Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN

ARTHRITIS RHEUMATOID

Oleh :

KELOMPOK 3

1.FIRDA SINTIA 190402029

2.MUH.TAHIR 190402011

3.EMANUEL SABDERUBUN 190402042

KELAS B SEMESTER VI B

DOSEN PEMBINGMBING:

IKDAFILA,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

i
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2021

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, makalah dan asuhan keperawatan tentang “Artritis
Rematoid”ini bisa diselesaikan dalam waktu yang tepat. Makalah ini ditulis
dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Tujuan
yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk memberi pelatihan
bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan serta menambah pengetahuan
tentang penyakit Artritis Reumatoid (Asam Urat).
Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kamidalam tugas penulisanmakalah ini, serta kepada siapa pun yang
terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada teman-teman sekelompok
yang telahberpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, harapantim penulis semoga makalah dan asuhan
keperawatantentang “Artritis Reumatoid” ini bermanfaat bagi pembaca. Tim
Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun,
seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak,tim penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, timpenulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Mojokerto, April2015

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................1
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Etiologi...............................................................................................................3
2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.......................................................5
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................11
2.5 Pathway............................................................................................................13
2.6 Manifestasi Klinis............................................................................................14
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................16
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................16
2.9 Komplikasi.......................................................................................................17
2.10 Prognosis........................................................................................................17
2.11 Pencegahan.....................................................................................................18
BAB III ASKEP PADA KLIEN............................................................................23
3.1 Kasus................................................................................................................23
3.2 Analisa Data.....................................................................................................26
3.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................29
3.4 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan........................................................31
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................................39
BAB V PENUTUP.................................................................................................42
5.1 Kesimpulan......................................................................................................42
5.2 Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan
kesehatan. Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering
diujikan. Bisanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Diagnosa penyakit ini
mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama.
Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga
terdapat predisposisi terhadap penyakit.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara
langsung dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
1. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis
reumatoid.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi
secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke
struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi,
legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih,
pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan
granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran
pada

2
2.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme
diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi
lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan. AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid :
1. Kelainan pda daerah artikuler
- Stadium I (Stadium sinovitis)
- Stadium II (Stadium destruksi)
- Stadium III (Stadium deformitas)

3
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler
adalah :
- Otot : terjadi miopati
- Nodul subkutan
- Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada
pembuluh darah arteriol dan venosa
- Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran
limfe sendi, hiperplasi folikuler, penigkatan aktivitas sistem
retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan splenomegali
- Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit
- visera

2.3 Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal


1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
 Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
 Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi
gigi.
 Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.

4
 Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.

5
Gambar : tulang pada tubuh manusia
(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya. Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit. Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.

6
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis
sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
 Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
 Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
 Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
dengan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.

7
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan oleh akifitas foto kimia pada kulit
ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
dibawa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan
pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
 Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun
sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
 Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
 Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.

8
 Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan
menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)

 Klasifikasi struktural persendian :


 Persendian fibrosa
 Persendian kartilago
 Persendian sinovial.
 Klasifikasi fungsional persendian :
 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
 Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .

9
 Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,
suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang, dan
ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
 Klasifikasi persendian sinovial :
 Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.

2. Anatomi Fisiologi Otot.


Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.

10
Gambar. Otot pada tubuh manusia

 Fungsi sistem Muskular


 Pergerakan
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur
 Produksi panas.
 Ciri-ciri otot
 Kontraktilitas
 Eksitabilitas
 Ekstensibilitas
 Elastisitas
 Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
 Jenis-jenis Otot
 Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada
rangka.
 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada

11
sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah.
 Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.

2.4. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi
yang lain terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan
reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

12
2.5 Pathways

reaksi faktor R dg antibody, reaksi peradangan nyeri

faktor metabolik, infeksi dg

kecenderungan virus

kekakuan sendi synovial menebal


kurangnya informasi

hambatan mobilitas fisik panus defisiensi


pengetahuan

ansietas

nodul infiltrasi dalam os,

sobcondria

deformitas sendi hambatan nutrisi pada

kartilago artikularis

gangguan citra tubuh

kartilago nekrosis kerusakan


kartilago dan

tulang

13
erosi kartilago

Adhesi pada permukaan tendon dan


ligamen

Sendi
melemah

Hambatan mobilitas fisik ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi ankilosis tulang

Keterbatasan gerakan sendi mudah luksasi dan hilangnya


kekuatan otot

Subluksasi

resiko
cidera

Defisit perawatan diri

14
2.6 Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya
tidak berlangsung lama.
 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
 Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
 Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
 Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
 Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
 Kronik → Ciri khas rematoid artritis.

15
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

16
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
5. Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7. JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
11. Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
12. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif);
elevasi SDP dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3
dan C4).
13. Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Olahraga teratur dan istirahat cukup
2. Ketahui penyebab dan tanda gejala penyakit
3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat
membantu meredakan nyeri

17
4. Pertahankan BB yang normal
5. Mengkonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang
6. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan
minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, jeroan, bayam,
jamur kacan-kacangan, kembangkol dll
7. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah berry untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi
inflamasi. Juga asam lemak tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak
zaitun
8. Banyak minum air putih untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimban d sendi
9. Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

18
2.9 Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya


proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli

4. Terjadi splenomegali

2.10 Prognosis
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung
pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 –
70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artritisreumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna.
Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah
sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahun pertama.

2.11 Pencegahan
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri juga
bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.
Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,

19
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena jalan
kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang yang
kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu
melindungi terhadap seranganpenyakit rematik masa depan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas
(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.
c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
f. Menjaga berat badan yang diinginkan

20
BAB III
ASKEP PADA KLIEN

1.1 Kasus

Seorang perempuan berusia 47 tahun dibawa ke Rumah Sakit


dengan keluhan kaki nyeri dan kaku pada sendi-sendi, jari –jari tangan
rasa seperti di tusuk-tusuk. Pasien mengatakan sering terbangun di malam
hari dan merasa tidak nyaman. Pasien juga mengatakan susah bergerak.
Pasien mengatakan tangannya sulit digerakan dan kaku. Dari hasil
observasi didapatkan wajah menyeringai akibat nyeri pada digiti manus
(ekstremitas atas) dan perglangan tangan, kelelahan, gelisah, dan aktivitas
gerak pasien terbatas. Aktivitas (makan, mandi, bab, bak, dll) dibantu oleh
orang lain. Sedangkan dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum: lemah, skala nyeri 7. TTV: Suhu tubuh : 37 0 C, Denyut Nadi : 60
kali /menit, Pernafasan : 18 kali /menit, Tekanan Darah : 90/70 mmHg.
Pemeriksaan diagnostik: ESR: meningkat, FR:>1:80Positif(80%), JDL :
Anemia sedang, LED: 85 mm/h.

IDENTITAS
I. Identitas Diri Klien

N a m a : seorang wanita
Tanggal masuk RS : 04April 2011
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 20 Juni 1959
Sumber Informasi : Keluarga
U m u r : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Kec. Tuminting segera dihubungi (Orang
Tua/Wali, Suami, Istri, dan
lain-lain): Suami

21
Status Perkawinan : Kawin
A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA
S u k u : Sanger Pekerjaan :Tukang
Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Tuminting
Pekerjaan : IRT

a. KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama Saat MRS : Nyeri dan kaku di bagian sendi
jari-jari tangan dan pergelanggan tangan rasa seperti di tusuk-tusuk
Keluhan Utama Saat Pengkajian : nyeri pada digiti minus dan
pergelangan tangan, kaku tidak bisa digerakkan
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : nyeri sendi (rheumatoid artritis)
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pernah dirawat (x) ya (x) tidak kapan: …….
Diagnosa: ……..
Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak Jenis:
Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak Jenis:
debu dan udang
Riwayat operasi (x) ya (x) tidak kapan:-
d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
(√) ya (x) tidak jenis : salah satu keluarga punya
riwayat rematik

22
Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali /menit
- Pernafasan : 18 kali /menit
- Tekanan Darah : 90/70 mmHg

Pengkajian B1-B6
1. Breath:
Suara paru : Bronkhial
Pola Nafas : Vesikuler
Batuk kadang-kadang, Sputum:tidak ada
Nyeri dada : tidak ada
2. Blood :
Nadi Perifer :70 kali/detik
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung tunggal
3. Brain :
Tingkat kesadaran sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
4. Bowel
Jenis Diet : tidak ada
nafsu makan : seperti biasanya
Rasa mual : jarang
Muntah : tidak pernah
Intake Cairan 6-7 gelas/hari
5. Bladder
BAK teratur
6. Bone
Nyeri pada bagian digiti manus dan pergelanggan tangan

23
Pemeriksaan Penunjang

Data Laboratorium
Laboratorium :
Tes serologi (diagnostik imunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h

Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain


Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.

24
4.2 Analisa Data

Nama Klien: Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan : C

25
Data Etiologi Masalah Diagnosa

DS:
 Pasien mengatakan Faktor Pencetus Nyeri Kronik Nyeri Kronik
nyeri dan kaku pada berhubungan
sendi-sendi jari –jari dengan
tangan rasa seperti di Inflamasi Kronis proses
tusuk-tusuk. Pada Tendon, inflamasi dan
 Pasien mengatakan Ligamen juga terjadi destruksi
nyeri pada digiti destruksi jaringan sendi.
manus dan (D.0078)
pergelangan tangan
 Pasien merasa tidak Fagositosis ektensif
nyaman.

DO: Panus
 Wajah menyeringai
 KU: Lemah
 TTV: Kartilago dirusak
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 60 kali
/menit Nekrosis Sel
- Pernafasan : 18
kali /menit
- Tekanan Darah : Erosi sendi dan
90/70 mmHg Tulang
 Skala nyeri 7
 Pemeriksaan
diagnostik: Nyeri
- ESR : meningkat
- FR:>1:80Positif(8
0%)
- JDL : Anemia
sedang
- LED : 85 mm/h
DS:
 Pasien mengatakan Faktor Pencetus Gangguan Kerusakan
susah bergerak. metabolisme mobilitas
 Pasien mengatakan fisik\ 26
berhubungan
tangannya sulit Inflamasi Kronis (D.0054) dengan
digerakkan dan kaku Pada Tendon, deformitas
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses inflamasi dan destruksi
sendi ditandai dengan :
a. Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari –jari
tangan rasa seperti di tusuk-tusuk.
b. Pasien mengatakan nyeri pada digiti manus dan pergelangan
tangan
c. Pasien merasa tidak nyaman
d. Wajah menyeringai
e. Skala nyeri 7

2. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan deformitas skeletal ditandai


dengan :
a. pasien mengatakan susah bergerak
b. pasien mengatakan tangannya sulit digerakkan dan kaku
b. Pasien terlihat membatasi aktivitas geraknya.
c. k/u lemah

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dan


kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum ditandai dengan :
a. seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga

27
4.4 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

Nama Klien : Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan: C

1.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama Klien : Ny. JW Umur: 47 Tahun Ruangan: C

Hari/Tanggal Waktu No IMPLEMENTASI Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


Diagnos
a

Rabu, 04 08.00 1 1. Mengobservasi KU pasien. Rabu, 04 S:


September Hasil : KU pasien lemah. september Pasien mengatakan
2014 2014 masih terasa nyeri dan
08:15 2. Mengobservasi TTV. kaku.
13.00
Hasil : Pasien belum merasa
- Suhu tubuh: 370 C nyaman
- Denyut Nadi: 60 kali /menit O:
- Pernafasan: 18 kali /menit KU lemah

28
- Tekanan Darah : 90/70mmHg TTV:
- Suhu tubuh: 370 C
08.15 3. Menyelidiki keluhan nyeri, catat - Denyut Nadi: 60
lokasi dan intensitas (skala 0-10). kali/menit
Hasil: Nyeri pada sendi digiti - Pernafasan: 18 kali
manus(ekstremitas atas) dan /menit
pergelanggan tangan. Skala nyeri 7 - Tekanan Darah :
90/70mmHg
08.18 4. Memberikan matras/kasar keras, Edema pada
bantal kecil.Tinggikan linen tempat pergelanggan tangan,
tidur sesuai kebutuhan. nyeri dan kaku masih
Hasil: Pasien belum merasa terasa, skala nyeri 7,
nyaman. Pasien anemia sedang,
08.25 aktivitas pasien dibatasi
5. Membiarkan pasien mengambil agar nyeri dapat
posisi yang nyaman pada waktu berkurang, obat yang
tidur atau duduk di kursi. diberikan untuk
Tingkatkan istirahat di tempat tidur mengurangi kekakuan.
sesuai indikasi. A:
Hasil: aktivitas pasien dibatasi agar Masalah belum teratasi

29
08.30 nyeri berkurang. P:
- Intervensi lanjut
6. Menempatkan/pantau penggunaan (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
bantal atau brace.
08.45 Hasil: pasien belum nyaman.

7. Mendorong untuk sering mengubah


posisi. Hindari gerakan yang
09.00 menyentak.
Hasil: Pasien masih merasa kaku
sendi.

8. Menganjurkan pasien untuk mandi


09.30 air hangat atau mandi pancuran
pada waktu bangun dan/atau pada
waktu tidur.
Hasil: Anjuran diterima dan
dilakukan.

11.00 9. Menyediakan waslap hangat untuk

30
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu
air kompres,air mandi dan
sebagainya.
Hasil: masih terasa nyeri.

10. Memberikan Obat Asetilsalisilat


(aspirin) sesuai instruksi/resep
dokter.
Hasil: obat yang diberikan untuk
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas fisik.

31
BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses
keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat
dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuat
menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang
benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien.
Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan
pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan.
Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan
Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.
Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat
akreditasi asuhan keperawatan.

5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan
pada pasien Artritis Reumatoid, dapat menunjang kita dalam proses
pembelajaran pada mata kuliah KMB III serta menjadi pedoman dan
bahan pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat
nantinya. Oleh karena itu, dengan adanya bahan materi ini diharapakan
kita sebagai mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit artritis
reumatoid, etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow
artritis reumatoid, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi
penyakit, komplikasi dari penyakit artritis reumatoid, prognosis dan

32
pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat
mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat mengetahui
contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita turun ke
lapangan/masyarakat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3. Jakarta:
EGC.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Ian. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Atritis Reumatoid.
http://ianpakpahanaskep.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan_17.html.
Anonim. 2009. Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis.
http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-
artritis/
Anonim. 2010. Reumatoid Artritis.
http://www.tfarison.co.cc/2010/10/reumatoid-artritis.html.

34
35

Anda mungkin juga menyukai