Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis
(Mansjoer, 2010). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis
ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia
lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2009).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali
dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare,
sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat
menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan
Wilson,2009).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2011).

1.1.2 Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2010) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin akibat
dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam saluran
anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan,  sehingga nyeri mengganggu.
Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare
(2009) hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai
tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya
hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1)   Mengejan pada waktu defekasi.
2)   Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3)    Pembesaran prostat.
4)   Keturunan atau hereditas.
5)   Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6)    Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu
lama dan konstipasi).

1.1.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang
melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh
peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena
balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada
bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana
sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter
anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan
vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari
otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh
darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.

1.1.4 Tanda dan Gejala
a. Tanda
1)   Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama  hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2)   Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan.
Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.

1.1.5 Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior.  Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1)   Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2)   Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk
kembali secara spontan.
3)   Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
4)   Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1)   Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2)   Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
1.1.6 Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I
dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi
dengan  menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi
serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging,
menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila
terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di
atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol.
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain:
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet  dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder  dan infeksi perianal.
b. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan
jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini
sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.  Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan
keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang
menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
d. Hemoroidektomi
    Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1)   Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2)   Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3)   Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1)   Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada
fibrosis
2)   Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3)   Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.
1.1.8 Konsep Keperawatan
1.1.8.1 Pengkajian
a)   Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu
dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang
perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.
b)   Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan
klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien
mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan
sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.  Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000
cc/hari.
c)   Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering
mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan
saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula
mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu
defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
d)   Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
e)   Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau gatal
pada anus.
f)   Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidur karena nyeri atau tidak.
g)   Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan dan
kehamilan.
h)   Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan dan
alternatif pemecahan masalah.
1.1.8.2 Diagnosa Keperawatan
a)   Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b)   Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c)   Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d)   Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
1.1.8.3 Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak
rileks.
Rencana tindakan:
(1)   Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2)   Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3)   Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan tekanan
darah.
(4)   Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(5)   Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b. Resiko tinggi perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda vital dalam
batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
(1)   Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan tidak adanya
peningkatan TD dan Nadi.
(2)    Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3)   Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4)   Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
c. Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi aktif
dalam perawatan.
Rencana tindakan:
(1)   Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2)   Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3)   Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
4)   Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
 Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi cemas..
d. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi berkurang
Rencana tindakan:
(1)   Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2)   Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3)   Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4)   Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa
tidak menentu dan berdaya.
1.1.8.4 Impelementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah diterapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
rencana setelah dilakukan valdasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan personal,
intelektual dan teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
1.1.8.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan kegiatan evaluasi ini
adalah keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai
3 alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
1. Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan.
2. Tercapai sebagian : klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai : klien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.


Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2011. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D.
Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2010. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
|

Anda mungkin juga menyukai