Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

SOP PENGGUNAAN APD PERTOLONGAN PERSALINAN


Diajukan Untuk Mata Kuliah Praktik Kebidanan
Dosen Pembimbing: Belian Anugrah E., S.ST., MMR

Disusun oleh :
Maharani Setianingsih 1610104076
Aisyah Kurnia Putri 1610104086
Elistina Titin Novita L. 1610104098

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
A. DESKRIPSI KASUS
Seorang Perempuan usia 26 tahun G1 P0 A0 Ah0 UK 39 minggu datang ke
puskesmas diantar suaminya. Hasil pengkajian data subjektif ibu mengatakan perut
sudah semakin mulas, rasa ingin meneran kuat, dan keluar lendir darah dari jalan
lahir. Hasil pemeriksaan TTV yaitu TD:120/ 80 mmHg, N: 87x/ menit, P: 21 x/
menit, S: 36,7°C. PD: pembukaan: 10 cm, STLD: positif. Bidan mempersiapkan
diri, alat, dan tempat untuk melakukan pertolongan persalinan. Pasien telah
dijelaskan prosedur dan tujuan tindakan sembari meminta informed consent,
persiapan alat lengkap, dan menjaga privasi tempat. Dalam pertolongan persalinan
bidan tidak menggunakan APD yang lengkap, yaitu tidak menggunakan topi,
goggle, dan sepatu boot sampai persalinan selesai dan pendokumentasian.

B. EMOSI PRIBADI
Dari kasus diatas mahasiswa merasa senang mendapatkan suatu
keterampilan baru karena bidan memberikan kesempatan untuk mahasiswa
membantu tindakan dalam proses persalinan. Tetapi yang disayangkan dari kasus
diatas yaitu kurangnya kesadaran seorang tenaga kesehatan dalam menjaga
keamanan diri sendiri dan juga pasien dalam pencegahan infeksi dengan tidak
menggunakan APD lengkap sesuai standar.

C. EVALUASI
Berdasarkan kasus diatas menurut analisis kami, tindakan seorang bidan
tersebut tepat dalam persiapan pertolongan persalinan. Tetapi dalam penggunaan
APD masih kurang tepat dan kurang lengkap dikarena masih kurang kesadaran
dalam pencegahan infeksi saat pertolongan persalinan yaitu bidan tidak
menggunakan topi, goggle, dan sepatu boot. Menurut kami, pencegahan infeksi
sangat penting dilakukan untuk keselamatan tenaga kesehatan dan pasien.

D. ANALISIS KASUS

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun


2017 dijelaskan Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan menjelaskan bahwa alat pelindung diri adalah
pakaian
khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk melindungi diri dari bahaya
fisik, kimia, biologi/ bahan infeksius.
Tujuan penggunaan alat pelindung diri bagi petugas kesehatan adalah
untuk melindungi tenaga kesehatan dari bahaya akibat kerja, terciptanya perasaan
aman dan terlindung bagi tenaga kerja sebagian mampu meningkatkan motivasi
utuk yang berprestasi dan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan
keselamatan kerja.

APD (Alat Pelindung Diri) terdiri dari sarung tangan, masker/ respirator
partikulat, pelindung mata (goggle), perisai/ pelindung wajah, kap penutup kepala,
gaun pelindung/ apron, sandal/ sepatu tertutup (sepatu boot).
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:

a. Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif


atau pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
memberikan asuhan kebidanan persalinan saat melakukan tindakan menolong
persalinan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 dijelaskan Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi. PMK tersebut menjelaskan bahwa alat pelindung diri adalah pakaian
khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk melindungi diri dari bahaya
fisik, kimia, biologi/ bahan infeksius. Pada pertolongan persalinan, penolong harus
menggunakan APD lengkap yang terdiri dari sarung tangan, masker/ respirator
partikulat, pelindung mata (goggle), kap penutup kepala, gaun pelindung/ apron,
dansandal/ sepatu tertutup (sepatu boot) untuk keselamatan kerja.
F. TINDAK LANJUT
Rencana tindak lanjut dari kasus ini yaitu menanamkan kesadaran kepada
petugas kesehatan bahwa pentingnya menggunakan APD sebagai upaya
pencegahan infeksi untuk keselamatan kerja. Petugas kesehatan dapat melakukan
tindakan sesuai prosedur dengan menggunakan APD lengkap. Apabila tidak
menggunakan APD merupakan hal yang fatal, dapat menularkan ataupun
menimbulkan infeksi penyebaran antara pasien ke petugas, ataupun petugas kepada
pasien.

G. REFERENSI
Gunawan dan Waluyo. (2015). Risk ased Behavioral Safety. Jakarta: PT Gramedia.
Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI

Anda mungkin juga menyukai