A. Hasil Penelitian
1. Umur
Tabel 4.1. Rerata umur penderita TBC paru yang menggunakan DOST di
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
Std.devi
N Median Min Max
ation
Umur 36 40.416 3.959 35 48
2. Jenis kelamin
Persentase
Jenis kelamin Frekuensi
(%)
Dasar 6 16.7
Menengah 27 75.0
Tinggi 3 8.3
Total 36 100.0
Persentase
Pekerjaan Frekuensi
(%)
Swasta 18 50.0
PNS 6 16.7
Wiraswasta 12 33.3
Total 36 100.0
6 responden (16,7%)
4. Efek samping
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi efek samping obat tbc paru pada penderita
TBC paru yang menggunakan DOST di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang
Persentase
Efek samping Frekuensi
(%)
Berat 15 41.7
Ringan 21 58.3
Total 36 100.0
pasien yaitu gatal dan kemerahan pada kulit. Efek samping ini terjadi
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan. Dalam pengobatan TB, OAT lini pertama
etambutol atau bisa juga sebagai obat kombinasi dosis tetap (KDT). KDT ini
terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet. Paduan OAT disediakan dalam
bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
efek samping. Namun, sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh
harus tetap dimotivasi untuk melanjutkan pengobatan bahkan ketika dia sudah
sehat. Selain itu, halangan dalam pengobatan TB dan pengalihan ke OAT lini
kedua, yang diperlukan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat
samping obat anti tuberkulosis (OAT) kategori 1 pada pasien TB paru di unit
sebanyak 63,64%, pada kisaran usia 17-35 tahun (27,27%), dengan berat
paling sering adalah urin berwarna kemerahan 100% dan yang paling
9,09%.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
6 responden (16,7%)
1. Bagi Peneliti
yang tidak dapat digali dari rekam medik seperti faktor mutu
hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sumber kepustakaan guna
3. Bagi Masyarakat