Anda di halaman 1dari 124

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PIL


TERHADAP SEKSUALITAS AKSEPTOR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BENTIRING
BENGKULU TENGAH

OLEH :

TITANIA AULIA PUTRI


NPM. 1826010022

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Prroposal Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti
Bengkulu

Oleh :

TITANIA AULIA PUTRI


NPM. 1826010022

Bengkulu, Mei 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Pawiliyah, S.Kep., MAN Ns. Rafidaini Sazarni R, S.Kep., M.Kep

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Ns. Pawiliyah, S.Kep.,MAN

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Titania Aulia Putri

Nomor Mahasiswa : 1826010022

Program Studi : S1 Keperawatan

Lembaga : STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi merupakan hasil karya saya

sendiri menggunakan data sesuai keadaan dilapangan, dan sepanjang pengetahuan

saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, 2022
Yang membuat pernyataan

Titania Aulia Putri

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Jika kamu Ingin di hargai, semua di mulai dari kamu.

 Hargai dirimu, hargai prosesmu tanpa berpikir bahwa dirimu tak layak dan

orang lebih baik darimu

 Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain karena tidak semua bunga

tumbuh mekar secara bersamaan

 Tidak perlu membalas kejahatan seseorang dengan tanganmu sendiri, karena

Allah lebih tahu balasan apa yang tepat untuknya.

PERSEMBAHAN

Terimakasih untuk diri ku sendiri masih kuat hingga ke titik ini, aku tahu

tidak mudah untuk kita melewatinya, banyak halangan, rintangan, belum lagi

cacian dan ada saja yang merendahkan, tetapi kita sudah bisa melewatinya dan

membuktikan bahwa kita mampu berdiri di atas kaki sendiri, dengan bahu yang

kuat dan hati yang begitu baik. Terimakasih untuk orang-orang yang selalu

menyayangi dan selalu mendukungku.

 Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyanyang atas segala nikmat

yang diberikan untuk penulis sehingga tidak ada alasan bagi penulis untuk

berhenti bersyukur.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya ayah Duraya dan

Ibu Novita Indriasari yang selalu mendukung dan mendoakan saya sehingga

bisa menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk kedua adik saya M. Raihan Asyami

iv
yang selalu memberi semangat, semoga kalian juga bisa mengikuti jejak

kakakmu ini dan lebih baik dari kakakmu ini.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk seseorang yang bernama Esya Rahmat,

yang selalu menguatkan, menyemangati dan selalu memberi motivasi agar

saya cepat menyelesaikan skripsi ini.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk sahabatku (Indah,Keke,Nurni) yang

selalu mengutkan hingga saat ini, semoga persahabtan kita selalu terjalin baik

hingga akhir hayat.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk dosen pembimbing saya ibu Ns.

Pawiliyah, S.Kep., MAN dan ibu Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep.,

M.Kep yang telah mendidik dan membimbing saya sampai bisa

menyelesaikan skripsi ini.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk prodi S1 Keperawatan.

 Skripsi ini saya persembahkan untuk teman-teman seangkatan dan

sealmamater.

v
ABSTRAK
Titania Aulia Putri. (2022). Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pil Tehadap Seksualitas Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring
Bengkulu Tengah. Skripsi. Bengkulu : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri
Mandiri Sakti Bengkulu. Pembimbing I Ns. Pawiliyah, S.Kep.,MAN, dan
Pembimbing II Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep., M. Kep.
Penggunaan alat kontrasepsi Pil merupakan salah satu upaya dalam
mencegah kehamilan, salah satu maslah yang timbul akibat penggunaan alat
kontrasepsi Pil yaitu masalah seksualitas. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui
hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap seksualitas akseptor di
Wilayah Kerja Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah. Jenis penelitian ini adalah
survey analitik dengan menggunakan desain Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah akseptor KB Pil yang ada dalam wilayah kerja
Puskesmas Bentiring Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive sampling
dan diperoleh sampel sebanyak 60 akseptor KB Pil, pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari menyebarkan kuesioner.
Teknik analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji
Chi-Square. Hasil penelitian dari 60 Akseptor KB Pil di Wilayah Kerja
Puskesmas Bentiring terdapat Pil ≥ 1 tahun (lama) terdapat 13 orang mengalami
disfungsi seksual dan 19 orang tidak mengalami disfungsi seksual sedangkan 28
orang akseptor yang menggnakan Kb Pil < 1 tahun (singkat) 3 orang mengalami
disfungsi seksual dan 25 orang tidak mengalami disfungsi seksual; Ada hubungan
yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi Pil tehadap seksualitas
akseptor dengan kategori keeratan hubungan sedang dengan nilai C (0,320).

Kata Kunci : kontrasepsi pil, seksualitas akseptor

vi
ABSTRACT
Titania Aulia Putri. (2022). The Relationship between the Use of Pill
Contraception Devices and the Sexuality of Acceptors in the Working Area
of the Bentiring Health Center, Central Bengkulu. Thesis. Bengkulu: Tri
Mandiri Sakti Bengkulu School of Health Sciences. Advisor I Ns. Pawiliyah,
S.Kep., MAN, and Supervisor II Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep.,
M.Kep.
The use of contraceptive pills is an effort to prevent pregnancy, one of the
problems that arise due to the use of contraceptive pills is the problem of
sexuality. The purpose of this study was to determine the relationship between the
use of contraceptive pills and acceptor sexuality in the Working Area of the
Bentiring Central Bengkulu Health Center. This type of research is an analytical
survey using a cross sectional design. The population in this study was the number
of birth control pill acceptors in the working area of the Bentiring Health Center,
Pondok Kubang District, Central Bengkulu Regency. The sampling technique in
this study used purposive sampling and obtained a sample of 60 birth control pill
acceptors. Data collection in this study used primary data obtained from
distributing questionnaires. Data analysis techniques were performed using
univariate and bivariate analysis with the Chi-Square test. The results of the study
of 60 birth control pill acceptors in the Working Area of Bentiring Health Center
had pills ≥ 1 year (old) there were 13 people experiencing sexual dysfunction and
19 people did not experience sexual dysfunction while 28 acceptors who used
birth control pills <1 year (short) 3 people experienced sexual dysfunction and 25
people did not experience sexual dysfunction; There is a significant relationship
between the use of contraceptive pills and acceptor sexuality with the moderate
relationship category with a value of C (0.320).
Keywords: pill contraception, acceptor sexuality

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian yang

berjudul “Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas

Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah” Skripsi

penelitian ini diajukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana

Keperawatan (S.Kep).

Dalam penyusunan Skripsi penelitian ini penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun

isi materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi

penelitian ini.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Hasan Basri Rachman, MM selaku Ketua Yayasan Tri Mandiri

Sakti Bengkulu.

2. Bapak Drs.H.S. Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti

Bengkulu.

3. Ibu Ns. Pawiliyah, S.Kep., MAN selaku Ketua Jurusan Keperawatan STIKES

Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan sekaligus sebagai pembimbing I skripsi

penelitian yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi penelitian ini

viii
dan selalu memberi semangat untuk mengerjakan skripsi penelitian ini hingga

selesai.

4. Ibu Ns. Vellyza Colin, S.Kep., MAN selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

5. Ibu Ns. Rafidaini Sazarni Ratiyun, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II

skripsi penelitian yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi

penelitian ini dan selalu memberi semangat untuk mengerjakan skripsi

penelitian ini hingga selesai.

6. Kepala Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan Penelitian di

Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah.

7. Rekan-rekan seperjuangan dan orang-orang terdekat saya yang telah memberi

masukan serta support kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

Aamiin.

Bengkulu, 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penilitian.............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Keluarga Berencana......................................................................... 10
1. Pengertian.................................................................................... 10
2. Tujuan Program KB.................................................................... 11
3. Ruang lingkup program KB........................................................ 11
4. Akseptor KB................................................................................ 13
5. Kontrasepsi.................................................................................. 15
B. Konsep Seksualitas........................................................................... 24
1. Definisi Seksualitas..................................................................... 24
2. Fungsi Seksualitas....................................................................... 25
3. Siklus Respons Seksual Pada Wanita.......................................... 26
C. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Dengan
Seksualitas Akseptor KB.................................................................. 33
D. Kerangka Konsep ............................................................................ 37
E. Definisi Operasional ........................................................................ 38
F. Hipotesis .......................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu............................................................................ 39
B. Jenis Penelitian................................................................................ 39
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 39
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 41
E. Instrument Penelitian....................................................................... 42
F. Teknik Pengolahan Data.................................................................. 45
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 46

x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................... 47
1. Mengetahui Umum Pukesmas Bentiring .................................... 47
2. Jalannya Penelitian ..................................................................... 48
3. Mengetahui Karakteristik Responden......................................... 49
4. Analisis Univariat ........................................................................ 51
5. Analisis Bivariat ........................................................................... 53
B. Pembahasan....................................................................................... 54
1. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB Pil ......................... 54
2. mengetahui distribusi frekuensi seksualitas akseptor KB Pil........ 57
3. Hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap seksualitas
akseptor................................................................................. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................... 69
B. Saran................................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian .........................................................

38

Tabel 2. Penentuan Skor Female Sexual Function Index (FSFI ) ................... 43

Tabel 3. Distribusi frekuensi umur ................................................................... 49

Tabel 4. Distribusi frekuensi pendidikan ......................................................... 50

Tabel 5. Distribusi frekuensi pekerjaan ........................................................... 51

Tabel 6. Distribusi Penggunaan alat kontrasepsi ............................................. 52

Tabel 7. Distribusi Seksualitas akseptor .......................................................... 52

Tabel 8. Hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap seksualitas

akseptor ............................................................................................... 53

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Konsep.............................................................................. 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Menjadi Informan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Hasil Pengumpulan Data

Lampiran 5 Tabulasi Data

Lampiran 6 Hasil Olah Data

Lampiran 7 Permohonan izin penelitian skripsi kepada Kepala Dinas Kesatuan


Bangsa dan Politik Kabupaten Bengkulu Tengah

Lampiran 8 Permohonan izin penelitian skripsi kepada Kepala Dinas Penanaman


Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Lampiran 9 Permohonan izin penelitian skripsi kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Bengkulu Tengah

Lampiran 10 Permohonan izin penelitian skripsi kepada Kepala Puskesmas


Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Bengkulu Tengah

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu


Tengah

Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 15 Berita Acara Bimbingan

Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

sebagaimana diamanatkan Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas

untuk melaksanakan program kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang sekarang yang sekarang

penyebutannya menjadi Program Bangga Kencana. Berdasarkan Rencana

Strategis BKKBN 2020-2024 yang harus dicapai diantaranya adalah

Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR), meningkatnya

angka prevalensi pemakaian kontrasepsi modern/ modern contraceptive

prevalence rate (mCPR), dan Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak

terpenuhi/Unmet Need. Perlu menjadi perhatian bahwa pencapaian program

keluarga berencana sangat ditentukan oleh kesertaan masyarakat terutama

dalam hal ini Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber KB (Gustina, 2020).

Penggalakan program keluarga sejahtera melalui program keluarga

berencana menjadi bagian dari usaha pencegahan dalam layanan kesehatan

mendasar pada wanita, walaupun terdapat beberapa perbedaan persepsi

mengenai hal ini. Perwujudan dari usaha memaksimalkan fungsi keluarga

berencana, layanan ini patut tersedia untuk wanita, caranya dengan mengatur

dan mencukupi keperluan layanan kesehatan reproduksi esensial serta lainnya.

Tanggap terhadap tiap fase siklus reproduksi wanita. Perkembangan layanan

1
2

keluarga berencana menjadi bagian upaya dalam memperkecil jumlah

kesakitan dan kematian ibu yang cukup meningkat karena kejadian kehamilan

(Fauziah, 2020).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2020,

Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 271.066.366 jiwa. yang terdiri

atas 136.142.501 jiwa penduduk laki-laki dan 134.923.865 jiwa penduduk

perempuan. Pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk di Indonesia dari

tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 berdasarkan jenis kelamin. Penurunan

jumlah pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2019-2020 dari

3,06 juta per tahun menjadi 2,99 juta per tahun, Indonesia masih menduduki

urutan ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia setelah Amerika, India

dan Cina (Kemenkes RI, 2020).

Pertumbuhan penduduk Indonesia secara nasional masih relatif cepat,

walaupun ada kecenderungan menurun Antara tahun 1961- 1971 pertumbuhan

penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971- 1980 sebesar 2,32% pertahun,

tahun 1980- 1990 sebesar 1,98% pertahun, periode 1990- 2000 sebesar 1,6%

pertahun, periode 2000-2010 sebesar 1,49%, selanjutnya periode tahun 2010-

2020 yaitu 1,25% pertahun, penurunan pertumbuhan penduduk ini cukup

menggembirakan, hal ini didukung oleh pelaksanaan program keluarga

berencana di seluruh tanah air. Terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua

kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah

keluarga sejahtera. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Program Keluarga

Berencana mempunyai dua tujuan pokok yaitu: a). Menurunkan angka


3

kelahiran agar pertambahanpenduduk tidak melebihi kemampuan peningkatan

produksi, dan b). Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai

keluarga sejahterah. Adapun dampak Laju Pertumbuhan penduduk Terhadap

Lingkungan Hidup antara lain : a). Makin berkurangnya lahan produktif dan

alih fungsi lahan, seperti sawah/ perkebunan menjadi pemukiman dan

kawasan industri, dan b). Makin berkurangnya luas hutan konservasi akibat

tuntutan pembukaan areal perkebunan rakyat/swasta (Matahari, 2018).

Hasil Sensus Penduduk tahun 2020 menunjukkan jumlah penduduk

Indonesia terus bertambah (pertumbuhan yang positif) sebanyak 32,56 juta

jiwa dibandingkan hasil Sensus tahun 2010, dengan Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) sebesar 1,25 persen. LPP memang telah berhasil diperlambat

jika kita bandingkan pada periode tahun 2000-2010 sebesar 1,49 persen per

tahun. Namun kita tidak serta merta bergembira dan euforia karena secara

imbangan antara fertilitas dan mortalitas masih relatif tidak bergeser dengan

Total Fertility Rate (TFR) masih di angka 2,45 (Wardayo, 2021).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu prioritas

pembangunan kesehatan sebagai upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak,

dimana pelayanan kontrasepi merupakan salah satu pilar dalam upaya

penurunan angka kematian ibu dan bayi. Penggunaan kontrasepsi

berkontribusi dalam mengatur jarak kehamilan dan pencegahan terjadinya

kehamilan yang tidak direncanakan. Dengan demikian diharapkan setiap ibu

dapat menjalani kehamilan dalam kondisi yang sehat (Pritasari, 2020).


4

Sebagian besar wanita dihadapkan pada kesulitan memilih alternatif

metode kontrasepsi. Bukan saja karena terpaku pada jumlah metode yang ada,

tapi juga karena pola- pola itu bisa saja belum dapat diterima terkait dengan

prosedur keluarga berencana nasional, kondisi kesehatan perorangan, serta

kondisi fungsi reproduksi wanita dan anggaran untuk mendapatkan

kontrasepsi. Sebaiknya wanita harus memikirkan berbagai faktor dalam

memilih metode kontrasepsi, diantaranya keadaan kesehatan mereka, kontra

indikasi serta efek suatu metode, pengaruh terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan, jumlah keluarga yang diharapkan, partisipasi pasangan, serta

pengaruh aturan adat kebiasaan terkait kesanggupan memiliki keturunan

(Fauziah, 2020).

Pada tiap metode kontrasepsi tentunya memiliki keunggulan serta

kekurangan. Walaupun sudah menganalisis positif dan negatif dari tiap

kontrasepsi yang tersedia, akan tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada

kendala dalam mengatur kesuburan dengan efektif dan efisien melalui cara

yang bisa diterima, secara individu ataupun adat dan pola kebiasaan dalam

kesehatan reproduksi berdasarkan daur kehidupan. Tentu bukan hal yang

mengagetkan jika sebagian besar wanita berpersepsi mengenai pemakaian

kontrasepsi kadang kala menjadi problematika tersendiri hingga dengan berat

hati memutuskan menggunakan metode yang sebenarnya kurang cocok tentu

ada resiko/ efek tertentu atau tidak memakai kontrasepsi sama sekali karena

tingkat kepercayaan wanita terhadap kebutuhan fisik dan seksualitasnya

berpengaruh pada penentuan pilihan tehadap pemakaian metode KB. Sebagian


5

besar wanita tidak mau siklus normalnya berubah, karena cemas jika

kemungkinan terjadi perdarahan dalam waktu lama serta mempengaruhi

tatanan hubungan seksual hingga menjadi penyebab ketidak harmonisan

rumah tangga sampai adanya isu orang ketiga. Panjangnya siklus menstruasi

atau perdarahan terus menerus dapat mengganggu aktivitas ibadah hingga

berpengaruh pada psikologis. untuk itu, partisipasi serta dukungan suami

terkait pemilihan kontrasepsi punya pengaruh besar dalam memilihkan metode

kontrasepsi untuk pasangan (Fauziah, 2020).

Pada umumnya wanita memiliki kemampuan dalam melaksanakan

tanggung jawab atas metode kontrasepsi yang dipilih, disisi lain wanita pun

mudah menyesal saat menolak hubungan seksual yang diminta pasangan serta

menanggung resiko efek samping dan kesehatan. Sebagian lainnya merasa

khawatir, terkait kesopanan dan rasa sungkan, jika membicarakan hal tersebut

dengan suami, mengenai kontrasepsi, hubungan seksual dan momongan,

hingga sebagian besar wanita memutuskan menggunakan KB tanpa diketahui

suami (Fauziah, 2020).

Menurut Association Of South East Nations (ASEAN) penggunaan

kontrasepsi telah meningkat diberbagai dunia, terutama di Asia, Amerika

Latin dan terendah di Sub-Sahar Afrika. Secara global, penggunaan

kontrasepsi modern telah meningkat secara tidak signifikan dari 54% pada

tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara rasional proporsi

pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi

modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Afrika mengalami


6

peningkatan dari 23,6% menjadi 27,6% di Asia telah meningkat dari 60,9%

menjadi 61,6%, sedangkan Afrika latin dan karibia naik sedikit dari 66,7%

menjadi 67,9% perempuan di Negara-negara berkembang diperkirakan 225

juta ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan

metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: Terbatasnya pilihan

metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum

terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi (BKKBN, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan

Amerika Latin dan terendah di SubSahara Afrika. Secara global, pengguna

kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

1990 menjadi 57,4% pada tahun 2016. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%,

di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin

dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% (WHO, 2017).

Salah satu masalah yang diakibatkan oleh penggunaan alat kontrasepsi

adalah masalah seksual. Hal ini tentu saja dapat berdampak secara hormonal

pada kualitas hidup dan kesehatan emosional wanita. Munculnya gangguan

fase seksual pada perempuan secara tidak langsung memiliki efek negatif

terhadap kehidupan suami istri dan apabila fatal berujung pada perceraian.

Oleh karena itu, penggunaan alat kontrasepsi memerlukan perhatian khusus

karena dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual (Sari, 2020).

Penggunaan kontrasepsi pil dalam waktu yang lama akan menyebabkan

disfungsi seksual berupa penurunan seksual. Ketidakseimbangan hormon di


7

dalam tubuh akan mengakibatkan timbulnya suatu reaksi yang secara langsung

mempengaruhi kondisi fisik tubuh maupun maupun organ reproduksi dan

psikis (Sibagariang, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih tahun 2021 tentang gangguan

fase seksual dengan penggunaan KB hormonal pada akseptor KB,

menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh antara penggunaan KB hormonal

dengan fase seksual. KB hormonal sangat membantu dalam mencegah

kehamilan, tetapi ada beberapa efek samping yaitu penurunan keinginan,

nyeri, dan penurunan frekuensi hubungan seksual.

Data awal yang penulis peroleh dari Puskesmas Bentiring Kabupaten

Bengkulu Tengah di Poli KIA/KB didapat data jumlah pasangan usia subur

(PUS) 1060, jumlah KB aktif 661 (62,35%) dan jumlah pemakaian

kontrasepsi suntik sebanyak 478 (45,09%), kontrasepsi Pil 144 (13,6%),

implan 27 (2,5%) dan sisanya AKDR serta kondom. Data ini menunjukkan

bahwa pemilihan kontrasepsi pil masih rendah bila dibandingkan dengan

kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu

Tengah, hal ini menunjukkan bahwa akseptor KB yang menggunakan metode

Pil merupakan akseptor KB yang telah memahami kekurangan dari

kontrasepsi KB pil tersebut sebab selain harus diminum setiap hari secara

rutin ada efek samping lain seperti terjadinya gangguan seksual.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil Terhadap


8

Seksualitas Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu

Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan di atas maka rumusan

masalah yang ingin di angkat oleh peneliti adalah : Apakah ada hubungan

pemakaian kontrasepsi pil dengan seksualitas akseptor KB di wilayah kerja

Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap

seksualitas akseptor KB pil di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring

Bengkulu Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor penggunaan alat kontrasepsi

pil di wilayah kerja Puskesmas Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah.

b. Mengetahui distribusi frekuensi seksualitas akseptor KB di wilayah

kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah.

c. Mengetahui hubungan penggunaa alat kontrasepsi pil terhadap

seksualitas akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Bentiring

Bengkulu Tengah.
9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya dalam menggali faktor-faktor lain terkait permasalahan alat

kontrasepsi yang digunakan terhadap seksualitas yang dialami oleh

akseptor KB.

2. Manfaat Bagi STIKES TMS Bengkulu

Menambah pengetahuan di bidang akademik, penelitian ini bisa

bermanfaat untuk bidang pembelajaran tentang hubungan penggunaan alat

kontrasepsi pil KB terhadap seksualitas akseptor yang menggunakan

metode KB pil khususnya.

3. Manfaat Pengembangan Ilmu Kesehatan

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan sebagai bahan evaluasi

pengembangan program KB kepada masyarakat khususnya metode KB

pil dan umumnya metode KB lainnya yang menjadi prioritas

pemerintah dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk yang

ideal.

b. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam

menentukan metode KB yang sesuai/cocok digunakan yang tentunya

melalui konseling pada petugas KIA/KB.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang

dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah

mencegah sperma laki laki mencapai dan membuahi telur wanita

(fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim (Purwoastuti,

E dan Walyani, 2015).

Keluarga berencana salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. Keluarga

berencana merupakan tindakan membantu individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval

diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan

untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran

(Matahari, 2018).

10
11

b. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga

dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran

yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan

kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan,

menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu

untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda,

jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua

(Fauziah, 2020).

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat

menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Matahari, 2018).

c. Ruang Lingkup Program KB

Menurut Fauziah, (2020), bahwa ruang lingkup program

Keluarga Berencana secara umum adalah sebagai berikut :


12

1) Keluarga berencana

Keluarga Berencana merupakan salah satu tindakan yang

membantu seseorang maupun pasangan suami isteri untuk

mengindari kelahiran yang tidak harapkan, mendapatkan kelahiran

yang diinginkan pasutri, mengatur interval atau jarak diantara

kelahiran, mengontrol waktu pada saat kelahiran yang

berhubungan dengan umur suami dan istri, menentukan jumlah

anak.

2) Kesehatan reproduksi remaja

Suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya

3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

Ketahanan Keluarga adalah kondisi dinamik keluarga dalam

mengelola sumber daya fisik maupun non fisik dan mengelola

masalah yang dihadapi, untuk mencapai tujuan yaitu keluarga

berkualitas dan tangguh sebagai pondasi utama dalam mewujudkan

ketahanan Nasional.

4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

Keluarga Berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju,

mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan,


13

bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

5) Keserasian kebijakan kependudukan

Kebijakan kependudukan sebagai salah satu upaya pemerintah

dalam menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi dalam

masyarakat yang berkaitan dengan bidang kesehatan, pendidikan,

budaya, sosial, dan ilmu pengetahuan.

6) Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Pengelolaan sumber daya manusia dengan keluarga yang

mengikuti program KB dapat lebih maksimal dilakukan, dengan

jumlah anak yang ideal, jarak usia anak yang cukup memberikan

ruang bagi orang tua dalam mensupport masa depan anak-anak nya

lebih baik kedepan, baik dari sisi moril maupun materi.

7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

Program KB merupakan salah satu indikator bagi pemerintah

dalam menyukseskan pembangunan, dengan jumlah komposisi

penduduk yang ideal, SDM yang berkualitas menjadi dasar bagi

pimpinan dalam menjalankan roda pemerintahan berkelanjutan.

d. Akseptor KB

Menurut Ida Prijatni dan Sri Rahyu, (2016) Akseptor KB

adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah

dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis-jenis akseptor KB,

yaitu:
14

1) Akseptor Aktif

Akseptor aktif yang menggunakan salah satu cara kontrasepsi

untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

2) Akseptor aktif kembali

Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang

tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara

alat kontrasepsi, baik dengan cara yang sama maupun berganti cara

setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut

dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB Baru

Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali

menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali

menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

4) Akseptor KB dini

Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu

cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau

abortus.

5) Akseptor KB langsung
15

Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah

satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan/

abortus.

6) Akseptor KB dropout

Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan

pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

e. Kontrasepsi

1) Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah; pertemuan antara sel telur

(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang

mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah; menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara

sel telur yang matang dengan sel sperma (Fauziah, 2020)

Menurut Nugroho, (2014), Kontrasepsi berarti mencegah

atau melawan pertemuan antara sel telur yang matang dan sel

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi merupakan

upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan.

2) Jenis Kontrasepsi

Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:

a) Metode sederhana adalah : tanpa alat atau tanpa obat, metode

Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus, pantang berkala.


16

b) Dengan alat atau dengan obat adalah : Kondom, diafragma atau

cap, cream, jelly dan cairan berbusa, tablet berbusa (vagina

tablet).

c) Metode efektif adalah : Pil KB, AKDR (alat kontrasepsi dalam

rahim), suntikan KB, susuk KB / Implant.

d) Metode kontap dengan cara operasi (kontrasepsi mantap)

adalah : tubektomi (pada wanita) dan vasektomi (pada Laki-

laki).

3) Cara Kerja Kontrasepsi

Adapun cara kerja dari alat kontrasepsi adalah :

a) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b) Melumpuhkan sel sperma.

c) Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

4) Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi pil KB adalah alat kontrasepsi berbentuk tablet

dengan kandungan hormon estrogen dan progesteron (kombinasi),

atau hanya hormon progesteron (mini) saja (Andijani, 2022).

Menurut Ida Prijatni dan Sri Rahyu, (2016)kontrasepsi

hormonal adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon,

terdapat kontrasepsi yang hanya mengandung hormon estrogen saja

atau hanya mengandung hormon progesteron saja dan kontrasepsi

hormonal kombinasi keduanya.


17

Jenis-jenis kontrasepsi pil KB ada 2 macam yaitu pil KB

kombinasi (mengandung hormon estrogen dan progesteron) dan pil

KB mini (hanya mengandung hormon progesteron) (Andijani,

2022). Berikut ini Jenis-jenis kontrasepsi pil KB :

1. Pil Kombinasi

Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen dan

progesteron yang berfungsi untuk mencegah ovulasi pada tubuh

wanita.

Efektif, harus diminum setiap hari, pada bulan pertama

efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak

berbahaya dan segera akan hilang. Efek samping yang serius

sangat jarang terjadi, dapat dipakai oleh semua ibu usi

reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum,

dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil, tidak

dianjurkan pada ibu yang menyusui karena mengurangi produksi

ASI.

1. Jenis pil KB Kombinasi

1) Pil KB monofasik adalah pil dengan kadar estrogen dan

progesteron yang sama untuk setiap pil aktif pada

periode pertama penggunaan pil KB.

2) Pil KB bifasik adalah pil yang mengandung hormon

estrogen dan progesteron, tapi terjadi perubahan isi

hormon pada setengah siklus penggunaan pil KB.


18

3) Pil KB trifasik adalah pil dengan kadar estrogen dan

progesteron yang mengalami peningkatan. Pil ini

dikonsumsi pada saat sepertiga periode kedua dan juga

sepertiga periode ketiga dari penggunaan pil KB.

2. Cara kerja pil kombinasi :

Mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar hipofise

(hormon LH) sehingga tidak terjadi ovulasi, menyebabkan

perubahan pada endometrium, sehingga endometrium tidak

siap untuk nidasi, menambah kepekatan lender serviks,

sehingga sulit dilalui sperma, pergerakan tuba terganggu

sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula.

3. Keuntungan (manfaat) pil kombinasi

Alat kontrasepsi yang sangat efektif bila minum

secara teratur (tidak lupa), tidak mengganggu senggama,

reversibilitas (pemulihan kesuburan) tinggi siklus haid

menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah

anemia) tidak terjadi nyeri haid, dapat digunakan jangka

panjang selama perempuan masih menggunakannya untuk

mencegah kehamilan, dapat digunakan sejak usia remaja

hingga menopause, mudah dihentikan setiap saat, membantu

mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, penyakit


19

radang panggul, disminore, mengurangi perdarahan

menstruasi.

4. Kerugian Pil Kombinasi

Membosankan karena harus minum setiap hari, mual,

pusing terutama pada 3 bulan pertama, perdarahan bercak

terutama 3 bulan pertama, nyeri payudara, berat badan naik

sedikit tetepi pada perempuan tertentu berat badan justru

memilki dampak positif, amenore, tapi jarang sekali untuk

pil kombinasi, tidak boleh diberikan pada ibu yang menyusui

karena akan mengurangi produksi ASI, pada sebagian kecil

wanita dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana

hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan

senggama berkurang, dapat meningkatkan tekanan darah dan

retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan

pembekuan darah pada vena sedikit meningkat. Pada

perempuan usia > 35 tahun keatas dan merokok perlu hati-

hati, tidak mencegah IMS, HIV/AID’s.

Informasi terkini menunjukkan bahwa yang dapat

menggunakan pil kombinasi adalah usia reproduksi, telah

memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak, gemuk

atau kurus, menginginkan alkon dengan efektivitas tinggi,

setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah melahirkan 6

bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan


20

semua cara yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut,

pasca keguguran, anemia karena haid yang berlebihan, nyeri

haid hebat, siklus haid tidak teratur, riwayat kehamilan

ektopik, kelainan payudara, kencing manis tanpa komplikasi

pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf, penyakit tiroid,

radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak,

dan varises.

Sementara yang tidak boleh menggunakan pil

kombinasi adalah yang sedang hamil atau dicurigai hamil,

menyusui eksklusif, perdarahan pervagina yang belum

diketahui penyebabnya, hepatitis, perokok dengan usia lebih

35 tahun, riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan

darah > 140/90 mmhg, riwayat gangguan factor pembekuan

darah atau kencing manis > 20 tahun, kanker payudara atau

dicurigai kanker payudara, endometrium, migraine dan

gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi).

Penggunaan Pil Kombinasi dapat kontra indikasi

relative pada pasien yang menderita asma, penyakit jantung,

penyakit ginjal, penyakit kandung empedu, depresi

(terutama bila memburuk pada masa sebelum menstruasi

atau setelah melahirkan), varises.

Dianjurkan agar diberikan konseling pelayanan KB

Pil Kombinasi yaitu dengan cara :


21

a) Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan

ikuti panah yang menunjuk deretan berikut

b) Pil diminum setiap hari, lebih baik pad ass\aat yang sama

setelah makan malam

c) Sangat dianjurkan diminum pada hari pertama haid

d) Bila paket 28 tablet mulai diminum pada hari pertama

haid dan dilanjutkan terus tanpa terputus dengan

rangkaian yang baru, tanpa menghiraukan ada tidaknya

haid. Bila paket pil yang berisi 20, 21, dan 22 mulai

diminum pada hari kelima haid diteruskan sampai habis

kemudian tunggu satu minggu baru mulai minum pil dari

paket baru.

e) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan

pil, gunakan metode kontrasepsi yang lain.

f) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam,

maka bila keadaan memungkinkan dan tidak

memperburuk keadaan anda, pil dapat diteruskan.

g) Bila lupa minum 1 pil, sebaiknya bisa langsung diminum

atau sekaligus 2 pil pada hari yang sama. Bila lupa

minum 2 pil atau lebih maka pakailah kontrasepsi yang

lain dan pil diminum seperti biasanya satu hari satu

tablet sampai habis


22

h) Bila lupa minum pil 3 kali berturut-turut mungkin si ibu

akan mengalami haid dan hentikan minum pil, minumlah

pil yang baru mulai hari kelima haid.

i) Bila tidak mendapatkan haid harus periksa ke klinik

untuk tes kehamilan.

j) Pada permulaan minum pil kadang-kadang mual, pening

atau sakit kepala, nyeri payudara, spotting,kelainan

seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama dan

lama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya. Bila

keluhan tetap muncul harus konsultasi ke dokter/bidan.

2. Mini Pil

Pil mini hanya mengandung hormon progesteron dengan

dosis rendah. Pil mini dapat mengubah frekuensi menstruasi

yang nantinya akan berpengaruh pada pencegahan kehamilan.

Saat mengonsumsi pil mini, lendir pada serviks dan dinding

uterus akan mengalami perubahan yang memengaruhi ovulasi.

Seorang wanita yang mengonsumsi pil mini mungkin tidak

mengalami siklus menstruasi sama sekali. Bisa juga tetap

mengalami menstruasi, tetapi siklusnya menjadi tidak teratur

(Andijani, 2022).

Cocok untuk semua ibu menyusui, dosis rendah, tidak

menurun kan produksi ASI, tidak memberikan efek samping


23

estrogen, spotting dan perdrahan tidak teratur, banyak dapat

dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

1. Efek Samping

Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi, kenaikan

berat badan, nyeri tekan pada payudara, depresi, penurunan

HDL, kemungkinan penurunan massa tulang.

2. Tanda dan Peringatan

Nyeri hebat pada abdomen bawah, sakit kepala hebat,

tidak menstruasi pada waktu yang biasanya menstruasi,

perdarahan pervaginam hebat (pada penggunaan depo

provera).

Sangat diperlukan melakukan konseling mini pil pada

klien. Pasien harus mengetahui secara pasti bahwa mini pil

sangat efektif (98,5% tidak terjadi kehamilan), jangan

sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam yang

sama (malam hari setelah makan), senggama sebaiknya

dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan mini pil, diminum

mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid, bila

menggunakannya pada hari ke 5 haid, jangan melakukan

senggama selama 2 hari atau boleh menggunakan kondom,

bila klien tidak haid minipil dapat digunakan setiap saat asal

klien yakin tidak hamil, bila menyusui penuh antara 6

minggu dan 6 bulan pasca persalinan mini pil dapat dimulai


24

setiap saat dan tanpa memerlukan alkon tambahan, bila lebih

dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapat

haid, mini pil dapat diminum mulai hari 1 sampai dengan

siklus haid, mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran,

bila sebelum pakai hormonal yang lain atau pakai IUD ingin

ganti mini pil, bisa diberikan segera asal yakin tidak hamil,

bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan

pil, gunakan metode kontrasepsi lain (kondom), bila klien

ingin melakukan hubungan senggama pada 48 jam

berikutnya, bila klien lupa terlambat minum pil lebih dari 3

jam, minumlah pil tersebut begitu klien ingat, dan gunakan

metode pelindung selama 48 jam, bila klien lupa minum 1-2

tablet, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera

klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir

bulan, walaupun klien belum haid, mulailah paket baru

sehari setelah paket terakhir habis, bila haid teratur setiap

bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus haid (tidak haid).

B. Konsep Seksualitas

1. Definisi Seksualitas

Menurut Martaadisoebrata, (2016) bahwa seksualitas merupakan

bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun wanita. Seperti tubuh

dan jiwa berkembang, seksualitas juga berkembang sejak masa anak-anak,

sampai dewasa. Seksualitas diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual,


25

yang didalamnya tercangkup fungsi seksual. Seksualitas juga diartikan

sebagai sebuah indentitas individu yang secara sosial dibangun

berdasarkan komponen biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik,

harapan dan tingkah laku. Selama perubahan yang terjadi pada kehamilan

akan menciptakan atau mengalami perubahan dalam beberapa aspek

seksualitas.

Menurut BKKBN (2016), seksualitas menyangkut berbagai dimensi

yang sangat luas yaitu dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan

kultural. Dimensi biologi berkaitan dengan orgam reproduksi dan alat

kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan

secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Dimensi

psikologis berkaitan dengan bagaimana fungsi sebagai makhluk seksual,

indentitas peran, dan jenis. Dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana

seksual muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh

lingkungan dalam membentuk perilaku seksual. Dimensi perilaku

menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual yaitu perilaku yang

muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural

menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada

dimasyarakat.

2. Fungsi Seksual

Fungsi seksual adalah tingkat atau derajat dari keseluruhan siklus

respon seksual yang normal. Fungsi seksual dapat digunakan untuk

mengkaji seksualitas manusia dalam konteks klinis. Fungsi seksual wanita


26

adalah suatu bentuk kemampuan untuk mencapai kegembiraan atau hasrat

seksual, pelumasan, atau gairah, dan orgasme, yang mengarah pada tingkat

kesehatan bersama kualitas hidup yang baik (Shahhosseini, 2015).

Dimensi dasar dari penilaian fungsi seksual terdiri dari keinginan,

gairah, pelumasan, orgasme, kepuasaan, dan rasa nyeri. Fungsi seksual

juga dapat dipengaruhi oleh usia, pengetahuan, penyakit kronik, kehamilan

dan persalinan (Tunardy, E. I., Manoe, M., & Tessy, 2015). Respon

seksual yang abnormal merupakan gangguan fungsi seksual.

3. Siklus Respons Seksual Pada Wanita

Siklus respons seksual pada wanita berfungsi sebagai dasar untuk

memahami disfungsi seksual, karena sebagian kasus disfungsi seksual

banyak terjadi selama tahap tertentu dari sebuah siklus. Pada dasarnya

dorongan seksual (sexual desire) pria dan wanita sama saja, yaitu

dipengaruhi oleh hormon seks, faktor psikis, rangsangan seksual yang

diterima, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau faktor-faktor

tersebut bersifat positif, dorongan seksual muncul dengan baik

(Pangkahila, 2011). Karena rangsangan seksual, tubuh akan mengalami

reaksi seksual yang disebut siklus reaksi normal.

Reaksi seksual tidak hanya tejadi pada organ kelamin saja, tetapi juga

pada bagian tubuh lain. Bahkan, secara psikis juga terjadi perubahan.

Respons fisiologis pada stimulasi seksual adalah vasokongesti dan

tegangan otot yang berbeda pada setiap fase. Fase siklus respons hubungan

seksual terbagi menjadi 4 fase yaitu fase desire, fase plateu, fase orgasme
27

dan fase resolusi (Kozier, 2011). Siklus respons seksual dan dikategorikan

menjadi empat tahap yaitu :

1) Fase Bangkitan Gairah

Fase pertama pada siklus respon seksual ditandai dengan bangkitan

gairah untuk melakukan aktivitas seksual (peningkatan libido) dan

fantasi seksual meliputi pemikiran, keinginan, dan membayangkan

aktivitas seksual. Fase kenikmatan dipersarafi oleh sistem parasimpatik

melalui nervus sakral 2, 3 dan 4. Ditandai dengan perubahan fisiologis

seksual, yakni adanya lubrikasi pada vagina selama 10-30 detik,

genitalia eksterna membesar, 1/3 bagian bawah vagina menyempit, 2/3

bagian atas vagina memanjang dan vagina membesar. Ukuran klitoris

meningkat dan menjadi sangat sensitive. Beberapa wanita

mengungkapkan perasaan hangat/ panas secara seksual. Respons

sistemik selama fase ini ditunjukan adanya peningkatan denyut jantung,

respirasi, dan tekanan darah. Pada wanita mungkin mengalami ereksi

pada putting dan “sex flush” terjadi kemerahan pada dada, wajah, dan

leher.

2) Fase Plateau

Fase kedua terjadi ketika seseorang mencapai level tertinggi dari

rasa gairah dan bertahap fase ini beberapa saat. Jika untuk sementara

waktu. Pada skala 1 sampai 10 dengan skala 10 adalah orgasme, maka

fase plateau akan berada pada skala 8. Wanita Pada fase plateau ini

adanya pembengkakan pada areola payudara, sepertiga bagian bawah


28

vagina menyempit dan mencengkam saat penetrasi penis. Otot-otot

yang mendukung terjadinya kontraksi rahim terangkat dan hal ini akan

terjadi pembukaan daerah belakang vagina. Selain itu, kelenjar Batholin

yang terletak dibawah kulit dari labia minora, mengeluarkan cairan

lubrikan yang berjumlah lebih banyak dari fase sebelumnya. Adanya

sensasi “sex skin” dimana terjadi warna kegelapan karena

hipervaskularisasi. Peningkatan tekanan darah, respirasi, dan nadi yang

merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan “sex flush” masih

terjadi dengan disertai adanya kejang pada wajah, kaki dan tangan.

3) Fase Orgasme

Fase ini adalah puncak tertinggi dari kenikmatan seksual, orgasme

terjadi ketika aliran darah dan ketegangan otot daerah genital mencapai

puncaknya. Pada keadaan ketika tubuh dengan respon sistemik yang

mencakup perubahan dalam aliran darah, dan ketengangan otot.

Ditandai dengan vasokongesti dan diikuti dengan pelepasan involunteri

dan tegangan seksual serta kontrasi ritmik otot-otot perineal, uterus, 1/3

vagina bagian bawah, disertai peningkatan denyut jantung, respirasi,

dan tekanan darah. orgasme pada umumnya terjadi selama 3-60 detik,

bervariasi pada tiap wanita. Apabila fase orgasme terjadi, maka otot-

otot tubuh mengalami ketegangan pada otot di kaki, lengan, dan wajah.

Bagi kebanyakan orang, pengalaman psikologis juga dirasakan sebagian

besar berperan di fase ini, mulai dari perasaan menyenangkan sampai

dengan perubahan status kesadaran. Ketika mencapai fase ini, otak akan
29

mengeluarkan hormon endofrin yang dapat mengurangi rasa nyeri dan

menyebabkan kesenangan. Setelah mencapai orgasme, kebanyakan

orang yang mengalami rasa kedekatan atau keintiman dengan pasangan

mereka.

4) Fase Resolusi

Pada fase ini resolusi tubuh wanita kembali ke fungsi normal

seperti semula. Pada fase resolusi wanita mengalami relaksasi seluruh

tubuh dan perasaan nyaman. Ditandai dengan kembalinya fungsi tubuh

dalam keadaan pre eximent, aliran darah dari genital kembali ke

sirkulasi umum. Dengan stimulasi yang adekuat, wanita dapat

terangsang kembali respon seksualnya sebelum resolusi lengkap. Jika

tidak terjadi orgasme maka fase resolusi memanjang.

4. Disfungsi seksual

Disdungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara

penuh hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah

gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus

respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Disfungsi seksual adalah

gangguan di mana klien mengalami kesulitan untuk berfungsi secara

adequate ketika melakukan hubungan seksual.

Disfungsi seksual pada wanita merupakan salah satu masalah

kesehatan reproduksi yang sangat penting karena berkaitan dengan


30

kelangsungan fungsi reproduksi dan sangat mempengaruhi

keharmonisan hubungan suami istri (Saputra, 2013).

Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari

salah satu saja siklus respon seksual.

a. Klasifikasi disfungsi seksual

i. Gangguan keinginan seksual

Ciri gangguan ini adalah kurangnya atau tidak adanya

keinginan untuk melakukan hubungan seks.untuk mendiagnosanya

perlu di perhatikan faktor usia, ketidak puasan seks,lingkungan,

frekuansi hubungan. Hilangnya gairah seks bisa bersifat global

maupun situasional. Penderita bisa tidak mempunyai gairah sama

sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun.dan ada juga yang di

iringi rasa ketakutan biasanya hal ini sering terjadi pada wanita

korban pemerkosaan. Sedangkan situasional misalnya saorang yang

timbul keinginan untuk berhubungan seks situasi psikologisnya

nyaman.

ii. Gangguan keinginan seksual

Cirinya adalah kegagalan untuk mencapai atau

mempertahankan arousal atau exitement dalam berhubungan seks.

Pada wanita gangguan ini di sebut frigiditas yang di tandai tidak

tercapainya lubrikasi (pelumasan)dan membukanya vagina, sering


31

kali disertai tidak adanya perasaan erotis bahkan reaksi amosi yang

negatif.pada pria gangguan ini di sebut impotensi atau gangguan

ereksi.

iii. Ejakulasi dini

Ciri dari penderita ini adalah penderita tidak mampu

mengontrol ejakulasi selama aktifitas seks berlangsung. Orgasme

terhambat. Dalam ciri ini penderita tidak mencapai fase orgasme

dan gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.

iv. Dispareunia

Penderita mengalami kesekitan saat berhubungan seksual

gangguan ini banyak terjadi pada wanita yang di sebabkan faktor

organis.

v. Vaginismus

Terjadinya spesme atau kontraksi otot pada vagina yang

sangat kuat hingga mengganggu senggama spasme terjadi di luar

kontrol individu dan merupakan reaksi refleks terhadap rasa

ketakutan.

b. Faktor – faktor disfungsi seksual

Faktor disfungsi seksual secara umum dibagi menjadi dua jenis,

yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Disfungsi seksual yang terjadi

akibat faktor fisik dapat disebabkan oleh berbagai penyakit,

diantaranya, gangguan hormon, diabetes, penyakit jantung, tekanan

darah tinggi, penyakit saraf, seperti penyakit Parkinson dan multiple


32

sclerosis, cedera pada saraf, terutama saraf yang mengatur ereksi, efek

samping dari obat-obatan tertentu, contohnya obat antidepresan. Baik

pria maupun wanita, gangguan hormon dapat mengakibatkan disfungsi

seksual. Contohnya, penurunan kadar hormon estrogen saat menopause

juga akan menurunkan hasrat seksual seorang wanit. Bukan hanya

gangguan fisik, disfungsi seksual juga dapat terjadi akibat gangguan

psikologi.

Faktor psikologi yang dapat menimbulkan disfungsi seksual

utamanya diantaranya, stres, kecemasan, kekhawatiran berlebihan akan

performa seksualnya, masalah dalam hubungan atau pernikahan,

depresi, perasaan bersalah, trauma masa lalu, termasuk pelecehan

seksual. Disfungsi seksual juga berisiko lebih tinggi pada orang-orang

yang memiliki beberapa kondisi, diantaranya, lanjut usia, merokok,

obesitas, kecanduan alkohol, pernah menjalani radioterapi pada daerah

selangkangan, menyalahgunakan narkoba (Durank, 2006).


33

C. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Dengan Seksualitas

Akseptor KB.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2021) dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan KB hormonal dengan

gangguan fase seksual. Gambaran tersebut dilihat pada hasil uji Rank

Spearman dengan p-value sebesar 0,015 dan dapat diartikan bahwa ada

hubungan antara penggunaan KB hormonal dengan gangguan fase seksual

pada penerima KB di Polindes Desa Poter Kabupaten Tanah Merah. Sebagian

besar responden mengatakan bahwa penggunaan KB hormonal sangat

membantu dalam mencegah kehamilan, namun ada beberapa efek samping

yaitu penurunan keinginan, nyeri, dan penurunan frekuensi hubungan seksual.

efek dari hormon progesteron pada dari kontrasepsi hormonal lendir serviks

dan kapasitas rahim pada berkurang sel yang diperoleh yang dibuahi, jadi

efek sampingnya adalah penurunan aktivitas seksual.

Penelirian yang dilakukan oleh Fatmawati et al (2017) dengan PATH

analisis ddidapatkan ada hubungan negatif antara lama penggunaan

kontrasepsi hormonal pil dengan perubahan fungsi seksual, namun secara

statistik tidak signifikan (p=0.121, b=- 0.20). Hal ini kemungkinan


34

disebabkan karena faktor usia 20-35 dan pengggunaan pil 35 tahun dan multi

paritas.

Penelitian yang dilakukan oleh Nijland et al (2008) melaporkan bahwa

penurunan kadar estrogen dapat mengurangi suplai darah ke vagina,

berkurangnya lubrikasi vagina dan menyebabkan rasa sakit saat berhubungan

intim. Masalah seksual yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi

hormonan berbeda antara satu individu dengan kalian, bergantung pada

respon fisiologis setiap orang., namun peran testosterone dalam

menumbuhkan gairah seksual pada wanita perlu dipertimbangkan. Wanita

yang lebih sensitive terhadap testosterone, memiliki perubahan masalah

seksual yang lebih banyak. Akseptor KB DMPA cenderung lebih sering

memiliki mood negative, sedangkan akseptor KB pil lebih sering memiliki

mood stabil. Namun akseptor KB pil memiliki frekuensi keinginan

bersenggama, minat seksual dan aktifitas seksual perbulannya yang lebih

rendah dibandingkan akseptor DMPA. Pengalaman dan perasaan yang

menyenangkan selama berhubungan seksual dengan pasangan mempengaruhi

kepuasan seksual wanita dan mengurangi disfungsi seksual. Seksualitas,

hasrat seksual dan gairah seksual lebih banyak dipengaruhi oleh kesehatan

mental dan perasaan para pasangannya.

Penelitian dari Lestari, (2016), dengan hasil penelitian adalah erosi porsi

parah yang mencakup lebih dari 2/3 dari total area serviks 8 orang wanita

(53%) berdasarkan frekuensi hubungan seksual. Dan erosi portio ringan

mencakup kurang dari 1/3 dari total area serviks 10 orang (67%) pada wanita
35

berdasarkan pil KB kombinasi. Kesimpulan penelitian ini adalah ada

pengaruh frekuensi hubungan seksual dengan kejadian erosi portio dan ada

pengaruh pemakaian KB pil kombinasi dengan erosi portio di POSKESDES

Binor Paiton Probolinggo. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi wanita

usia subur yang aktif secara seksual dan menggunakan kontrasepsi pil

kombinasi untuk lebih sadar akan kesehatan organ reproduksinya dengan

rutin melakukan IVA atau Pap smear minimal 1 kali dalam setahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardjono, dkk (2018) dengan hasil

penelitian dari 56 responden didapatkan mayoritas penggunaan kontrasepsi

pil ≥ 1 tahun mengalami penurunan seksual sebanyak 24 orang (42,9%) dan

yang tidak mengalami penurunan seksual sebanyak 6 orang (10,7%). Hal ini

disebabkan karena penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka Panjang dapat

mengganggu proses alamiah di dalam tubuh. Sedangkan kontrasepsi pil < 1

tahun mengalami penurunan seksual sebanyak 11 orang (19,6%) dan yang

tidak mengalami penurunan seksual sebanyak 15 orang (26,8%). Hal ini dapat

disebabkan oleh kondisi psikologis terutama stress yang dapat mempengaruhi

mood seseorang dalam melakukan aktivitas seksualnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sibagariang, (2016)menunjukkan hasil

bahwa penggunaan kontrasepsi pil dalam waktu yang lama akan

menyebabkan disfungsi seksual berupa penurunan seksual. Ketidak

seimbangan hormon didalam tubuh akan mengakibatkan timbulnya suatu

reaksi yang secara langsung mempengaruhi kondisi fisik tubuh maupun

maupun organ reproduksi dan psikis.


36

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, (2020), bahwa terdapat hubungan

antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual pada

akseptor kb hormonal. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih

besar berpotensi mengalami disfungsi seksual dibandingkan dengan wanita

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Wanita yang menggunakan alat

kontrasepsi hormonal < 1 tahun berpengaruh pada hasrat seksualnya,

sedangkan pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal > 1

tahun mengalami disfungsi seksual. Permasalahan disfungsi seksual terjadi

pada subdomain nyeri seksual saat melakukan hubungan seksual.

Penelitian Zahra, (2015) dengan hasil penelitian disfungsi seksual pada

wanita adalah sebesar 43%, dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebesar

10-46%, gangguan rangsang seksual sebesar 4-7 %, gangguan orgasme

sebesar 5-42%, Nyeri sebesar 3–18% dan vaginismus sebesar 30%.

Penggunaan metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu dari faktor

risiko yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual pada

penggunanya karena kandungan hormon yang terkandung didalamnya dapat

mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari seorang wanita sehingga hal

ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual, antara lain adalah

gangguan minat, gangguan orgasme ataupun gangguan birahi. Penggunaan

kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi kedua hormon yaitu

estrogen dan progestin ataupun yang hanya mengandung salah satu dari

hormon mempunyai peran yang cukup signifikan pada kejadian disfungsi

seksual namun pada penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung


37

kombinasi kedua hormon lebih signifikan dalam menyebabkan disfungsi

seksual dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung

salah satu hormon.

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Seksualitas
Kontrasepsi Pil Akseptor KB

Bagan 1. Kerangka Konsep

D. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian

Definisi Alat Cara Skala


No Variabel Hasil ukur
operasional ukur ukur Ukur

1. Kontrasepsi Metode kontrasepsi Kuisioner Cheklist 1: Penggunaan Pil Nominal


Pil bentuk tablet yang KB ≥ 1 Tahun
mengandung hormon (lama)
estrogen dan 2:
progesteron, atau Pengguna
hanya progesteron an Pil KB
saja. Metode < 1 Tahun
kontrasepsi dengan pil (singkat)
KB, terdiri dari 21-35 (Hardjon
tablet yang diminum o, dkk
dalam 1 siklus dan 2018)
berkelanjutan.
38

2. Seksualitas Fungsi seksual Kuisioner Cheklist 1: Disfungsi Nominal


Akseptor pasangan usia subur seksual.
KB yang meliputi : Apabila skor
keinginan, gairah, FSFI ≤ 26,5
lubrikasi, orgasme, 2: Tidak
kepuasan/sakit/nyeri disfungsi
seksual.
Apabila skor
FSFI > 26,5
Rosen, et
al.
(2000).

E. Hipotesis

Ho : Ada hubungan yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi pil

terhadap seksualitas akseptor KB pil di wilayah Kerja Puskesmas

Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2022.

Ha : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian kontrasepsi pil

terhadap seksualitas akseptor KB pil di wilayah Kerja Puskesmas

Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2022


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bentiring

kabupaten Bengkulu Tengah meliputi enam desa yaitu, Desa Taba Jambu,

Dusun Baru I, Tanjung Terdana, Margo Mulyo, Harapan Makmur, dan

Pondok Kubang. Waktu penelitian pada tanggal 09 Agustus – 09 September

2022.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini mengunakan survey analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana hubungan pemakaian kontrasepsi pil terhadap

seksualitas akseptor KB dengan pendekatan Cross Sectional di mana peneliti

mengukur variabel secara bersamaan dan hasil yang di peroleh mengambarkan

kondisi yang terjadi saat penelitian berlangsung menurut (Notoatmodjo, 2010)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam melakukan penelitian ini adalah jumla akseptor KB

pil yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Bentiring Kabupaten

Bengkulu Tengah yaitu berjumlah 144 orang akseptor KB metode pil.

39
40

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor KB pil yang datang

berkunjung ke Poli KIA/KB Puskesmas Bentiring, cara pengambilan

sampel dengan mengunakan teknik Purposive sampling merupakan salah

satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi Merupakan penentuan sampel yang

didasarkan atas karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nasir &

Ideputri, 2018).

Kriteria inklusi pada penelitan ini ibu yang menggunakan Pil

KB yang menggunakan Pil KB lebih dari 1 tahun atau kurang dari

1 tahun di wilayah kerja puskesmas Bentiring yang bisa di

wawancarai dan sedang tidak menunjukkan gejala sakit dan ibu

yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria untuk

menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dari penelitian (Nasir & Ideputri, 2018).


41

Menurut Riyanto (2019), terdapat keadaan yang tidak

memungkinkan dilaksanakan penelitian, terdapat keadaan lain

yang menggangu, adanya hambatan etika dan subjek menolak

dijadikan responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang tidak

bersedia menjadi responden dan ibu yang tidak koperatif.

(Wardayo, 2021)

Adapun penentuan jumlah sampel penelitian adalah menggunakan

rumus slovin sebagai berikut :

Keterangan :
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel minimal
d = presisi yang ditetapkan yaitu 10%
144
n= 144.(0.1)2+1
n= 144
1,44 + 1

n= 144
2,44
n = 59,01

Dari hasil perhitungan rumus diatas diperoleh hasil = 59,01. Maka

jumlah sampel dalam penelitian adalah 60 orang akseptor KB pil.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh dari responden secara

langsung di lapangan melalui wawancara yang berpedoman pada


42

kuesioner/checklis penelitian yang telah di siapkan. Data ini di ambil dari

jawaban pasien yang telah mengisi kuisioner tentang pemakaian

kontrasepsi pil terhadap seksualitas akseptor KB tersebut.

2. Data Sekuder

Data yang di dapat dari catatan-catatan register akseptor KB yang

telah ada di ruang KIA/KB Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah

meliputi register/catatan jumlah kunjungan akseptor KB/pasien.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto, (2008), instrumen penelitian merupakan alat bantu

bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dengan demikian

terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Dalam

penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa lembar kuisioner tentang

akseptor KB pil terhadap kehidupan seksualitas akseptor KB di Puskesmas

Bentiring Bengkulu Tengah.

Adapun bentuk kuisioner penelitian dari variabel pemakaian

kontrasepsi Pil KB adalah dengan pertanyaan tertutup (jawaban pertanyaan

telah ditentukan) yaitu mengenai lama pemakaian kontrasepsi Pil KB selama

menjadi akseptor KB. Selanjutnya bentuk kuisioner pertanyaan pada

seksualitas ibu mengacu pada Skala FSFI (Female Sexual Function Index)

FSFI merupakan skala likert yang berisi 19 item pertanyaan (Rosen et al,

2000). Berikut adalah beberapa skor untuk item pada skala FSFI:
43

Hampir tidak pernah atau tidak pernah =1


Jarang (kurang dari separuh waktu) =2
Kadang-kadang (sekitar separuh waktu) =3
Sering (lebih dari separuh waktu) =4
Hampir selalu atau selalu =5
Tabel 2. Penentuan Skor Female Sexual Function Index (FSFI)

Item
Rentang Skor Skor Sko
Domain pertanyaa Faktor
skor minimal maksimal r
n
Keinginan 1,2 1-5 0,6 1,2 6,0
Gairah 3,4,5,6 0-5 0,3 0 6,0
Lubrikasi 7,8,9,10 0-5 0,3 0 6,0
Orgasme 11,12,13 0-5 0,4 0 6,0
0 (or 1)-
Kepuasan 14,15,16 0,4 0 6,0
5
Sakit/nyeri 17,18,19 0-5 0,4 0 6,0
Rentang nilai skala 1,2 36,0
Sumber : Rosen, et al. (2000). The Female Sexual Function Index (FSFI)

Cara evaluasi kuisioner Female Sexual Function Index (FSFI) adalah

jawaban pernyataan responden pada masing-masing domain (sesuai rentang

skor) di kali faktor, selanjutnya keseluruhan 6 domain pertanyaan

dijumlahkan, maka diperoleh skor Female Sexual Function Index (FSFI),

kemudian hasil tersebut diinterpretasikan bila Skor > 26,5 dikategorikan FSFI

tidak disfungsi seksual dan Skor ≤ 26,5 dikategorikan disfungsi seksual Skor >

26,5 dikategorikan FSFI tidak disfungsi seksual dan Skor ≤ 26,5 dikategorikan

disfungsi seksual (Rosen et al, 2000).

Skor domain individu dan skor skala secara keseluruhan dari FSFI

dapat diturunkan dari rumus komputasi yang diuraikan pada tabel. Untuk skor

domain setiap individu, tambahkan skor item individual yang membentuk


44

domain dan kalikan menurut faktor domain. Tambahkan enam skor domain

untuk mendapatkan skala yang lengkap. Perlu dicatat bahwa dalam domain

individu skor 0 menunjukkan bahwa subjek tidak melakukan aktivitas seksual

selama 4 minggu terakhir.

Teknik pengumpulan data variable fungsi seksual mengadopsi langkah-

langkah pengolahan data FSFI (Female Sexuale Function Index) dari

penelitian yang dilakukan oleh Khatami (2021) tentang hubungan fungsi

seksual terhadap kualitas hidup pada wanita usia 17-35 tahun di Indonesia.

Data mengenai fungsi seksual Penulisan coding pada kuesioner FSFI

(Female Sexuale Function Index) yang terdiri dari 19 pertanyaan. Pertanyaan

nomor 1,3,6,7,9,11,17 dan 18 diberikan kode 0 untuk jawaban “tidak ada

aktivitas seksual”, kode 1 untuk jawaban “tidak pernah”, kode 2 untuk

jawaban “jarang”, kode 3 untuk jawaban “Kadang-kadang”, kode 4 untuk

jawaban “sering” dan kode 5 untuk jawaban “selalu”. Pertanyaan nomor 2,4

dan 19 diberikan kode 0 untuk jawaban “tidak ada aktivitas seksual”, kode 1

untuk jawaban “sangat rendah”, kode 2 untuk jawaban “rendah”, kode 3 untuk

jawaban “Sedang”, kode 4 untuk jawaban “Tinggi” dan kode 5 untuk jawaban

“Sangat Tinggi”. Pertanyaan nomor 8, 10 dan 12 diberikan kode 0 untuk

jawaban “Tidak ada aktivitas seksual”, kode 1 untuk jawaban “tidak basah”,

kode 2 untuk jawaban “Sangat Sulit”, kode 3 untuk jawaban “Sulit”, kode 4

untuk jawaban “Agak Sulit” dan kode 5 untuk jawaban “Tidak Sulit”.

Pertanyaan nomor 13, 14, 15 dan 16 diberikan kode 0 untuk jawaban “Tidak

ada aktivitas seksual”, kode 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Puas”, kode 2
45

untuk jawaban “Kurang Puas”, kode 3 untuk jawaban “Cukup Puas ”, kode 4

untuk jawaban “Puas” dan kode 5 untuk jawaban “Sangat Puas”.

F. Teknik Pengolaan Data

Menurut Notoatmodjo, (2010), langkah-langkah pengelolahan data

dengan komputer melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, angket, pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyunting (editing) terlebih dahulu yang meliputi: kelengkapan, jelas,

relevan dan konsisten.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Data yang diperoleh dari hasil

jawaban pada kuesioner akan dikategorikan berdasarkan kerangka konsep

yang telah dibuat oleh penulis.

3. Entry

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program

atau “sofware” computer untuk melakukan analisis data uji chi-square test.

4. Cleaning

Apabila semua dari setiap sumber data selesai dimasukan perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-


46

kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi dan proporsi dari variabel yang di teliti baik variabel Independen

(Kontrasepsi Pil) maupun dependen (Seksualitas Akseptor KB).

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel Independen (kontrasepsi pil) dan dependen (seksualitas akseptor

KB). Adapun teknik analisis data menggunakan uji Chi-Square test

melalui program aplikasi SPSS. Pembuktian uji chi-square dapat

menggunakan formula :

Keterangan :

x2 : Nilai chi square

fo : Frekuensi yang diobservasi

fe : Frekuensi yang diharapkan

Syarat uji Chi Square adalah tidak ada nilai expected yang kurang

dari 5. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dapat digunakan

uji Fisher’s Exact Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki

hubungan yang signifikan apabila didapatkan nilai p-value kurang dari

0,05.
47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Bentiring

Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah, lokasinya

berada di Desa Tanjung Terdana tepatnya dijalan Gunung Bungkuk,

KM.15, Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah. Terdiri

dari 6 wilayah kerja dengan luas wilayah kerja Puskesmas Bentiring

adalah 19,5 Km2. Jarak dan waktu tempuh ke puskesmas terjauh, yaitu 4

km dan waktu tempuh menuju Puskesmas 10-15 menit. Jalan yang

ditempuh ke Puskesmas Bentiring dapat dilalui oleh kendaraan

(transportasi cukup lancar dan tidak ada kendala untuk menjangkau

Puskesmas tersebut. 4 desa merupakan penduduk asli dan 2 desa

merupakan penduduk ekstransmigrasi. Batas-batas wilayah kerja

Puskesmas Bentiring yaitu (Puskesmas Bentiring, 2022) :

a. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Batu Raja Kecamatan

Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah.

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Talang Empat,

Kabupaten Bengkulu Tengah

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Muara Bangkahulu,

Kota Bengkulu.

d. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pondok Kelapa,

Kabupaten Bengkulu Tengah

47
48

Penggunaan lahan di Kecamtan sebagian besar dimanfaatkan

sebagai lahan kering dan sebagaian kecil sebagai lahan sawah. Sementara

itu luas kawasan hutan rakyat yang ditanami Tanaman Hutan Rakyat yang

meliputi karet dan sawit (Puskesmas Bentiring, 2022).

2. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi pengurusan izin penelitian dari

institusi STIKES Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu, kemudian dilanjutkan

ke Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik, Dinas Penanaman Modal Dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Dinas Kesehatan Bengkulu

Tengah, Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah. pada tanggal 09 Agustus-

09 September 2022 di wilayah Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah

sebanyak 60 sampel menggunakan Purpoaive Sampling.

Setelah terpenuhinya jumlah sampel penelitian yang diinginkan,

melakukan koreksi kuisioner yang telah diisi responden selanjutnya data

hasil penelitian diolah menggunakan uji statistik chi-quare test untuk

melihat hubungan antara penggunaan pil KB terhadap seksualitas akseptor

KB pil di Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah.

Setelah melaksanakan penelitian di wilayah Puskesmas Bentiring

Bengkulu Tengah peneliti malakukan pengolahan data dengan analisis

Univariat dan Bivariat. Hasil Penelitian tersebut disusun dalam bentuk

tabel dan kemudian diintepretasikan kedalam bentuk narasi.


49

3. Gambaran Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik akseptor KB pil

berdasarkan umur di Puskesmas Bentiring adalah sebagai berikut:

Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Umur Akseptor KB Pil di Puskesmas
Bentiring Bengkulu Tengah

No Umur Jumlah Persentase


1 20 - 30 Tahun 39 65%
2 31 - 40 Tahun 21 35%
Jumlah 60 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor KB yang

menggunakan metode Pil KB di Puskesmas Bentiring Kabupaten

Bengkulu Tengah usia 20-30 tahun berjumlah 39 (65%), dan akseptor

KB pil usia 31-41 tahun berjumlah 21 (35%).

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa lebih dari

setengah dari akseptor KB pil lebih banyak pada ibu-ibu muda yaitu

usia 20-30 tahun.

b. Pendidikan Responden

Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik akseptor KB pil


berdasarkan pendidikan di Puskesmas Bentiring adalah sebagai
berikut:
50

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB Pil di Puskesmas
Bentiring Bengkulu Tengah

No Pendidikan Jumlah Persentase


1 SLTP 4 6,7%
2 SLTA 39 65%
3 D.3 5 8,3%
4 S.1 12 20%
Jumlah 60 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor KB di

Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah dengan pendidikan

sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) berjumlah 4 orang (6,7%),

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) berjumlah 39 orang (65%),

pendidikan Akademi/ D.3 berjumlah 5 orang (8,3%, dan pendidikan

Sarjana/ S.1 berjumlah 12 orang (20%).

Hasil penelitian tersebut diatas menyatakan bahwa lebih dari

setengah 65% tingkat pendidikan akseptor KB Pil di Puskesmas

Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah adalah dengan pendidikan

sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

c. Pekerjaan

Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik akseptor KB pil

berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Bentiring adalah sebagai berikut :


51

Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Akseptor KB Pil di Puskesmas
Bentiring Bengkulu Tengah

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1 IRT 37 61,7%
2 PNS 5 8,3%
3 Swasta 18 30%
Jumlah 60 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor KB di

Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Tengah dengan pekerjaan

ibu rumah tangga (IRT) berjumlah 37 orang (61,7%), pekerjaan

sebagai pegawai negeri sipil (PNS) berjumlah 5 orang (8,3%), dan

pekerjaan sebagai swasta berjumlah 18 orang (30%).

Hasil penelitian tersebut diatas menyatakan bahwa lebih dari

setengah yaitu 61,7% akseptor KB pil dengan pekerjaan sebagai ibu

rumah tangga (IRT).

4. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

penggunaan alat kontrasepsi pil dan seksualitas akseptor di Puskesmas

Bentiring Bengkulu Tengah. Didapatkan hasil sebagai berikut:


52

a. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor penggunaan KB Pil Di


Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Akseptor Penggunaan Kontrasepsi KB Pil Di
Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah
Penggunaan Alat
No Frekuensi Persentase
Kontrasepsi Pil
1 ≥1 Tahun (lama) 32 53.3
2 <1 Tahun (singkat) 28 46.7
Jumlah 60 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 60

orang akseptor terdapat 32 orang (53,3%) menggunakan Pil KB ≥1

Tahun (lama) dan 28 orang (46,7%) menggunakan Pil KB <1 Tahun

(singkat).

b. Mengetahui distribusi frekuensi seksualitas akseptor KB Pil Di


Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Seksualitas Akseptor KB Pil Di Pukesmas
Bentiring Bengkulu Tengah

No Seksualitas Akaeptor Frekuensi Persentase


1 Disfungsi Seksual 16 26.7
2 Tidak Disfungsi Seksual 44 73.3
Jumlah 60 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 60

orang akseptor terdapat 16 orang (26,7%) dengan disfungsi seksual

dan 44 orang (73,3%) tidak disfungsi seksual.


53

5. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel Independen (kontrasepsi pil) dan dependen (seksualitas akseptor

KB) di Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah.

a. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas

Akseptor di Wilayah kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah

Hasil uji statistik hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil

terhadap seksualitas akseptor dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8
Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas
Akseptor Di Wilayah Kerja Pukesmas Bentiring
Bengkulu Tengah
Seksualitas Akseptor
Penggunaan
Tidak
alat kontrasepsi Disfungi Total χ2 P C
disfungsi
pil seksual
seksual
F F F
≥1 Tahun
(lama) 13 19 32
5,388 0,020 0,320
<1 Tahun
(singkat) 3 25 28
Total 16 44 60

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 32 orang

akseptor yang menggunakan KB ≥1 tahun (lama) terdapat 13 orang

mengalami disfungsi seksual dan 19 orang tidak mengalami disfungsi

seksual sedangkan 28 orang akseptor yang menggunakan KB <1 tahun

(singkat) terdapat 3 orang mengalami disfungsi seksual dan 25 orang

tidak mengalami disfugnsi seksual di WilayahKerja Puskesmas Bentiring

Bengkulu Tengah.
54

Untuk mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil

terhadap seksualitas akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring

digunakan uji Chi-Square (Continuity Correction). Hasil uji Continuity

Correction didapat sebesar 5,388 dengan nilai asymp.sig (p)=0,020.

Karena nilai p <0,05, maka ada hubungan yang signifikan antara

penggunaan alat kontrasepsi Pil terhadap seksualitas akseptor di Wilayah

Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah.

Keeratan hubungan penggunaan alat kontrasepsi Pil terhadap

seksualitas akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu

Tengah dilihat dari nilai Contingency Coefficient (C). Nilai C didapat

sebesar 0,320 dengan nilai Cmax =0,707. Karena nilai

C 0,320
= =0,453 berada antara 0,4-0,6 maka hubungan tersebut
Cmax 0,707

dikatakan kategori sedang.

B. Pembahasan

1. Mengetahui distribusi frekuensi akseptor penggunaan KB Pil Di

Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 60 orang

akseptor terdapat 32 orang (53,3%) menggunakan Pil KB ≥1 Tahun

(lama) dan 28 orang (46,7%) menggunakan Pil KB <1 Tahun

(singkat). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor Pil

KB ≥1 Tahun (lama) lebih banyak dibandingkan penggunaan pil KB

<1 Tahun (singkat), karena akseptor merasakan mudah menggunakan

pil kb, bisa menggunakan sendiri dan selama penggunaan tidak harus
55

pergi kedokter atau bidan, di pukesmas, klinik atau rumah sakit,

walaupun akseptor mengatakan kadang bisa lupa minum Pil KB.

Akseptor menyatakan, karena Pil KB sudah berhasil menjaga dari

resiko kehamilan, jadi mereka enggan untuk berganti-ganti jenis

kontrasepsi lagi.

Menurut Saifuddin (2014), kontrasepsi pil adalah salah satu

jenis alat kontrasepsi yang berisi estrogen dan pogesteron. Pil KB

kombinasi berisi 21 tablet hormon aktif estrogen dan progesteron

dalam dosis yang bervariasi.

Menurut Hartanto, (2015), jenis pil kb terdiri darii 3 jenis

yaitu monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progresteron, dalam dosis

yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif dan jumlah porsi

hormonnya konstan tiap hari. Bifasik adalah pil yang tersedia dalam

kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin

dengan tiga dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon

bervariasi setiap hari. Dan kontrasepsi pil kb mempunyai mekanisme

kerja menekan ovulasi, mencegah implantasi, transfor gamet, fungsi

corpus luteum dan mengentalkan lendir serviks.

Menurut Sulistyawati (2013), keuntungan dari KB Pil sebagai

berikut tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi

teratur (mencegah anemia), dapat digunakan sebagai metode jangka

panjang, dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse,


56

mudah dihentikan setiap saat dan membantu mencegah kehamilan

ektopik, kanker ovarium, kanker endokrin, kista ovarium, acne dan

desminorhe. Kerugian dari KB Pil adalah harganya mahal dan

membosankan karena digunakan setiap hari, mual untuk 3 bulan

pertama, perdarahan bercak atau perdarahan pada 3 bulan pertama,

pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan, tidak mencegah PMS,

tidak boleh untuk ibu yang menyusui dan dapat meningkatkan tekanan

darah sehingga resiko seksual.

Hasil ini juga didukung oleh Nisa (2015), yang menyatakan

bahwa gangguan fase seksual terjadi pada akseptor KB Pil kombinasi

dikarenakan kandungan KB Pil kombinasi yang mengandung kedua

hormon yaitu estrogen dan progestin, pada penggunaan kontrasepsi

hormonal yang mengandung kombinasi kedua hormon lebih

signifikan dalam menyebabkan disfungsi seksual dibandingkan

dengan kontrasepsi hormonal yang mengandung salah satu hormon.

Menurut hasil penelitian yang di dapatkan 32 orang (53,3%)

menggunakan Pil KB ≥1 Tahun (lama) dan 28 orang (46,7%)

menggunakan Pil KB <1 Tahun (singkat). Sejalan dengan Sari, et al

(2021), Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih besar

berpotensi mengalami disfungsi seksual dibandingkan dengan wanita

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Wanita yang menggunakan

alat kontrasepsi hormonal <1 tahun berpengaruh pada hasrat


57

seksualnya, sedangkan pada wanita yang menggunakan alat

kontrasepsi hormonal ≥1 tahun mengalami disfungsi seksual.

2. Mengetahui distribusi frekuensi seksualitas akseptor KB Pil Di

Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah

Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa dari 60 orang

akseptor terdapat 16 orang (26,7%) dengan disfungsi seksual dan 44

orang (73,3%) tidak disfungsi seksual. Dari isi kuisioner 16 orang

akseptor mengalami disfungsi seksual karena akseptor KB Pil

mengalami rendah keinginan gairah seksual, tidak ada sama sekali

keterangsangan seksual selama aktivitas seksual, jarang mengalami

vagina basah (kurang dari separu waktu), tidak pernah mencapai

orgasme (puncak kenikmatan), sering merasakan sakit setelah

melakukan saggama. Dari isi kuisioner 44 orang akseptor tidak

mengalami disfungsi seksual karena akseptor KB Pil mengalami

tinggi keinginan gairah seksual, sangat tinggi keterangsangan seksual

selama aktivitas seksual, selalu mengalami vagina basah, sering

mencapai orgasme (puncak kenikmatan), nyaman setelah melakukan

senggama.

Menurut Hanifa, dkk (2018), Disfungsi seksual termasuk

gangguan hasrat, gairah seksual, lubrikasi, orgasme, dan rasa nyeri

saat bersenggama. Masalah tersebut terjadi tanpa melihat faktor usia,

dan dapat memberikan gangguan orgasme (orgasmic disorder), dan


58

gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder). Keluhan yang paling

banyak terjadi adalah rendahnya gairah seksual/libido).

Menurut Zettira (2016), diperoleh hasil bahwa penggunaan

metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu dari faktor risiko

yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual pada

penggunanya karena kandungan hormon yang terkandung didalamnya

dapat mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari seorang wanita

sehingga hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual,

contohnya seperti antara lain adalah gangguan hasrat, gangguan

kepuasan ataupun gangguan lubrikasi.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan pendapat Zahra (2015),

dengan hasil penelitian disfungsi seksual pada wanita adalah sebesar

43%, dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebesar 10-46%,

gangguan rangsang seksual sebesar 4-7 %, gangguan orgasme sebesar

5-42%, Nyeri sebesar 3–18% dan vaginismus sebesar 30%.

Penggunaan metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu dari

faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual

pada penggunanya karena kandungan hormon yang terkandung

didalamnya dapat mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari

seorang wanita sehingga hal ini dapat menimbulkan berbagai

gangguan seksual, antara lain adalah gangguan minat, gangguan

orgasme ataupun gangguan birahi.


59

3. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap

Seksualitas Akseptor di Wilayah kerja Puskesmas Bentiring

Kabupaten Bengkulu Tengah

Tabel 8, menjelaskan bahwa terdapat 13 orang mengalami

disfungsi seksual dengan pemakian kontrasepsi pil ≥1 tahun, karena

akseptor kb merasakan cocok menggunakan pil KB dan tingkat gairah

seksual sangat rendah ketika berhubungan vaginanya menjadi kering

dan merasakan ketidaknyamanan saat melakukan berhubungan

seksual selama 4 minggu. Faktor yang mempengaruhi akseptor tidak

merasakan stress, akseptor melakukan olahrraga, dan gizi yang baik.

Faktor psikologi yang menyebabkan penurunan fungsi dan

pontensi seksual yaitu kelelahan, kebosanan karena kurang variasi

dalam hidupnya, dan disdungsi seksual karena perubahan hormon atau

masalah kesehatan jiwa seperti cemas dan depresi. Hal tersebut dapat

memberikan dampak dari perubahan aktivitas seksual yaitu

berpengaruh pada keharmonisan keberlangsungan hidup berumah

tangga (Maryani, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sujiyatini bahwa

efek samping dari kontrasepsi hormonal dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang),

sakit kepala (Sujiyatini, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 19 orang tidak

mengalami disfungsi seksual dengan pemakaian kontrasepsi pil ≥1


60

tahun, karena akseptor KB merasa tidak cocok dengan kontrasepsi pil

KB tidak merasakan efek samping dari penggunaan pil KB seperti

sakit kepala, mual, payudara melunak atau nyeri (Cooper dan

Mahdy, 2020) dan merasakan tingkat keinginan atau gairah seksual

sangat tinggi ketika berhubungan seksual vaginanya menjadi basah

hanya beberapa kali (kurang dari separuh) selama 4 minggu sehingga

tidak ada penurunan libido. Faktor yang mempengaruhi stress, usia,

pekerjaan, berat badan. Menurut Amra Y & Josephine LT, (2012)

dengan Pearson’s menyatakan bahwa ada hubungan yang singnifikan

antara level testosterone dengan total fungsi seksual pada akseptor pil.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hanifa, (2018) bahwa

variabel dependen lubrikasi berhubungan seccara signifikan dengan

kelompok pil dan suntik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 3 orang mengalami

disfungsi seksual dengan pemakaian kontrasepsi pil < 1 tahun, karena

akseptor merasa cocok menggunakan pil KB dan merasakan

berkurangnya gairah dan merasa malas untuk berhubungan seksual,

tidak pernah mencapai puncak kenikamatan dalam 4 minggu hanya

kadang-kadang ada bahkan hanya beberapa kali walaupun baru

memakai pil KB. Faktor yang mempengaruhi akseptor tidak stress,

berat badan normal, tidak merasakn cemas, pekerjaan tidak berat dan

siklus mentruasi teratur.


61

Penelitian ini didukung oleh Harahap IAV, (2013) faktor

yang paling mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi adalah

ketidakseimbangan hormon. Banyak faktor yang dapat menyebabkan

gangguan pada regulasi hormon, beberapa di antaranya adalah stres,

penyakit, perubahan rutinitas, gaya hidup, dan berat badan. Analisa

penyebab siklus haid yang lebih lama, hal ini dikarenakan peningkatan

hormon estrogen dalam darah akibat bertambahnya lemak tubuh.

Kelebihan berat badan dapat mempengaruhi siklus menstruasi

(Harahap IAV, 2013).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yunardi, (2009)

yang mengatakan terjadi pada 1 – 5% akseptor yang mengeluhkan

penurunan libido dan kemampuan orgasme.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 25 orang tidak

mengalami disfungsi seksual dengan pemakaian kontrasepsi pil < 1

tahun, karena akseptor merasa tidak cocok memakai pil KB dan baru

memakai kontrasepsi pil kb dan hampir selalu merasakan gairah

seksual dan keinginan hasrat seksual tinggi. Faktor yang

mempengaruhi pekerjaan yang berat, usia lanjut, stress berat, depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Saniet al., 2014 yang

menyatakan bahwa ada pengaruh lama penggunaan kontrasepsi

hormonal terhadap tingkat depresi akibat kurangnya kadar serotonin di

otak secara terus menerus, yang salah satu fungsi serotonin adalah

untuk mengatur suasana hati/perasaan seseorang, pada wanita yang


62

menggunakan kontrasepsi kombinasi. pil, ada juga temuan hilangnya

libido. Hilangnya libido bisa berupa hilangnya hasrat untuk bercinta,

atau berkurangnya lubrikan alami pada organ intim dan kesulitan

mencapai kepuasan seksual. . Salah satu penyebabnya adalah hormon

(estrogen dan progesteron) dalam pil dapat mengikat testosteron,

hormon yang bertanggung jawab terhadap seberapa besar libido.

Progesteron bertanggung jawab atas hilangnya kelembaban di vagina,

hal ini disebabkan oleh lemak akibat progesteron tidak dapat

menyerap air sehingga tingkat kelembaban turun. Retensi air pada

vagina akan menyebabkan vagina menjadi kering dan tidak nyaman

saat berhubungan intim. Retensi air ini juga disebabkan oleh cadangan

lemak pada vagina yang akan menghambat penyerapan air dan

menyebabkan kekeringan pada vagina (Saniet al., 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian Hanifa, (2018) yang

mengatakan jika variabel dependen hasrat ternyata berhubungan

secara signifikan dengan kelompok kontrasepsi implant dan pil.

Penelitian Setiawati, E., Handayani, O., & Kuswardinah,

(2017), yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan total efek

samping yang terjadi baik pada kelompok usia reproduksi 20-30

tahun maupun kelompok usia reproduksi > 30 tahun. Artinya efek

samping apapun dapat timbul dalam pemilihan kontrasepsi tanpa

memandang kelompok usianya.


63

Hasil uji hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap

seksualitas akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring

Kabupaten Bengkulu Tengah hasil uji statistik Chi-Square (Person

Chi-Square) Nilai P = 0,020 < dari nilai α = 0,05 menunjukkan ada

hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil KB terhadap seksualitas

akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu

Tengah.

Hal ini di karenakan sebagian responden menyatakan bahwa

KB pil memang sangat membantu dalam mencegah kehamilan, akan

tetapi terdapat beberapa efek samping yang timbul yaitu gangguan

hasrat, rasa nyeri yang timbul, serta menurunnya frekuensi

berhubungan seksual. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Intan, (2019) yang menyatakan bahwa Efek dari

hormon progesterone dalam kontrasepsi hormonal berfungsi untuk

mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk

menerima sel yang telah dibuahi, sehingga efek sampingnya adalah

penurunan aktivitas seksual. Hal tersebut mengakibatkan turunnya

minat/ gairah seksual akseptor KB hormonal yang mengatakan bahwa

minat berhubungan seksual dalam 4 minggu hanya kadang-kadang ada

bahkan hanya beberapa kali. Akseptor KB mengeluh dengan

berkurangnya gairah dan merasa malas untuk berhubungan seksual

sehingga menyebabkanpenurunan frekuensi hubungan seksual.


64

Para akseptor juga mengeluh vagina kering saat berhubungan

seksual (kurangnya lendir) dan merasa nyeri saat berhubungan

seksual.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV

(DSM-IV) menjabarkan tentang disfungsi seksual sebagai gangguan

hasrat seksual dan atau di dalam siklus tanggapan seksual yang

menyebabkan tekanan berat dan kesulitan hubungan antar manusia.

Disfungsi seksual ini dapat terbagi menjadi empat kategori yaitu

gangguan minat, gangguan birahi, gangguan orgasme, dan gangguan

nyeri seksual. Salah satu penyebab terjadinya disfungsi seksual adalah

penggunaan kontrasepsi hormonal, dimana penyebab lainnya yaitu :

gangguan vaskuler pembuluh darah, penyakit sistemik, gangguan

neurologis dan psikoseksual. Disfungsi seksual akibat pemakaian

kontrasepsi bergantung pada jenis kontrasepsi itu sendiri. Dimana

pada kontrasepsi hormonal akan berpengaruh pada efek umpan balik

positif estrogen (estrogen positive feedback). Pemberian hormon yang

berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa

estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua

hormon tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh hipofisis anterior

dan hipofisis anterior dan akan menimbulakn umpan balik negatif

dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan LH dan dengan

keberadaan progesteron efek penghambatan estrogen akan berlipat

ganda. Dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat mengkompensasi


65

dengan meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan

normal namun dalam jangka waktu yang lama menyebabkan

hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi hormon

terutama estrogen (Guyton AC and Hall JE, 2008)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Sari, (2020)

Hasil penelitian telah didapatkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi

hormonal dengan disfungsi seksual sebanyak 29 responden (27,1%).

Hal ini menunjukkan banyaknya akseptor KB hormonal yang

menggunakan KB hormonal lebih dari satu tahun mengalami disfungsi

seksual, sehingga didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p-value =

0,014 yang artinya ada hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi

hormonal dengan disfungsi seksual, dalampenelitian ini didapatkan

hasil libido atau gairah dengan nilai mean 4,16 yang berarti 16,18%

dari seluruh jumlah responden mengalami gangguan pada gairah

seksualatau libido.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ningsih (2021), bahwa ada hubungan antara penggunaan KB

hormonal dengan gangguan fase seksual pada penerima KB di

Polindes Desa Poter Kabupaten Tanah Merah. Sebagian besar

responden mengatakan bahwa penggunaan KB hormonal sangat

membantu dalam mencegah kehamilan, namun ada beberapa efek

samping yaitu penurunan keinginan, nyeri, dan penurunan frekuensi

hubungan seksual. efek dari hormon progesteron pada dari kontrasepsi


66

hormonal lendir serviks dan kapasitas rahim pada berkurang sel yang

diperoleh yang dibuahi, jadi efek sampingnya adalah penurunan

aktivitas seksual.

Menurut hasil penelitian dari Hardjono, dkk (2018)

menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 56 responden

didapatkan mayoritas penggunaan kontrasepsi pil ≥ 1 tahun

mengalami penurunan seksual sebanyak 24 orang (42,9%) dan yang

tidak mengalami penurunan seksual sebanyak 6 orang (10,7%).

Selanjutnya penggunaan kontrasepsi pil < 1 tahun mengalami

penurunan seksual sebanyak 11 orang (19,6%) dan yang tidak

mengalami penurunan seksual sebanyak 15 orang (26,8%).

Kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi kedua hormon

lebih signifikan dalam menyebabkan disfungsi seksual dibandingkan

dengan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung salah satu

hormon.

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas bagi aksptor KB

pil sebaiknya berkonsultasi kepada bidan/ dokter untuk mencari solusi

terbaik metode kontrasepsi yang tepat dan sesuai, sehingga tidak

timbul permasalahan yang dapat berakibat fatal bagi keharmonisan

kehidupan rumah tangga dalam hal ini gangguan fungsi seksual yang

dialami selama menggunakan kotrasepsi pil KB khususnya, dan ada

baik saat berkonsultasi didampingi oleh suami sehingga dapat memilih

kontrasepsi yang tepat dan sesuai. Bagi konselor saat konsultasi


67

seputar permasalahan fungsi seksual akibat dari pemakaian

kontrasepsi pil KB seyogyanya memperlakukan klien dengan

baik/berinteraksi positif dengan klien, memberikan informasi obyektif,

mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan selanjutnya

membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang

sesuai dengan kondisinya.

Keeratan hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap

seksualitas akseptor di Wilayah Kerja Pukesmas Bentiring Bengkulu

Tengah di kategorikan sedang karena hasil dari nilai C didapat sebesar

0,320. Karena nilai tersebut tidak melebihi dari nilai C max =0.707 maka

kategori tersebut dikatakan sedang. Hasil ini menggambarkan bahwa

antara akseptor yang lama dan singkat pemakaian pil KB sama-sama

terdapat keluhan gangguan fungsi seksual dirasakan akseptor KB pil

tersebut, hal ini tentunya tidak dapat disimpulkan dengan jelas bahwa

lama maupun singkat pemakaian pil KB tidak akan mengalami

gangguan fungsi seksual, sementara persentase pemakaian pil KB

yang lebih lama lebih tinggi megalami gangguan fungsi. Melalui

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masih ada faktor lain selain

lama pemakian pil KB akan mengakibatkan disfungsi seksual, seperti :

stress, usia, merokok, depresi, berat badan (Niniek, 2022).

Menurut Malaryet al., 2015 faktor psikologis seperti

pelecehan seksual, trauma masa kanak-kanak, trauma pubertas, stres,

kecemasan, depresi, masalah citra tubuh tidak hanya secara langsung


68

memengaruhi hasrat seksual mereka tetapi juga dapat memengaruhi

pikiran yang menyebabkan disfungsi seksual yang mengarah pada

kepercayaan diri yang rendah dan menyebabkan ketidakcocokan.

pasangan mereka sehingga mempengaruhi hasrat seksual mereka.

Sedangkan faktor sosial seperti norma sosial, agama, budaya, sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, stressor terkait keuangan, pengalaman

hidup dapat mempengaruhi sikap terkait libido seksual, perilaku

seksual, dan frekuensi libido seksual. Faktor yang berhubungan

dengan pasangan adalah lamanya pernikahan, kepuasan hubungan,

konflik pasangan, disfungsi seksual yang dialami salah satunya.

Implikasi hasil penelitian ini bagi pelayanan kesehatan

khususnya KIA/KB, sebaiknya bagi akseptor baru yang mau

menggunakan alat kontrasepsi diberikan kesempatan konseling KB

yakni kesempatan proses pertukaran informasi dan interaksi positif

antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,

memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai

dengan kondisi yang sedang dihadapi. Bagi dunia kesehatan pentingnya

peran petugas dalam memahami kebutuhan klien dalam pelayanan

kesehatan serta inovatif dalam proses memberikan pelayanan

kesehatan.
47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang sudah dilakukan

tentang Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas

Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah

terhadap 60 responden, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian penggunaan alat kontrasepsi Pil KB di Puskesmas

Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 32 orang menggunakan

Pil KB ≥ 1 tahun sedangkan Penggunaan Pil KB < 1 berjumlah 28 orang.

2. Dari hasil penelitian gangguan seksualitas akseptor KB pil di Puskesmas

Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 16 orang dengan

disfungsi seksual dan 44 orang tidak disfungsi seksual.

3. Terdapat hubungan penggunaan alat kontrasepsi pil terhadap seksualitas

akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu

Tengah dengan keeratan hubungan 0,453 dengan kategori sedang.

B. Saran

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

informasi yang bermanfaat bagai mahasiswa STIKES Tri Mandiri

Sakti Bnegkulu untuk dipelajari serta dapat menambah wawasan

terutama tentang Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil

69
70

Perhadap Seksualitas Akseptor Di Wilayah Kerja Pukesmas Bentiring

Bengkulu Tengah.

2. Bagi Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah

Diharapkan kepada pihak Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah

khususnya terkait permasalahan efek samping dari metode kontrasepsi

pil KB, agar dapat memberikan edukasi dan pendampingan (KIE)

kepada PUS dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai, agar

terhindar dari efek samping yang bersifat fatal bagi keharmonisan

rumah tangga.

3. Bagi peneliti

Dengan adanya penelitian ini agar menambah pengalaman,

informasi, wawasan, dan pengetahuan juga peneliti dapat

mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh

dalam perkuliahan, sehingga penelitian Hubungan Penggunaan

Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas Akseptor Di Wilayah

Kerja Pukesmas Bentiring Bengkulu Tengah dapat menjadi

pengalaman berharga, menambah wawasan baru yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Serta dapat

meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisa suatu

permasalahan dan mencari penyelesaian guna pengambilan

keputusan yang dapat diterapkan saat peneliti memasuki dunia

kerja
71

4. Bagi Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian ini Diharapkan dapat menjadi bahan

acuan untuk penelitian atau analisis selanjutnya di masa yang akan

datang dengan metode penelitian lain, tempat penelitian yang berbeda

dan menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang

berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Amra Y, Josephine LT, E. H. (2012). Hubungan Kadar Testosteron total dengan


fungsi seksual wanita pada akseptor pil kombinasi. Jurnal Obstetri Dan
Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Arikunto, S. (2008). Metodelogi penelitian. Bina Aksara.

Durank, M. dkk. (2006). Psikologi Abnormal (Buku Kedua). Pustaka Pelajar


Pangkahila.2007.

Fauziah. (2020). Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana. In 2020. Pene


Persada.

Gustina, E. (2020). Pedoman Konseling Menggunakan Lembar Balik ABPK Ber


KB. Deputi Bidang Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi.

Hanifa, S. dkk. (2018). Perbandingan Domain Disfungsi Seksual Pada Wanita


Akseptor Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Gisting Kabupaten
Tanggamus.

Harahap IAV. (2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Siklus Me
nstruasi pada Remaja Putri dI SMPN. Kota JAMBI Tahun 2012. SCIENTIA
Journal, 17 .2(1), 17–20.

Hartanto, H. (2015). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar


Harapan.

Ida Prijatni dan Sri Rahyu. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Kemenkes RI Pusdik SDM Kesehatan.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.

Kozier, E. B. (2011). Fundamental Keperawatan.

Lestari, et al. (2016). Psikologi Seksual.

Martaadisoebrata, R. A. (2016). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.


Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Maryani, H. (2008). Cara tepat memilih alat kontrasepsi keluarga berencana bagi
wanita. Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan : Depkes RI.

Matahari, et al. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. In 2018.
Pustaka Ilmu Group.
57

Niniek, P. . (2022). “Kontrasepsi Hormon Bisa Menyebabkan Disfungsi Seksual.”

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nugroho, et al. (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Nuha Medika.

Pangkahila, W. (2011). Peranan Seksologi dalam Kesehatan Reproduksi. Bunga


Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Pritasari, K. (2020). Pedoman Konseling Menggunakan Lembar Balik ABPK Ber


KB. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI.

Purwoastuti, E dan Walyani, E. S. (2015). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. Pustaka Baru Press.

Rosen et al. (2000). The Female Sexual Function Index (FSFI): amultidimensional
self-report instrument for the assessment of female sexual function. Journal
of Sex &Marital Therapy, 26 (2), 191–208.

Saifuddin. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saputra. (2013). Perbandingan Angka Kejadian Disfungsi Seksual menurut


Skoring FSFI pada akseptor IUD dan hormonal di Puskesmas Rajabasa
Bandar Lampung.

Sari. (2020). Karakteristik Ibu Hamil Berhubungan dengan Pengetahuan dalam


Penggunaan Kontrasepsi Pasca Persalinan. Jurnal Kesehatan Manarang, Vol.
6 No.

Setiawati, E., Handayani, O., & Kuswardinah, A. (2017). Pemilihan Kontrasepsi


Berdasarkan Efek Samping Pada Dua Kelompok Usia Reproduksi. Unnes
Journal of Public Health, 6 (3), 167–173.
https://doi.org/10.15294/ujph.v6i3.11543

Shahhosseini, N. B. (2015). Bio-Psycho-Social Factors Affecting Women’s


Sexual Function during. Global Journal of Health Science, 8 No 10.

Sibagariang, E. E. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi Revi). Trans Info


Media.

Sulistyawati, A. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika.


58

Tunardy, E. I., Manoe, M., & Tessy, T. (2015). Perubahan Fungsi Seksual Pada

Masa Kehamilan Primigravida. Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Wardayo, H. (2021). Implikasi Hasil Sensus Penduduk 2020 Terhadap Kebijakan


Pembangunan Kependudukan.

WHO. (2017). World Health Statistics. World Health Organization.

Yunardi, dkk. (2009). Penggaruh Penyuntikan Dosis Minimal Depo


Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) Terhadap Berat Badan dan Kimia
Darah Tikus Galur Spangue-Dawley. Departemen Biologi Kedokteran FK
UI.

Zahra, K. (2015). Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan


Disfungsi Seksual pada Wanita.
59

L
A
M
P
I
R
A
N
60

PERMOHONAN UNTUK MENJADI INFORMAN

Kepada Yth,
Ibu (Informan)
di
Tempat

Saya bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Titania Aulia Putri

NPM : 1826010022

Adalah mahasiswa Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Saya akan melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas
Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah”.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan pendidikan S.1. Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Sehingga kami mohon kesediaan Ibu untuk
menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dan kerahasiaan
identitas akan dijaga. Kami berharap ibu bersedia menjadi informan tanpa paksaan
dalam penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasi yang baik kami ucapkan terima
kasih.

Bengkulu, Agustus 2022

Peneliti
61

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
7. Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan dan prosedur


penelitian oleh peneliti, maka saya menyatakan bersedia menjadi informan dalam
penelitian yang berjudul “Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap
Seksualitas Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring kabupaten Bengkulu
Tengah”. Persetujuan ini atas kemauan saya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari
pihak manapun, saya menyadari informasi yang saya berikan akan bermanfaat
bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.


Semoga bermanfaat demi terlaksananya penelitian ini.

Bengkulu, Agustus 2022


Responden

(……………………….)
62

KUISIONER PENELITIAN

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas Akseptor Di


Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring kabupaten Bengkulu Tengah

Inisial : .......................................................................................................

Umur : .......................................................................................................

Pendidikan : ......................................................................................................

Pekerjaan : ......................................................................................................

Jumlah Anak : ......................................................................................................

1. Penggunaan Alat Kontrasepsi PIL

Beri tanda silang pada kolom sebelah kiri sesuai kondisi Ibu/ Sdri :

Sudah berapa lama ibu/sdri memakai kontrasepsi Pil KB :

≥1 Tahun Jenis KB pil yang digunakan : .......................................

< 1 tahun Jenis KB pil yang digunakan : .......................................

2. Skala Fungsi Seksual

Bagian ini menanyakan tentang reaksi dan perasaan seksual Anda. Sebelum
menjawab, mohon perhatikan beberapa hal berikut:

Aktivitas seksual bisa meliputi belaian, cumbuan, masturbasi, dan hubungan


seks.
Hubungan seks adalah masuknya penis ke dalam vagina.
Rangsangan seksual meliputi situasi-situasi seperti cumbuan dengan
pasangan, perangsangan terhadap diri sendiri (masturbasi), atau fantasi
seksual.
Hasrat seksual atau gairah seksual adalah suatu perasaan yang meliputi
keinginan untuk mendapatkan pengalaman seksual, perasaan mau menerima
cumbuan pasangan, dan berpikir atau berkhayal tentang hubungan seks.
63

Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka yang mewakili jawaban
Anda.

1 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda merasakan


keinginan/hasrat/gairah seksual?
1 2 3 4 5
Hampir tidak Jarang (kurang Kadang kadang Sering (lebih dari Hampir selalu
pernah atau tidak dari separuh (sekitar separuh separuh atau selalu
pernah waktu) waktu) waktu)
2 Selama empat minggu terakhir ini, menurut Anda seberapa tinggi
keinginan/hasrat/gairah seksual Anda?
1 2 3 4 5
Sangat rendah
atau tidak ada Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
sama sekali

3 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda merasa terangsang secara
seksual selama aktivitas seksual atau sanggama?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Hampir tidak Jarang Kadang-kadang Sering (lebih Hampir
Aktivitas Pernah atau (kurang dari (sekitar separuh dari Separuh Selalu atau
seksual tidak pernah separuh waktu) waktu) selalu
waktu)

4 Selama empat minggu terakhir ini, bagaimana Anda menilai tingkat


keterangsangan seksual Anda selama aktivitas seksual atau sanggama?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Sangat rendah
Sangat
aktivitas atau tidak ada Rendah Sedang Tinggi
Tinggi
seksual sama sekali

5 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa yakin Anda bisa terangsang secara
seksual selama aktivitas seksual atau sanggama?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada
Sangat tidak
aktivitas Tidak yakin Cukup Yakin Yakin Sangat yakin
yakin
seksual

6 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda puas dengan
keterangsangan atau gairah seksual yang Anda rasakan selama aktivitas seksual
atau sanggama?
0 1 2 3 4 5

Tidak Hampir Jarang Kadang Sering Hampir


ada tidak (kurang kadang (lebih selalu
64

pernah
aktivita dari (sekitar dari
atau atau
s separuh separuh separuh
tidak selalu
seksual waktu) waktu) waktu)
pernah

7 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda mengalami perlendiran
vagina (“basah”) selama aktivitas seksual atau sanggama?
0 1 2 3 4 5

Sering
Tidak Hampir Jarang
Kadang kadang (lebih Hampir
ada tidak pernah (kurang dari
aktivitas atau tidak separuh
(sekitar separuh dari selalu atau
waktu) selalu
seksual pernah waktu) separuh
waktu)
8 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sulit Anda mengalami perlendiran
vagina (“basah”) selama aktivitas seksual atau sanggama?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Amat Sangat
aktivitas Sulit atau Tidak Sangat Sulit Sulit Agak Sulit Tidak Sulit
seksual Mungkin

9 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda dapat mempertahankan
perlendiran vagina (“basah”) sampai aktivitas seksual atau sanggama selesai?
0 1 2 3 4 5
Jarang
Tidak ada Hampir tidak Kadang kadang Sering (lebih Hampir
(kurang
aktivitas pernah atau (sekitar separuh dari separuh selalu atau
dari separuh
seksual tidak pernah waktu) waktu) selalu
waktu)

10 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sulit Anda dapat mempertahankan
perlendiran vagina (“basah”) sampai aktivitas seksual atau sanggama selesai?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Amat Sangat
aktivitas Sulit atau Tidak Sangat Sulit Sulit Agak Sulit Tidak Sulit
seksual Mungkin

11 Selama empat minggu terakhir ini, ketika Anda mendapat rangsangan seksual atau
bersanggama, seberapa sering Anda mencapai orgasme (puncak kenikmatan)?
0 1 2 3 4 5
Tidak Hampir Jarang Kadang-kadang Sering Hampir
ada tidak pernah (kurang dari (sekitar separuh (lebih dari selalu atau
65

aktivitas atau tidak separuh separuh


waktu) selalu
seksual pernah waktu) waktu)
12 Selama empat minggu terakhir ini, ketika Anda mendapat rangsangan seksual atau
bersanggama, seberapa sulit Anda mencapai orgasme (puncak kenikmatan)?
0 1 2 3 4 5

Tidak Amat
ada Sangat
Sangat Agak Tidak
aktivita Sulit atau Sulit
Sulit Sulit Sulit
s Tidak
seksual Mungkin
13 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa puaskah Anda dengan kemampuan
Anda untuk mencapai orgasme (puncak kenikmatan) selama aktivitas seksual atau
sanggama?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Kurang lebih
Sangat tidak
aktivitas Tidak puas seimbang antara Puas Sangat Puas
puas
seksual puas dan tidak puas

14 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa puaskah Anda dengan kedekatan
perasaan antara Anda dan pasangan Anda selama aktivitas seksual?
0 1 2 3 4 5
Tidak ada Kurang lebih
Sangat tidak
aktivitas Tidak puas seimbang antara Puas Sangat Puas
puas
seksual puas dan tidak puas
15 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa puaskah Anda dengan relasi seksual
Anda dengan pasangan Anda?
1 2 3 4 5
Kurang lebih
Sangat tidak puas Tidak puas seimbang antara Puas Sangat Puas
puas dan tidak puas
16 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa puaskah Anda dengan kehidupan
seksual Anda secara keseluruhan?
1 2 3 4 5
Kurang lebih
Sangat tidak puas Tidak puas seimbang antara Puas Sangat Puas
puas dan tidak puas
17 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda mengalami
ketidaknyamanan atau sakit selama sanggama?
0 1 2 3 4 5
Hampir
Tidak Hampir Sering (lebih Kadang-kadang Jarang (kurang
tidak pernah
ada aktivitas selalu atau dari separuh (sekitar separuh dari separuh
atau tidak
seksual selalu waktu) waktu) waktu)
pernah
18 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa sering Anda mengalami
66

ketidaknyamanan atau sakit setelah sanggama?


0 1 2 3 4 5
Tidak Hampir Sering (lebih Kadang-kadang Jarang (kurang Hampir tidak
ada aktivitas selalu atau dari separuh (sekitar separuh dariseparuh pernah atau
seksual selalu waktu) waktu) waktu) tidak pernah
19 Selama empat minggu terakhir ini, seberapa besar rasa sakit atau tidak nyaman
yang Anda alami selama atau setelah sanggama?
0 1 2 3 4 5
Sangat
Tidak ada
Sangat tidak Tidak Antara sakit dan Nyaman/tidak nyaman/tidak
aktivitas
nyaman /sakit nyaman/sakit tidak sakit sakit sakit sama
seksual
sekali
Sumber : Rosen, et al. (2000). The Female Sexual Function Index (FSFI)

Cara menjawab kuisioner


Dominan Item pertanyaan Rentang skor faktor
Keinginan 1,2 1-5 0,6
Gairah 3,4,5,6 0-5 0,3
Lubrikasi 7,8,9,10 0-5 0,3
Orgasme 11,12,13 0-5 0,4
Kepuasan 14,15,16 0 (or-1)-5 0,4
Sakit/nyeri 17,18,19 0-5 0,4

Contoh jawaban responden


Dominan Jawaban Faktor skor
responden
Keinginan 6 0,6 3,6
Gairah 14 0,3 4,2
67

Lubrikasi 12 0,3 3,6


Orgasme 9 0,4 3,6
Kepuasan 9 0,4 3,6
Sakit/nyeri 9 0,4 3,6
Hasilnya : 22,2

1. Disfungsi seksual apabila skor FSFI ≤ 26,5


2. Tidak disfungsi seksual apabila skor FSFI > 26,5
Hasil pengumpulan data kuisioner

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Jumlah Lama Skor Kb yang


anak penggunaan pil Seksual digunakan
KB Akseptor
1 Ny. M 27 SLTA IRT 2 3 tahun 27,5 Kb kombinasi
2 Ny. M 25 SLTA SWASTA 2 2 tahun 28,5 Kb kombinasi
3 Ny. I 30 SLTA IRT 2 1,5 tahun 29,6 Kb kombinasi
4 Ny. S 29 SLTP IRT 2 2 tahun 27,6 Kb kombinasi
5 Ny.R 22 D.3 IRT 2 8 bulan 29,5 Kb kombinasi
6 Ny. M 31 S.1 IRT 2 6 bulan 31,2 Kb kombinasi
7 Ny. S 30 SLTA IRT 3 2 bulan 11,5 Pil mini
8 Ny. D 32 SLTP IRT 2 3 bulan 29,4 Kb kombinasi
9 Ny. F 35 SLTA IRT 3 4 tahun 12,4 Kb kombinasi
10 Ny. D 23 D.3 SWASTA 2 1 tahun 11,4 Pil mini
11 Ny. S 24 SLTA SWASTA 4 2 tahun 16,2 Mini pil
12 Ny. M 26 D.3 IRT 2 2 tahun 38,9 Kb kombinasi
13 Ny. U 21 SLTA IRT 1 6 bulan 30,5 Kb kombinasi
14 Ny. N 28 SLTA SWASTA 3 4 tahun 29,4 Kb kombinasi
15 Ny. D 25 SLTA IRT 2 2 tahun 29,5 Kb kombinasi
16 Ny. E 23 SLTP IRT 2 2 bulan 29,9 Kb kombinasi
17 Ny. B 28 SLTA IRT 2 1,5 tahun 10,2 Mini pil
18 Ny. N 20 SLTA SWASTA 2 5 tahun 30,0 Kb kombinasi
19 Ny. U 22 SLTA IRT 2 4 bulan 13,1 Mini pil
57

20 Ny. S\ 25 S.1 PNS 1 6 bulan 12,9 Mini pil


21 Ny. A 23 S.1 SWASTA 3 8 bulan 26,8 Kb kombinasi
22 Ny. R 24 SLTA IRT 2 2 tahun 16,8 Mini pil
23 Ny. L 36 SLTA IRT 2 11 bulan 27,8 Kb kombinasi
24 Ny. P 22 SLTP IRT 3 10 bulan 11,6 Kb kombinasi
25 Ny. N 37 SLTA SWASTA 3 2 tahun 29,0 Kb kombinasi
26 Ny. S 38 SLTA IRT 3 2.5 tahun 10,9 Kb kombinasi
27 Ny. K 27 S.1 IRT 2 2 bulan 28,4 Kb kombinasi
28 Ny. E 26 SLTA IRT 1 1,5 tahun 27,8 Kb kombinasi
29 Ny. S 31 SLTA IRT 2 4 tahun 29,5 Kb kombinasi
30 Ny. S 33 SLTA SWASTA 3 2 tahun 31,8 Kb kombinasi
31 Ny. S 35 S.1 SWASTA 2 3 bulan 28,6 Kb kombinasi
32 Ny. E 24 SLTA IRT 2 5 tahun 11,3 Kb kombinasi
33 Ny, A 22 SLTA IRT 2 4 bulan 28,4 Mini pil
34 Ny. R 23 SLTA IRT 3 11 bulan 27,2 Kb kombinasi
35 Ny. A 20 D.3 IRT 2 10 bulan 76,1 Kb kombinasi
36 Ny. Z 27 S.1 PNS 3 3,5 tahun 11,4 Pil kombinasi
37 Ny. S 31 SLTA IRT 4 5 bulan 26,7 Kb kombinasi
38 Ny. I 34 SLTA SWASTA 5 3 tahun 29,6 Mini pil
39 Ny. I 30 SLTA SWASTA 3 7 bulan 31,0 Kb kombinasi
40 Ny. Y 23 S.1 PNS 1 9 bulan 29,9 Kb kombinasi
41 Ny. E 22 D.3 PNS 1 1,5 tahun 12,5 Mini pil
42 Ny. L 26 SLTA IRT 2 4 bulan 28,8 Kb kombinasi

43 Ny. N 20 SLTA IRT 2 6 bulan 30,2 Kb kombinasi


58

44 Ny. H 25 SLTA SWASTA 2 6 tahun 11,5 Kb kombinasi


45 Ny. M 24 S.1 IRT 2 2 bulan 30,2 Kb kombinasi
46 Ny. A 20 SLTA SWASTA 1 5 bulan 30,5 Kb kombinasi
47 Ny. H 27 SLTA IRT 2 2 tahun 10,2 Mini pil
48 Ny. S 33 SLTA SWASTA 4 5 tahun 9,30 Kb kombinasi
49 Ny. E 36 SLTA IRT 2 5 bulan 29,5 Kb kombinasi
50 Ny. S 31 S.1 SWASTA 3 3 tahun 31,3 Kb kombinasi
51 Ny. S 38 S.1 PNS 3 3,5 tahun 29,1 Kb kombinasu
52 Ny. N 36 SLTA IRT 2 3 tahun 27,6 Kb kombinasi
53 Ny. L 35 SLTA SWASTA 3 4 tahun 28,9 Kb kombinasi
54 Ny. D 33 S.1 IRT 2 3 tahun 28,0 Kb kombinasi
55 Ny. I 33 SLTA IRT 2 3 bulan 28,8 Kb kombinasi
56 Ny. S 25 SLTA SWASTA 4 2 tahun 7,90 Mini pil
57 Ny. H 37 S.1 SWASTA 2 1,5 tahun 27,1 Kb kombinasi
58 Ny. M 21 SLTA IRT 3 6 bulan 26,6 Kb kombinasi
59 Ny. E 36 SLTA IRT 2 3 tahum 30,5 Kb kombinasi
60 Ny. K 22 SLTA IRT 2 9 bulan 28,1 Kb kombinasi
Tabulasi Data Hasil Penelitian Kuesioner
Gangguan Alat Kontrasepsi Pil Terhadap Seksualitas Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu Tengah

No. Umur Pendidikan Pekerjaan Seksualitas


Resp Nama Kontrasepsi Pil Akseptor
1 Ny. M 27 SLTA IRT 1 2
2 Ny. M 25 SLTA SWASTA 1 2
3 Ny. I 30 SLTA IRT 1 2
4 Ny. S 29 SLTP IRT 1 2 KET :
5 Ny.R 22 D.3 IRT 2 2 Kontrasepsi Pil 1 Penggunaan Pil KB ≥ 1 Tahun (lama)
6 Ny. M 31 S.1 IRT 2 2 2 Penggunaan Pil KB < 1 Tahun (singkat)
7 Ny. S 30 SLTA IRT 2 1 Seksualitas Akseptor KB 1 Disfungsi seksual skor FSFI ≤ 26,5
8 Ny. D 32 SLTP IRT 2 2 2 Tidak disfungsi seksual skor FSFI >26,5
9 Ny. F 35 SLTA IRT 1 1 SAMPEL 60 orang
10 Ny. D 23 D.3 SWASTA 1 1
11 Ny. S 24 SLTA SWASTA 1 1
12 Ny. M 26 D.3 IRT 1 2 Umur 20 - 30 Tahun : 39
13 Ny. U 21 SLTA IRT 2 2 31 - 40 Tahun : 21
14 Ny. N 28 SLTA SWASTA 1 2 60
15 Ny. D 25 SLTA IRT 1 2
16 Ny. E 23 SLTP IRT 2 2 Pendidikan SLTP : 4
17 Ny. B 28 SLTA IRT 1 1 SLTA : 39
18 Ny. N 20 SLTA SWASTA 2 2 D.3 : 5
19 Ny. U 22 SLTA IRT 2 1 S.1 : 12
20 Ny. S 25 S.1 PNS 2 1 60
21 Ny. A 23 S.1 SWASTA 2 2 Pekerjaan IRT : 37
22 Ny. R 24 SLTA IRT 1 1 PNS : 5
23 Ny. L 36 SLTA IRT 2 2 Swasta : 18
24 Ny. P 22 SLTP IRT 2 2 60
25 Ny. N 37 SLTA SWASTA 1 2
26 Ny. S 38 SLTA IRT 1 1
27 Ny. K 27 S.1 IRT 2 2
28 Ny. E 26 SLTA IRT 1 2
29 Ny. S 31 SLTA IRT 1 2
30 Ny. S 33 SLTA SWASTA 1 2
31 Ny. S 35 S.1 SWASTA 2 2
32 Ny. E 24 SLTA IRT 1 1
33 Ny, A 22 SLTA IRT 2 2
34 Ny. R 23 SLTA IRT 2 2
35 Ny. A 20 D.3 IRT 2 2
36 Ny. Z 27 S.1 PNS 1 1
37 Ny. S 31 SLTA IRT 2 2
38 Ny. I 34 SLTA SWASTA 1 2
39 Ny. I 30 SLTA SWASTA 2 2
40 Ny. Y 23 S.1 PNS 2 2
41 Ny. E 22 D.3 PNS 1 1
42 Ny. L 26 SLTA IRT 2 2
43 Ny. N 20 SLTA IRT 2 2
44 Ny. H 25 SLTA SWASTA 1 1
45 Ny. M 24 S.1 IRT 2 2
46 Ny. A 20 SLTA SWASTA 2 2
47 Ny. H 27 SLTA IRT 1 1
48 Ny. S 33 SLTA SWASTA 1 1
49 Ny. E 36 SLTA IRT 2 2
50 Ny. S 31 S.1 SWASTA 1 2
51 Ny. S 38 S.1 PNS 1 2
52 Ny. N 36 SLTA IRT 1 2
53 Ny. L 35 SLTA SWASTA 1 2
54 Ny. D 33 S.1 IRT 1 2
55 Ny. I 33 SLTA IRT 2 2
56 Ny. S 25 SLTA SWASTA 1 1
57 Ny. H 37 S.1 SWASTA 1 2
58 Ny. Mi 21 SLTA IRT 2 2
59 Ny. E 36 SLTA IRT 1 2
60 Ny. K 22 SLTA IRT 2 2
57

Analisis Univariat

Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Penggunaan Pil KB 32 53.3 53.3 53.3
≥ 1 Tahun (lama)
Penggunaan Pil KB 28 46.7 46.7 100.0
< 1 Tahun (singkat)
Total 60 100.0 100.0

Seksualitas Akseptor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Disfungsi Seksual 16 26.7 26.7 26.7
Tidak Disfungsi 44 73.3 73.3 100.0
Seksual
Total 60 100.0 100.0

Analisis Bivariat

Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil * Seksualitas Akseptor


Crosstabulation
Seksualitas Akseptor
Tidak
Disfungsi Disfungsi
Seksual Seksual Total
Penggunaan Penggunaan Pil Count 13 19 32
Alat KB ≥ 1 Tahun Expected Count 8.5 23.5 32.0
Kontrasepsi Pil (lama) % within Penggunaan 40.6% 59.4% 100.0%
Alat Kontrasepsi Pil
Penggunaan Pil Count 3 25 28
KB < 1 Tahun Expected Count 7.5 20.5 28.0
(singkat) % within Penggunaan 10.7% 89.3% 100.0%
Alat Kontrasepsi Pil
58

Total
Count 16 44 60
Expected Count 16.0 44.0 60.0
% within Penggunaan 26.7% 73.3% 100.0%
Alat Kontrasepsi Pil

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.832a 1 .009
Continuity Correction b
5.388 1 .020
Likelihood Ratio 7.292 1 .007
Fisher's Exact Test .018 .009
Linear-by-Linear Association 6.718 1 .010
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.47.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .320 .009
N of Valid Cases 60
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

Dokumentasi
76
77
78

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Titania Aulia Putri, lahir di Curup pada tanggal


10 Februari 2000, anak pertama dari 2 bersaudara,
buah kasih pasangan dari Ayahanda “Duraya“ dan
Ibunda “Novita idriasari.” Penulis pertama kali
menempuh pendidikan tepat pada umur 7 tahun di
Sekolah Dasar (SD) 06 Kota Bengkulu tahun 2007
sampai dengan tahun 2012, selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan nya di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 11 Kota Bengkulu tahun 2013
sampai dengan tahun 2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan nya di
Sekolah Menengah Atas (SMA) 01 Bengkulu Tengah penulis mengambil jurusan
IPS dan selesai tahun 2018. Pada tahun 2019 penulis mendaftar disalah satu
Perguruan Tinggi Swasta dengan jurusan Keperawatan Stikes Tri Mandiri Sakti
Bengkulu, dan Alhamdulillah selesai tahun 2022.
Berkat petunjuk dan pertolongan Allah SWT, usaha dan disertai doa dari
kedua orang tua dalam menjalani aktivitas akademik di Perguruan Tinggi Stikes
Tri Mandiri Sakti Bengkulu, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan skripsi yang berjudul “Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil
Terhadap Seksualitas Akseptor Di Wilayah Kerja Puskesmas Bentiring Bengkulu
Tengah.”

Anda mungkin juga menyukai