Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“ARTHRITIS RHEUMATOID”
DI WISMA II PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
DEWANATA CILACAP

OLEH :
BUDI ROHFIYANTO
180104025

PRAKTIK PROFESI NERS STASE GERONTIK


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga dalam penulisan makalah ini tidak mengalami
kendala yang berarti hingga terselesaikan.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

Cilacap, 25 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................3
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Definisi..........................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................5
C. Manifestasi Klinis.........................................................................6
D. Komplikasi....................................................................................7
E Pemeriksaan Penunjang..................................................................7
F. Penatalaksanaan.............................................................................8
G. Pathway.........................................................................................11
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian dan Analisa Data.........................................................12
B. Rencana Keperawatan....................................................................14
C. implementasi..................................................................................16
D. Evaluasi..........................................................................................16
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Hasil dan alasan...............................................................................17
B. Hambatan.........................................................................................17
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................18
B. Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang
disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat
menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila
adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab
arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya
kombinasi dari genetic, lingkungan, hormonal, dan faktor system
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, et.a., 2014).
Di dunia, osteoarthritis merupakan penyakit muskuloskeletal yang
paling sering terjadi. Prevalensi osteoarthritis lutut di dunia yaitu sebesar
3,8% dan osteoarthritis pinggul sebesar 0,85%. Tidak dijumpai perubahan
yang bermakna terhadap prevalensi osteoarthritis dari tahun 1990 hingga
2010. Sementara, prevalensi rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar
0,24% tanpa dijumpai perubahan bermakna selama 20 tahun (Cross, M.,
Smith, E., Hoy, D., 2014).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Qing, Y.Z., (2008) prevalensi
nyeri rematik di beberapa negara Asean adalah, 26.3% Bangladesh, 18.2%
India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa
kecen derungan prevalensi rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada
usia lebih sama dengan 15 tahun terdapat 30,3 % pada tahun 2007,dan
mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%. Sedangkan
data penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin cenderung
terjadi pada perempuan dengan prevalensi 34% (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2013). Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 menyebutkan bahwa gangguan
muskuloskeletal menempati urutan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak yang
dilaporkan dari keseluruhan Puskesmas di Sumatera Utara. Menurut
WHO, penyakit muskuloskeletal seperti penyakit rematik merupakan
penyebab utama morbiditas dan kelumpuhan dan berujung kepada
pengeluaran biaya kesehatan yang besar dan kehilangan pekerjaan. Di
antara semua kondisi kesehatan, nyeri pinggang dan lutut yang disebabkan
oleh osteoarthritis merupakan penyebab paling utama dari disabilitas di
seluruh dunia (Hoy, D.,March, L., Brooks, P., 2014). Rheumatoid
arthritisjuga menyebabkan disabilitas yang bermakna di seluruh dunia
dengan konsekuensi yang berat bagi individu yang terserang (Cross, M.,
Smith, E., Hoy, D., 2014).
Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan
sangat cepat bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya.
Penduduk lansia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun
2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20,547,541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016). Penderita
arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka
355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia
terserang penyakit arthritis rheumatoid, dimana 5-10% adalah
merekayang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun
(WHO, 2012)
.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari rematik
2. Untuk mengetahui etiologi dari rematik
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari rematik
4. Untuk mengetahui komplikasi pada rematik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada rematik
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada rematik
7. Untuk mengetahui pathway dari rematik
8. Untuk mengetahui diagnosa penyakit rematik berdasarkan umur, jenis
kelamin pekerjaan, suku, pendidikan.
9. Untuk menilai lokasi yang diserang pada lansia yang mengalami
keluhan rematik

2
10. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan pada lansia akibat
rematik.

C. Manfaat
Hasil pengkajian diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Sebagai bahan masukkan bagi panti khususnya tenaga medis tantang
gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik sehingga lebih
cermat dalam menngani ataupun melakukn rujukan pada lansia serta
pelayanan kesehatan pada lansia rematik dapat ditingkatkan
2. Dapat memberikan informasi pendidikan kesehatan kepada lansia
tentang penyakit rematik serta komplikasinya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien artritis reumatoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresivitasnya. Pasien dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain
(Mansjoer, 2009).

3
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti
sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu
penyakit autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Penyakit
ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak
sosial dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering menghadapai
kendala karena pada masa dini sering belum didapatkan gambaran
karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan waktu
dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat
(Febriana,2015).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehinga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Annonimous, 2010).
Artritis Reumatoid adalah peradangan pada persendian, baik yang
terjadi secara mendadak (akut) atau menahun (kronis). Artritis ini dapat
menyerang satu sendi atau beberapa sendi sekaligus. Penyakit ini
biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa nyeri pada sendi yang
terkena. Bila penyakitnya kronis, kadang hanya timbul rasa nyeri saja
(Annonimous 2010).

B. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat
hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya artritis
reumatoid, yaitu:
1. Genetik

4
Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid,
memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak dari
populasi normal.
2. Usia dan jenis kelamin
Insidensi Rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita
dibanding pria dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan diasumsikan
karena pengaruh dari hormon, namun data ini masih dalam
penelitian. Wanita memiliki hormon estrogen sehingga dapat
memicu sistem imun. Rheumatoid arthritis terjadi pada usia ± 50
tahun.
3. Kompleks imun (autoimun)
Antibodi yang tidak biasa dg tipe IgM dan atau IgG terbentuk di
sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi
lokal dan sistemik
4. Pengaruh hormonal
Lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki
5. Perkembangan virus
Setelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang
menyebabkan terjadi autoimun.

C. Manifestasi Klinis
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi
tahun 2008, adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan disekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran
tulang (hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 belas

5
persendian yang memenuhi kriteria, yaitu interfalang proksimal,
metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan
metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera diatas.
4. Artritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak
mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical
polyarthritis simultaneously).
5. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartrikular dalam observasi
seorang dokter.
6. Faktor reumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5 % kelompok kontrol.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan
sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang
harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya
terpenuhi 4 dari 7 kriteria diatas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu.
D. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamsi non steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

6
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun
dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis
pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat:
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa,
lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya positif
3. LED meningkat
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamsi yang kronik
6. Trombosit meningkat
7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan ruang sendi dan erosi.

F. Penatalaksanaan
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri semdi akibat
inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan: Aspirin
3. Pasien dibawah 65 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan
atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl Ibuprofen, naproksen,
piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.

7
4. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat
setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektifitasnya
dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan
penggunaannya tergantung pada pertimbangan resiko manfaat oleh
dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid
ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski dalam status
tersangka. Jenis-jenis yang digunakan adalah:
a. Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau,
namun efektifitasnya lebih rendah dibanding dengan yang lain.
Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin
400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa
penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular,
nausea, diare, dan anemia hemolitik.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam
dosis 1x500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg perminggu, sampai
mencapai dosis 4x500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat
diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang
sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak
terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang
lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah dan
dispepsia.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat.
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis
ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk
mencapai dosis total 4 x 250-300 mg/hari. Efek samping antara
lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan
pemfigus.
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak
diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium
tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis

8
percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul
dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis
penuh 50 mg/perminggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan
dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3
bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3
minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa
pruritus, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia
sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan
dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada
awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan
dosis
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator
5. Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif
pendek dibandingkan dengan yang lain.
a. Kortikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis,
karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat
b. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,
latihan, pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera
setelah rasa pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga
berhasil, mungkin diperlukan untuk tindakan operatif. Sering pula
diperlukan alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi
termasuk:
1) Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking
machine, kursi roda, sepatu dan alat.
2) Alat ortotik protetik lainnya.
3) Terapi mekanik.
4) Pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi.
5) Occupational therapy.
6. Pembedahan

9
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien artritis reumatoid
umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya. Untuk
menilai kemajuan pengobatan dipakai parameter:
a. Lamanya morning stiffness
b. Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan
c. Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter).
d. Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter
e. Peningkatan LED
f. Jumlah obat-obat yang digunakan

G. Pathway

10
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Dan Analisa Data


1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial
c. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
d. Catat bila ada krepitasi
e. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
f. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
g. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
h. Ukur kekuatan otot
i. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
j. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

2. Riwayat Psiko Sosial


a. Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien. Data dasar
pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
3. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

12
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan
yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan
protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada
Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan artitis
reumatoid, adalah:
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan desrtuksi sendi akibat
akumulasi cairan sinovial dan proses peradangan
Di tandai dengan: keluhan nyeri, kekakuan dalam pergerakan,
aktivitas terganggu

13
Tujuan: nyeri berkurang dan klien mampu mengontrol rasa
nyerinya, dengan kriteria hasil:
a. Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
b. Klien mampu berrelaksasi dan melakukan aktivitas yang dapat
ditolerir
c. Klien terlihat/dapat tenang dan mampu beristirahat dengan
maksimal
Rencana tindakan :
a. Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi tingkat nyeri
b. Beri obat non steroi anti inflamasi (analgeisk), antipiretik
sesuai program observasi catat adanya toksisitas dari obat,
seperti mual muntah
c. Anjurkan klien istirahat dengan adekuat dan imobilisasikan
persendian yang sakit dengan alas yang khusus.
d. Beri kompres hangat untuk mengurangi kekakuan dan nyeri
pada persendian
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan,
deformitas fungsi sendi
Di tandai dengan: pergerakan lambat, ROM menurun, koordinasi
terganggu, kekuatan otot menurun dan adanya rasa nyeri.
Tujuan: klien mampu mempertahankan posisi, gerakan sendi yang
optimal serta deformitas minimal, dengan kriteria hasil:
a. Klien mengatakan nyeri berkurang saat melakukan
aktivitas/pergerakan
b. Klien dapat meningkatkan aktivitas secara bertahap
Rencana tindakan:
a. Observasi kesimetrisan sendi, bentuk dan tanda-tanda inflamasi
b. Kaji kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif maupun
pasif, kolaborasi dengan fisioterapi untuk rehabilitasi
c. Observasi kekakuan pada pagi hari serta beberapa lama
d. Bantu klien saat melakukan aktivitas seperti duduk,
berjalan/memindah benda
3. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri berhubungan dengan
deformitas sendi, rasa nyeri, penurunan kekuatan sendi.
Ditandai dengan: pergerakan yang kaku, nyeri, lelah.
Tujuan: klen dapat memperlihatkan kemampuan untuk memenuhi
ADL dan menunjukkan penurunan tingkat ketergantungan, dengan
kriteria hasil:

14
a. Rasa nyeri minimal
b. Klien mampu memenuhi kebutuhan ADL
Rencana tindakan:
a. Tentukan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
skala ketergantungan
b. Pertahankan mobilitas kontrol nyeri dan program latihan
c. Ajarkan klien posisi duduk dan berdiri sesuai dengan body
alignment
d. Ingatkan kepada keluarga untuk memberi kesempatan pada
kilen untuk memenuhi ADL-nya secara mandiri sesuai dengan
kemampuan klien dan cegah terjadi cedera jatuh

C. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan
fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan
dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan
bagaimana respon pasien.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil dan alasan


1. Defisien Pengetahuan
Pengkajian pada PM. A usia 82 tahun dilakukan pada tanggal 25
Februari 2019 di wisma II PPLU Dewanata Cilacap. Hasil pengkajian
didapatkan bahwa PM mempunyai riwayat rematik sejak 7 tahun yang
lalu.Susah berjalan dan tidak ada keseimbangan dalam berjalan
maupun berdiri.

B. Hambatan
1. PM menjawab dengan cepat dan spontan, tidak bingung dengan
pertanyaan yang diajukan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris
mengalami peradangan, sehinga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Annonimous, 2010).

16
B. Saran
Untuk pasien rematik disarankan agar menjaga diietnya tidak boleh
makan makanan diantaranya :
1. Jeroan
2. Seafood
3. Daging
4. Makanan kalengan
5. Kacang-kacangan, makanan laut, keju
6. Sayuran : kembang kol, bayam, buncis, jamur, daun singkong,
daun pepaya, kangkung
7. Buah buahan tertentu : durian, nanas, air kelap

17
DAFTAR PUSTAKA

Annonimous, (2010), Apotik Online Dan Media Informasi Penyakit, diakses dari
http://www.medicastore.com/

Annonimous, (2010), Artritis, diakses dari http://republika_online.com

Mansjoer, Arif, dkk. (ed), (2009), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid 1,
Media Aeskulapius, Jakarta

Wilkinson, Judith M., (2007), Diagnosis Keperawatan, dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta

Yuliati dkk. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. (T. Ari, Ed.). Jakarta: Cv.
Trans Info Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai