelompok

sebayanya itu anak akan belajar standar moralitas orang dewasa,

seperti bermain secara baik, kerja sama, kejujuran, dan tanggung

jawab.
2) Kelompok sebaya mengajarkan peranan- peranan sosial sesuai

dengan jenis kelamin


3) Kelompok sebaya merupakan sumber informasi.
4) Mengajarkan mobilitas sosial.
5) Menyediakan peranan- peranan sosial baru.
6) Kelompok sebaya membantu anak bebas dari orang- orang

dewasa.
37

h. Aspek-aspek dukungan teman sebaya


Dukungan sosial yang diberikan individu kepada individu

yang lain pada prinsipnya terdiri dari empat macam yang sangat luas

yaitu:25
a. Dukungan Emosional : Meliputi ekspresi dari empati penuh

perhatia kepada orang yang bersangkutan.


b. Pernghargaan : ekspresi dari penghargaan secara positif kepada

individu memberikan perbandingan positif antar individu untuk

membangun perasaan yag lebih baik terhadap dirinya.


c. Instrumental : meliputi bantuan langsung seperti ketika seseorang

membantu mereka menyelesaikan tugas-tugasnya saat mereka

dalam kondisi stres.


d. Dukungan Informatif : Meliputi pemberian informasi, nasehat,

sugesti, ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya

dilakukan oleh mereka.

Ada beberapa macam dukungan sosial teman sebaya yaitu:24

a. Perhatian emosional, termasuk ekspresi dalam mengungkapkan

perasaan, cinta atau empati yang bisa memberikan dukungan.


b. Bantuan instrumental, seperti membantu membuat pembekalan

sebelum stres itu datang, atau bias juga memberikan dukungan

dukungan sosial itu sendiri.


c. Pemberian informasi, mengenai situasi stres bisa sangat

membantu. Informasi kemungkinan besar dapat membantu ketika

semua ini sangat berhubungan dengan apresiasi diri dan juga

evaluasi diri.
i. Jenis dukungan kelompok sebaya
1) Kelompok sebaya sebagai situasi belajar
38

a) Dalam dunia teman sebaya, anak memiliki status yang sama,

anak memiliki status yang sama dan sederajat dengan anak

lain.
b) Dalam kelompok sebaya, belajar biasanya berlangsung dalam

situasi yang kurang terkait secara emosional, ini berlangsung

pada umur
c) permulaan, ketika anak kurang menyadari bahawa situasi

belajar itu adalah suatu situasi belajar.


d) Pengaruh kelompok sebaya terhadap anak yang umurnya

semakin bertambah cenderung menjadi lebih penting jika

dibandingkan dengan pengaruh keluarga, sebab anak itu

semakin lama semakin sering berada ditengah- tengah

kelompok sebayanya.
2) Macam- macam Kelompok teman sebaya
Ada beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja,

antara lain : 26
a) Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.
b) Teman Kecil dekat.
Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman
c) Kelompok Besar
Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan

kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya

minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar

maka penyesuaian minat berkurang di antara anggota-

anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di

antara mereka.
d) Kelompok Terorganisasi
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk

oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi


39

kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai

kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok

seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika

berusia 16- 17 tahun.


e) Kelompok Gang
Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa

puas dengan kelompok yang terorganisasi, mungkin akan

mengikuti kelompok gang. Anggota biasanya ter diri dari

anak- anak sejenis dan minat mereka melalui adalah untuk

menghadapi penolakan teman- teman melalaui perilaku

antisosial.
B. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka kerangka teori dalam

penelitian ini adalah;

Faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors)
a) Pengetahuan
b) Keyakinan
c) Nilai
d) Sikap

Faktor-faktor pemungkin
(enabling factors):
Penanganan dismenore
a) Sarana
b) Prasarana

Faktor-faktor pendukung
(reinforcing factors)
a) Teman sebaya
b) Tokoh masyarakat
c) Tokoh agama
d) Petugas kesehatan
40

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Eny Kusmiran 2011, Manuaba 2007,
Proverawati, 2009

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan dismenore

Penanganan dismenore

Dukungan teman sebaya

Variabel bebas Variabel terikatt

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesa

Beberapa hipotesa yang dipakai dalam penelitian (ha) tersebut adalah

sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan pengetahuan dismenore dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.
41

Ha : Ada hubungan dukungan teman sebaya dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.
42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu

penelitian dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif

tentang suatu keadaan secara obyektif mengenai populasi atau mengenai

bidang tertentu..27

Desain Penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang

disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban

untuk pertanyaan-pertanyaan penelitinya. Jenis desain penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional. Dalam Cross Sectional Study

penelitian mempelajari tentang hubungan variabel bebas dan terikat dengan

melakukan pengukuran sesaat yang diukur sekali saja.27 Fakta dalam

penelitian ini diungkapkan apa adanya dari data yang terkumpul. Dengan

demikian penelitian ini mengungkapkan hubungan dari variabel-variabel yang

ada. Berdasarkan keterangan diatas peneliti akan melakukan analisa tentang

Hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman sebaya dengan

penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten

Demak.

47
43

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan

Juli 2018.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhdap suatu objek atau

fenomena.27 Definisi opersional ditentukan bersadarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukurannya

merupakan cara diaman variabel dapat diukur dan ditentukan

karakteristiknya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Kemampuan remaja Kuesioner, Kategori : Ordinal


menjawab sebanyak 20 item a. Baik, bila total
pernyataan tentang pertanyaan dengan jawaban benar >
75%
dismenore yang jawaban benar dan
b. Cukup, bila total
meliputi pengertian, salah jawaban benar 55%
faktor penyebab, - 75%
faktor resiko dan c. Kurang, bila total
penanganan jawaban benar <
dismenore 55%

Dukungan Suport atau bantuan Kuesioner, Kategori : Ordinal


teman sebaya secara langsung sebanyak 15 item a. Baik, bila jawaban
responden > rerata
44

diterima oleh remaja pertanyaan tentang b. Kurang baik, bila


dari teman sebaya dukungan teman jawaban responden ≤
terkait dengan sebaya dengan rerata
kejadian dan keluhan skala linkert,
yang berkaitan adapun jawaban ya
dengan dismenore dan tidak

Pengananan Tindakan yang Cheklist Kriteria : Nominal


Dismenore dilakukan dalam a. Penanganan dengan
upaya meredakan farmakologi
b. Penanganan dengan
kejadian dismenore
non farmakologi
yang terjadi pada
remaha

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.27 Dalam penelitan ini

populasi yang diteliti adalah seluruh remaja putri kelas VIII di SMP

Negeri 3 Mranggen jumlah keseluruhan terdapat 84 remaja yang

mengalami nyeri desminore.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah Sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari

populasi itu. Penentuan jumlah sampel menggunakan Rumus Slovin,

sebagai berikut :

n :

Keterangan :

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi sampel


45

e : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

n =

n =

n =

n = 69,4

n = 69 orang

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel didapatkan

berjumlah 69 remaja di SMP Negeri 3 Mranggen.

3. Teknik sampling

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu di dalam

pengambilan sampel, peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam

populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka

peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh

kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.27

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum pengambilan sampel perlu ditentuka kriteria inklusi dan

eksklusi. Kriteria inklusi adalah: ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
46

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria

eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sampel.17
47

Dalam pengambilan sampel ada kriteria yang harus di penuhi yaitu :

a. Kriteria Inklusi

Adalah penentuan sampelyang didasarkan atas karakteristik umum

subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti.28 Adapun kriteria inklusi ini adalah :

Kriteria inklusi:

1) Remaja yang tinggal di SMP Negeri 3 Mranggen

2) Remaja yang sudah menstruasi > 1 tahun

3) Remaja yang mengalami menstruasi dan nyeri desminore

b. Kriteria Eksklusi

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak

memenuhi kriteria sebagai responden karena berbagai sebab.

(Nursalam,2011). Adapun kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

1) Siswi yang tidak hadir saat penelitian

2) Siswi yang tidakmengalami gangguan reproduksi

3) Siswi yang sedang sakit saat penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau alat ukur penelitian, merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. 29 Instrumen

penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam

penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner. Instrumen dalam


48

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya dan

penanganan desminore.

Tabel 3.1. kisi-kisi kuesioner pengetahuan


Kuesioner Favourabel Unfavourabel Jumlah
Definisi 1,3,4,6,9,,10,11 2,5,7,8 11
Tanda dan gejala 12,15,14 13 4
Cara Mengurangi 16,18,19 17,20 5
Desminore
Jumlah 13 7 20

Tabel 3.1. kisi-kisi kuesioner dukungan teman sebaya


Kuesioner Favourabe Unfavourabel Jumlah
l
Dukungan emosional 1,2,5 3,4 5
Dukungan informasi 6,7,8 9,10 5
Dukungan penghargaan 11 12 2
Dukungan instrumental 13,14 15 3
Jumlah 6 4 15

Instrumen Kuesioner dalam penelitian ini dilakukan uji kuesioner

sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat

ukur harus mengukur apa yang diukur. Uji validitas ini dilakukan pada 20

responden, uji validitas dilakukan di SMP Negeri 2 Mranggen yang

memiliki karakteristik yang dianggap sama dengan tempat yang akan

diteliti nanti. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun

mampu mengukur apa yang akan diukur, maka perlu diuji dengan uji

korelasi antar skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan total

kuesioner tersebut.17
49

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Pearson

product moment” yang rumusnya sebagai berikutb :

Rhitung =

Keterangan :

rhitung = koefisien korelasi

R = Korelasi Variable X dengan Y

X = Variable x

Y = Variable y

∑x = jumlah variable x

∑y = jumlah variable y

N = jumlah sampel

Dari hasil perhitungan apabila didapat nilai r hitung lebih besar

dari table maka instrumen dikatakan valid dengan taraf signifikan 5 %. 30

Instrumen data dikatakan reliabel bila :

a. Apabila r hitung > r table maka kuesioner reliabel pada α 0,05


b. Apabila r hitung < r table maka kuesioner tidak reliabel pada α 0,0

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Item tersebut dikatakan

andal (reliabel) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil. Untuk mengujinya dengan menggunakan teknik

Alpha Cronbach.30
50

Perhitungan reliabilitas hanya pada pertanyaan yang sudah

memiliki validitas. Perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus

reliabilitas. Alpha Cronbach sebagai berikut :30

Ri = {1-S }

Keterangan :

Ri : Reliabilitas instrumen

K : Jumlah item dari instrumen

∑S12 : Jumlah variasi butir

S2
S 1 : Varian Total.

Instrumen dikatakan reliable bila nilai reabilitas

F. Tehnik Pengumpulan Data


1. Jenis dan Sumber data dalam penelitian yaitu
a. Data primer
Merupakan data tangan pertama. Data primer diperoleh

langsungdari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran

atau alat pengambilan data, langsung pada subyek sebagai informasi

yang dicari. Data primer pada penelitian ini diperoleh secara

langsung dengan mengisi kuisioner yang diberikan kepada remaja di

SMP Negeri 3 Mranggen Demak yang mana isi kuisioner tentang


51

pengetahuan, dukungan teman sebaya dan penanganan dalam

menghadapi dismenore.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari orang

lain dalam penelitian ini berasal dari data SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak tentang jumlah remaja yang mengalami

desminore.
2. Cara pengumpulan data
a. Mengajukan surat permohonan ijin pengambilan data dan penelitian

dari STIKES Karya Husada Semarang kepada Kepala SMP Negeri 3

Mranggen Demak
b. Peneliti menentukan responden yang akan dijadikan sampel

penelitian, kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada responden dengan memberikan Surat Pengantar

Penelitian.
c. Setelah responden setuju untuk dijadikan responden dalam

penelitian, maka responden disarankan untuk mengisi lembar

informed consent.
d. Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner
e. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden sesuai dengan

kuesioner penelitian untuk diisi.


f. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan pengisian kuisioner setelah

selesai pengambilan data.

G. Cara Pengolahan
1. Editing
Hasil jawaban kuesioner harus dilakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan pengisian formulir atau kuesioner.


2. Scoring
52

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor. Kuesioner tentang pengetahuan, dukungan

teman sebaya dan penangan dalam mengatasi desminore dengan pilihan

jawaban ya dan tidak, pernyataan favourabel bila jawaban ya diberi skor

1, bila jawaban tidak diberi skor 0. pernyataan unfavourabel bila jawaban

ya diberi skor 0, bila jawaban tidak diberi skor 1.


3. Codding
Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau koding dengan memberikan nilai pada setiap jawaban.

Pemberian kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan

1) Baik :1

2) Cukup :2

3) Kurang :3

b. Dukungan teman sebaya

1) Baik :1

2) Kurang baik :2

c. Penanganan dismenore

1) Farmakologi :1

2) Non farmakologi :2

4. Tabulating

Tabulasi adalah penyajian data dalam bentul tabel sehingga

memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian tersebut.

Tabulasi merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data.


53

5. Entry data

Memasukkan jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka) dimasukkan dalam program computer (SPSS) untuk

dianalisis.Entri data dilakukan dengan memasukkan kode pada tingkat

pengetahuan responden yang sudah diberikan ke dalam bentuk tabel,

untuk kemudian di analisis dengan program komputer.

6. Pembersihan data (Cleaning)


Apabila semua data dari semua sumber sudah dimasukkan perlu

dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi, proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).17


H. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat menghasilkan distribusi dan prosentase

setiap variabel.17

f
X   100%
N

Keterangan:

X = hasil prosentase

f = frekuensi hasil pencapaian

N = Jumlah seluruh observasi

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

tujuan khusus pada penelitian ini. Terdapat variabel terikat yaitu


54

penanganan dismenore dan variabel bebas yaitu pengetahuan dan

dukungan teman sebaya.17

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat atau analisis tabel silang (cross tabulation).

Analisa bivariat dilakukan dengan membuat tabel untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman sebaya

dengan penanganan dismenore pada remaja di wilayah Puskesmas 3

Mranggen Kabupaten Demak dengan menggunakan rumus uji Chi-

Kuadrat (chi-square).

Rumus chi-square :

( fo  fe) 2
x2  
fe

Keterangan :
X2 = chi-square
f0 = frekuensi berdasarkan data
fh = frekuensi yang diharapkan
Syarat Chi square :
a. Tabel kontingensi 2 x 2 dengan e tidak boleh < 1
b. Tabel yang lebih besar 3 x 2 asal e tidak boleh ada nilai < 5 dan tidak

boleh > 20% pada seluruh sel


c. Jika e < 5
d. Jika ada variabel independen pada tabel 2 x 2, e tidak dihitung,
e. Jika syarat chi square tidak terpenuhi, maka menggunakan uji fisher

exact dengan tabel dilakukan merger menjadi tabel 2 x 2.


I. Etika Penelitian
1. Informed Concent
Adalah cara persetujuan anatar peneliti dengan subjek penelitian,

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi reponden. Tujuannya

adalah supaya responden mengerti maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya.
55

2. Perlindungan responden
Adalah etika penelitian yang mengatur dalam melakukan penelitian tidak

merugikan responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Adalah masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil

penelitian tidak memberikan nama responden pada alat bantu penelitian.

Cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti dan akan

melaporkan data tertentu.


56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisa univariat
a. Pengetahuan remaja putri tentang dismenore
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pengetahuan dismenore pada remaja SMP
Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak
Persentase
Pengetahuan Frekuensi
(%)

Baik 15 21.7
Cukup 34 49.3
Kurang 20 29.0

Total 69 100.0

Berdasarkan tabel 4.1. di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai pengetahuan tentang dismenore cukup sebanyak 34

responden (49,3%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan

tentang dismenore baik sebanyak 15 responden (21,7%).


b. Dukungan Teman sebaya
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi dukungan teman sebaya remaja SMP
Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak
Dukungan Teman Persentase
Frekuensi
Sebaya (%)

Baik 36 52.2
Kurang baik 33 47.8

Total 69 100.0
60
Berdasarkan tabel 4.1. di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar


57

mendapatkan dukungan yang baik dari teman sebaya sebanyak 36

responden (52,2%) dan sebagian kecil mempunyai dukungan teman

sebanyak kurang baik sebanyak 33 responden (47,8%).


c. Penanganan desminore
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi penanganan desminore remaja SMP
Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak
Persentase
Penanganan Frekuensi
(%)

Farmakologi 29 42.0
Non farmakologi 40 58.0

Total 69 100.0

Berdasarkan tabel 4.3. di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

dalam penanganan desminore secara non farmakologi sebanyak 40

responden (58,0%) dan sebagian kecil mempunyai penanganan

farmakologi sebanyak 29 responden (42,0%).


2. Analisa bivariat
a. Hubungan pengetahuan dismenore dengan penanganan dismenore
Tabel 4.4. Pengetahuan dismenore dengan penanganan dismenore
pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten
Demak.

Penanganan desminore

non Jumlah
Pengetahuan farmakologi p-value
farmakologi

F % F % F %

Baik 3 20,0 12 80,0 15 100 0,000


Cukup 34 100
Kurang 10 29,4 24 70,6 20 100

16 80,0 4 20,0

29 42,0 40 58,0 69 100


58
59

Berdasarkan tabel silang di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak yang

mempunyai pengetahuan baik sebagian besar dalam penanganan

desminore non farmakologi sebanyak 12 responden (80,0%), yang

mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar mempunyai

penanganan non farmakologi sebanyak 24 responden (70,6%) dan

yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai

penanganan desminore farmakologi sebanyak 16 responden (80,0%).


Berdasarkan hasil olah data dengan chi square didapatkan nilai

p value sebesar 0,000 < 0,05, maka berdasarkan kriteria penolakan Ho

dapat dinyatakan hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima

berarti ada Hubungan antara pengetahuan dismenore dengan

penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak.

b. Hubungan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore


Tabel 4.4. Tabel silang dukungan teman sebaya dengan penanganan
dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen
Kabupaten Demak.

Penanganan desminore
Dukungan Jumlah
non
teman farmakologi p-value
farmakologi
sebaya
F % F % F %

Baik 3 8,3 33 91,7 36 100 0,000


Kurang baik 33 100
26 78,8 7 21,2
60

29 42,0 40 58,0 69 100

Berdasarkan tabel silang di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak yang

mempunyai dukungan baik sebagian besar mempunyai penanganan

desminore non farmakologi sebanyak 33 responden (91,7%), yang

mempunyai dukungan kurang sebagian besar mempunyai penanganan

desminore farmakologi sebanyak 26 responden (78,8%).


Berdasarkan hasil olah data dengan chi square didapatkan nilai

p value sebesar 0,000 < 0,05, maka berdasarkan kriteria penolakan Ho

dapat dinyatakan hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima

berarti ada Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan

penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak.

B. Pembahasan
1. Analisa univariat
a. Pengetahuan
Hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa remaja SMP

Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar mempunyai

pengetahuan cukup. Pada siswi dengan kategori cukup pada tingkat

pengetahuan tentang dismenorea, siswi mampu mengetahui,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan

mengevaluasi mengenai pengertian, klasifikasi, penyebab dan

penanganan dismenorea, yang ditunjukkan dengan kemampuan


61

responden menjawab 56-74 % jawaban benar. Hal itu sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo, bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu untuk terbentuknya tindakan seseorang yang

mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan yang dilihat dari kemampuan kognitif seseorang

mencakup kemampuan untuk mengetahui, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi suatu hal.19


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak mengenai

dismenorea, yaitu usia, tingkat pendidikan orang tua dan sumber

informasi siswi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pendapat

Meliono Irmayanti, yang menyebutkan bahwa, pengetahuan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, tingkat pendidikan dan

sumber informasi.32
Sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo, bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Walaupun

disini sumber informasi remaja putri cukup baik yaitu terbanyak

mendapatkan informasi dari media elektronik namun sedikit yang

memperoleh informasi tentang dismenore dan cara penanganannya

dari petugas kesehatan, orang tua, dan teman. 19


Hasil penelitian Nafiroh dan Indrawati, diketahui bahwa

mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang tentang


62

dismenore yaitu sebanyak 36 siswi (78,3%) karena pada kenyataannya

dalam penelitian ini responden belum mendapatkan informasi dan

pendidikan tentang dismenore di sekolah. Hal ini sesuai dengan teori

menurut Notoatmodjo, 2007 pendidikan, umur, informasi, dan

pengalaman merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan. Dimana responden remaja putri dalam penelitian ini

masih berada pada remaja tahap menengah rata-rata berumur 15

tahun, sehingga remaja putri harus banyak mencari informasi dari

berbagai pihak selain dari media ada juga petugas kesehatan,

orang tua, dan teman yang dapat memberikan informasi yang

berguna dan dapat menambah wawasan pengetahuan remaja putri

tentang dismenore. 32
b. Dukungan Teman sebaya
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai dukungan teman sebaya baik sebanyak 36 responden

(52,2%) dan sebagian kecil mempunyai dukungan teman sebanyak

kurang baik sebanyak 33 responden (47,8%).


Rook dukungan sosial sebagai salah satu diantara fungsi

pertalian/ikatan sosial,menurut Ritter segi fungsionalnya meliputi

dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan

memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material.31


Schwerzer dan Leppin sebagai fakta yang sebenarnya

sebagai/kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan

dukungan yang diterima. Sedangkan menurut Gottlieb dukungan


63

social terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal,

bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial

atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.31


Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan

kedewasaan yang kira-kira sama.20 Teman sebaya atau peers adalah

anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih

sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah

untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di

luar keluarga.
Melalui kelompok teman sebaya anak-anak menerima umpan

balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Anak-

anak menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari

pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang anak-

anak lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga

karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda

(bukan sebaya).20
Teman sebaya adalah kekuatan dalam situasi kelompok yang

menentukan perilaku kelompok dan anggotanya. Proses kelompok

dikaitkan dengan kelompok melakukan fungsi, berkomunikasi,

menetapkan tujuan dan mencapai sasaran. Dinamika kelompok/proses

kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas

yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukaan

peer/social support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat. Jadi,

dapat disimpulkan proses kelompok adalah perilaku kelompok dan


64

anggotanya yang dilakukan secara bersamaan melalui pembentukan

peer/social support.21
Dukungan merupakan keterlibatan yang diberikan oleh

keluarga dan teman kepada klien untuk mengatur dan merawat diri

sendiri. Dukungan dapat berupa hubungan antar individu dalam sikap

positif, penegasan dan bantuan. Dukungan sebagai perilaku yang

dapat menumbuhkan rasa nyaman dan individu merasa dihargai,

dihormati dan dicintai. Dukungan dari peer group merupakan sumber

dari dukungan sosial alami yang berasal dari interaksi yang spontan.

Peer group merupakan individu yang memiliki kedekatan,

tingkat kedewasaan, usia yang sama dan rasa saling memiliki.22


65

c. Penanganan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa

remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai penanganan desminore non farmakologi sebanyak 40

responden (58,0%) dan sebagian kecil mempunyai penanganan

farmakologi sebanyak 29 responden (42,0%).


Dismenorea merupakan nyeri pada bagian panggul yang

dirasakan sebelum atau ketika menstruasi. 34 Penanganan merupakan

perilaku atau sikap seorang manusia terhadap kondisi yang

dialaminya. Menurut Notoatmodjo perilaku merupakan respon atau

reaksi yang muncul dalam diri seseorang karena adanya suatu

stimulus atau rangsangan. Respon terhadap suatu stimulus

dipengaruhi dengan beberapa faktor yaitu dari pengalaman, kondisi

lingkungan, dan faktor sosial budaya. Kemudian kondisi tersebut

diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga memunculkan suatu

motivasi untuk memberikan respon. Motivasi tersebut akan

memunculkan tindakan penanganan terhadap suatu kondisi yang

dialaminya.19
Menurut Fitriani, bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut penelitian Releghea,

2012 bahwa dari 133 responden didapatkan sebanyak 45,1%

memiliki perilaku tidak baik dalam mengatasi dismenore. Perilaku

penanganan dismenore yang dilakukan remaja putri tergolong


66

kurang karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh remaja putri

tentang dismenore. Hal ini sesuai dengan teori menurut Fitriani,

yang menyatakan bahwa dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kurangnya

perilaku remaja putri dalam menangani dismenore ketika

menstruasi terjadi karena kurangnya kesadaran remaja putri

mengetahui penyebab, gejala, dan cara penanganannya, sehingga

remaja putri tidak pernah memeriksanya ke petugas kesehatan.

Selaian itu kurangnya ketertarikan untuk mencari berbagai informasi

mengenai dismenore sehingga remaja putri kurang mengetahui

perilaku penanganan dismenore yang baik.35


2. Analisa bivariat
a. Hubungan pengetahuan dismenore dengan penanganan dismenore
Ada Hubungan antara pengetahuan dismenore dengan

penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen

Kabupaten Demak. nilai p value sebesar 0,000 < 0,05,


Apabila melihat adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang

dismenorea dengan penanganan dismenorea pada remaja di SMP

Negeri 3 Mranggen, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik

tingkat pengetahuan yang dimiliki maka semakin baik perilaku yang

dilakukan untuk menanganinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Rani yang berjudul Pengaruh Pengetahuan dengan penanganan

Sindroma Pra Haid pada Remaja Putri Kelurahan Notoprajan

Yogyakarta. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa setelah


67

dilakukan penyuluhan, responden mendapatkan pengetahuan dan

melakukan penanganan sindroma pra haid dengan lebih baik.36


Hasil penelitian ini sesuai dengan Yuniarti di Akper

Mamba’ul’ulum Surakarta, didapatkan nilai p = 0,895 > (p=0,05),

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan penanganan dismenore. Perilaku seseorang

tentang kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan, tetapi

juga ditentukan oleh sikap, kepercayaan, tradisi. Jadi pengetahuan

yang baik belum tentu mempunyai sikap terhadap penanganan

dismenorea secara medis. 37


Penelitian Paramita, menunjukan bahwa tingkat

pengetahuan tentang dismenore pada siswi sebagain besar berada

pada kategori cukup yaitu sebanyak 50 orang dengan perilaku

penanganan dismenore sebagaian besar berada pada kategori baik

yaitu sebanyak 40 orang. Ini berarti bahwa semakin baik tingkat

pengetahuan seseorang maka semakin baik perilakunya.


b. Hubungan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore
Berdasarkan tabel silang di atas maka dapat diketahui bahwa

remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak yang

mempunyai dukungan baik sebagian besar mempunyai penanganan

desminore non farmakologi sebanyak 33 responden (91,7%), yang

mempunyai dukungan kurang sebagian besar mempunyai penanganan

desminore farmakologi sebanyak 26 responden (78,8%).


Berdasarkan hasil olah data didapatkan nilai p value sebesar

0,000 < 0,05, maka ada Hubungan antara dukungan teman sebaya
68

dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP Negeri 3

Mranggen Kabupaten Demak.


Asumsi peneliti peran dan dukungan teman sebaya pada

remaja putri dalam menghadapi berbagai masalah kesehariannya

termasuk masalah kesehatannya dalam hal ini adalah terkait nyeri

haid yang dialami remaja setiap bulannya yang membutuhkan

perhatian khusus, dimana pada saat tersebut remaja menjadi lebih

sensitif dikarenakan pengaruh hormonal dan rasa nyeri yang

dirasakan, untuk itu dibutuhkan sikap teman sebaya yang lebih peka

dalam membantu kebutuhan yang diperlukan untuk dapat mengurangi

nyeri yang dirasakan, misalnya membantu memberikan kompres

hangat pada perut, menggosok-gosok bagian perut remaja sehingga

remaja merasa nyaman dan dapat mengurangi penderitaannya

menghadapi dismenore
Teman sebaya diharapkan mampu memberikan informasi

yang tepat dan benar tentang nyeri yang terjadi pada saat

menstruasi (dismenore). Jika telah mendapat informasi yang benar

maka remaja akan siap ketika menghadapi keluhan serupa setiap

bulannya. Selanjutnya jika individu tahu hal apa yang harus

dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya

yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama pada saat nyeri

haid terjadi tanpa mengkonsumsi obat-obatan adalah melakukan

kompres hangat pada bagian perut, melakukan olahraga teratur,

yoga dan lain-lain.


69

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Juliana tentang pengaruh

informasi dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan penanganan

dismenore secara nonfarmakologis pada remaja putrid di sekolah

menengah atas negeri 2 Seunangan Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2014. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square

test dan batas kemaknaan (α=0,05) Ho ditolak jika p value >

0,05 dan Ha diterima p value < 0,05. Dari 91 responden yaitu

dari 36 responden yang memperoleh informasi ada 24 siswa (80%)

yang teratasi dismenore secara non farmakologi dengan nilai p

value 0,000 dan dari 32 responden yang mendapat dukungan

keluarga ada 19 siswa (59,4%) yang teratasi dismenore secara

non farmakologi dengan nilai p value 0,005. Analisa statistik

menyatakan bahwa ada pengaruh informasi dan dukungan keluarga

terhadap pelaksanaan penanganan dismenore secara

nonfarmakologis pada remaja putri di sekolah menengah atas

negeri 2 Seunangan Kabupaten Nagan Raya.38

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 34 responden (49,3%)


2. Remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai dukungan teman sebaya baik sebanyak 36 responden (52,2%)


70

3. Remaja SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar

mempunyai penanganan desminore non farmakologi sebanyak 40

responden (58,0%)
4. Ada hubungan antara pengetahuan dismenore dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak.


5. Ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan penanganan

dismenore pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak.


B. Saran
5. Institusi pendidikan SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak
Institusi pendidikan SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak

diharapkan dapat memberikan informasi atau penyuluhan yang menjalin

kerjasama dengan tenaga kesehatan ( bidan wilayah kerja setempat /

puskesmas) untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan


6. Institusi kesehatan
Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan atau materi pembelajaran baik kalangan mahasiswa

sarjana terapan kebidanan.


7. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya
74
menindaklanjuti hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang lebih

luas, yaitu dengan menambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi

pengetahuan misalnya faktor intelektual, motivasi, sumber informasi,

dan lain-lain.
8. Remaja putri
Remaja putri diharapkan untuk lebih banyak menambah pengetahuan atau

wawasan yaitu dengan menanyakan pada sumber – sumber yang dapat

dipercaya seperti tenaga kesehatan reproduksi untuk mengetahui cara

penanganan dismenore yang tepat dan benar, maka diharapkan remaja

puteri dapat mencegah dan mengatasi bila mengalaminya.


71

DAFTAR PUSTAKA
1. Proverawati dan Misaroh.2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta : Nuha Medika
2. WHO. 2014. Health Profile : World Health Organization. Indonesia. Tersedia
dari:
3. http://apps.Who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html Tanggal akses: 28
Oktober 2017
4. Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Statistik Daerah Provinsi Jawa Tengah
Dalam Angka.
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. 2014. Jumlah penduduk menurut
umur dan jenis kelamin.
6. Anurogo, D. & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
7. Nafiroh and Indrawati. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang
Dismenore pada Siswa Putri di MTS NU Mranggen Kabupaten Demak. JIK.
4: 157-66.
8. Purwani, S. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Dismenore
dengan Sikap Penanganan Dismenore Pada Remaja Putri Kelas X di SMAN 1
Petanahan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6.
9. Benson, Ralp C & Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi.
Edisi 9. Jakarta : EGC.
10. Aggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan dan Nifas. Jogjakarta : Mitra
Cendekia
11. Suryani, E. & Widyasih, H. 2008. Psikologi Ibu Dan Anak. Yogyakarta:
Fitramaya.
12. Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
13. Manuaba. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
14. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT BinaPustaka
Sarwono Prawirohardjo
15. Wylio. 2011. Setiap Wanita. Jakarta: PT Delaprasata Publishing
16. Hembing, W.K., 2011. Penyembuhan dengan Tanaman Obat . Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
17. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
18. Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. bina pustaka
72

19. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka cipta
20. Wijayanti. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Book marks
21. Berliana. (2011). Wanita dan Olahraga Prestasi. Bandung: Karyamanunggal
Lithomas,
22. John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta
: PT. Erlangga.
23. Heriani T. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetauhuan
Siswi Tentang Dismenore
24. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621.Vol.3. No.2. Jun 2010.
25. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan.Jakarta: Prenada Media.
26. Musliha & Fatmawati, S. (2010), Komunikasi Keperawatan Terapeutik,
Yogyakarta: Nuha Medika
27. Ali, M. dan Ansori, M. (2009). Psikologi Remaja. Bandung: Bumi Aksara.
28. Azwar, A. 1999. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta : PT
Binarupa Aksara
29. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
30. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
31. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan. edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
32. Meliono Irmayanti 2009. Pengetahuan [monograph on the Internet]. Jakarta:
Lembaga Penerbitan FEUI.
33. Indrawati, 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan
Reproduksi dengan Kejadian Dismenore pada Remaja Putri di SMK
Muhammadiyah 1 Kab. Sragen. Thes

34. Proverawati, 2009; Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
35. Fitriani, 2011 Promosi Kesehatan. Cetakan 1.Yogyakarta : Graha Ilmu

36. Rani (2003) yang berjudul Pengaruh Pengetahuan dengan penanganan


Sindroma Pra Haid pada Remaja Putri Kelurahan Notoprajan Yogyakarta.
37. Yuniarti di Akper Mamba’ul’ulum Surakarta (2012), didapatkan nilai p =
0,895 > (p=0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan penanganan dismenore.
38. Juliana (2014) tentang pengaruh informasi dan dukungan keluarga terhadap
pelaksanaan penanganan dismenore secara nonfarmakologis pada remaja
73

putrid di sekolah menengah atas negeri 2 Seunangan Kabupaten Nagan


Raya Tahun 2014.
74

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Semarang, 2018
Kepada Yth.
Remaja Putri
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi STIKES
Karya Husada Semarang :
Nama : MULYANI
NIM. : 1704091
Prodi : DIV Kebidanan

Adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik STIKES Karya


Husada Semarang, saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan pengetahuan
dismenore dan dukungan teman sebaya dengan penanganan dismenore
pada remaja di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak” peneliti
bermaksud mengumpulkan data yang dipergunakan untuk penelitian ini.
Untuk itu saya memohon kesediaan remaja putri menjadi
responden guna penelitian ini. Saya akan membagikan lembar kuesioner dan
saya harapkan ibu-ibu dapat mengisi lembar kuesioner yang sejujur-
jujurnya. Hasil lembar kuesioner ini bersifat rahasia dan tidak akan
berpengaruh terhadap remaja putri.
Atas kebijaksanaan dan kesediaannya saya mengucapkan terima
kasih.
Hormat saya,

MULYANI
75

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh


mahasiswi Program DIV Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang :

Nama : MULYANI
NIM. : 1704091
Judul : “Hubungan pengetahuan dismenore dan dukungan teman
sebaya dengan penanganan dismenore pada remaja di SMP
Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran tanpa paksaan
untuk dapatdigunakan sebagai mana mestinya.

Semarang, 2018
Responden

( )
76

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DISMENORE DAN DUKUNGAN TEMAN


SEBAYA DENGAN PENANGANAN DISMENORE PADA REMAJA DI WILAYAH
PUSKESMAS MRANGGEN 3 KABUPATEN DEMAK

A. No. Responden:
Nama :
Umur :
Kelas :
B. Pengetahuan
No Pernyataan Benar Salah

DEFINSI

1. Menstruasi atau haid merupakan peristiwa perdarahan


bulanan

2. Menstruasi merupakan kejadian yang sangat


menakutkan

3. Nyeri perut bagian bawah pada saat menstruasi


disebut dismenorea

4. Dismenorea pasti terjadi pada semua wanita yang


sedang haid/ menstruasi

5. Dismenorea merupakan hal yang biasa dan tidak


mengganggu aktifitas

6. Faktor kejiwaan merupakan salah satu penyebab


dismenorea primer

7. Menstruasi pertama terlalu cepat adalah salah satu


penyebab dismenorea

8. Dismenorea merupakan penyebab salah satu penyakit


yang dapat menular

9. Kurangnya pengetahuan yang baik tentang menstruasi


mengakibatkan seseorang mudah mengalami
dismenorea
77

10. Bila nyeri sedang masih bisa beraktivitas dalam sehari-


hari

11. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi


merupakan gejala dari dismenorea

TANDA DAN GEJALA

12. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke


punggung bagian bawah dan tungkai salah satu gejala
terjadinya dismenorea

13. Salah satu gejala terjadinya dismenorea adalah


terjadinya nyeri perut yang akan hilang setelah satu
atau dua hari

14. Rasa nyeri ini dapat disebabkan karena kontraksi otot


perut yang terjadi secara terus menerus saat
mengeluarkan darah

15. Salah satu gejala dismenorea yaitu disertai rasa pusing

CARA MENGURANGI DISMINORHEA

16. Olahraga ringan seperti jalan kaki dapat mengurangi


rasa nyeri karena aliran darah menjadi lancAr

17. Pada saat haid makan-makanan yang pedas dapat


mengurangi rasa nyeri pada saat dismenorea

18. Minum air hangat dapat mengurangi nyeri


haid/dismenorea

19. Tidur terlentang dengan kaki diganjal bantal juga


dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid

20. Mengkompres perut bagian bawah dengan air hangat


tidak dapat mengurangi keluhan pada saat mengalami
nyeri haid

C. Dukungan teman sebaya


No Pernyataan Ya Tidak

Dukungan emosional
78

1. Teman-teman saya selalu ada disaat saya mengalami


nyeri

2. Teman-teman saya selalu memberikan dukungan


dalam mengatasi nyeri

3. Teman saya membiarkan sewaktu saya mengalami


nyeri haid

4. Teman-teman selalu menyarankan saya untuk minum


obat penghilang nyeri

5. Teman-teman mengantar saya untuk periksa ke dokter


atau tenaga kesehatan

Dukungan informasional

6. Teman-teman saya menyarankan saya untuk mengatasi


dismenorea dengan kompres hangat

7. Teman saya menyarankan lari-lari sewaktu nyeri haid

8. Teman saya sudah memberikan informasi gejala


menstruasi

9. Teman saya menyarankan makan banyak selama nyeri


haid

10. Teman saya menyuruh minum kopi sewaktu nyeri haid


79

Dukungan penghargaan

11. Teman saya memuji saya disaat saya bisa


menghilangkan rasa nyeri

12. Teman saya mendukung saya ketika saya mengalukan


kompres hangat

Dukungan intrumental

13. Teman saya memberikan obat penghilang nyeri saat


saya mengalami desminore

14. Teman saya menyediakan air hangat ketika saya


mengalami nyeri desminore

15. Teman saya membiarkan saya ketika saya mengalami


nyeri desminore
80

D. Penanganan Desminore
Bagaimana anda menangani nyeri desminore
1. Farmakologi (seperti minum obat pereda nyeri)
a. Antalgin
b. Ibuprofen
c. Bodrex
d. Paracetamol
e. Asam Mefenamat
2. Non farmakologi (seperti kompres hangat, pemijatan perut bagian
bawah)
a. Kompres hangat
b. Pemijatan perut bagian bawah
c. Minum-minuman hangat
d. Meletakkan kaki lebih tinggi ketika berbaring
e. Berolah raga ringan
81

Reliability
PENGETAHUAN
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.946 20

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .75 .444 20
P2 .90 .308 20
P3 .75 .444 20
P4 .80 .410 20
P5 .80 .410 20
P6 .80 .410 20
P7 .85 .366 20
P8 .75 .444 20
P9 .80 .410 20
P10 .80 .410 20
P11 .75 .444 20
P12 .90 .308 20
P13 .80 .410 20
P14 .85 .366 20
P15 .85 .366 20
P16 .75 .444 20
P17 .85 .366 20
P18 .80 .410 20
P19 .80 .410 20
P20 .80 .410 20
82

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
P1 15.40 28.779 .618 .944
P2 15.25 30.092 .514 .946
P3 15.40 28.147 .759 .942
P4 15.35 28.555 .730 .942
P5 15.35 28.134 .832 .941
P6 15.35 29.082 .604 .944
P7 15.30 29.589 .552 .945
P8 15.40 28.147 .759 .942
P9 15.35 28.555 .730 .942
P10 15.35 28.134 .832 .941
P11 15.40 28.779 .618 .944
P12 15.25 30.092 .514 .946
P13 15.35 29.187 .579 .945
P14 15.30 29.695 .525 .946
P15 15.30 29.274 .635 .944
P16 15.40 28.779 .618 .944
P17 15.30 28.958 .718 .943
P18 15.35 29.187 .579 .945
P19 15.35 28.555 .730 .942
P20 15.35 28.134 .832 .941

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
16.15 31.924 5.650 20
83

Reliability
DUKUNGAN TEMAN SEBAYA
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.941 15

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .80 .410 20
P2 .80 .410 20
P3 .85 .366 20
P4 .75 .444 20
P5 .85 .366 20
P6 .85 .366 20
P7 .80 .410 20
P8 .70 .470 20
P9 .80 .410 20
P10 .80 .410 20
P11 .85 .366 20
P12 .85 .366 20
P13 .80 .410 20
P14 .85 .366 20
P15 .80 .410 20
84

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
P1 11.35 16.766 .827 .933
P2 11.35 16.661 .861 .933
P3 11.30 17.695 .611 .939
P4 11.40 17.411 .568 .941
P5 11.30 17.274 .757 .935
P6 11.30 17.695 .611 .939
P7 11.35 16.661 .861 .933
P8 11.45 16.682 .732 .936
P9 11.35 17.187 .693 .937
P10 11.35 17.503 .595 .939
P11 11.30 17.695 .611 .939
P12 11.30 17.589 .647 .938
P13 11.35 16.661 .861 .933
P14 11.30 17.695 .611 .939
P15 11.35 17.503 .595 .939

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
12.15 19.713 4.440 15
85

Frequencies

Statistics
pengetahuan
N Valid 69
Missing 0
Mean 2.0725
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .71371
Minimum 1.00
Maximum 3.00

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 15 21.7 21.7 21.7
cukup 34 49.3 49.3 71.0
kurang 20 29.0 29.0 100.0
Total 69 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
dukungan teman sebaya
N Valid 69
Missing 0
Mean 1.4783
Median 1.0000
Mode 1.00
Std. Deviation .50319
Minimum 1.00
Maximum 2.00

dukungan teman sebaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 36 52.2 52.2 52.2
kurang baik 33 47.8 47.8 100.0
Total 69 100.0 100.0
86

Frequencies

Statistics
penanganan desminor
N Valid 69
Missing 0
Mean 1.5797
Median 2.0000
Mode 2.00
Std. Deviation .49722
Minimum 1.00
Maximum 2.00

penanganan desminor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid farmakologi 29 42.0 42.0 42.0
non farmakologi 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
87

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * penanganan 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
desminor

pengetahuan * penanganan desminor Crosstabulation

penanganan desminor

farmakologi non farmakologi Total


pengetahuan baik Count 3 12 15
Expected Count 6.3 8.7 15.0
% within pengetahuan 20.0% 80.0% 100.0%
cukup Count 10 24 34
Expected Count 14.3 19.7 34.0
% within pengetahuan 29.4% 70.6% 100.0%
kurang Count 16 4 20
Expected Count 8.4 11.6 20.0
% within pengetahuan 80.0% 20.0% 100.0%
Total Count 29 40 69
Expected Count 29.0 40.0 69.0
% within pengetahuan 42.0% 58.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 17.044a 2 .000
Likelihood Ratio 17.671 2 .000
Linear-by-Linear Association 13.870 1 .000
N of Valid Cases 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6,30.
88

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungan teman sebaya * 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
penanganan desminor

dukungan teman sebaya * penanganan desminor Crosstabulation

penanganan desminor

farmakologi non farmakologi Total


dukungan baik Count 3 33 36
teman
Expected Count 15.1 20.9 36.0
sebaya
% within dukungan teman 8.3% 91.7% 100.0%
sebaya
kurang baik Count 26 7 33
Expected Count 13.9 19.1 33.0
% within dukungan teman 78.8% 21.2% 100.0%
sebaya
Total Count 29 40 69
Expected Count 29.0 40.0 69.0
% within dukungan teman 42.0% 58.0% 100.0%
sebaya

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 35.077a 1 .000
b
Continuity Correction 32.245 1 .000
Likelihood Ratio 39.135 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 34.569 1 .000
N of Valid Cases 69

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,87.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai