Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS HIPERTENSI PADA TN.R


UPTD PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KOTA BENGKULU
( RUANGAN TERATAI )

OLEH :
TITANIA AULIA PUTRI
NPM: 2226050044

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Hanifah, S.Kep,. M.Kep) ( Padriana, S.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap
makluk hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua
makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan
proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan
akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut adalah masa yang tidak bisa
dielakkan bagi orang yang dikarunia umur panjang. Keberhasilan
pembangunan yang telah dilaksanakan, terutama dalam bidang kesehatan
berdampak pada angka usia harapan hidup penduduk. Kemajuan bidang
kesehatan dan kemampuan seseorang dalam menjaga kesehatan menyebabkan
meningkatnya usia harapan hidup. Usia harapan hidup yang meningkat,
mencerminkan makin bertambah panjangnya masa hidup seseorang yang
membawa konsekuensi makin bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut.
Kondisi masa tua yang semakin panjang ini diharapakan tidak menjadi beban,
namun tetap menjadi sumber daya manusia yang memberikan manfaat.
Bertambah tua berarti pula pula bertambah besar kemungkinan menderita
berbagai penyakit tua, tetapi tidak berarti harus menghentikan seluruh
aktivitas yang ada atau yang bisa dilakukan. Pesimisme lanjut usia dengan
berbagai penyakit tua ini tidak menghinggapi lansia yang tetap aktif, bahkan
usia hingga di atas 70 atau bahkan 80. Proses penuaan dan penyakit yang
dialami tidak terlalu mengganggu. Seolah turunnya fungsi berbagai organ
tubuh tidak terlalu bermasalah dalam kehidupan para lanjut usia.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti
tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang
merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh
jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan
darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar
22%. Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung
dan 51% kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi
salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat
Indonesia (57,6%), di dalam (Jumriani et all, 2019).
Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi
penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan
darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki
(31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan
dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan
pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019).
Semakin meningkatnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun di
karenakan jumlah penduduk yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan
pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat tersebut antara lain
adalah diet yang tidak sehat misalnya tinggi gula, lemak dan garam, dan
kurang mengonsumsi makanan berserat. Selain itu adalah penggunaan
tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016).
Peran Perawat sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan
kesehatan melalui pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan
tindakan medis, serta dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular dan stroke (Gobel et al, 2016).
BAB II
PEMBAHASAN TEORITIS
A. DEFENISI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi
adalah sebaga peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi
adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi
oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin
dan genetik/keturunan, maupun ang bersifat eksogen seperti obesitas,
konsumsi garam, rokok dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam
pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan.
B. ETILOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan
lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
a) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer
(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).
3. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension). Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik, hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan kardiac output atau
peningkatan tekanan perifer, namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a) Usia
Insiden hypertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri coroner
dan kematian premature.
b) Jenis Kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun
pada usia pertengahan dan lebih tua. Insiden pada wanita akan
meningkat sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita
lebih tinggi.
c) Obesitas
Ketidak seimbangan adalah antara konsumsi kalori dengan kebutuhaan
yang disimpan dalam bentuk lemak. Yang menyebabkan jaringan
lemak inaktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Akibat dari
obesitas para penderita cenderung menderita penyakit kardiofaskuler.
Hipertensi dan diabetes melitus.
d) Riwayat keluarga
Yang menunjungan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan
faktor resiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap
hipertensi dimasa yang akan datang.
e) Merokok
Departemen of health and human services (1989) menyatakan bahwa
setiap batang rokok terdapat : 4.000 unsur kimia, diantaranya: tar,
nikotin Gas Co, N2, ammonoia dan asetal dehida serta unsur-unsur
karsinonger. Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang
jantung, saraf otak, dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal.
(Oktavianus: h.52-53)
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).
D. KLASIFIKASI
1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
No Kategori Sistolik Diastolik

1 Optimal <120 <80


2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal 130-139 85-89

4 Hipertensi

5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8 Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

F. WOC
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b) Pembendungan, lebar paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
H. KOMPLIKASI
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
Beberapa komplikasi hipertensi yang bisa terjadi adalah:
1. Serangan jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan
arteri dinding pembuluh darah arteri. Ini disebut dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya, Anda bisa terkena
serangan jantung. Gejala peringatan serangan jantung yang paling umum
adalah nyeri dada dan sesak napas.
2. Gagal jantung
Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompa darah lebih keras
agar dapat memenuhi kebutuhan darah ke semua bagian tubuh. Hal ini
membuat otot jantung lama-lama menebal sehingga jantung kesulitan
memompa cukup darah. Konsekuensinya, gagal jantung bisa terjadi.
Gejala umum dari gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di
pergelangan tangan, kaki, perut, dan pembuluh darah di leher.
3. Stroke
Stroke bisa terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke sebagian area
otakterganggu, misalnya karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah
yang pecah. Penyumbatan ini terjadi karena adanya aterosklerosis dalam
pembuluh darah. Pada orang yang punya hipertensi, stroke mungkin
terjadi ketika tekanan darah terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di
salah satu area otak pecah. Gejala stroke meliputi kelumpuhan atau mati
rasa pada wajah, tangan, dan kaki, kesulitan berbicara, dan kesulitan
melihat.
4. Aneurisma
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan salah satu
bagian pembuluh darah melemah dan menonjol seperti balon, membentuk
aneurisma. Aneurisma biasanya tidak menyebabkan tanda atau gejala
selama bertahun-tahun. Namun, jika aneurisma terus membesar dan
akhirnya pecah, ini bisa mengancam nyawa.
5. Masalah ginjal
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
pembuluh darah di ginjal menyempit dan melemah. Hal ini kemudian
dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.
6. Masalah mata
Tak hanya bisa memengaruhi pembuluh darah di ginjal, tekanan darah
tinggi juga bisa memengaruhi pembuluh darah di mata. Pembuluh darah di
mata juga bisa menyempit dan menebal akibat tekanan darah tinggi.
Pembuluh darah kemudian bisa pecah dan mengakibatkan kerusakan mata,
mulai dari penglihatan kabur sampai kebutaan.
7. Sindrom metabolik
Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari kelainan metabolisme
dalam tubuh. Salah satu faktor risikonya adalah tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi yang dibarengi dengan kondisi kadar gula darah
tinggi, kadar kolesterol tinggi (kadar kolesterol baik rendah dan kadar
trigliserida tinggi), dan lingkar pinggang besar didiagnosis sebagai
sindrom metabolik.
8. Kesulitan dalam mengingat dan fokus
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
perubahan kognitif. Anda mungkin akan mengalami masalah dalam
berpikir, mengingat, dan belajar. Tanda-tandanya seperti kesulitan dalam
menemukan kata-kata saat berbicara dan kehilangan fokus saat dalam
pembicaraan.
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung. (Aspiani, 2016)
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A) PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumberuntuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu
(pasien) (Nursalam,2008).
1. Pengkajian sekunder
a. Wawancara
1) Identitas, meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk panti, diagnosa medik. Tidak ada spesifikasi khusus
untuk kejadian gagal ginjal, namun laki laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode
lanjut dari insidensi gagal ginjal akut.
2) Keluhan utama :
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala,
gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.
3) Riwayat kesehatan sekarang :
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.
Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit kepala ,
pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur,
nyeri dada.
4) Riwayat kesehatan dahulu :
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat
5) Riwayat kesehatan keluarga :
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,
penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV,
infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun seperti
diabetes militus, asma, dan lain-lain.
6) Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien hipertensi meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan
perilaku klien. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien
biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh.
Perawat juga memasukkan pengkajian tehadap fungsi
neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan
terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan
dalam mengkaji terdiri atas dua masalah : keterbatasan
yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam
hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan
neurologis di dalam sistem dukungan individu.
7) Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek,
gaya hidup
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (tachypnea)
8) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi atherosklerosis, penyakit
jantung kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
- Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD
diperlukan untuk menegakan diagnosis
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radiali
- Denyut apical : Titik point maksimum impuls
kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Takikardia berbagai distritmia
- Bunyi, jantung terdengar bunyi jantung I pada dasar bunyi
jantung II dan bunyi jantung III murmur stenosis vasvular
9) Integritas ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi
euphoria, marah, faktor stress, multiple (hubungan keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot
muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
10) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu (riwayat
penyakit ginjal)
11) Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual,
muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun)
riwayat pengguna diuretic
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
12) Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing, sakit kepala
- Berdenyut, sakit kepala sub occipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode bebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode statis staktis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi,
pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.
- Respon motorik:penurunan kekuatan gengaman tangan
perubahan retinal optik
B) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan pasien mengenai
respon individu (pasien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat (Nursalam,2008).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
dibuktikan dengan Tampak meringis, Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari nyeri), Gelisah, Frekuensi nadi
meningkat, Sulit tidur Tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, Menarik
diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforesis. (Kode D.0077).
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
dibuktikan dengan Tekanan darah meningkat / menurun, Nadi
perifer teraba lemah, Capillary refill time > 3 detik, Oliguria,
Warna kulit pucat dan / atau sianosis. (kode D.0008)
3. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
dibuktikan dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh pola tidur
berubah. (Kode. D.0055).
C) INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan adalah suatu dokumentasi tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan. Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun harus
mempunyai beberapa komponen, yaitu: prioritas masalah, kriteria
hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian (Nursalam, 2008).
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang
dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :

No Diagnosa Kode SLKI Kode SIKI


Keperawatan

1 Nyeri akut L.080 Tujuan : setelah I.0823 Manajemen Nyeri (I. 08238)
66 8
D.0077 dilakukan Observasi

tindakan - lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi,
keperawatan
kualitas, intensitas
diharapkan tingkat nyeri
- Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun.
- Identifikasi respon
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang
Kriteria hasil :
memperberat dan
Tingkat nyeri memperingan nyeri
- Identifikasi
1.Mengeluh nyeri
pengetahuan dan
menurun (5)
keyakinan tentang nyeri
2.mengeluh meringis - Identifikasi pengaruh
menurun (5) budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Penurunan Curah L.020 Tujuan : I.0207 Perawatan Jantung
Jantung 08 5
setelah dilakukan Observasi
(D.0008)
tindakan - Identifikasi tanda/gejala
keperawatan 3x24 primer Penurunan curah
jam jantung (meliputi
dispenea, kelelahan,
diharapkan curah
adema ortopnea
jantung meningkat.
paroxysmal nocturnal
dyspenea, peningkatan
CPV)
Kriterian hasil :
- Identifikasi tanda
1.Kekuatan nadi /gejala sekunder
perifer meningkat. penurunan curah
jantung (meliputi
2. palpitasi menurun. peningkatan berat
badan, hepatomegali
3. lelah menurun
ditensi vena jugularis,
4. edema menurun palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
5. batuk menurun
pucat)
6. tekanan darah - Monitor tekanan darah
membaik (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika
perlu)
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sam
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor keluhan nyeri
dada (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12
sadapoa
- Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekwensi)
- Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-
BNP)
- Monitor fungsi alat
pacu jantun
- Periksa tekanan darah
dan frekwensi
nadisebelum dan
sesudah aktifitas
- Periksa tekanan darah
dan frekwensi nadi
sebelum pemberian
obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin)
Terapeutik

- Posisikan pasien semi-


fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
- Gunakan stocking
elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi

- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti
merokok
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

3 Gangguan Pola L.050 Tujuan : I.0517 Dukungan Tidur


Tidur (D.0055) 45 Setelah dilakukan 4

tindakan 3x24 jam Observasi:


keperawatan
- Identifikasi pola
diharapkan pola tidur aktivitas dan tidur
meningkat. - Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
Kriteria hasil : - Identifikasi makanan
dan minuman yang
1. Keluhan sulit tidur
mengganggu tidur (mis.
menurun (5).
kopi, teh, alkohol,
2. Keluhan sering makanan mendekati
terjaga menurun (5) waktu tidur, minum
banyak air sebelum
tidur)
- Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
Terapeutik:

- Modifikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan stres
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi

- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur

D) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan pasien
(Nursalam, 2008).
E) EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk
melengkap proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnose keperawatan, rencana asuhan keperawatan, dan pelaksanaan
keperawatan. Evaluasi keperawatan sebagai sesuatu yang direncanakan
dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan pasien.
Dengan mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan
maka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan.
Meskipun tahap evaluasi keperawatan diletakkan pada akhir proses
keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan. Diagnosa keperawatan perlu dievaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi diperlukan pada
tahap rencana asuhan keperawatan untuk menentukan apakah tujuan
rencana asuhan keperawatan tersebut dapat dicapai secara efektif.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan. Tahap evaluasi pada proses keperawatan
meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan
keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan
tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. 2016. Medical surgical nursing.


assessment and mangement of clinical problem .St. Louis :Mosby.

Price, S; Wilson, L,.2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.


Edisi 6.Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Riskesdas, 2017, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


Nasional Tahun 2017, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Ruhyanudin, F., 2017.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ganguan


System Kardiovaskuler. UMM Press, Malang.

Smeltzer SC., Bare, Hinkle &cheever,2016. Buku AjarKeperawatan


Hipertensi. Jakarta : EGC. Hal : 45-47.

Sutanto 2016, Cekal (cegah & tangkal) penyakit modern, ANDI, Yogyakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I). Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai