Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN OSTEOARTRITIS

OLEH :

MILASARI
NIM : SRP18315119

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2018
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS

1. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc,2012).
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi (
Soenarwo, 2011)
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi.
Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat
yang mengenai rawan sendi.
2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria. Diseluruh
dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas, terkena
OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat
lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat
menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan
sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka
rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak
stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon,
synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,
kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu,
kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi
dan bahkan kelumpuhan.
4. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak


meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi
yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
5. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.
6. Gejala Klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan
pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada
sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi ( nyeri
ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan)
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu
terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)
kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
8. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan
yang dapat ditemukan adalah
 Pembengkakan jaringan lunak
 Penyempitan rongga sendi
 Erosi sendi
 Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
 BSE Positif
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
 Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang
aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara
makroskopik.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran
kelenjar limfe aksila.
d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,
skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda
hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar
e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi
katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,
nodul infark, sindroma caplan)
h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
i. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis
(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda-
tanda kompresi medula spinalis.
j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan
sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.
k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.
10. Terapi/ Tindakan Penanganan
Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang
terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan
sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian
bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa
sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan
yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini
adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan
adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan
sendi dan mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti
peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3
bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid
efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif
bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat
perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan
berbagai efek samping., yang melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan
cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini
menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa
dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk


mencapai tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan
termoterapi, gizi dan obat- obatan.

a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah


memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada
pasien, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan
pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang
patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua
kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini,
dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan
secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club
penderita. Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang- orang
lain yang juga pendeita artritis reumatoid serta keluarga mereka.
b. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa
timbul setiap hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa
lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat
meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
c. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan
fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada
semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas
pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan
mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
d. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah
tidak dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti)
dilakukan dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan
alat lain yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
Pembersihan sambungan (debridemen) dapat dilakukan dengan
mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang mengganggu
pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang.
Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih pada
kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan remaja.
Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima
beban saat melakukan pergerakan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

1) Pengkajian fisik
a) Identitas
b) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
d) Pola fungsi Gordon
 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
 Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan kesukaan.
 Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
 Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,
dibantu atau menggunakan alat
 Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
 Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala
nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
 Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
 Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
 Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
 Pola manajemen koping stress
 Sistem nilai dan keyakinan

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi


jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
perubahan fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan
bentuk tubuh pada sendi dan tulang.
3. Perencanaan

No Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri b.d agen Setelah diberikan asuhan Pain Management
cedera biologis, keperawatan selama 1x24  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
distensi jaringan oleh jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
akumulasi cairan, berkurang/terkontrol dengan
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
destruksi sendi kriteria hasil :  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Mampu mengontrol
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri (tahu penyebab
farmakologi dan inter personal)
nyeri, mampu
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
menggunakan tehnik
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nonfarmakologi untuk
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
mengurangi nyeri,
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mencari bantuan)
 Tingkatkan istirahat
 Melaporkan bahwa nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
berkurang dengan
nyeri tidak berhasil
menggunakan
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, Analgesic Administration
frekuensi dan tanda
nyeri)  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
 Menyatakan rasa sebelum pemberian obat
nyaman setelah nyeri  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
berkurang  Cek riwayat alergi
 Tanda vital dalam  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
rentang normal ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)

2. Gangguan/kerusakan Setelah diberikan asuhan Exercise therapy : ambulation


mobilitas fisik b/d keperawatan selama 3x24  Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon
deformitas skeletal, jam, diharapkanhambatan pasien saat latihan
nyeri, mobilisasi fisik dapat diatasi  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
ketidaknyamanan, dengan kriteria :  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
penurunan .kekuatan mandiri sesuai kemampuan
 Klien meningkat dalam  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
otot
aktivitas fisik kebutuhan ADLs ps.
 Mengerti tujuan dari  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan
peningkatan mobilitas  Bantu klien melakukan latihan ROM
 Memverbalisasikan  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
perasaan dalam bantuan jika diperlukan
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
 Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi
(walker)
3 Defisit perawatan diri Setelah diberikan asuhan
Self Care assistance : ADLs
b/d kelemahan, keperawatan selama 3x24
 Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
kerusakan persepsi jam, klien mampu merawat  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
dan kognitif diri dengan kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
 Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
 Klien terbebas dari bau melakukan self-care.
badan  Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
 Menyatakan normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
kenyamanan terhadap  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
kemampuan untuk ketika klien tidak mampu melakukannya.
melakukan ADLs  Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Dapat melakukan ADLS .
dengan bantuan

4. Resiko trauma b/d Setelah diberikan asuhan


penurunan fungsi keperawatan selama 3x24 Environmental Management safety
 Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
jam, diharapkan klien  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
sendi, keterbatasan
tidak/terhindar dari resiko kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
ketahanan fisik trauma dengan criteria: terdahulu pasien
 Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
 Klien terbebas dari memindahkan perabotan)
cedera  Memasang side rail tempat tidur
 Klien mampu  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
menjelaskan faktor  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
resiko dari pasien.
lingkungan/perilaku  Memberikan penerangan yang cukup
personal  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Mampu memodifikasi  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
gaya hidup untuk  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
mencegah injuri pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L,J, 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Klinik (terjemahan), Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Doenges, M.E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (terjemahan), edisi 3, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan), Edisi 8, Volume
2, EGC, Jakarta.
S. Sjamsuhidayat, Wim De Jong, 1998, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Underwood, J.C.E, 1999, Buku Ajar Ilmu Bedah (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.
PATHWAY OSTEOARTRITIS

Anda mungkin juga menyukai