R DENGAN
GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI AKIBAT ARTHRITIS RHEUMATOID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Sistem Muskuloskeletal. Kami berterima kasih kepada Ibu Ns.
Kiki Rizki Amelia, M.Kep selaku koordinator mata kuliah KMB Sistem Sistem
Muskuloskeletal.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................23
A. Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid.................................................23
B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.......................................33
C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthritis
Rheumatoid (AR)...........................................................................................36
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................29
A. Pengkajian...............................................................................................29
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................31
C. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)............32
BAB V PENUTUP..............................................................................................36
A. Kesimpulan..............................................................................................36
B. Saran.......................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejala; nyeri merupakan masalah yang
memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan psikologis
bagi kesehatan dan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai situasi darurat
yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Arthritis Rheumatoid
dengan menggunakan metode proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan
Arthritis Rheumatoid.
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan kasus
tersebut.
c. Mampu membuat rencana keperawatan berdasarkan teori
keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Arthritis Rheumatoid.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Arthritis Rheumatoid.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
Arthritis Rheumatoid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Gambar 1.1
Gambar 1.2
a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang
bertemu membentuk cekungan yang akurat dan hanya
dipusahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini
terdapat di antara tulang-tulang kranium.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua
atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan
hialin sendi. Terdapat rogga sendi yang mengandung cairan
sinovial, yang memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang
tidak mengandung pembuluh darah keseluruhan sendi tersebut
dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial.
Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi, kecuali
ujung-ujung tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi
sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah
gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun
terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara sendi-sendi
metakarpal.
3. Etiologi
4. Patofisiologis
Panus
Defisit Pengetahuan
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Kartilago
Artikularis
Gangguan Citra Tubuh
Resiko Cidera
Keterbatasan Gerak sendi
1) Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-
40% pada penderita .
2) Sjogren’ssyndrome, terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai
dengan adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes)
3) Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA
yang sudah kronis .
4) Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih
besar dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan
penyebaran B-cell lymphoma secara luas.
6. Pemeriksaan Diagnostik
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien
reumatoid arthritis terutama bila masih aktif . Sisanya dapat
dijumpai pada pasien lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit
kolagen dan sarkoidosis .
d. Trombosit meningat
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Penunjang
2) Pemeriksaan radiologi
a. Medikamentosa
b. Keperawatan
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri.
a. Mc. Coffery mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
b. Arthtur
c. curton mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinim, prostaglandin,dan macam-macam asam
yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik,
atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor
tersebut ditranmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang
belakang oleh dua jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A
(delta) dan serabut lamban (serabut C. Impuls-impuls yang
ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
ditransmisikan ke serabut C, serabutserabut aferen masuk ke spinal
melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.
Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling
bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa
yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron atau
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalur spinotalamus dans pinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari
proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan
reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ketanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonin merupakan neuro transmitter dalam impuls supresif.
System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A, jalur nonopiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang banyak diketahui mekanismenya (Long, 2009)
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
secara perlahanlahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama,
yaitu lebih dari enam bulan. Hal ini termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Tabel kalsifikasi nyeri
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Sumber Satu kejadian, sebab Satu situasi., tidak
eksternal atau dietahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang
terlalu lama
serangan mendadak Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-
tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah yeri sulit
diketahui dengan dibedakan
pasti intensitasnya,
sehingga kuli di
evaluasi 9perubahan
perasaan)
Gejal-gejala klinis Pola respon yang [ola respon bervarias
khas dengan gejala dengan sedikit gejala
yang lebih jelas (adaptasi)
Pola perjalanan Terbatas, biasanya Berlangsung terus,
berkurang setelah dapat bervariasi.
beberapa saat penderita meningkat
setelah beberapa saat
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian penerima manfaattergantung pada
keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata,
jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
Rematik adalah klien mengeluh nyeri
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien
dadri mulai timbulnya keluhan yang dirasakan.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit kesehatan yang dulu sperti riwayat penyakit
musculoskeletal sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
musculoskeletal biasanya lemah
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
c. Tanda-tanda Vital
a) Suhu
b) Nadi
c) Pernafasan
d) Tekanan darah
d. Pemeriksaan Review Of System
a) System pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal
b) System sirkulasi (B2 : Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apika;, sirkulasi
perifer, warna dan kehangatan.
c) System persarafan (B3 : Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/ sensai, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan
melihat, dilatasi pupil.
d) System perkemihan (B4 : Bleder)
Perubahan pola perkemihan, seperti disuria, distensi
kandung kemih,warna dan bau urin.
e) Sitem pencernaan (B5 : Bowel)
Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
f) System musculoskeletal (B6 : Bone)
kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin, terlokasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan, otot,
kontraktur, atrofi oto, laserasi kulit dan perubahan warna.
e. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana pola hidup sehat
b) Pola nutrisi
Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah
dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi.
d) Pola istirahat tidurmenggambarkan pola tidur, istirahat dan
persepsi terhadap energy, jumlah tidur malam dan siang,
masalah tidur.
e) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungfan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, masalah keuangan.
Pengkajian APGAR keluarga.
f) Pola sensori kognitif Menjelaskan persepsi sensori dan
kognitif. Pola sensori meliputi pengkajian pengelihatan,
pendengaran, perasaan, pembau. Pengkajian ststus mental
menggunakan Tabel Short Portable Mental Status
Quesionare (SPMSQ).
g) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri
menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, identitas
diri. Manusia sebagai system terbuka dan mahkluk bio-psiko
—sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan
dampak terhadap sakit. Pengkajian tingkat Depresi
menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
h) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitasi
i) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees
j) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan
termasuk spiritual (Aspiani, 2014, h. 261-264).
2. Analisa Data
1. Mengungkapkan
kecacatan/kehilangan Synovial menebal
bagian tubuh
DO: Panus
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Fungsi/struktur tubuh Nodul
berubah/hilang
Gejala dan tanda minor Deformitas sendi
DS:
1. Tidak mau Gangguan citra
mnegungkapkan tubuh
kecacatan/kehilangan
bagian tubuh
2. Mengungkapkan
perasaan negative
tentang perubahan tubuh
3. Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang
lain
4. Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
DO:
1. Menyembunyikan/menunj
ukkan bagian tubuh
secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan
atau menyentuh bagian
tubuh
3. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
5. Focus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan social berubah
1. Sendi kaku
2. Gerakkan tdak
Gangguan
terkoordinais mobilitas fisik
3. Gerakkan terbatas
4. Fisik lemah
1. Menolak melakukan
perawatan diri Kekuatan sendi
DO:
1. Tidak mampu
Keterbatasan
mandi/mengenakan
Gerak sendi
pakaian/makan ke
toilet/berhias secara
mandiri Defisit Perawatan
2. Minat melakukan Diri
perawatan diri kurang
Gejala dan tanda minor
DS:
DO:
Hilangya
kekuatan
Resiko Cidera
2. Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnosa yang sering muncul pada penyakit rematik:
1) (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh
arthritis rheumatoid
2) (D.0080) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuh, deformitas sendi.
3) (D.0111) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit, penurunan produktifitas (status
kesehatan dan fungsi peran)
4) (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan
sendi.
5) (D.0109) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal (penurunan kekuatan otot)
6) (D.0136) Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas menurun,
hilangnya kekuatan otot.
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)
Salah satu tujuan keperawatan keluarga adalah membantu
keluarga dan anggota keluarga untuk memenuhi tugas perkembangan
keluarga dan individu. Menguasai suatu tugas perkembangan keluarga
memungkinkan keluarga untuk meningkatkan satu tugas
perkembangan keluarga ke tugas perkembangan keluarga berikutnya
Perencanaan Keperawatan
Terapeutik
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Edukasi
kurangnya informasi
1. Perilaku sesuai anjuran 1. Identifikasi kesiapan dan
tentang penyakit,
meningkat (5) kemampuan menerima informasi
penurunan produktifitas
2. Kemampuan menjelaskan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
(status kesehatan dan
pengetahuan suatu topik meningkatkan dan menurunkan
fungsi peran)
meningkat (5) motivasi perilaku hidup bersih dan
3. Pertanyaan tentang masaah sehat
yang dihadapai menurun (5)
4. Persepsi yang keliru terhadap Terapeutik
masalah menurun (5)
1. Sediakan materi dan pendidika
5. Menjalani pemeriksaan yang
kesehatan
tidak tepat menurn (5)
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
6. Perilaku membaik (5)
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Edukasi
Edukasi
No MR/CM :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :
A. Pengkajian
I. Biodata
B. Diagnosa
1. Analisa Data
reaksi peradangan
nyeri akut
-
sinovial menebal gangguan citra
tubuh
infiltrasi kedalam os subcondria
Kekakuan sendi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d reaksi peradangan d.d adanya bengkak pada kedua lutut.
b. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kekakuan sendi d.d kekakuan saat pagi
hari, terdapat nyeri saat berjalan.
3. Intervesi Keperawatan
1 Nyeri akut b.d reaksi peradangan Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri
d.d adanya bengkak pada kedua keperawatan selama 1x30
1. Observasi 1. Memberikan informasi untuk
lutut, frekuensi TD dan nadi menit, nyeri berkurang dengan
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, membantu dalam menentukan
meningkat. kriteria hasil:
durasi, frekuensi, kualitas dan pilihan atau keefektifan
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri tindakan
2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi c. Identifikasi respon nyeri non
membaik verbal
4. Tekanan darah d. Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
memperingan nyeri
2. Terapeutik 2. Berguna untuk mengevaluasi
a. Berikan teknik non farmakologi tindakan dan pilihan intervensi
untuk mengurangi nyeri (mis; guna mencegah terjadinya
TENS, hipnosis, akupresure, nyeri berkelanjutan
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi (SIKI) Rasional
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
analgetik jika perlu
c. Implementasi Keperawatan
Sesuai dengan kasus yang ada.
d. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan kasus yang ada.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkaian Keperawatan
Hasil pemeriksaan fisik pada tinjauan kasus adalah Terdapat ulkus di tumit
kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5cm kedalamannya kurang
lebih 1cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat oedema dibagian
kaki distal kanan kiri. Klien berjalan dengan hati-hati dan pelan. Klien hanya
istirahat di rumah. Tanda-tanda vital TD :160/100 mmHg, tanda-tanda vital
lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang dalam ilustrasi kasus
hanya diperiksakan GDS saja, yaitu GDS 250 mg/dl. Dalam teori dijelaskan
ada banayk pemeriksaan penunjang dalam diagnosa Diabetes Mellitus.
Sehingga dalam pemeriksaan fisik terdapat kesenjangan yaitu, kurang data-
data yang menunjang diagnosa Diabetes Mellitus.
B. Diagnosa keperawatan
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adellia, 2010. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yoygyakarta :
Briliant Books.
Junaidi.I, 2013. Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Pop
Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC