Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun Oleh :
1. MAMIK ZULIANTI (0121067B)
2. MEGA SIGIT SYAHPUTRA (0121068B)
3. MITA PUJI RAHAYU (0121069B)
4. MOCH ZAINAL ARIFIN (0121070B)
5. NENENG ARISKA (0121071B)
6. NURHAYATI (0121072B)
7. NURIL AFIFAH (0121073B)
8. RATNA ANDRIANI (0121074B)
9. RIDWAN (0121075B)
10. ROHMATUL FITRIYAH (0121077B)
11. RONY FIRMANSYAH (0121078B)
12. SIDDIQUL WAFA (0121078B)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DIAN HUSADA


MOJOKERTO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Banyak
rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
“Asuhan Keperawatan Rheumatoid arthritis”. Namun berkat kerja sama
dari anggota kelompok kami serta bimbingan dari dosen pembimbing,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam


proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan
dan doa untuk terselesaikannya makalah ini. Seperti kata pepatah, “Tak
ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman, dosen dan para pembaca sekalian demi
penyempurnaan makalah ini. Demikian sedikit kata dari kami, semoga
makalah ini bermanfaat.

Mojokerto, 25 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
3. TUJUAN...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. PENGERTIAN..................................................................................................3
B. ETIOLOGI.........................................................................................................3
C. STADIUM RHEUMATOID ARTHRITIS........................................................4
D. TANDA DAN GEJALA...................................................................................5
E. PATOFISIOLOGI.................................................................................................7
F. KOMPLIKASI.......................................................................................................8
G. PENATALAKSANAAN..................................................................................8
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.....................................................................9
I. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................10
BAB III............................................................................................................................29
PENUTUP......................................................................................................................29
A. KESIMPULAN...............................................................................................29
B. SARAN...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Di seluruh dunia, insiden tahunan ertritis reumatoid mencapai


sekitar 3 kasus per 10.000 penduduk. Prevalensi sekitar 1% dan
meningkat seiring bertambahnya usia serta memuncak antara usia 35 -
50 tahun. 

Artritis reumatoid mempengaruhi hampir semua populasi,


meskipun jauh lebih umum di beberapa kelompok seperti 5-6% di
beberapa kelompok penduduk asli Amerika.

Hubungan kekerabatan tingkat pertama dari individu dengan


artritis reumatoid memiliki risiko 2 hingga 3 kali lipat lebih tinggi.
Kesesuaian penyakit pada kembar monozigot adalah sekitar 15-20%,
menunjukkan bahwa faktor nongenetik memainkan peran penting. 

Wanita terkena artritis reumatoid kira-kira 3 kali lebih sering


daripada pria, tetapi perbedaan jenis kelamin berkurang pada kelompok
usia yang lebih tua. 

Sebuah penelitian dari Denmark menemukan bahwa tingkat


artritis reumatoid lebih tinggi pada wanita yang melahirkan hanya 1
anak dibandingkan pada wanita yang telah melahirkan 2 atau 3 anak.
Namun angka tersebut tidak meningkat pada wanita nulipara atau yang
memiliki riwayat keguguran.

Penelitian di denmark ini juga menemukan risiko artritis yang


lebih tinggi di antara wanita dengan riwayat preeklamsia, hiperemesis
selama kehamilan, atau hipertensi gestasional. 

1
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi, epidemiologi, penyebab dan tanda gejala rheumatoid
arthritis ?
b. Bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medik atau
pengobatan rheumatoid arthritis ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien rheumatoid arthritis ?

3. TUJUAN
a. Memahami definisi, epidemiologi, penyebab dan tanda gejala
rheumatoid arthritis
b. Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik atau
pengobatan rheumatoid arthritis
c. Memahami asuhan keperawatan pada pasien rheumatoid arthritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang
bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang
sendi serta jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah
radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya
menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris
(Junaidi, 2013).

Menurut Noer S (1997) dalam Lukman (2009), artritis reumatoid


merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Artritis rheumatoid
adalah penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang menyebabkan
destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disability.

Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia.
Penyebab artritis rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat
penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal,
metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat
mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada
beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis
reumatoid, yaitu:

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus


2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Faktor genetik serta faktor pemicu

3
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh
faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap
kolagen tipe II faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan
organisme mikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan
antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid


yaitu :

1. Kelainan pada daerah artikuler


a) Stadium I (stadium sinovitis)
b) Stadium II (stadium destruksi)
c) Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Pada jaringan ekstra-
artikuler akan terjadi perubahan patologis, yaitu:
a) Pada otot terjadi miopati
b) Nodul subkutan
c) Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada
pembuluh darah perifer dan lesi pada pembuluh darah
arteriol dan venosa
d) Terjadi nekrosis fokal pada saraf
e) Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi
(Nurarif dan Kusuma, 2013).
Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996), faktor-
faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid
adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman,
2009).

C. STADIUM RHEUMATOID ARTHRITIS

Jika tidak diobati, proses inflamatorik dalam sendi muncul


dalam empat stadium, yaitu: 

4
1. Stadium pertama
Pada stadium pertama sinovitis muncul akibat kongesti dan
edema membran sinovial serta kapsul sendi. Infiltrasi oleh limfosit,
makrofag, dan netrofil terus menyebabkan respons inflamatorik lokal.
Sel-sel ini, dan sel sinoviail yang mirip-fibroblas, memproduksi enzim
yang membantu degradasi tulang dan kartilago.

2. Stadium kedua 
Pada stadium kedua panus atau lapisan jaringan granulasi yang
menebal mulai terbentuk, sehingga menutup dan menginvasi kartilago
dan akhirnya menghancurkan kapsul sendi dan tulang. 

3. Stadium ketiga
Pada stadium ketiga mulai muncul ankilosis fibrosa atau invasi
fibrosa di panus dan pembentukan parut yang memacetkan ruang
sendi. Atrofi tulang dan kesejajaran yang salah menyebabkan
deformitas yang terlihat jelas dan mengganggu artikulasi tulang yang
berlawanan, sehingga menyebabkan atrofi dan ketidakseimbangan
otot serta kemungkinan dislokasi atau subluksasi parsial.

4. Stadium keempat
Pada stadium keempat Jaringan fibrosa mengapur, sehingga
menyebabkan ankilosis bertulang dan imobilitas.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Stadium awal 
a) Anoreksia
b) Letih 
c) Tidak enak badan 
d) Demam ringan dan persisten 
e) Gejala artikular samar 
f) Berat badan turun.

5
2. Stadium akhir 
a) Lesi kardiopulmoner 
b) Sindrom terowongan karpal 
c) Kehancuran proses odontoid (bagian dari vertebra servikal
kedua) 
d) Fungsi sendi menurun 
e) Infeksi 
f) Sendi yang terasa perih dan nyeri, awalnya hanya jika pasien
menggerakkannya tetapi akhirnya muncul bahkan saat pasien
beristirahat 
g) Sendi yang terasa panas saat disentuh 
h) Limfadenopati 
i) Miositis 
j) Osteoporosis Perikarditis 
k) Neuritis periferal, yang menyebabkan mati rasa atau kesemutan
di kaki bawah atau pelemahan dan hilangnya sensasi di jari
tangan 
l) Pleuritis 
m) Nodulus atau fibrosis pulmoner 
n) Nodulus reumatoid subkutaneus, bulat atau oval, tidak perih
o) Skleritis dan episkleritis 
p) Jari berbentuk-spindel, yang disebabkan oleh edema dan
kongesti yang terlihat jelas di sendi 
q) Otot kaku, lemah, atau nyeri, terutama setelah tidak beraktivitas
dan saat bangun di pagi hari 
r) Penyakit sendi temporomandibular, yang mengganggu proses
mengunyah dan menyebabkan sakit telinga 
s) Vaskulitis, yang bisa menyebabkan lesi kulit, ulser kaki, dan
komplikasi sistemik multipel

6
E. PATOFISIOLOGI
Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi
persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk
memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian sinovial
memilki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak
mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat
digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler
membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan
yang licin serta ulet untuk gerakkan. Membran sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke dalam
ruangan antar tulang. Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu sebagai
peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan
sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi
merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena
inflamasi. Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan
yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multisistem yang
sistemik, semua penyakit rematik meliputi inflamasi dan degenerasi
dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi ini akan
terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik
inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan
akibat dari respon imun tersebut. Sebaliknya, pada penyakit rematik
degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini
biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan
lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit lanjut.
Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago
artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan
sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer
dan Bare, 2002). Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama
terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya

7
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman,
2009)

F. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang
terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 1999).

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Arthtritis Reumatoid yaitu :

1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid


adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang
penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang
berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan
meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab, dan
prognosis penyakit, semua komponen program penatalaksanaan
termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.

8
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur
1) Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada
sendi, faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat
2) Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti
melakukan senam rematik.
3) Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres
dingin dapat membantu meredakan nyeri.
4) Pertahankan berat badan agar tetap normal
5) Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit
6) Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung
purin, seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan,
kembang kol, jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan,
sayuran seperti daun singkong (tidak semua jenis sayuran
mempunyai efek kambuh yang sama pada setiap orang)
7) Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat,
memakan makanan seperti tahu untuk pengganti daging
8) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam
urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun
sendi
9) Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk.,
2010)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Sinar-X pada stadium awal menunjukkan demineralisasi tulang


dan pembengkakan jaringan-lunak. Pada stadium selanjutnya,
sinar-X menunjukkan kartilago hilang dan ruang sendi menyempit.
Akhirnya, sinar-X menunjukkan kehancuran dan erosi kartilago
dan sendi, subluksasi, dan deformitas. 
b. RF positif pada 75% sampai 80% pasien, yang diindikasikan
dengan titer 1:160 atau lebih tinggi. 
c. Analisis cairan sinovial menunjukkan peningkatan volume dan
turbiditas namun viskositas turun dan jumlah sel darah putih

9
meningkat (umumnya lebih dari 10.000/ mm3). 
d. Elektroforesis protein serum bisa menunjukkan kenaikan kadar
globulin serum. 
e. Tingkat sedimentasi eritrosit dan kadar protein reaktif-C naik pada
85% sampai 90% pasien (bisa digunakan untuk memantau
respons terhadap terapi karena kenaikan biasanya sebanding
dengan aktivitas penyakit.) 
f. Jumlah darah lengkap biasanya menunjukkan anemia sedang,
leukositosis ringan, dan trombositosis.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

A) Pengkajian
Menurut Mubarak (2012), pengkajian adalah tahapan
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus
terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar
data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:

1. Struktur dan karakteristik keluarga


2. Sosial, ekonomi, dan budaya
3. Faktor lingkungan
4. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
5. Psikososial keluarga

Pengkajian data pada asuhan keperawatan keluarga berdasarkan


format pengkajian keluarga meliputi :

1) Data Umum
a) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat kepala keluarga, komposisi anggota keluarga yang
terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir,
atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status

10
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan
genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut.
c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji
asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan,
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi
keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi
bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
(Mubarak, 2012)
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Data ini ditentukan
oleh anak tertua dalam keluarga.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap
perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan
alasan mengapa hal tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat Keluarga Inti Data ini menjelaskan mengenai
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan yang

11
biasa digunakan serta pengalaman menggunakan
pelayanan kesehatan.
d) Riwayat Keluarga Sebelumnya Data ini menjelaska riwayat
kesehatan dari pihak suami dan istri.
3) Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik Rumah Data ini menjelaskan mengenai luas
rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis WC,
serta jarak WC ke sumber air. Data karakteristik rumah
disertai juga dalam bentuk denah.
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat Data ini
menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan
dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas Geografis Keluarga Data ini menjelaskan
mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga
berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga dalam
pertemuan dengan masyarakat. (Widyanto, 2014)
4) Struktur Keluarga
a) Sistem Pendukung Keluarga Data ini menjelaskan
mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas
keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar terkait
dengan kesehatan dan lain sebagainya.
b) Pola Komunikasi Keluarga Data ini menjelaskan mengenai
cara komunikasi dengan keluarga serta frekuensinya.
c) Struktur Peran Data ini menjelaskan mengenai peran
anggota keluarga dan masyarakat yang terbagi menjadi
peran formal dan informal.
d) Nilai/Norma Keluarga Data ini menjelaskan mengenai nilai
atau norma yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga

12
a) Fungsi Afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
b) Fungsi Sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta
yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah.
2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat. Kemampuan keluarga yang tepat akan
mendukung proses perawatan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh
mana keluarga mengetahui keadaaan penyakit anggota
keluarganya dan cara merawat anggota keluarga yang
sakit.
4. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu
dikaji bagaimana keluarga mengetahui manfaat atau
keuntungan pemeliharaan lingkungan. Kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegah resiko cedera.
5. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan dan proses perawatan.

13
6. Fungsi reproduksi Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, serta metode
apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
7. Fungsi ekonomi Mengkaji sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat guna meningkatkan status kesehatan.
8. Stres dan koping keluarga
a. Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu 6 bulan
b. Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini
dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6
bulan
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa
yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
e. Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluarga. metode yang digunakan pada pemeriksaan ini
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Pada
pemeriksaan fisik kita juga bisa menanyakan mengenai
status kesehatan dari klien. Pada klien dengan Artritis
Reumatoid, kita dapat mengkaji mengenai nyeri yang
dialami klien, yaitu :
a) Status kesehatan umum selama setahun yang lalu

14
b) Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
c) Keluhan utama : Jika nyeri, tanyakan mengenai
PQRST,
1. Provokative/pemicu nyeri
2. Quality/kualitas nyeri
3. Region/daerah nyeri
4. Severity Scale/skala nyeri (0-10) 5) Timing/waktu
terjadi nyeri (pagi, siang, malam hari)
10. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehehatan yang ada. ( Padila, 2012)

B) Diagnosa
1. Nyeri kronis b/d kondisi muskuloskeletal kronis (D.0078)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri dan kekakuan sendi
(D.0054)
3. Defisit perawatan diri
4. Gangguan Citra Tubuh b/d perubahan fungsi tubuh (D.0083)

C) Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri kronis b/d Luaran: Tingkat a. Manajemen Nyeri
kondisi Nyeri menurun (I.08238)
muskuloskeletal (L.08066)  Identifikasi
kronis (D.0078)  Keluhan nyeri lokasi,
menurun karakteristik,
 Merigis durasi, frekuensi,
menurun kualitas,
 Sikap protektif intensitas nyeri
menurun  Identifikasi skala
 Gelisah dan nyeri

15
kesulitan tidur  Identifikasi
menurun respon nyeri non
 Anoreksia, verbal
mual, muntah  Identifikasi faktor
menurun yang
 Ketegangan memperberat
otot dan pupil dan
dilatasi memperingan
menurun nyeri
 Pola napas  Identifikasi
dan tekanan pengetahuan
darah dan keyakinan
membaik tentang nyeri
 Identifikasi
pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
 Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
 Berikan teknik

16
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan
penyebab,

17
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

b. Perawatan
Kenyamanan (I.08245)
 Identifikasi gejala
yang tidak
menyenangkan
 Identifikasi
pemahaman
tentang kondisi,
situasi dan
perasaannya
 Identifikasi
masalah

18
emosional dan
spiritual
 Berikan posiis
yang nyaman
 Berikan kompres
dingin atau
hangat
 Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
 Berikan
pemijatan
 Berikan terapi
akupresur
 Berikan terapi
hipnotis
 Dukung keluarga
dan pengasuh
terlibat dalam
terapi
 Diskusikan
mengenai situasi
dan pilihan terapi
 Jelaskna
mnegenai
kondisi dan
pilihan terapi/
pengobatan
 Ajarkan terapi
relaksasi
 Ajarkan latihan
pernafasan

19
 Ajarkan tehnik
distraksi dan
imajinasi
terbimbing
 Kolaborsi
pemberian
analgesic,
antipruritis,
anthihistamin,
jika perlu

2.Gangguan Mobilitas Luaran: Mobilitas  Pergerakan


Fisik b/d Nyeri dan Fisik meningkat
kekakuan sendi
ekstremitas
(L.05042)
(D.0054) meningkat
 Kekuatan Otot
Meningkat
 Rentang Gerak
(ROM)
meningkat
 Gerakan tidak
terkoordinasi
menurun
 Gerakan
Terbatas
menurun
 Kelemahan Fisik
Menurun
 Intervensi:
Dukungan
Ambulasi
(I.06171)
 Identifikasi

20
adanya nyeri
atau keluhan fisik
lainnya
 Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi
 Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum
memulai
ambulasi
 Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi
 Fasilitasi
aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu
Seperti tongkat,
dan kruk.
 Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
 Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan

21
ambulasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
Seperti  berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
sesuai toleransi.

22
3.Defisit perawatan Luaran: Perawatan Intervensi : Dukungan
diri Diri Meningkat Perawatan Diri
(L.11103) (I.11348)

 Kemampuan  Identifikasi
mandi kebiasaan
meningkat aktivitas
 Kemampuan perawatan diri
menggunakan sesuai usia
pakaian  Monitor tingkat
meningkat kemandirian
 Kemampuan  Identifikasi
makan kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan
 Kemampuan diri, berpakaian,
ke toilet berhias, dan
(BAB/BAK makan
Meningkat)  Sediakan
 Verbalisasi lingkungan yang
keinginan teraupetik
melakukan  Siapkan
perawatan diri keperluan pribadi
meningkat  Dampingi dalam
 Minat melakukan
melakukan perawatan diri
perawatan diri sampai mandiri
meningkat  Fasilitasi untuk
menerima
Mempertahankan
keadaan
kebersihan diri
meningkat ketergantungan
 Jadwalkan
rutinitas

23
perawatan diri

 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

24
4. Gangguan Citra Luaran: Harapan Intervensi
Tubuh b/d Meningkat (L.09068) Keperawatan: Promosi
perubahan fungsi Citra Tubuh (I.09305)
 Verbalisasi
tubuh (D.0083)
keputusasaan  Identifikasi
menurun harapan citra
 Perilaku Pasif tubuh
menurun berdasarkan
 Afek datar tahap
menurun perkembangan
 Identifikasi
Pola Tidur membaik
budaya, agama,
jenis kelamin,
dan umur terkait
citra tubuh
 Identifikasi
perubahan citra
tubuh yang
mengakibatkan
isolasi sosial
 Monitor frekuensi
pernyataan kritik
tehadap diri
sendiri
 Monitor apakah
pasien bisa
melihat bagian
tubuh yang
berubah
 Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
 Diskusikan

25
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga
diri
 Diskusikan
kondisi stres
yang
mempengaruhi
citra tubuh
(mis.luka,
penyakit,
pembedahan)
 Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra
tubuh secara
realistis
 Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang
perubahan citra
tubuh
 Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
 Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra

26
tubuh
 Anjurkan
menggunakan
alat bantu
 Latih fungsi
tubuh yang
dimiliki
 Latih
peningkatan
penampilan diri
(mis. berdandan)
 Latih
pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang
lain maupun
kelompok

D) Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah proses
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk menerapkan
rencana tindakan yag telah disusun dan membangkitkan minat dan
kemandirian keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah
perilaku hidup sehat. Namun sebelum melakukan implementasi,
perawat terlebih dahulu membuat kontrak agar keluarga lebih siap
baik fisik maupun psikologis dalam menerima asuhan keperawatan
yang diberikan.

E) Evaluasi

27
Menurut Mubarak (2012), evaluasi proses keperawatan ada
dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
1. Evaluasi Kuantitatif Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam
kuantitas, jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah
dikerjakan.
2. Evaluasi Kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi
mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
dimensi yang saling terkait.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan


sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama
proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan pada akhir asuhan keperawatan (Mubarak,
2012).

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengingat bahwa banyaknya penderita artritis reumatoid serta
besarnya dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini, maka upaya promotif
dan preventif sangat besar peranannya dalam penanganan masalah
artritis reumatoid yaitu melalui upaya binaan terhadap keluarga. Oleh
karena itu, dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti
agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan
pada anggota keluarganya sangat diperlukan sehingga apabila keluarga
tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datang ke
pelayanan kesehatan dalam keadaan kronis.

B. SARAN
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan,karena terbatasnya pengetahuan da
kurangnya rujukan atau referensi yang ada. Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.repronote.com/2021/05/asuhan-keperawatan-
rheumatoid-arthritis-intervensi.html
2. Lynda Martin. 2004. Rheumatoid arthritis: Symptom, diagnosis, and
Management. Nursing Times
3. Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott
William & Wilkins : Norristown Road.
4. Howard R Smith. 2021. Rheumatoid Arthritis (RA). Med Scape.
Emedicine. https://emedicine.medscape.com/article/331715-
overview
5. InformedHealth.org. 2020. Rheumatoid arthritis: Overview.
Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health
Care (IQWiG). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK384455/
6. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
7. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi
(SIKI) 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
8. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai