Oleh :
Ufra Musyahidah, S.Kep
NS0619139
RESEPTOR INSTITUSI
NANI HASANUDDINMAKASSAR
TAHUN 2020
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Keperawatan gerontik dan Teori Menua
a. Keperawatan gerontik
Seseorang dikatakan lansia (lanjut usia) apabila usianya 65 tahun
keatas. Lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Muhith & Siyoto,
2016).
Lansia dikaitkan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Menurut UU No.13/Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).
Berkaitan dengan lansia, maka muncullah gerontology.
Gerontology berasal dari bahasa Yunani geros (tua) dan logos (ilmu).
Gerontology dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
proses penuaan dan permasalahan yang dialami oleh lansia serta
konsekuensi akibat proses menua terhadap untuk kehidupan lansia
sendiri maupun kelompok masyarakat (Dewi, 2014).
Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontology adalah
spesialis keperawatan lanjut usia menjalankan peran dan tanggung
jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam
merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprhensif (Muhith & Siyoto, 2016).
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan
gerontik, mencakup biopsikososial dan spritiual, dimana klien adalah
orang yang berusia lebih dari 60 tahun, baik yang kondisinya sehat
maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi
kenyaman lansia, mempertahankan fungsi tubuh serta membantu
lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu
dan teknik keperawatan gerontik. Cakupan dalam ilmu keperawatan
gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia sebagai
akibat dari proses menua. Sedangkan lingkup asuhan keperawatan
gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses
penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan
pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lansia. Sifat asuhan
keperawatan gerontik adalah independen, humanistic dan holistik.
Peran dan fungsi perawat gerontik adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia, keluarga
dan masyarakat. Keperawatan kesehatan dasar adalah bantuan,
bimbingan, penyuluhan serta pengawasan yang diberikan oleh tenaga
keperawatan(perawat, petugas, panti terlatih) untuk memenuhi
kebutuhan dasar lansia (Dewi, 2014).
b. Teori Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologi, teori social dan teori spiritiual (Dewi, 2014)
1) Teori biologi
a) Teori genetic
Teori genetic ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan
terlahir dengan program genetic yang mengatur proses menua
selama rentang hidupnya. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replicasi tertentu sehingga bila jam ini
berhenti berputar maka ia akan mati.
b) We and tear theory
Menurut teori pemakaian dan perusakan (wear and tear
theory) disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat
kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel tubuh
menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya.
Proses menua merupakan suatu proses fisiologis.
c) Teori nutrisi
Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas
proses menua dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang
hidupnya. Intake nutrisi yang baik pada setiap tahap
perkembangan akan membantu meningkatkan kualitas
kesehatan seseorang. Semakin lama seseorang mengkonsumsi
makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup
lebih lama dengan sehat.
d) Teori mutasi somatic
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA dan RNA dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi
secara terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi sel
kanker atau penyakit.
e) Teori stress
Teori stress mengungkapkan bahwa proses menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan sel yang
menyebabkan sel tubuh telah terpakai.
f) Slow immunology theory
Menurut teori ini, system imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
g) Teori radikal bebas
Radikal bebas terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat melakukan regenerasi.
h) Teori rentang silang
Pada teori rentang silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-
sel yang tua dan using menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
penurunan elastisitasm kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2) Teori psikologis
a) Teori kebutuhan dasar manusia
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia,
setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan
kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas. Seorang
individu akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida
lebih atas ketika kebutuhan di tingkat piramida di bawahnya
telah terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggal adalah
kualitas diri. Ketika individu mengalami proses menua, ia
akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi
yaitu aktualitasi diri.
b) Teori individualism Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya
berorientasi pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi.
Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses menua
dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat ke dalam
dan nilai dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau
pembatasan fisiknya.
c) Teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan
kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu:
1. Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang
realsitik
2. Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan
hidup yang spesifik
3. Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih
kongkrit dan berusaha untuk mewujudkannya
4. Usia pertengahan; melihat ke belakang, mengevaluasi
tujuan yang dicapai
5. Lansia; saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian
tujuan hidup
d) Teori tugas perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas
perkembangan lansia adalah integrity versus despair. Jika
lansia dapat menemukan arti dari hidup yang dijalaninya,
maka lansia akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan
dan mengatur proses menua yang dialaminya. Jika lansia tidak
memiliki integritas maka ia akan marah, depresi dan merasa
tidak adekuat, dengan kata lain mengalami keputsasaan.
3) Teori sosiologi
a) Teori interkasi social (social exchange theory)
Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekeuasaan
dan prestasi sehingga interaksi social mereka juga berkurang,
yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
b) Teori penarikan diri (disengagement theoy)
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia
mengalami kehilangan ganda, yang milupti :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak social
3. Berkurangnya komitmen
c) Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
pada bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tesebut
lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan.
d) Teori berkesinambungan
Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua
namun kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak
akan mengalami perubahan. Pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
menjadi lansia
e) Subculture theory
Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian dari sub
kultur. Secara antropologi berarti lansia memiliki norma dan
standar budaya sendiri. Standard an norma budaya ini meliputi
perilaku, keyakinan dan harapan yang membedakan lansia dari
kelompok lainnya.
1.1.4 Patofisiologi
Pada Arthritis Rheumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi, enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran synovial dan akhirnya pembentukan pannus.
Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Devi et al., 2019).
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat
kemampuan pasien AR dengan tujuan :
1) Mengurangi rasa nyeri
2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4) Mencegah terjadinya deformitas
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6) Mempertahankan kemandirian sehingga tidka bergantung pada
orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang
terlibat latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis
seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang ras anyeri
dengan arus listrik.
1.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual
1.2.1 Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, status
pernikahan, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal pengkajian,
tanggal masuk RS, nama penanggung jawab, umur, jenis kelamin, serta
hubungan dengan pasien.
1.2.2 Status Kesehatan
1.2.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada daerah persendian
1.2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada persendian dan merasa kram
1.2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit rematik sebelumnya pernah menderita penyakit
rematik
1.2.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien saat ini.
1.2.3 Pola Kebutuhan
1.2.3.1 Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru
(pada krisis tiroksikosis)
1.2.4 Pemeriksaan Fisik
1.2.4.1 B1 (Breathing)
Pemeriksaan paru-paru (IPPA)
1.2.4.2 B2 (Blood)
Pengisian kapiler < 1 detik, keringat dingin dan pusing
1.2.4.3 B3 (Brain)
Kesadaran composmentis, kepala dan wajah, sclera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
1.2.4.4 B4 (Bladder)
Produksi urin dalam batas normal dan tidak terdapat keluhan
kecuali penyakit gout
1.2.4.5 B5 (Bowel)
Normal tapi harus dikaji frekuensi, warna, dan bau feses.
Biasanya mengalami nyeri lambung, mual dan tidak nafsu makan.
1.2.4.6 Bone (Bone)
- Look : keluhan nyeri sendi dan perlu segera diberi
pertolongan
- Feel : ada nyeri tekan pada kaki yang bengkak
- Move : hambatan gerak sendi biasanya semakin bertambah
berat
1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Devi, R., Parmin, & Nadira. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Kasus
Arthritis Reumatoid Untuk Mengurangi Nyeri Kronis Melalui Pemberian
Terapi Kompres Hangat Serai. Jurnal Kesehatan Tadulako, 5(2), 54–62.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=3FmACAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik (1st ed.; P.
Christian, ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=U6ApDgAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteris Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Virgo, G., & Sopianto. (2019). Efektivitas Kompres Jahe Merah Terhadap
Penurunan Skala Nyeri pada Lansia yang Menderita Rheumatoid Arthritis di
Puskesmas Pembantu Bakau Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Batang Tumu.
Jurnal Ners, 3(23).