Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS

RUANG ICU
RSUD WANGAYA

Oleh :
NI PUTU TIYA CAHYANI
16.321.2521

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc,2012).
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi
( Soenarwo, 2011)
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi.
Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat yang
mengenai rawan sendi.
2. Epidemiollogi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn
keatas dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada pria.
Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn
keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10%
dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1. Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat
menambah kegemukan
3. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
4. Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena
5. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan
sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
6. Jenis kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering
ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis
primer).Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria
7. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan
Amerika daripada kulit hitam.
8. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap
OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik
pada pria maupun wanita.
9. Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau
lembab.
b. Faktor Presipitasi
Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu,
kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi
dan bahkan kelumpuhan.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul
lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,
tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.

5. Pathway (Terlampir)
6. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.

b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami


fraktur.

7. Gejala Klinis
a. Nyeri sendi
b. Hambatan gerak sendi
c. Nyeri bertahambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat, terasa
paling nyeri pada akhir hari, dan seiring dengan memburuknya penyakit
menjadi semakin parah, sampai pada tahap dimana pegerakan minimal
saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa menganggu tidur
d. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari dengan periode istirahat
e. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan
h. Tanda-tanda peradangan, tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai
adanya sinovial pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan

c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran


kelenjar limfe aksila.
d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,
skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda
hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar

e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak


menyeababkan iritasi.

f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.

g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi


katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,
nodul infark, sindroma caplan)

h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik

i. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis


(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan
tanda- tanda kompresi medula spinalis.

j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan
sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.

k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk


menentukan adanya darah.

9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi ( uuntuk indikasi inflamasi) dan cairan sinovial
dalam batas normal, pemeriksaan mikroskopis
b. Foto rontgen polos menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi
c. Pemeriksaan zat besi dan kalsium
10. Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1) Terapi non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar
pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang
dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah
semakin parah, dan agar persendiannya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit.
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya
tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi
yang sakit
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan merupakan faktor yang memperberat
OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak
berlebihan dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat
badan apabila berat badan berlebihan.
2) Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologis melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentiikasi
manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi
a. Obat Antiinflamasi Non steroid (AINS), inhibitor
siklooksigenase-2 (COX 2), dan Asetaminofen untuk mengobati
rasa nyeri yang timbul pad OA lutut, penggunaan obat AINS dan
inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih
tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilhan pertama penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengpmbinasikannya dengan menggunakan inhibitor COX-2
b. Chondroprotective agent
Adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat-obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C dan
sebagainya.

3) Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang menganggu aktivitas sehari-hari.
11. Terapi
Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang
terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan
sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian
bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa
sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan
yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini
adalah:
a. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan
adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan
sendi dan mengurangi nyeri.
b. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti
peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3
bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.
c. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif
untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun.
Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan
kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak
memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang
mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan hampir
setiap orang.
d. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan
cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat
ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa
dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dnegan gangguan sistem
persyarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan :
a. Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region : radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasasakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
3. Riwayat penyakit saat ini
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
Osteoarthritis yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
mana yang terkena.

4. Riwayat penyakit dahulu


5. Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit tulangnmerupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya OA,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic

6. Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yangdideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta responatau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluargaataupun dalam masyarakat

7. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) Pernapasan meningkat, dispneu, pergerakan dada
simetris, suara nafas normal tidak ada suara nafas tambahan seperti
stridor dan ronchi.
B2 (Blood) Hipertensi (kadang 3 kadang terlihat sebagai respons
terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia
(respon stress,hipovolemia). Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal
yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.
B3 (Brain) hilang gerakan/sensasi, spasme otot. Bebas/kesemutan
(parestesis), deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilangnya
fungsi, angitasi(mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain).
B4 (Bladder) Tidak ada kelainan sistem perkemihan
B5(Bowel) Tidak ada kelainan defekasi
B6 (Bone)
a. Edema, deformitas, krepitasi, kulit terbuka atau utuh,
ada/tidak adanya nadi di sebelah distal patahan, hematoma, kerusakan
jaringan lunak, posisi ekstremitas abnormal
b. Keadaan lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler À 5P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah :
1. Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain :
a. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
b. Cape au lait spot (birth mark).
c. Fistula
d. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
e. Benjolan, pembengkakan, atau &ekungan dengan hal-halyang
tidak biasa (abnormal).
f. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2. Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi
penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi
dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Hal yang perlu dicatat :
a. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Capillary refill time
b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atauoedema
terutama disekitar persendian
c. nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal). otot tonus pada waktu relaksasi atau
kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada
tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada
benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri
atau tidak, dan ukurannya.

2. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a) Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, kerusakan
integritas struktur tulang
c) Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
d) Defisit perawatan diri berhubungan dengan fungsi tulang
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit.

3. Intervensi
No Nama diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri Akut setelah dilakukan asuhan Pain Management


berhubungan keperawatan selama … a) lakukan pengkajian nyeri secara
dengan penurunan x 24 jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
fungsi tulang akut dapat teratasi dengan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas an
kriteria hasil : faktor presipitasi.
NOC : b) Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri, c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
mampu menggunakan untuk mengetahui pengalaman nyeri
tekhnik non farmakologis pasien
untuk mengurangi nyeri, d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mencari bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
berkurang dengan f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
menggunkan manajemen lain tentang ketidakefektifakn kontrol
nyeri nyeri masa lampau
3. Mempu mengenali nyeri g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
(skala intensitas, frekuensi dan menemukan dukungan
dan tanda nyeri) h) Kontrol lingkungan yang dapat
4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
setelah nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan
nyeri(farmakologi, non farmakologi dan
onterpersonal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologis
m)Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektian kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri.
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan NIC :
fisik berhubungan keperawatan selama …x 24 a) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dengan kekakuan jam diharapkan gangguan latihan dan lihat respon pasien saat latihan
sendi, kerusakan mobilisasi fisik teratasi b) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
integritas struktur dengan kriteria hasil : rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
tulang NOC : c) Bantu klien untuk menggunakan tongkat
1. Klien meningkat dalam saat berjalan dan cegah terhadap cedera
aktivitas fisik d) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
2. Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
peningkatan mbilitas e) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. Memverbalisasikan f) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
perasaan dalam DLs secara mandiri sesuai kemampuan
meningkatkan kekuatan g) Damingi dan bantu pasien saat mobilisaso
dan kemampuan dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
berpindah h) Berikan akat bantu jika pasien
4. Memperagakan memerlukan
penggunaan alat i) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
5. Bantu untuk mobilisasi dan berikan bantuan jika diperlukan.
(walker)
3. Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan NIC :
berhubungan keperawatan selama …x 24 a) Sediakan lingkungan yang aman untuk
dengan penurunan jam diharapkan gangguan pasien
fungsi tulang integritas kulit teratasi b) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
dengan kriteria hasil : sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
NOC : kognitif pasien
1. Klien terbebas dari cedera c) Menghindarkan lingkungan yang
2. Klien mampu menjelaskan berbahaya (misalnya memindahkan
cara/metode untuk perabotan)
mencegah injury/cedera d) Memasang side rail tempat tidur
3. Klien mampu menjelaskan e) Enyediakan tempat tidur yang nyaman dan
faktor resiko dari bersih
lingkungan atau prilaku f) Menempatkan saklar lampu ditempat yang
personal mudah dijangkau pasien
4. Mampu memodifikasi g) Membatasi pengunjung
gaya hidup untuk h) Menganjurkan keluarga untuk menemani
mencegah fasilitas pasien
kesehatan yang ada i) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
5. Mampu mengenali j) Memindahkan barang yang dapat
oerubahan status membahayakan
kesehatan k) Berikan penjelasan pada pasien dna
keluarga atau pengunjuung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan a) Monitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
diri berhubungan keperawatan selama …x 24
b) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
dengan fungsi jam diharapkan jumlah cairan bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
tulang dapat kembali normal dengan
c) Sediakan bantuan sampai klien mampu
kriteria hasil : secara utuh untuk melakukan self-care.
d) Dorong klien untuk melakukan aktivitas
1. Klien terbebas dari bau
sehari-hari yang normal sesuai
badan kemampuan yang dimiliki.
e) Dorong untuk melakukan secara mandiri,
2. Menyatakan kenyamanan
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
terhadap kemampuan melakukannya.
untuk melakukan ADLs f) Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
3. Dapat melakukan ADLS
dengan bantuan

5. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan a) Berikan penilaian tentag tingkat


pengetahuan keperawatan selama …x 24 pengetahuan pasien tentang proses
berhubungan jam diharapkan Defisiensi penyakut yang spesifik
dengan kurangnya pengetahuan terarah dapat b) Jelaskan patofisiologi dan penyakit dan
informasi tentang kembali normal dengan bagaimana hal ini berhubungan dengan
penyakit. kriteria hasil : anatomi dan fisiologi dengan cara tepat
1. Pasien dan keluarga c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
menyatakan pemahaman muncul pada penyakt, dengan cara yang
tentang penyakit, kondisi, tepat
prognosis dan program d) Identifikasi kemungkinan penyebab,
pengobatan dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga e) Sediakan informasi pada oasien tentang
mampu melaksanakan kondisi dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan f) Hindari jaminan yang kosong
secara benar g) Sediakan bagi keluarga atau SO
3. Pasien dan keluarga informasi tentang kemajuan pasien
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang h) Diskusikan perubahaan gaya hidup yang
dijelaskan perawat atau mungkin diperlukan untuk mencegah
tim kesehatan lainnya. komplikasi di masa yang akan datang
atau proses pengontrolan penyakit
i) Diskusikan piliham terapi atau
penaganan
j) Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan
cara yng tepat atau diindikasikan
k) Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
l) Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk elaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta : EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius

Johnson,M. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,


Philadelphia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai