ARTRITIS REUMATOID”
Disusun oleh :
Riskha Putri Indah L. (201304083)
Veni Septian Anggraini (201304086)
Laelatul Julfa Anggraini (201304088)
Hendru Herdiman (201304100)
Nirna Yunita (201304144)
Khalimatul Khusnus S. (201304155)
Kelas 2B
KAB. MOJOKERTO
i
2015KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, makalah dan asuhan keperawatan tentang “Artritis Rematoid”ini bisa diselesaikan
dalam waktu yang tepat. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah
untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan serta menambah
pengetahuan tentang penyakit Artritis Reumatoid (Asam Urat).
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kamidalam tugas penulisanmakalah ini, serta kepada siapa pun yang terlibat
dalam proses penulisannya, terlebih kepada teman-teman sekelompok yang
telahberpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, harapantim penulis semoga makalah dan asuhan keperawatantentang
“Artritis Reumatoid” ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis telah berusaha sebisa
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, seperti kata pepatah tak ada gading
yang tak retak,tim penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, timpenulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Mojokerto, April2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
ii
1.2 Tujuan.................................................................................................................1
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Etiologi...............................................................................................................3
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................11
2.5 Pathway............................................................................................................13
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................16
2.9 Komplikasi.......................................................................................................17
2.10 Prognosis........................................................................................................17
2.11 Pencegahan.....................................................................................................18
3.1 Pengkajian........................................................................................................19
4.1 Kasus................................................................................................................23
iii
4.4 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan........................................................31
BAB V PENUTUP.................................................................................................42
5.1 Kesimpulan......................................................................................................42
5.2 Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara langsung dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
1. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis
reumatoid.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal: artritis reumatoid.
3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal: artritis reumatoid.
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
1
6. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus
dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang telah
ditetapkan.
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin
Tucker.1998).
3
kali mengalami kerusakan adalah jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu
membrane sinovium
2.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus
mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip
dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-
organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain
biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditujukan ke
komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi,
dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan. AR diperkirakan terjadi
karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid :
1. Kelainan pda daerah artikuler
- Stadium I (Stadium sinovitis)
- Stadium II (Stadium destruksi)
- Stadium III (Stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler adalah :
- Otot : terjadi miopati
4
- Nodul subkutan
- Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh
darah arteriol dan venosa
- Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran limfe sendi,
hiperplasi folikuler, penigkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi
yang mengakibatkan splenomegali
- Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit
- visera
5
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat
melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga
memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak,
adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow
marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari
tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2
tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
6
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang,
tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga
tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang
sessamoid). Semua tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.
Bagian tulang tumbuh secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang
berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran sekitar 200-400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas
dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai
korteks, morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang
dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
7
Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk
meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet
matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi dengan kalsium dan fosfor,
vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk
vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol),
yang dihasilkan oleh akifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet
matahari. D3 pada kulit atau makanan dibawa ke (liver bound) untuk sebuah alfa –
globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk
transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho
lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh
hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari
fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH
atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal
dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium
darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena
pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka
stimulasi PHT dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi
hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan
kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi
kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan
sebaliknya.
Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan
penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini
dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau
8
meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi
absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa
menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis
jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi
persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
9
Sendi ini dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial. Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul sendi
yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial
dilapisi kartilago artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju
ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :
persendian pada lutut dan siku.
Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius
dan ulna.
Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut
kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang
karpal.
Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang
dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
10
Gambar. Otot pada tubuh manusia
11
2.4. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian
ini granulasi membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk
ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi yang lain terutama yang
mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
12
2.5 Pathways
kecenderungan virus
ansietas
sobcondria
kartilago artikularis
tulang
erosi kartilago
13
Sendi melemah
Subluksasi
resiko cidera
14
Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih
besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi
ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan
kemampuan bergerak yang total.
Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien
dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau
sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan
padat.
Kronik → Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda
dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu
bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.
15
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
9. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
12. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, perdarahan,
produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan leukosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Olahraga teratur dan istirahat cukup
16
2. Ketahui penyebab dan tanda gejala penyakit
3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat membantu
meredakan nyeri
4. Pertahankan BB yang normal
5. Mengkonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang
6. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, jeroan, bayam, jamur kacan-kacangan,
kembangkol dll
7. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah berry
untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Juga asam lemak
tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak zaitun
8. Banyak minum air putih untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimban d sendi
9. Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
17
2.9 Komplikasi
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
4. Terjadi splenomegali
2.10 Prognosis
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan
pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien artritis
reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumya
meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa artritisreumatoid. Penyebab
kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan
penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih
dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan
dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.
2.11 Pencegahan
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri juga bisa
dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es. Kompres es bias
menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim. Kemudian banyak jenis
sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan
wortel yang dapat mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat
melawan nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau
minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat membebani
sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh berlebih dapat memperbesar
resiko terkena penyakit rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi
penderita rematik. Ini karena jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan
membangun tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi
terhadap seranganpenyakit rematik masa depan:
18
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas (sekitar 2
sampai 4 liter) air setiap hari.
19
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
IDENTITAS
a. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS : pasien biasanya mengeluh nyeri dibagian
persendian
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian : pasien biasanya mengeluh nyeri pada
persendian, Kaku pada eksteremitas yang sakit
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat (x) ya (x) tidak kapan: ……. Diagnosa: ……..
2. Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak Jenis:
3. Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak Jenis: -
4. Riwayat operasi (x) ya (x) tidak kapan:-
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
(√) ya (x) tidak jenis : biasanya salah satu keluarga punya
riwayat keturunan penyakit reumatik
Pengkajian B1-B6
1. Breath : komplikasi yg ditemukan biasanya alveolitis fibrosis, pleuritis, efusi
pleura
2. Blood : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Brain : hilangnya sensasi pada persendian
4. Bowel : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/cairan
adekuat, mual, Anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).
Biasanya ditandai dengan : Penurunan berat badan, Kekeringan padamembran
mukosa.
5. Bladder : susah berkemih, biasanya berkemih tidak teratur
6. Bone : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan
pada sendi dan otot.
Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
Laboratorium :
20
Tes serologi (diagnostik imunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain management
21
Gangguan citra tubuh
NOC:
1. Body image
2. Self esteem
Kriteria Hasil :
NIC
1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Jelaskan entang proses pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengulangan melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
NOC :
Kriteria Hasil :
NIC
22
1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan tentang teknik ambulasi
4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secra mandiri sesuai kemampuan
5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien
23
BAB IV
4.1 Kasus
Seorang perempuan berusia 47 tahun dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan
kaki nyeri dan kaku pada sendi-sendi, jari –jari tangan rasa seperti di tusuk-tusuk.
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari dan merasa tidak nyaman. Pasien
juga mengatakan susah bergerak. Pasien mengatakan tangannya sulit digerakan dan
kaku. Dari hasil observasi didapatkan wajah menyeringai akibat nyeri pada digiti
manus (ekstremitas atas) dan perglangan tangan, kelelahan, gelisah, dan aktivitas
gerak pasien terbatas. Aktivitas (makan, mandi, bab, bak, dll) dibantu oleh orang lain.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: lemah, skala nyeri
7. TTV: Suhu tubuh : 370 C, Denyut Nadi : 60 kali /menit, Pernafasan : 18 kali /menit,
Tekanan Darah : 90/70 mmHg. Pemeriksaan diagnostik: ESR: meningkat,
FR:>1:80Positif(80%), JDL : Anemia sedang, LED: 85 mm/h.
IDENTITAS
I. Identitas Diri Klien
N a m a : seorang wanita
Tanggal masuk RS : 04April 2011
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 20 Juni 1959
Sumber Informasi : Keluarga
U m u r : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Kec. Tuminting segera dihubungi (Orang Tua/Wali,
Suami, Istri, dan lain-lain): Suami
Status Perkawinan : Kawin
A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA
S u k u : Sanger Pekerjaan :Tukang
Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Tuminting
Pekerjaan : IRT
a. KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama Saat MRS : Nyeri dan kaku di bagian sendi jari-jari
tangan dan pergelanggan tangan rasa seperti di tusuk-tusuk
Keluhan Utama Saat Pengkajian : nyeri pada digiti minus dan pergelangan
tangan, kaku tidak bisa digerakkan
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : nyeri sendi (rheumatoid artritis)
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pernah dirawat (x) ya (x) tidak kapan: ……. Diagnosa: ……..
Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak Jenis:
Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak Jenis: debu dan
udang
Riwayat operasi (x) ya (x) tidak kapan:-
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
(√) ya (x) tidak jenis : salah satu keluarga punya riwayat rematik
Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Pengkajian B1-B6
1. Breath:
Suara paru : Bronkhial
Pola Nafas : Vesikuler
Batuk kadang-kadang, Sputum:tidak ada
Nyeri dada : tidak ada
2. Blood :
Nadi Perifer :70 kali/detik
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung tunggal
3. Brain :
Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
4. Bowel
Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
Laboratorium :
Tes serologi (diagnostik imunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h
DS:
Pasien mengatakan nyeri dan Faktor Pencetus Nyeri Kronik Nyeri Kronik
kaku pada sendi-sendi jari – berhubungan
jari tangan rasa seperti di dengan proses
tusuk-tusuk. Inflamasi Kronis inflamasi dan
Pasien mengatakan nyeri Pada Tendon, destruksi sendi.
pada digiti manus dan Ligamen juga terjadi
pergelangan tangan destruksi jaringan
Pasien merasa tidak nyaman.
Wajah menyeringai
KU: Lemah
Panus
TTV:
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali /menit
Kartilago dirusak
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70
mmHg
Nekrosis Sel
Skala nyeri 7
Pemeriksaan diagnostik:
- ESR : meningkat
Erosi sendi dan
- FR:>1:80Positif(80%)
Tulang
- JDL : Anemia sedang
- LED : 85 mm/h
Nyeri
DS:
Pasien mengatakan susah Faktor Pencetus Kerusakan Kerusakan
bergerak. Mobilitas mobilitas
Pasien mengatakan Fisik berhubungan
tangannya sulit digerakkan Inflamasi Kronis dengan
dan kaku Pada Tendon, deformitas
DO: Ligamen juga terjadi skeletal.
Pasien terlihat membatasi deruksi jaringan
aktivitas geraknya.
KU: Lemah
TTV: Akumulasi Sel
Darah Putih
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
Terbentuk nodul-
- Tekanan Darah : 90/70
nodul rematoid
mmHg
ekstrasinovium
Pemeriksaan diagnostik:
- ESR: meningkat
- FR:>1:80Positif(80%)
Kerusakan sendi
- JDL : Anemia sedang
Progresif
- LED: 85 mm/h
Deformitas Sendi
Kerusakan Mobilitas
Fisik
DO: Faktor Pencetus Gangguan Gangguan citra
Aktivitas (makan, mandi, Citra Tubuh tubuh
bab, bak, dll) dibantu oleh berhubungan
orang lain. Inflamasi Kronis dengan perubahan
TTV: Pada Tendon, penampilan dan
- Suhu tubuh : 370 C Ligamen juga terjadi kemampuan
- Denyut Nadi : 60 kali /menit deruksi jaringan untuk melakukan
- Pernafasan : 18 kali /menit tugas-tugas
- Tekanan Darah : 90/70 umum.
mmHg
Pembentukan
Jaringan Parut
Kekakuan sendi
Rentang Gerak
Berkurang
Atrofi otot
Gangguan Citra
Tubuh
a. Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari –jari tangan rasa
seperti di tusuk-tusuk.
b. Pasien mengatakan nyeri pada digiti manus dan pergelangan tangan
c. Pasien merasa tidak nyaman
d. Wajah menyeringai
e. Skala nyeri 7
- Suhu tubuh : 370 C diagnostik: di tempat tidur sesuai dan subjektif didapat)
aktivitas geraknya. - Suhu tubuh : 36- menerus dan tidur malam kekuatan.
TTV: - Denyut Nadi : 60- -Bantu dengan rentang gerak an fungsi sendi,kekuatan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi
perawatan yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan
menunjukan pentingnya peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan
pasien. Intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuat menunjukan dan menjelaskan cara
pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam bentuk teori dan penangganan
langsung kepada pasien. Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan
keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan
dilakukan. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan Askep
dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri. Askep yang akurat
juga dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan.
5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses keperawatan/asuhan
keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid,
dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah KMB III serta
menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai
perawat nantinya. Oleh karena itu, dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita
sebagai mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit artritis reumatoid,
etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow artritis reumatoid,
manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit
artritis reumatoid, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses
keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat
mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita turun ke
lapangan/masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA