FARMAKOTERAPI TERAPAN
KELOMPOK 5
Hernamirah (2043700233)
Vikomilando (2043700241)
TAHUN 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Farmakoterapi Penyakit Rheumatoid Arthritis”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Interpretasi
Data Klinik yaitu Ibu Dr. Aprilita Rina Yanti Eff., M.Biomed., Apt. atas bimbingannya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
2.1 Pengertian..........................................................................................................................3
2.2 Patofisiologi......................................................................................................................3
2.3 Gejala Klinik.....................................................................................................................4
2.4 Sasaran Pengobatan...........................................................................................................5
2.5 Penatalaksanaan..............................................................................................................11
2.6 Evaluasi hasil Terapi.......................................................................................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana Penatalaksanaan dari Rheumatoid Arthritis?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu rheumoatoid arthritis
2. Menjelaskan patofisiologi dan gejala klinik dari Rheumatoid Arthritis
3. Menjelaskan Penatalaksanaan dari Rheumatoid Arthritis
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa memahami apa itu Rheumatoid arthritis
2. Mahasiswa memahami patofisiologi dan gejala klinik dari Rheumatoid Arthritis
3. Mahasiswa memahami Penatalaksanaan dari Rheumatoid Arthritis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun
berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015). Rasa nyeri pada
penderita RA pada bagian sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa akan mengalami
penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar
sendi (Syamsuhidajat, 2010) hingga dapat menyebabkan kecacatan (Yazici & Simsek,
2010).
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan
peradangan kronis pada sendi. Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika
jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistem imunnya sendiri yang keliru (Aletaha et
al., 2010).
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan lainya,
di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi AR sekitar 1% pada
kaukasia dewasa; Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika
Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%.
Insiden di Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-
24/1000003-4. Di Indonesia dari hasil survey epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah
didapatkan prevalensi AR 0,3 %5, sedang di Malang pada penduduk berusia diatas 40
tahun didapatkan prevalensi AR 0,5 % di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah
Kabupaten6. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada
tahun 2000 kasus baru Artritis Reumatoid merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru. Di
poliklinik reumatologi RS Hasan Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik
baru pada tahun 2000-2002 (PRI. 2014).
2.2 Patofisiologi
3
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
4
RA pada umumnya sering di tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung dalam waktu terus-menerus dan
semakin lama gejala keluhannya akan semakin berat. Keadaan tertentu, gejala hanya
berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan melakukan pengobatan
(Tobon et al., 2010).
Rasa nyeri pada persendian berupa pembengkakan, panas, eritema dan gangguan
fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis.Persendian
dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30
menit. (Smeltzer &
Bare, 2002). Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki.
5
a. Jumlah sendi yang nyeri < 1
b. Jumlah sendi yang bengkak < 1
c. Kadar CRP (C-Reactive Protein)< 1 mg/dL
d. PGA (Patient Global Assessment) < 1 (skor 1 – 10)
Akan tetapi, pasien jarang yang berhasil mencapai remisi. Karena itu, uji
klinik sering menggunakan kriteria ACR20, ACR50, atau ACR70, artinya terdapat
perbaikan skor ACR sebesar 20%, 50%, atau 70%.
6
diberikan per oral, intravena ataupun disuntikkan langsung pada persendian.Steroid
secara cepat mengurangi gejala RA seperti nyeri dan kekakuan serta mengurangi
pembengkakan sendi dan nyeri.
Steroid biasanya diberikan untuk mengobati RA yang sangat membatasi
kemampuan seseorang untuk melakukan fungsi yang normal. Pada beberapa orang
terapi steroid mungkin membantu mengontrol gejala dan mempertahankan
fungsinya sampai obat lainnya yang kerjanya lambat, tetapi mempunyai manfaat
yang besar untuk mencegah kerusakan sendi, mulai bekerja. Disamping itu, steroid
biasanya juga digunakan untuk mengobati flare dari RA, walaupun penderita ini
sedang mendapat pengobatan obat golongan lain.
c. DMARD Konvensional (cDMARD)
Konvensional DMARD pada prinsipnya dapat mengurangi inflamasi pada
RA, mengurangi atau mencegah kerusakan sendi, melindungi fungsi dan struktur
dari sendi dan dapat membuat seseorang melanjutkan aktifitasnya . Walaupun
beberapa cDMARD bekerja lambat, obat-obat ini mungkin memerlukan tambahan
seperti OAINS, glukokortikoid dosis rendah untuk mengontrol gejala nyeri dan
proses inflamasi.
Obat-obatan golongan cDMARD yang paling sering dipakai adalah
methotrexate, hidroksiklorokuin, sulfasalazine dan leflunomide. Beberapa yang
jarang dipakai adalah garam emas, azathioprine dan siklosporin. Perbaikan dari
gejala mungkin membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk yang
mendapat terapi methotrexate , satu sampai dua bulan untuk yang mendapat terapi
sulfazalasine dan dua sampai tiga bulan untuk yang mendapat terapi
hidroksiklorokuin. Bahkan diperlukan waktu yang lebih lama lagi.
Semua DMARD memiliki beberapa ciri yang sama yaitu bersifat relatif
slow acting yang memberikan efek setelah 1-6 bulan pengobatan kecuali agen
biologik yang efeknya lebih awal. Setiap DMARD mempunyai toksisitas masing-
masing yang memerlukan persiapan dan monitor dengan cermat. Keputusan untuk
memulai pemberian DMARD harus dibicarakan terlebih dahulu kepada pasien
tentang risiko dan manfaat dari pemberian obat DMARD ini. Pemberian DMARD
bisa diberikan tunggal atau kombinasi. Pada pasien-pasien yang tidak respon atau
7
respon minimal dengan pengobatan DMARD dengan dosis dan waktu yang
optimal, diberikan pengobatan DMARD tambahan atau diganti dengan DMARD
jenis yang lain.
8
d. Agen Biologik
Masing-masing pasien mempunyai gambaran klinik dan aktivitas penyakit
yang berbeda-beda dengan beberapa pasien tidak menunjukkan respon yang
memuaskan bahkan dengan kombinasi DMARD nonbiologik. Dengan
ditemukannya agen biologik yang baru maka timbul harapan adanya kontrol
terhadap penyakit pada pasien-pasien tersebut. Semakin banyak bukti yang
9
menunjukkan efikasi agen Biologik yang lebih baik pada pengobatan AR, akan
tetapi respon pasien dan adanya efek samping obat dapat berbeda-beda.
Mengingat harga dan efek samping serius yang dapat timbul pada obat ini,
maka penggunaannya untuk penyakit reumatik seperti AR, artritis Psoriatik,
Spondilitis Ankilosa dan LES harus dilakukan oleh dokter konsultan rematologi
atau spesialis penyakit dalam yang sudah mendapat pelatihan khusus. Pasien yang
diberi obat ini seharusnya diberikan penjelasan yang memadai tentang risiko dan
manfaat jangka panjang obat tersebut.
Beberapa DMARD biologik dapat berkaitan dengan infeksi bacterial yang
serius, aktif kembalinya hepatitis B dan aktivasi TB. Mengingat hal ini, perlu
pemeriksaan awal dan pemantauan yang serius untuk infeksi. Khususnya untuk
anti TNF-α, dimana Indonesia merupakan daerah endemis untuk Tb, maka
skrining untuk Tb harus dilakukan sebaik mungkin (termasuk tes tuberkulin dan
foto toraks). Efek samping DMARD biologik yang lain adalah reaksi infus,
gangguan neurologis, reaksi kulit dan keganasan.
10
2.5 Penatalaksanaan
11
2.6 Evaluasi hasil Terapi
12
Tanda klinis perbaikan termasuk penurunan pembengkakan sendi, penurunan rasa
hangat pada sendi yang terlibat aktif dan penurunan yeri tekan pada palpasi sendi.
Perbaikan gejala termasuk pengurangan nyeri sendi dan kaku dipagi hari, waktu
yang lebih lama untuk timbulnya kelelahan sore hari, dan peningkatan
kemampuan untuk bekerja setiap hari kegiatan.
Radiografi sendi periodik mengkin berguna untuk menilai perkembangan
penyakit
Pemantauan laboratorium tidak banyak berguna dalam menilai respons terhadap
terapi tetapi penting untuk mendeteksi dan mencegah efek samping obat
Tanyakan pasien tentang adanya gejala yang mungkin terkait dengan obat yang
merugikan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimune dan sistem imun
yang mnyebabkan peradangan kronis pada sendi. RA akibat reaksi autoimun dalam
jaringan synovial melibatkan proses fagositosi. Penyebab RA belum jelas sampai
sekarang, namun faktor keturunan berpengaruh atas timbulnya keluhan sendi ini. Nyeri
RA umumnya sering di tangan, senid sikum kaki, pergelangan kaki da lutut. Nyeri dan
bengkak pada sendi dapat berlangsung terus menerus dan semakin lama gejala
keluhannya akan semakin berat.
3.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang
farmakoterapi dari penyakit Rheumatoid Arthritis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits, Felson T. 2010. Rhematoid Arthritis Collaborative
Initiative. Arthritis Rheum. 62: 2569 – 2581
Singh, J., Saag, K., Bridges, L., Aki, E., Bannuru, R., 2015, 2015 American College of
Rheumatology Guideline for the Treatment of Rheumatoid Arthritis, Arthritis Care &
Research, DOI 10.1002/acr.22783, VC 2015, American College of Rheumatology.
Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Ed.8. EGC, Jakarta.
Tobon G.J., P. Youinou, A. Saraux. 2010, The Environment, Geo Epidemiology, and
Autoimmune Disease: Rematoid arthritis. J Autoimmun 35: 10-4
Yazici, Y & Simsek I. 2005. Traetment Options for Rhematoid Arthritis Beyond TNF-Alpha
Inhibitors. Expert Rev Clin Phamrcol. 3: 663- 666.
15
16