OLEH :
KELOMPOK 4
1. Dianiati Gilbert Cristine Jacob (16.321.2322)
2. I Gusti Ayu Wulan Sari Dewi (16.321.2482)
3. Ni Komang Sindy Claudia (16.321.2499)
4. Ni Luh Ayu Widiawati Setiari (16.321.2500)
5. Ni Putu Pratiwi Ayu Susanti (16.321.2519)
6. Ni Putu Tiya Cahyani (16.321.2521)
7. Ni Wayan Krisnayanti (16.321.2525)
8. I Putu Agus Saputra (16.321.2486)
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi
merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit
hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan
di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan
dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi
terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita
yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah
tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang
dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbultanda dan gejala hipertensi dengan
kemungkinan komplikasinya. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan
aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007,sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.Hipertensi biasanya
dimulai “diam - diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus
pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik
secara berkala,misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan
kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja,
tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi
labil”. Atau jika angkanya terletak diatas sasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi
perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang
ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak,
bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang mudadengan tekanan darah yang sangat
tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.
1. 2 Rumusan Masalah
1. 2. 1 Bagaimana konsep dasar penyakit hipertensi ?
1. 2. 2 Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan hipertensi ?
1. 2. 3 Bagaimana asuhan keperawatan gerontik pda Ny. K dengan hipertensi di banjar angkling,
Desa bakbakan, Gianyar ?
1. 3 Tujuan Penulisan
1. 3. 1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipertensi
1. 3. 2 Untuk mengetahui dasar asuhan keperawatan dengan hipertensi
1. 3. 3 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik pda Ny. K dengan hipertensi di Banjar
Angkling, Desa bakbakan, Gianyar
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. 1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih
dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara
Hearrison 1997). Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic
lebih dari 90 mmHg. Pada Usila : peningkatan tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg. (Saiful. 2015)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,
2001).
Hipertensi didefinisikan oleh JointNational Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Presure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi menurut Caraspotmerupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim
Nasrin, 2003 ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
2. 1. 2 Etiologi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
hipertensi primer dan hipertensi sekunder ( Lany Gunawan, 2001 ). Hipertensi primer terdapat
pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder.
2. 1. 2. 1 Hipertensi Primer
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh
darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
2. 1. 2. 2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Penyebab
hipertensi sekunder adalah :
1. Ginjal
1) Glomerulonefritis
2) Pielonefritis
3) Nekrosis tubular akut
4) Tumor
2. Vascular
1) Aterosklerosis
2) Hiperplasia
3) Trombosis
4) Aneurisma
5) Emboli kolestrol
6) Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
1) DM
2) Hipertiroidisme
3) Hipotiroidisme
4. Saraf
1) Stroke
2) Ensepalitis
5. Obat – obatan
1) Kontrasepsi oral
2) Kortikosteroid
2. 1. 3 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
2. 1. 4 Pathway
Terlampir
2. 1. 5 Klasifikasi Hipertensi
2. 1. 5. 4 Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut
atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan
di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
2. 1. 6 Gejala Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung,
1995):
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
2. 1. 7 Pemeriksaan Diagnostik
2. 1. 7. 1 Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. 1. 7. 2 BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
2. 1. 7. 3 Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
2. 1. 7. 4 Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
2. 1. 7. 5 Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
2. 1. 7. 6 Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
2. 1. 7. 7 Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
2. 1. 7. 8 Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
2. 1. 7. 9 Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
2. 1. 7. 10 Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
2. 1. 7. 11 Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
2. 1. 7. 12 IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter
2. 1. 7. 13 Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
2. 1. 7. 14 CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
2. 1. 7. 15 EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2. 1. 8 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
2. 1. 9 Komplikasi
2. 2. 1 Pengkajian
2. 2. 1. 1 Identitas klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Jenis kelamin :
6. Suku :
7. Agama :
8. Status perkawinan :
9. Tanggal pengkajian :
2. 2. 1. 2 Status kesehatan saat ini
Menunujukkan kondisi atau kedaan pasien pada saat ini
2. 2. 1. 3 Riwayat kesehatan dahulu
Mengethaui klien ada atau tidaknya riwayat penyakit dahulu
2. 2. 1. 4 Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui ada atau tidaknya keluarga yang memiliki penyakit keturunan
2. 2. 1. 5 Genogram
Riwayat keturunan 3 generasi untuk menggambarkan regenerasi penyakit yang bersifat
genetic.
2. 2. 1. 6 Tinjauan system
1. Aktivitas/ Istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
2) Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,
otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada
masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
1) Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
1) Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
8. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Spiritual
Perkembangan spiritual
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor 5-9 : kemungkinan depresi
Skor 10 atau lebih : depresi
2. 2. 1. 12 APGAR keluarga
Penilaian :
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10 : tidak ada disfungsi keluarga
2. 2. 1. 13 Informasi Penunjang
1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Diagnosa medis
4. Terapi medis, obat dan lain-lain
3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi dan kekuatan
mekanisme regulasi. asuhan keperawatan ..x24 nadi
2. Monitor frekuensi nafas
jam diharapkan status
3. Monitor tekanan darah
cairan kembali seimbang 4. Monitor elastisitas atau tugor kulit
dengan kriteria hasil : 5. Identifikasi tanda-tanda
1. Asupan cairan sesuai
hypervolemia (mis.dyspnea,edema
kebutuhan
perifer,edema anasarka,JVP
2. Haluan urin (+)
3. Edema (-) meningkat, CVP meningkat, reflek
4. Tugor kulit elastis
hepatojugular positif, berat badan
menurun dalam waktu singkat )
6. Atur interval waktu pemantaun
sesuai kondisi pasien
7. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsitubuh
ketidakseimbangan asuhan keperawatan ..x24 yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor lokasi dan ketidak
jam diharapkan intoleransi
nyamanan selama melakukan
aktifitas kembali efektif
aktifitas
dengan kriteria hasil :
3. Lakukan latihan rentang gerak
1. Frekuensi nadi normal
2. Keluhan lelah (-) pasif dan atau aktif.
3. Dyspnea saat aktivitas 4. Anjurkan tirah baring
5. Ajrkan strategi koping untuk
(-)
4. Frekuensi nafas mengurangi kelahan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
normal
cara meningkatan asupan makanan
5. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor resiko jatuh
penglihatan asuhan keperawatan ..x24 (mis.lebih >65 tahun, penurunan
jam diharapkan resiko tingkat kesadaran, deficit kongnitif,
jatuh tidak terjadi dengan hipotensi ortostatik, gangguan
kriteria hasil : keseimbangan, gangguan
1. Jatuh saat berdiri (-)
penglihatan, gangguan neuropati.
2. Jatuh saat berjalan(-)
2. Identifikasi factor lingkungan yang
3. Jatuh saat dipindahkan
meningkatkan resiko jatuh
(-)
(mis.lantai licin, penerangan
kurang)
3. Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terrendah
4. Gunakan alat bantu berjalan
(mis.kursi roda,wolker)
5. Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
6. Amjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
7. Anjurkan melebarkan jarak kdua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
6. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab kenaikan
dengan hipertensi asuhan keperawatan ..x24 TIK (mis.lesi menempati ruang,
jam diharapkan resiko gangguan metabolism, gangguan
perfusi serebral teratasi serebral, peningkatan tekanan vena,
dengan kriteria hasil : obstruksi aliran cairan
1. Tekanan intracranial
serebrospinal,hipertensi intra kranial
2. Sakit kepala (-)
3. Kesadaran (+) idiopatik)
4. Tekanan darah sistolik 2. Monitor peningkatan TD
3. Monitor penurunan frekuensi
normal
5. Tekanan diastolic jantung
4. Monitor kadar co2 dan
normal
pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
5. Monitor tekanan perfusi serebral
6. Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
7. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. 2. 4 Implementasi Keperawatan
2. 2. 5 Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya
2. 3. 1 Pengkajian
2. 3. 1. 1 Identitas klien
1. Nama :Ny. K
2. Umur : 77 Tahun
3. Alamat : Br.Angkling, Desa bakbakan- Gianyar
4. Pendidikan : SMA
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Suku : BALI
7. Agama : Hindu
8. Status perkawinan : Janda
9. Tanggal pengkajian : Minggu, 29 November 2019
2. 3. 1. 2 Status kesehatan saat ini
1. Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
2. Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin.
3. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat
siang hari.
4. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan.
5. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
6. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu
aktivitasnya.
7. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas
(P)
8. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
9. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
10. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
11. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
12. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
2. 3. 1. 3 Riwayat kesehatan dahulu
1. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah sakit dan
jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua pasien mengalami
tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan pernah mengalami tetanus pada
usia 67 tahun.
2. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang seluruh
badannya gatal-gatal seperti biduran.
3. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum
alcohol.
2. 3. 1. 4 Riwayat kesehatan keluarga
Ny. K mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai sakit
hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu.
2. 3. 1. 5 Tinjauan sistem
1. Keadaan umum
Composmentis (E4V5M6).
2. Integumen
Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
3. Kepala
Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam keputihan.
4. Mata
Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak Anemis.
5. Telinga
Simetris,Tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada benjolan, tidak cairan
yang keluar.
6. Mulut dan Tenggorokan
Mulut bersih, gigi sudah banyak yang tanggal tersisa tinggal 4 buah, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
7. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis.
8. Dada
Simetris, tidak ada pembengkakan.
9. Sistem pernafasan
Pernafasan normal, tidak ada masalah
10. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah 150/80 mmHg
11. Sistem gastrointestinal
Tidak ada masalah, terdengar suara bising usus, makan 3x sehari hanya bisa
menghabiskan 1 porsi, BAB 1x sehari.
12. Sistem perkemihan
BAK lancar 6x sehari, tidak ada inkontinensia urin.
13. Sistem Musculoskeletal
Ny. K biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca dingin
sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi, klavikula
tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah hangat.
14. Sistem Endokrin
Ny. K mengatakan tidak menderita kencing manis,palpasi : tidak ada
pembesaran kelenjar
15. Sistem Immun Hematologi
Ny. K mengatakan tidak pernah disuntuk imunisasi,sensitivitas terhadap zat
alergen ( - )
16. Sistem Reproduksi
Ny. K mengatakan menopause sekitar umur 50 tahun
17. Sistem Neurosensori
System Persyarapan : Keadaan status Ny.K baik dengan emosi terkadang tidak
stabil respon Ny. K terhadap pembicaraan ( + ) ,kemampuan pendengaran
baik, tidak ada kekakuan
18. System Penglihatan
Ny. K mampu melihat dengan baik ,mata kanan kirinya tidak ada gangguan
penglihatan
2. 3. 1. 6 Pengkajian Psikososial dan spritual
1. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan teman
satu kamarnya dan penghuni wisma lain.
2. Masalah emosional
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak
pikiran.
3. Spiritual
Klien beragama hidhu dan melakukan puja tri sandia 3 kali sehari.
2. 3. 1. 7 Pengkajian Fungsional Klien
Modifikasi dari bartel indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi:3x
sehari
Jumlah:
secukupnya
Jenis, nasi, sayur,
lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8
kali sehari
Jumlah: secangkir
kecil
Jenis: air putih,
dan susu
3 Berpindah dari 15 Mandiri
satu tempat
ketempat lain
2. 3. 1. 11 APGAR Keluarga
3 G: Growth 2
Saya puas bahwa
keluarga(teman-
teman) saya
menerima dan
mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas
(pertumbuhan)
4 A: Afek 1
Saya puas dengan
cara keluarga (teman-
teman) saya
mengekspresikan
afek dan berespons
terhadap emosi saya,
seperti marah, sedih
atau mencintai
5 R: Resolve 2
Saya puas dengan
cara teman atau
keluarga saya dan
saya menyediakan
waktu bersama-sama
mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengkajian Ny. K tidak ada disfungsi keluarga karena
dalam berkomunikasi dan berkerabat dengan baik.
2. 3. 1. 12 Informasi Penunjang
1. Laboratorium
Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium
2. Radiologi
Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan radiologi
3. Diagnosa medis
Hipertensi
4. Terapi medis, obat dan lain-lain
amblodipine 3x1 5mg
livron B-PLEX 3x1 mg
2. 3. 2 Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Hipertensi Nyeri Akut
1. Klien mengatakan sering pusing, masuk
angin dan merasa sakit pada bagian Otak
tengkuknya.
2. Klien mengatakan rasa nyeri yang
Resistensi
dirasakan terkadang mengganggu
pembuluh darah
aktivitasnya. otak meningkat
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat
terlalu banyak melakukan aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q) Nyeri tengkuk
5. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
6. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Do : Nyeri Akut
1. Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri.
2 Ds: Hipertensi Gangguan
1. Klien mengatakan memiliki penyakit
pola tidur
hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Kurang control
2. Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi
tidur
obat antihipertensi secara rutin.
3. Klien mengatakan tidak pernah tidur
siang, karena tidak bisa tidur pada saat Susah tidur,
siang hari. gelisah
4. Klien mengatakan mengalami susah
tidur, gelisah, tetapi tidak banyak
Gangguan Pola
pikiran.
Tidur
Do :
1. TD: 140/90 mmHg
3 Ds: Hipertensi Resiko jatuh
1. Klien mengatakan kakinya terkadang
gemetar saat berjalan.
Perubahan
Do:
1. Klien tampak gemetar saat memegang mobilitas fisik
gelas berisi susu yang mau
dipindahkan ke kamar. Kekuatan otot
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20
menurun
mmHg pada tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan Kaki gemetar saat
mengangkat satu kaki klien hanya berjalan
melakukan sebentar dan kembali
duduk. Resiko Jatuh
5. Hasil TUG Test 24 detik.
2. 3. 3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya, klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu
banyak melakukan aktivitas (P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), klien
mengatakan nyeri di tengkuk (R), klien mengatakan skala nyeri 5 (S), nyeri
yang dirasakan hilang timbul (T), wajah klien tampak meringis saat menahan
nyeri.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur ditandai
dengan klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah
tinggi, saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin,
klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat
siang hari, klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak
banyak pikiran, TD: 140/90 mmHg.
3. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun ditandai dengan
klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan, klien tampak
gemetar saat memegang gelas berisi susu yang mau dipindahkan ke kamar,
hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada tekanan diastolik, hasil
reach test <6 inchi, pada saat diminta berdiri dan mengangkat satu kaki klien
hanya melakukan sebentar dan kembali duduk, hasil TUG Test 24 detik.
2. 3. 4 Nursing Care Plan
3.2 Saran
3. 2. 1 Bagi petugas kesehatan
3. 2. 1. 1 Bagi perawat dalam memiliki tanggung jawab untuk selalu memperbaharui
pengetahuan dan keterampilannya perawat juga harus memperhatikan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien khususnya lansia yang mengalami hipertensi untuk
menerapkan terapi relakasi otot progresif untuk dilakukan sehari-hari.
3. 2. 1. 2 Memperhatikan lingkungan pelayan sehingga dapat mengurangi resiko jatuh
3. 2. 2 Bagi lansia
3. 2. 2. 1 Bagi lansia relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi mandiri
untuk lansia saat lansia mengalami hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada Asuhan
Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non Haemorogik di Ruang Anggrek II RSUD dr.
Muwardi Surakarta. Surakarta : Karya Tulis Stikes Kusuma Husada.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
X X X X
X ↖ ꓫ
Keterangan :
= Perempuan
=Laki-Laki
= Pasien
= Meninggal