Anda di halaman 1dari 21

CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992;
812)

B. ETIOLOGI
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya
DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasi

1
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar
kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan
telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin
serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

2
MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan
), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot
otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis
dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.

3
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum sum
tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopeni.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal

4
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

E. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
KOMPLIKASI

Komplikasi potensial gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan


kolaboratif dalam perawatan mencakup :

5
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis, metabolik, katabolisme,

dan masukan diet berlebihan

2. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produk

sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin

angiontensin aldosteron

4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan

kehilangan darah selama hemadialisis

5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan

peningkatan kadar aluminium.

I. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

6
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya
(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na
dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan
output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan
kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

7
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan
intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:


kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis


Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:

8
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi
lembab pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang


tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

9
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis


(hemodialisa) b.d salah interpretasi informasi.
a. Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang
akan dialami.
b. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala CKD serta penatalaksanaannya
(tindakan hemodialisa ).
c. Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
d. Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.
e. Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

10
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. AH
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN GAGAL
GINJAL KRONIK (GGK)

I. Nama : Tn Abd H

Pendidikan : SI

Pekerjaan : PNS

Suku bangsa : Makassar / Ina

Nama penanggung jawab : ( Istri )

Agama : Islam

Bahasa yang di gunakan : Bahasa Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jln. St. Alauddin

II. Tanggal Masuk : Juni 1998

Diagnosa medik sewkt sakit : (RF Coronik Renal Failure)

Cara :

Suhu :

TB :

Nadi : 78 x /mnt

BB : 60 kg

Tensi : 190/90 mmHg

Pernafasan : 24 x /mnt

Golongan Darah :

III. Alat bantu yang dipakai : Tidak ada

IV. Apakah pasien pernah sakit sebelumnya : Tidak ada

11
Bila ya, sakit apa :

Apakah mendapat pengobatan : Klien tidak sakit sebelumnya

Tempat berobat : -

Pernah dirawat di : -

Keluhan yang dirasakan saat ini : Sakit badan (badan terasa


nyeri, lelah & lesu)
Riwayat yang dirasakan saat ini :

Kapan dimulai dirasakan : Sejak pertama mengakui penyakit ginjal hingga

saat ini

Lamanya keluhan yang dirasakan : Setiap saat

Faktor fencetus terjadinya keluhan : Banyak aktifitas dan faktor

psikologis

Keluhan / Gejala lain yang menyertai : Sakit kepala, mual

V. Keadaan Fisik / psikolgis / spiritual

1. Sensorik

Penciuman : Klien dapat membedakan bau

Penglihatan : Klien dapat melihat / membaca objek tulisan dengan jelas

Pendengaran : Klien dapat mendengar gesekan jari atau bisikan

Perasa / pengecap : Klien dapat membedakan rasa asam, asin, maupun pahit

2. Kulit

Warna : Sawomatang

Tuigor : Kulit kering

Lecet / luka : Tidak ada

3. Sirkulasi

12
Edema : Tidak ada

Nyeri dada : Tidak ada

Palpitasi : Tidak ada

Clabbing Finger : Tidak ada

Siarosis : Tidak ada

4. Pernafasan

Sesak Nafas : Tidak ada

Batuk : Tidak ada

Bunyi Nafas : Vaskuler

5. Eliminasi

BAB BAK

- Frekwensi BAB : Setiap hari - Warna orine

- Mual : Sering terjadi - Frekuensi

- Ostomi : Tidak ada - Terbangun pada malam hari


untuk BAK
- Bunyi Usus : 15 X / menit - Kemampuan mengontrol BAK :
terkontrol dengan baik
- Kateter : Tidak ada

6. Persyarafan

Pusing : -

Ingatan : Klien mampu mengingat dengan baik

Kehilangan Rasa : Dapat merasakan rabaan

Kemampuan Bicara : Resektif (masih dapat berkomunikasi dengan

baik)

Nyeri : Tidak ada

13
Kemampuan Mobilitas : Mampu
melaksanakan activitas ringan seperti : mandi,
makan, dll
7. Sendi / Tulang

Cacat : Tidak ada

Gerak terbatas : Klien bisa bergerak leluasa

Pembengkakan sendi : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Dislokasi / patah tulang : Tidak ada

8. Aktifitas / Exercise

Tingkat energi : Kondisi klien dalam beraktivitas tidak memiliki energi

yang cukup untuk beraktivitas

Mudah capek : Sering sekali, khususnya bila bekerja keras

Hiperaktif : Klien tidak hiperaktif

Tidur : Siang hari : tidak menentu

Malam hari : klien tidur > 6 jam dalam semalam

ADL : Mampu melaksanakan sendiri, tapi kadang dibantu oleh

istri / keluarga lain

9. Nutrisi

Makanan : Diet rendah garam

Tea : 2 (gelas / hari)

Frekuensi makan : 3 x / hari prosi makan 1 piring kadang tidak

dihabiskan

10. Sexual Reproduksi

Saat ini

14
11. Peran hubungan / nilai-nilai keyakinan / kepercayaan

Aktivitas ibadah : Klien rajin beribadah.

Aktivitas yabg terkait dengan keagamaan : Klien tidak mempunyai

aktivitas yang lain.

Dengan siapa pasien tinggal dirumah : Anak-anak dan istri.

Yang dirasakan pasien saat ini : Klien merasa stres / kuatir dengan

penyakitnya.

Harapan pasien sehubungan dengan kondisi kesehatan yang dialami :

Klien berharap lekas sembuh dan dapat melaksanakan tugasnya

semaksimal mungkin

12. Riwayat psikososial

a. Pola konsep diri : Klien menerima keadaannya saat ini dan memiliki

respon yang adaktif terhadap dirinya. Klien

tampak cemas bila ditanya mengenai keadaannya

dan klien tidak mau mengetahui kondisi vitalnya

sebagai koping mengurangi stres yang dialaminya.

b. Pola kognitif : Klien memiliki cukup pengetahuan tentang kondisi

penyakitnya

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


Klien mengeluh lemah, sakit kepala, Kadar areum meningkat

mual Bodium meningkat

Klien dapat menggerakkan anggota Vol. Urine kurang dari 450 ml / hari

15
badannya Klien tampak lemah, aktivitas ber-

Klien mengatakan nafsu makan kurang

menurun Kulit kering terlihat bekas garukan

Klien mengatakan cemas dengan Muntah terutama saat setelah makan

keadaannya TTU :

Klien mengeluh gatal TD : 190 / 90 mm Hg

N : 64 x / menit

S : 36 0 C

P : 20 x / menit

ANALISA DATA
NO. DATA ATIOLOGI MASALAH
1 2 3 4
1. Ps : Penurunan fungsi ginjal Kelebihan volume cairan
- Klien mengeluh lemah, tubuh
sakit kepala, mual. Filtrasi tubulus menurun
Do :
- Kadar ureum Aldosteron meninggi
meningkat
- Sodium meningkat Sisa metabolisme tidak
- Vol. Urine kurang dari dapat dibuang
450 ml perhari.
Refensi elektrolit dadalam
intra dan extra sel

Odema

Ketidak seimbangan cairan

2. Gangguan nutrisi Activity intolerance


Ps :
- Klien mengeluh Nutrisi kejaringan menurun
lemah,mual
Do : Badan terasa lemah
- Klien tanpak lemah,
aktifitas berkurang ADL

16
Peningkatan ureum dalam
3. darah Gang. intergritas kulit

Ps : Penimbunan plamen urine


- Klien mengeluh gatal
Do : Gatal, kulit kering
- Kulit kering dan terlihat
bekas garukan Gangguan intergritas kulit

Peningkatan ureum dalam


4. darah Gang. Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ps : Peningkatan rangsangan
- Klien mengeluh lemah, saluran cerna
mual
- Klien mengatakan nafsu
makan menurun
1 2 3 4
Do :
- Kadar ureum
meningkat Distimulasi hypothelamus
- Muntah terutama saat sebagai rangsangan
setelah makan
Mual dan muntah
Ds :
Gangguan nutrisi
- Klien mengatakan
cemas dengan keadaannya
Fungsi glomerolus
Do : Kecemasan
menurun
- TTU :
TD : 190 / 90 mm Hg
Kerusakan irreversibel
N : 64 x / menit
S : 36 0 C
Terminal
P : 20 x / menit
Aspek, psikologis

Kecemasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

17
1. Gangguan keseimbangan cairan (lebih adari kerusakan) b/d kerusakan fungsi

ginjal

2. Activity intolerance b/d kelemahan secara umum

3. Gangguan integritas kulit b/d peningkatan kadar ureum dalam darah

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak

adekuat

5. Kecemasan b/d ancaman status kesehatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tujuan Intervensi Rasional


NDX
1 2 3 4
1. Klien akan mempertahankan 1. Monitor status cairan 1. Penimbangan BB tiap
volume cairan yang seimbang, melalui penimbangan hari dan percatatan,
dengan kriteria : BB tiap hari pemasukan dan
- Tidak ada edema pengeluaran
- Hasil laboratorium membantu dalam
mendekati normal penilaian
- Berat badan seimbang keseimbangan cairan
sebagai
rekomendasi dalam
pemberian cairan
2. Catat intake output 2. Menentukan fungsi
ginjal, menentukan
batas keseimbangan
cairan dan bahan
perbandingan untuk
kehilangan BB tiap
hari ataupun
peningkatan untuk
kolerasinya
3. observasi kesadaan 3. Edema terjadi pada
kulit daerah tergantung
tangan dan kaki serta
jaringan lemak
periorbital yang
menunjukkan terjadi-
nya perpindahan
cairan

18
4. Kolaboriasi pemeriksa- 4. Mengetahui sejauh
an lab. fungsi ginjal mana kegagalan ginjal
5. Melebarkan lumen
5. Kolaboriasi pemberian tubuler, menurunkan
obat uretik hyperkalsium dan
meningkatkan volume
urine

1 2 3 4
2. Activity intolerance teratasi 1. Kaji sejauhmana 5. Mengetahui sejauh-
atau minimal berkurang kemampuan klien mana klien dalam
dengan kriteria : beraktivitas
- Klien dapat beraktivitas 2. Rencanakan periode 6. Mencegas kelelahan
sendiri istirahat adekuat kelebihan
3. Penuhi kebutuhan ADL 7. Membantu pemenuh-
klien an kebutuhan ADL
klien
4. Libatkan klien pada saat 8. Memotivasi klien agar
aktivitas perawatan dapat memenuhi
kebutuhan sendiri

3. Klien akan mempertahankan 1. Observasi kulit terhadap 1. Menandakan area


intergritas kulit utuh dan perubahan warna, turgor sirkulasi buruk atau
menunjukkan perilaku vaskuler kerusakan yang
mencegah kerusakan kulit menimbulkan
decubitus
2. Obsevasi area 2. Jaringan edema lebih
tergantung terhadap cebderun rusak
edema
3. Berikan perawatan kulit 3. Mengurangi gatal dan
(kebersihan) dan melembabkan kulit
pemberian lotion
4. Anjurkan klien untuk 4. Menghilangkan
menggunakan kompres ketidaknyamanan dan
lembab dan pertahankan pertahankan kuku
kuku tetap pendek\ tetap pendek

4. Klien akan mempertahankan 1. Kaji dan catat pemasu- 1. Mengidentivikasi


nutrisi yang adekuat bebas kan diet defisiensi untuk
dari edema, nafsu makan baik kebutuhan diet
- 2. Beri makanan sedikit 2. Meminimalkan
tapi sering anorexia
3. Timbang 3. Membantu menentu-
4. Kolaborasi pemberian kan keadaan nutrisi
diet rendah garam, dan keseimbangan

19
tinggi, kalolri rendah cairan
protein, rendah lemak 4. Lemak dan protein
tidak digunakan
sebagai sumber energi
utama sehingga tidak

1 2 3 4
Terjadi penumpukan
yang bersifat asam,
serta diet rendah
garam mengurangi
retensi cairan.
5. Kolaborasi pemberian 5. Menghilangkan mual,
obat anti nemetik muntah, dan dapat
meningkatkan
pemasukan oral

5. Kecemasan yang dirasakan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui tingkat


klien berkurang klien kecemasan klien dan
membantu menentu-
kan intervensi
selanjutnya
2. Beri penjelasan pada 2. Meningkatkan
klien dan keluarga pengetahuan klien
mengenai kesehatan mengenai penyakitnya
klien saat itu sehingga diharapkan
kecemasan berkurang
3. Anjurkan klien untuk 3. mengurangi
mendekatkan diri ke- kecemasan dan
pada Tuhan Yang Maha menangkan klien
Esa

20
H. PATHWAYS
infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran
kemih
reaksi arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan iritasi / cidera
antigen kasar jaringan
antibodi suplai darah ginjal
menekan hematuria
turun
saraf perifer
anemia
nyeri
GFR turun pinggang

GGK

sekresi protein retensi Na sekresi eritropoitis


terganggu turun
sindrom uremia urokrom total CES resiko suplai nutrisi dalam produksi Hb turun
tertimbun di naik gangguan darah turun
perpospatemi gang. kulit tek. kapiler nutrisi oksihemoglobin
apruritis keseimbangan perubahan naik turun
gangguan intoleransi
asam - basa warna kulit vol. interstisial suplai O2 kasar turun
perfusi jaringan aktivitas
naik
gang. prod. asam
naik edema payah jantung bendungan atrium kiri
integritas as. lambung (kelebihan volume
kulit kiri naik
naik cairan)
nausea, iritasi lambung preload naik COP turun
vomitus tek. vena
infeksi perdarahan beban jantung aliran darah suplai O2 suplai O2 ke pulmonalis
resiko
gangguan naik ginjal turun jaringan otak turun kapiler paru naik
gastritis
nutrisi - hipertrofi ventrikel turun
RAA turun metab. syncope edema paru
mual, hematemesi kiri
muntah s anaerob (kehilangan
retensi Na & timb. as.
anemia
- melena kesadaran) gang. pertukaran
H2O naik laktat naik
gas
kelebihan vol. - fatigue intoleransi
cairan - nyeri sendi aktivitas
21

Anda mungkin juga menyukai