Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

OSTEOARTRITIS

Disusun Oleh :

Devy Salmawati Siahaan

Nim :

PO7120316012

KEPERAWATAN DIV TINGKAT 1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau
gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari osteoarthritis?
2. Apa saja manifestasi klinik osteoarthritis?
3. Apa saja etiologi dari osteoarthritis?
4. Bagaiaman patofisiologi osteoarthritis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang osteoarthritis?
6. Bagaiaman penatalaksanaan dari ostearthritis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan osteoarthritis?
C. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
Osteoarthitis dengan menggunakan metode proses keperawatan.
D. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit osteoarthritis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan osteoarthritis
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan kasus tersebut
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60
tahun.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki
urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui
pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon,
1997).
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau
gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan
sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
B. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oeh
inflamasi sinova,peregangan kapsula dan ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam
periosteum akibat pertumbuhan osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus,
bursitis, tendonitis, dan spasme otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika
sendi digerakkan dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural dalam
sendi. Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong berat badan
( panggul, lutut, servikal, dan tulag belakang), sendi tengah dan ujung jari juga sering terkena.
Mungkin ada nodus tulanh yang khas, pada inspeksi dan palpasi ini biasanya tidak ada nyeri,
kecuali ada inflamasi. Gejala khas pada penderita OA :
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada
waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
C. Patofisiologi
Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak dapat dihindari.
Ternyata OA merupakan penyakit gangguan hemeostasis metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Jelas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain faktor usia,
strees mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetik,
humoral, dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA menunjukan adanya
sinovitis. Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan
dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada
gangguan sintesis proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan
dengan transmisi neurogenik dari mediator inflamsi yang menyebabkan kerusakan kartilago
jauh dari lokasi peradangan.
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit merupakan satu-
satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik
dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi.
Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas yang
dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh
osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul fase
pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoklas melepaskan transforming growth factor yang merangsang aktivitas
awal osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru
osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.

D. Klasifikasi dan Etiologi


Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau
beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya,
dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian
distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
1) Trauma /instabilitas.
OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah
menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas,
instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.
2) Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun). Karena pada lansia
pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi
fibrosis tulang rawan.
3) Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih
banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder
lebih banyak ditemukan pada pria.
4) Faktor Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial,
displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan,
tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan OA.
5) Penyakit Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit
okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi
pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan
menjadi:
a. Grade 0 : Normal
b. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit
minim
c. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan
sendi menyempit asimetris.
d. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,
permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
e. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit
secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan
permukaan sendi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran rodiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah:
1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi
yang menanggung beban.
2) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3) Kista tulang
4) Osteofit pada pinggir sendi
5) Perubahan struktur anatomi sendi
2. Sinar-X
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.
3. Tes darah
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
4. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui
apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi
5. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

F. Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
1. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
2. Minum obat yang direkomendasikan dokter
3. Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi
bahaya.
4. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang
5. Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan
tulang.
6. Pilih sepatu yang tepat.
7. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
8. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan hipnosis.

G. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat,
alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada
lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi
yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada
isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena
kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap
perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan,
malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi
dan otot.
2. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
1) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
2) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,
kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
6. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak
pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

8. Keamanan
1) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
2) Lesi kulit, ulkas kaki
3) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
4) Demam ringan menetap
5) Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Riwayat rematik pada keluarga
2) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
3) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
1) Reaksi aglutinasi: positif
2) LED meningkat pesat
3) Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
4) SDP: meningkat pada proses inflamasi
5) JDL: Menunjukkan ancaman sedang
6) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
7) RO : menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada
tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perubahan mekanisme sendi dalam menyangga beban tubuh
serta keterbatasan mobilitas.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peran yang aktual
atau dirasakan.
7. Defisit pengetahuan dan informasi berhubungan dengan salah persepsi, kurang
informasi.

C. Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pasien akan : 1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala
0 10).
2) Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
1) Menunjukkan tingkat
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
kenyamanan.
3) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
2) Dapat mengendalikan waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat
nyeri di tempat tidur sesuai indikasi
3) Dapat melaporkan 4) Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien
karakteristik nyeri. untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak
5) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
6) Berikan masase yang lembut
Kolaborasi
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Pasien akan : 1) Berikan terapi latihan fisik : ambulasi,
1) Melakukan aktifitas keseimbangan, mobilitas sendi, pengendalian
kehidupan sehari- otot
2) Bantu dan dorong perawatan diri
hari secara mandiri
dengan alat bantu
2) Memperlihatkan
mobilitas

3. Difisit
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
perawatan
Pasien akan : 1) Bantu perawatan diri pasien : mandi/hygiene
2) Bantu pemenuhan eliminasi pasien diri
1) Menunjukkan perawaan
diri dan melakukan
aktivitas kehidupan
sehari-hari
berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal
4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1) Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik
1) Pasien dan keluarga untuk memfasilitasi keamanan.
2) Berikan bimbingan dan pengalaman belajar
dapat mempersiapkan
tentang kesehatan individu yang kondusif.
lingkungan yang
3) Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya
aman.
cidera.
2) Pasien dan keluarga
dapat menghindari
cidera fisik.
3) Dapat memodofikasi
gaya hidup untuk
mengurangi resiko

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.


Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 1) Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh
1) Menunjukkan pasien
2) Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
adaptasi dengan
stresor atau ancaman yang menghambat peran
ketunadayaan fisik,
hidup.
penyesuaian
3) Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko
psikososial.
potensial dan memprioritaskan strategi
2) Menunjukkan citra
tubuh positif dan menurunkan resiko.
4) Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian
harga diri positif.
3) Menunjukkan personal terhadap harga diri
Kolaborasi
kepuasan terhadap
5) Rujuk pada konseling psikiatri
penampilan dan 6) Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
fungsi tubuh.
4) Menunjukkan
keinginan untuk
menyentuh bagian
tubuh yang
mengalami gangguan

6. Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar


dengan sumber-sumber informasi
Tujuan & kriteria hasil intervensi
Pasien akan : 1) Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan

1) Memperlihatkan pengalaman belajar tentang perilaku kesehatan yang

pengetahuan tentang kondusif


2) Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman
penyakitnya
2) Dapat mengidentifikasi kepada pasien secara mental tentang prosedur dan

kebutuhan terhadap penanganan

informasi tambahan
tentang program terapi

D. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di
lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama
pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan
penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan
isolasi sosial, dan upaya komplikasi.
E. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di
harapkan :
1) Mengalami peredaan nyeri
2) Tampak tenang dan bebas dari ansietas
3) Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif
Pembahasan Evaluasi :
Evaluasi pada kasus ini :
1) S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O : Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
2) S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan
dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
O : Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif
3) S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang
O : Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai masalah penyakit.
4) S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O : Klien tampak tenang dan dapat istirahat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
5) S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan paham akan
cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
O : Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran petugas.
6) S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan dapat
menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.
O : Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
A : Masalah teratasi
P : Lanjtukan Intervensi

BAB IV
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MUSKULOSKLETAL DENGAN
OSTEOARTRITIS

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ungaran
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. Rekam Medik : 19 23 xx
Tanggal Masuk RS : 2 Februari 2014
Tanggal Keluar RS : 7 Februari 2014
Tanggal Pemeriksaan : 2 7 Februari 2014
B. Anamnesis
Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis (anak pasien)
yang dilakukan pada tanggal : 2 Februari 2014 saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran.
1. Keluhan Utama
Kedua lutut nyeri dan sulit berjalan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Ungaran pada tanggal 2 Februari
2014 pukul 16.13 WIB dengan keluhan kedua lutut terasa nyeri dan sulit untuk berjalan.
Keluhan ini dirasakan pasien secara tiba tiba sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan
pasien seperti berdenyut dan tertusuk jarum. Nyeri tersebut juga tidak menghilang dengan
kompres, minyak urut, maupun obat pengurang rasa sakit. Nyeri semakin memberat saat
pasien melipat lututnya dan menggerakkan kakinya tetapi sedikit berkurang dengan
istirahat. Awalnya, pasien mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini
ketika pasien ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ketika akan
berdiri, pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk digerakkan hingga
pasien terjatuh ke lantai. Pasien menyangkal adanya benturan di kepala saat jatuh.
Riwayat pingsan setelah jatuh, mual, muntah, sesak, kejang, pusing, lumpuh separo,
cedal, pelo, merot semuanya juga disangkal. Riwayat makan minum, buang air besar dan
buang air kecil semuanya masih dalam batas normal. Sebenarnya, pasien sudah lama
merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama 1 tahun SMRS, namun perlahan
dirasa semakin memberat sejak ada bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2
HSMRS karena keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi. Pasien
mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira kira 6 bulan
terakhir (SMRS). Bengkak tersebut menyebabkan pasien susah menggerakkan kakinya
dan menyebabkan terhambatnya aktivitas sehari hari pasien. Namun, pasien masih bisa
berjalan pelan pelan tanpa tongkat. Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat.
Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres dengan air dingin
ataupun setelah pasien beristirahat.
Selain keluhan nyeri dan bengkak, pasien juga merasakan kaku pada kedua lututnya.
Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah pasien bangun tidur dan menetap sekitar
setengah jam. Saat kaku ini muncul, pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama
sekali, pasien hanya bisa diam di tempat tidur. Saat dicoba digerakkan oleh orang lain,
kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri, tidak bisa ditekuk dan kadang
pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya digerakkan.
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan mengkonsumsi obat
yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan bengkak dan nyeri pada lututnya, hanya
saja pasien lupa nama obatnya. Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama 1
tahun ini, pasien masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan
memasak, tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa berjalan santai di
sekeliling rumahnya.
Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran, keluhan pasien dirasakan semakin
memberat, kedua kaki semakin nyeri dan semakin sulit untuk digerakkan. Pasien bahkan
tidak bisa menekuk kakinya. Pada saat memasuki ruang pemeriksaanpun, pasien tidak
kuat untuk berjalan sendiri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat Keluhan Serupa : diakui (sudah 1 tahun, tetapi pasien masih bisa
berjalan)
2) Riwayat Kencing Manis : disangkal
3) Riwayat Darah Tinggi : diakui (sudah > 2 tahun tetapi tidak rutin konsumsi
OAH)
4) Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
5) Riwayat Sakit Ginjal : disangkal
6) Alergi Obat dan Makanan : disangkal
7) Riwayat Asma : disangkal
8) Riwayat Sakit Maag : disangkal
9) Riwayat Operasi : disangkal
10) Riwayat Opname di RS : diakui (karena keracunan 5 tahun yang lalu)
11) Riwayat Asam Urat : tidak tahu (tidak pernah cek)
12) Riwayat Kolesterol : tidak tahu (tidak pernah cek)
13) Riwayat Trauma / Jatuh : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
2) Riwayat Darah Tinggi : disangkal
3) Riwayat Kencing Manis : disangkal
4) Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
5) Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
6) Riwayat Asma : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
1) Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas : disangkal
2) Riwayat Minum Alkhohol : disangkal
3) Riwayat Merokok : disangkal
4) Riwayat Minum Suplemen : disangkal
5) Riwayat Makan Makanan Berlemak : disangkal
6. Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam lingkungan tempat
tinggal yang cukup bersih bersama anaknya. Pasien menggunakan fasilitas Umum untuk
biaya pengobatan selama di rumah sakit.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 16.13 WIB saat pasien
tiba di IGD RSUD Ungaran.
1. Keadaan umum : sedang, tampak kesakitan
2. Kesadaran : composmentis, GCS : E4V5M6 : 15
3. Tanda Vital
1) Tekanan darah : 150/100 mmHg, posisi berbaring, lengan kiri
2) Nadi : 86 x/menit, reguler, kuat, isi dan tegangan cukup
3) Respirasi : 18x/menit, tipe thorakoabdominal
4) Suhu : 37C, per axiler
5) Saturasi O2 : 99%
4. Status Gizi
BB = 65 kg
TB = 155 cm
BMI = 65 = 27,05 kg/m2 (harga normal = 18,5-22,5 kg/m2)
(1,55)2
Kesan : overweight
5. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sebagian beruban, mudah rontok (-),
tidak mudah dicabut (+), luka (-)
a. Wajah
Simetris, eritema (-), ruam muka (-), luka (-).
b. Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-),
sianosis (-), pupil isokor (3mm/ 3mm), reflek cahaya direct/indirect (+/+),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
c. Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)
d. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
e. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat(-) lidah tifoid (-),
papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-)
2) Leher
Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), JVP R0, pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
3) Thorax
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), jejas (-).
4) Jantung
a. Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
c. Perkusi :
Batas jantung
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas, reguler, bising (-), gallop (-).
5) Paru - Paru
a. Inspeksi
Normochest, sela iga tidak melebar, gerakan pernafasan simetris kanan kiri,
retraksi intercostae (-).
b. Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N

c. Perkusi :
Depan Belakang
s s s s
o o o o
n n n n
o o o o
r r r r
s s s s
o o o o
n n n n
o o o o
r r r r
s s s s
o o o o
n n n n
o o o o
r r r r

d. Auskultasi :
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +

Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)


6) Abdomen
a. Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), umbilikus tampak dan tidak
ada inflamasi, kaput medusa (-), venektasi (-), sikatrik bekas operasi (-)
b. Auskultasi
Peristaltik (+) normal.
c. Perkusi
Timpani (+), ascites (-), shifting dullnes (-)
d. Palpasi
Supel, nyeri tekan epigastrium (-), lien dan hepar tidak teraba membesar, ginjal
tidak teraba, nyeri ketok costovertebrae (-), defans muskular (-)

7) Ekstremitas
a. Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal, tanda-tanda inflamasi (-),
oedem (-), eritem (-), CRT < 3 detik, clubbing finger (-), kuku nekrosis (-),
akral hangat (+), deformitas (-).
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal, tanda-tanda inflamasi (-),
oedem (-), eritem (-), CRT < 3 detik, clubbing finger (-), kuku nekrosis (-),
akral hangat (+), deformitas (-).
b. Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi sendi
lutut (+), oedem sendi lutut (+), deformitas sendi lutut (+), krepitasi sendi lutut
(+), nyeri gerak dan tekan (+), hiperemi (-), kuku nekrosis (-), akral hangat (+).
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi sendi
lutut (+), oedem sendi lutut (+), deformitas sendi lutut (+), krepitasi sendi lutut
(+), nyeri gerak dan tekan(+), hiperemi (-), kuku nekrosis (-), akral hangat (+).
Genu Dekstra Genu Sinistra

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan EKG
Frekuensi: 87x/menit saat pertama kali masuk RS, ritme reguler
Jenis irama: Sinus
Zona transisi: V6
Aksis: Lead II (+), aVL (+)
Morfologi gelombang
Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR 0,12 detik
Gelombang QRS 0,10 detik
Elevasi ST (-)
Depresi ST (-)
Gelombang T inverted di Lead II, III, aVF dan V1 V3
2. Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Nilai
Keterangan 02/02/2014 03/02/2014 Satuan
Rujukan
Hematologi rutin
Hemoglobin 11,8 - g/dl 11,5-16
Hematokrit 36,9 - % 35-49
Leukosit 8,3 - 10/l 4,0-11
Trombosit 297 - 10/l 150-440
Eritrosit 5,05 - 10/l 3,8-5,2
Indeks eritrosit
MCV 73,1 - fl 82-95
MCH 23,3 - pg 27-31
MCHC 31,9 - g/dl 32-36
RDW 18,5 - % 11,6-14,8
Hitung jenis
Granulosit 73,2 (H) - % 50-70
Limfosit 17,0 (L) - % 20-40
Monosit 9,8 (H) - % 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mg/dL 10-45
Creatinin - 0,73 mg/dL 0,5-1,1
Asam Urat - 6.0 mg/dL 2,4-6.0
GDS 199 - mg/dL < 200

Kimia Profil Lipid


Kolesterol Total - 199 mg/dL <200
HDL Kolesterol - 35 (L) mg/dL >40
LDL Kolesterol - 134,8 (H) mg/dL < 130
Trigliserid - 146 mg/dL 35-160

URIN RUTIN 03/02/2014 Satuan Nilai Rujukan


MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE
pH / Reaksi 6,0 4,6 8,5
Berat jenis 1.015 1.003 1.030
Protein Negatif mg/dL Negatif
Reduksi Negatif mg/dL Negatif
Leukosit Esterase Negatif /L Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Blood (Hb/Eri) Negatif mg/dL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 15 Sel/LPB 0 15
Eritrosit Sedimen 0 Sel/LPB 03
Epitel 5 - 10 Sel/LPB 0 15
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif /LPB Negatif
Bakteri Negatif /LPB Negatif
Jamur Negatif /LPB Negatif
Lain - lain Negatif /LPB
3. Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan :
1) Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis dekstra disertai
penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra merupakan gambaran
osteoarthrosis genu dekstra grade III.
2) Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis sinistra disertai
penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai irreguler pada tulang tibia
fibula sekitar sendi dan sklerotik subcondral merupakan gambaran osteoarthosis
genu sinistra grade IV disertai osteoarthritis / peradangan.
X Ray Pelvis AP
Kesan :
1) Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul USG
abdomen )
2) Tak tampak fraktur maupun dislokasi
E. Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pasien akan : 7) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala
0 10).
8) Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
4) Menunjukkan tingkat
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
kenyamanan.
9) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
5) Dapat mengendalikan
waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat
nyeri
6) Dapat melaporkan di tempat tidur sesuai indikasi
10) Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien
karakteristik nyeri.
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak
11) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
12) Berikan masase yang lembut
Kolaborasi
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Pasien akan : 3) Berikan terapi latihan fisik : ambulasi,
3) Melakukan aktifitas keseimbangan, mobilitas sendi, pengendalian
kehidupan sehari- otot
4) Bantu dan dorong perawatan diri
hari secara mandiri
dengan alat bantu
4) Memperlihatkan
mobilitas

3. Difisit
Tujuan & kriteria hasil Intervensi
perawatan
Pasien akan : 3) Bantu perawatan diri pasien : mandi/hygiene
4) Bantu pemenuhan eliminasi pasien diri
2) Menunjukkan perawaan
diri dan melakukan
aktivitas kehidupan
sehari-hari
berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang


Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 4) Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik
4) Pasien dan keluarga untuk memfasilitasi keamanan.
5) Berikan bimbingan dan pengalaman belajar
dapat mempersiapkan tentang kesehatan individu yang kondusif.
6) Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya
lingkungan yang
cidera.
aman.
5) Pasien dan keluarga
dapat menghindari
cidera fisik.
6) Dapat memodofikasi
gaya hidup untuk
mengurangi resiko

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.


Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Pasien akan : 7) Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh
5) Menunjukkan pasien
8) Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
adaptasi dengan
stresor atau ancaman yang menghambat peran
ketunadayaan fisik,
hidup.
penyesuaian
9) Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko
psikososial.
potensial dan memprioritaskan strategi
6) Menunjukkan citra
menurunkan resiko.
tubuh positif dan
10) Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian
harga diri positif.
personal terhadap harga diri
7) Menunjukkan
Kolaborasi
kepuasan terhadap 11) Rujuk pada konseling psikiatri
12) Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
penampilan dan
fungsi tubuh.
8) Menunjukkan
keinginan untuk
menyentuh bagian
tubuh yang
mengalami gangguan
6. Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar
dengan sumber-sumber informasi
Tujuan & kriteria hasil intervensi
Pasien akan : 3) Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan

3) Memperlihatkan pengalaman belajar tentang perilaku kesehatan yang

pengetahuan tentang kondusif


4) Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman
penyakitnya
4) Dapat mengidentifikasi kepada pasien secara mental tentang prosedur dan

kebutuhan terhadap penanganan

informasi tambahan
tentang program terapi

F. Evaluasi
Evaluasi pada kasus ini :
1) S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O : Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
2) S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan
dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
O : Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif
3) S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang
O : Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai masalah penyakit.
4) S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O : Klien tampak tenang dan dapat istirahat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
6) S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan paham akan
cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
O : Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran petugas.
7) S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan dapat
menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.
O : Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
A : Masalah teratasi
P : Lanjtukan Intervensi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis
Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

B. Saran
1. Mahasiswa
1) Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan
patofisiologinya secara lengkap.
2) Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-
psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).Gunakanlah makalah ini
sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sirosis hepatis.
2. Akademik
1) Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan
yang baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Smeltzer C. Suzannne, 2002 , Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Alih Bahasa Andry Hartono,
dkk., Jakarta, EGC.
Keperawatan. (2009, 08 Oktober).Asuhan Keperawatan Osteoartritis. Diperoleh 3 Maret 2017, dari
http://nurwahidahnersuh07.blogspot.co.id/2009/10/asuhan-keperawatan-osteoartritis.html
Nursing. (2014, 24 Februari).askep Osteoartritis. Diperoleh 3 Maret 2017, dari
http://murnicania.blogspot.co.id/2014/02/askep-osteoartritis.html

Anda mungkin juga menyukai