Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FARMASI KLINIK

Kelas : Pagi D

Kelompok 8

1. Aprilia Ade Kartini 2043700239

2. Dede Suhendar 2043700238

3. Hernamirah 2043700233

4. IvonAimang 2043700100

5. RiniSundari 2043700096

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Profesi Apoteker

Jakarta

2021
STUDI KASUS Ulkus peptikum
Seorang pasien wanita berusia 45 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg
dengan Scr 1 mg/dl, Na= 145 mEq/L, K= 5.5 mEq/L, HB= 11 mg/dl
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan Diabetes sejak 5 tahun
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang: Mual, Muntah sudah 3 hari diikuti dengan diare
Riwayat Penyakit keluarga: Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena komplikasi
Diabetes Obat yang sedang digunakan; Captopril 12,5 mg 2 kali sehari

Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan Darah ; 170/90 mmHg
T (suhu) ; 37 C
Nadi ; 85/menit
Pernafasan ; 22/menit

Dokter mendiagnosa pasien ulkus peptikum dan dicurigai adanya H. Pylory

Pertanyaan

1. Hitung Nilai GFR pasien?


2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien ulkus peptikum dan dicurigai adanya H.
Pylory?
3. Apakah penyebab Ca =1.9 mmol/L?
4. Apakah perbedaan ulkus peptikum dan GERD
5. Apakah penyebab pasien mual?
6. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan untuk
jawaban saudara!
7. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
8. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
9. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!
JAWABAN

1. Nilai GFR = (140 – Usia ) x BB


72 x Serum Creatinin

Nilai GFR = (140 – 45 ) x 65 Kg

72 1 mg/Dl

Nilai GFR = 95 x 65 KG
72 mg/Dl

= 85, 76 mg/dL

1. Obat yang perlu diberikan kepada pasien ulkus peptikum dan dicurigai adanya H. Pylory
Yaitu :
3. Penyebab Ca =1.9 mmol/L

Ketika kelenjar paratiroid menjadi terlalu akif dan melepaskan terlalu banyak hormone
paratiroid, maka kadar kalsium dalam darah akan meningkat . Hiperparatiroidisme juga dapat
disebakan oeleh gangguan penyerapan makanan dan kekurangan vitamin D. Keadaan
hipokalsemia atau kadar kalsium darah < 8,5 mg/Dl kadang terjadi pada pasien nefropati
diabetic. Penyebabnya adalah kalsium yang tidak adekuat dan penyerapan yang tidak baik
(Rivandi, 2015)

 rendahnya kadar protein albumin dalam darah (hipoalbuminemia)


 hipoparatiroidisme
 tingginya kadar fosfat dalam darah, yang disebabkan oleh gagal ginjal, penggunaan obat
pencahar, dan hal lainnya
 malnutrisi yang diakibatkan oleh penyakit celiac, pankreatitis, dan alkoholisme
 osteomalacia
 ricket
4. Perbedaan ulkus peptikum dan GERD

a. Ulkus Peptikum (Tukak pepticadalah kerusakan pada lapisan mukosa, sub mukosa
sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan oleh aktifitas pepsin dan asam
lambung.
b. GERD dapat didefinisikan sebagai gangguan ketika isi lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam esofagus sehingga muncul gejala dan/atau komplikasi yang
mengganggu.

5. Penyebab pasien mual, yaitu :

a. Duodenal ulcer atau ulkus duodenum adalah luka terbuka yang timbul di dinding usus 12
jari, yaitu bagian awal dari usus halus. Luka di usus 12 jari ini dapat menyebabkan nyeri
ulu hati hingga muntah darah.
b. Ulkus duodenum atau luka di usus 12 jari bukan disebabkan oleh merokok, stres, atau
makan makanan pedas, melainkan karena penggunaan obat pereda nyeri jenis
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam jangka panjang atau infeksi bakteri
Helicobacter pylori.

7. Nilai Pemeriksaan

No Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Keterangan


 Pemeriksaan Lab
1 SCR 0,6 – 1,2 laki-laki (normal) 1 mg/dl Rendah
0,5 – 1,1 wanita
2 K 3,5 – 5,0 mEq/L 5.5 mEq/L Tinggi
3 Na 135 – 145 mEq/L 145 mEq/L Normal
4 HB 13 - 18 mg/dl laki – laki 11 mg/dl Rendah
12 – 16 mg/dl wanita (tidak normal)

 Pemeriksaan Vital Sign


5 Tekanan Darah 120 / 80 mmHg 170/90 Tinggi
mmHg
6 Nadi 60 – 100 /menit 85/menit Normal
7 Suhu 36,5 – 37,5 °c 37° C Normal
8 Pernapasan 12 – 20 x/menit 22/menit Cepat

8. Konseling yang harus diberikan pada pasien


Karena infeksi H.pylori adalah penyebab tersering dari ulkus peptikum, maka pencegahan
infeksi menjadi unsur yang penting. Nutrisi merupakan aspek yang juga harus diperhatikan
untuk menciptakan suasana yang baik bagi lambung.

a. Pencegahan Infeksi, Upaya pencegahan infeksi H. pylori dapat dilakukan dengan


menjaga kebersihan tubuh, mencegah penularan dengan penggunaan alat makan
bersamaan, dan cuci tangan yang bersih. Kebersihan merupakan faktor penting dalam
transmisi H. pylori.
b. Pola Makan, Jenis makanan yang harus dihindari adalah makanan yang pedas, asam,
tinggi kafein, minuman berkarbonasi, dan makanan tinggi lemak. Jenis makanan ini
dapat menstimulasi produksi asam lambung, makan tepat waktu minimal 3 kali sehari.
Pola makan yang teratur membentuk pola produksi asam lambung yang lebih teratur.
Hal ini dapat mencegah terjadinya gastritis dan ulkus peptikum.

c. Pada pasien yang sudah mengalami ulkus peptikum, frekuensi makan dapat
ditingkatkan dengan jumlah yang kecil-kecil setiap kali makan.

9. S-O-A-P untuk pasien

Subjective Objective Assessment Plan


 Mual, Muntah sudah 3 hari  Tekanan Darah ;  Ada penyakit tidak ada obat  Diberikan obat
diikuti dengan diare 170/90 mmHg  Mengurangi gejala mual untuk mengurangi
 Ayah meninggal karena  T (suhu) ; 37 C muntah yang diderita pasien sekresi asam
stroke, Ibu meninggal  Nadi ; 85/menit  Mengurangi diare yang lambung :
karena komplikasi  Pernafasan ; 22/menit dialami pasien lansoprazole
Diabetes  Diberikan obat anti
 Mengatasi bakteri H. pylori
 Obat yang sedang mual dan muntah :
digunakan; Captopril 12,5 domperidone
mg 2 kali sehari  Diberikan obat
untuk mengurangi
diare : loperamide
 Dapat diberikan
terapi antibiotic :
amoxsillin/amoxan

REFRENSI
1. Lau JY, Sung J, Hill C, et al. Systematic Review of the Epidemiology of Complicated
Peptic Ulcer Disease: Incidence, Recurrence, Risk Factors and Mortality. Digestion,
2011. 84(2): 102–113. doi:10.1159/000323958
2. Levenstein S, Rosenstock S, Jacobsen RK, Jorgensen T. Psychological stress increases
risk for peptic ulcer regardless of Helicobacter pylori infection or use of NSAID. Clin
Gastroenterol Hepatol, 2014. https://doi.org/10.1016/j.cgh.2014.07.052
3. Mustafa M, Menon J, Muiandy RK, et al. Risk factor, diagnosis, and management of
peptic ulcer disease. IOSR J of Dental and Med Sci, 2015. 14(7): 40-46.
4. Nusi, I.A., 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. 2nd ed. Surabaya: Airlangga
University Press
5. Rivandi, J., Yonata, A. 2015. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal
Ginjal Kronik. Jurnal Majority, Vol. 4 No. 9.

Anda mungkin juga menyukai