Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hernamirah

Npm : 2043700233
Kelas : Apoteker Pagi D
Tugas 1 Pharmaceutical Care
1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai antara Apotik dan Rumah Sakit
2. Sebutkan dan jelaskan Perbedaan Pelayanan farmasi klinik antara Apotik dan Rumah
Sakit
Jawab :

1. Perbedaannya seperti pada tabel berikut:


Rumah Sakit Apotik
Diatur dalam Permenkes no. 72 tahun Diatur dalam Permenkes no. 73 tahun
2016 pasal 3. 2016 pasal 3.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
sebagaimana meliputi: Pakai meliputi:
a. pemilihan; a. perencanaan;
b. perencanaan kebutuhan; b. pengadaan;
c. pengadaan; c. penerimaan;
d. penerimaan; d. penyimpanan;
e. penyimpanan; e. pemusnahan dan penarikan;
f. pendistribusian; f. pengendalian; dan
g. pemusnahan dan penarikan; g. pencatatan dan pelaporan.
h. pengendalian; dan
i. administrasi
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara
Apotik dan Rumah Sakit ada terdapat perbedaan dimana pada rumah sakit terdapat
pemilihan dimana pemilihan ini berdasarkan dengan Formularium Rumah Sakit yang
merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi
dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit agar pengadaan obat dan
obat yang dipakai bisa sesuai sehingga pemakaian obat pun bisa maksimal.
Sedangkan untuk diapotik tidak ada pemilihan seperti yang dilakukan di rumah sakit.
Begitu juga pada proses distribusi dimana jika di rumah sakit ada pendistribusian dari
tempat penyimpanan ke sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Dimana rumah sakit
pendistribusian meliputi Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock), Sistem
Resep Perorangan, Sistem Unit Dosis, Sistem Kombinasi. Sedangkan untuk apotik
pendistribusian obat hanya antara apotik dengan pasien tanpa ada pendistribusian ke
unit pelayanan (karena tidak ada).
Pengadaan dirumah sakit Pembelian, Produksi Sediaan Farmasi,
Sumbangan/Dropping/Hibah, sedangkan pada apotik harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencatatan dan pelaporan di apotek terdiri dari Pencatatan dilakukan pada setiap
proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya dan Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Sedangkan pada
rumah sakit Pencatatan Pencatatan dilakukan untuk:
1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2) dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) dasar audit Rumah Sakit; dan
4) dokumentasi farmasi. dan Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). Pelaporan dilakukan sebagai:
1) komunikasi antara level manajemen;
2) penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3) laporan tahunan.
Administrasi Keuangan dan Administrasi Penghapusan

2. Perbedaannya seperti pada tabel berikut:


Rumah Sakit Apotik
Diatur dalam Permenkes no. 72 tahun Diatur dalam Permenkes no. 73 tahun
2016 Bab III. 2016 Bab III.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan Pelayanan farmasi klinik di apotik
dirumah sakit meliputi: meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep; 1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. penelusuran riwayat penggunaan 2. dispensing;
Obat; 3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
3. rekonsiliasi Obat; 4. konseling;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO); 5.Pelayanan Kefarmasian di rumah
5. konseling; (home pharmacy care);
6. visite; 6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO); 7.Monitoring Efek Samping Obat
8.Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
(MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. dispensing sediaan steril; dan
11.Pemantauan Kadar Obat dalam
Darah (PKOD);
Pada pelayanan farmasi klinik dirumah sakit Penelusuran riwayat penggunaan Obat
merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan
Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh
dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
Sedangkan pada apotik tidak ada.
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan
dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang
perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan
primer dan sebaliknya. Sedangkan pada aptik tidak ada rekonsiliasi obat.
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat
dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional,
dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan
lainnya. sedangkan pada apotik tidak ada karena seperti kita ketahui bahwa apotik
tidak ada rawat inap.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif dan diapotik
tidak ada untuk evaluasi penggunaan obat karena kadang pasien yang datang ke
apotik hanya untuk membeli obat tanpa ada tindak lanjut untuk evaluasi.
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan
kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi
yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. Sedangkan di apotik tidak
ada untuk PKOD.
Di apotik ada pelayanan yaitu home pharmacy care, dimanan seorang apoteker
melakukan pelayanan dengan kunjungan ke rumag pasien dimana pasien tersebut
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis.
Sedangkan untuk rumah sakit tidak ada pelayan home pharmacy care.

Nama : Hernamirah
Npm : 2043700233
Kelas : Apoteker Pagi D
Tugas 2 Pharmaceutical Care
Sebutkan Dan Jelaskan Penggolongan Obat Recall !
 Penarikan Wajib (mandatory recall) adalah penarikan yang diperintahkan oleh Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan
 Penarikan Sukarela (voluntary recall) adalah penarikan yang diprakarsai oleh Pemilik
Izin Edar.
 Penarikan Kelas I adalah penarikan terhadap obat yang apabila digunakn dapat
menyebabkan efek serius terhadap kesehatan yang berpotensi menyebabkan kematian
 Penarikan Kelas II adalah penarikan terhadap obat yang apabila digunakan dapat
menyebabkan penyakit atau pengobatan keliru yang efeknya bersifat sementara terhadap
kesehatan dan dapat pulih kembali.
 Penarikan Kelas III adalah penarikan terhadap obat yang tidak menimbulkan bahaya
signifikan terhadap kesehatan tetapi karena alasan lain dan tidak termasuk Dalam
Penarikan Kelas I dan Kelas II.
(P.Ka.BPOM tahun 2011)
Tugas 3 Pharmaceutical care
Jelaskan Tahapan / Mekanisme Recall Obat !
Mekanisme penarikan
1 Inisiasi Penarikan
a. Penarikan Wajib:
Kepala BPOM menerbitkan surat perintah penarikan obat
TMS, termasuk investigasi cakupan obat TMS dan
penyebabnya serta
tindakan perbaikan dan pencegahan kepada Pemilik Izin
Edar dengan tembusan kepada
seluruh unit pelaksana teknis (UPT) BPOM di seluruh
Indonesia dalam waktu:
a) tidak lebih dari 1x24 jam untuk penarikan kelas I;
b) 5 hari kerja untuk penarikan kelas II; dan
c) 7 hari kerja untuk penarikan kelas III;
setelah obat tersebut ditetapkan sebagai obat TMS.

b. Penarikan Sukarela:
Pemilik Izin Edar melaporkantentang penarikan sukarela
obatTMS kepada Kepala BPOM dalamwaktu:
a) tidak lebih dari 1x24 jam untuk penarikan kelas I;
b) 5 hari kerja untuk penarikankelas II; dan
c) 7 hari kerja untuk penarikan kelas III.
d)
setelah obat tersebut ditetapkan sebagai obat TMS. Kepala
BPOM melakukan kajian risiko terhadap laporan tersebut
antara lain kelas penarikan obat TMS yang dilaporkan
Pemilik Izin Edar. Kepala BPOM dapat menerbitkan hasil
kajian tersebut dan memerintahkan investigasi cakupan obat
TMS dan penyebabnya serta tindakan perbaikan dan
pencegahan kepada Pemilik Izin Edar dengan tembusan ke
seluruh UPT BPOM di seluruh Indonesia.
Laporan Inisiasi Penarikan oleh Pemilik Izin Edar
Pemilik Izin Edar melaporkan penghentian distribusi dan
progress penarikan obat TMS kepada Kepala
BPOM dengan tembusan kepada UPT BPOM setempat (di
mana lokasi industri farmasi berada) dalam waktu:
2 a. tidak lebih dari 3 x 24 jam setelah menerima surat
dari Kepala BPOM sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 untuk Inisiasi Penarikan untuk kelas I;
b. tidak lebih dari 5 hari kerja untuk kelas II; dan
c. tidak lebih dari 10 hari kerja untuk kelas III.

Laporan Progress Investigasi


Pemilik Izin Edar melaporkan progress investigasi, termasuk
namun tidak terbatas pada, cakupan obat
TMS dan penyebabnya. Apakah hasil investigasi oleh
Pemilik Izin Edar menyatakan obat TMS?
3
Y = Penarikan dilanjutkan ke tahap pemusnahan;
N = Diputuskan tindak lanjut terhadap obat yang telah
ditarik, berdasarkan kajian risiko oleh
Badan POM.

Monitoring obat TMS di Peredaran


UPT BPOM setempat di seluruh Indonesia melakukan
4 monitoring terhadap keberadaan obat TMS yang
diperintahkan untuk ditarik dari peredaran dan melaporkan
hasilnya kepada Kepala BPOM.
Laporan Hasil Penarikan dan Progress Tindakan
Perbaikan dan Pencegahan oleh Pemilik Izin Edar
Pemilik Izin Edar melaporkan hasil penarikan obat TMS,
investigasi cakupan obat TMS dan penyebabnya, serta
5 tindakan perbaikan dan pencegahan kepada Kepala BPOM
dengan tembusan kepada UPT BPOM setempat, di mana
lokasi industri
farmasi berada.

Evaluasi oleh Badan POM


Kepala BPOM melakukan evaluasi terhadap efektivitas
penarikan obat TMS dan hasil investigasi oleh Pemilik Izin
6
Edar, serta menerbitkan surat hasil evaluasi tersebut kepada
Pemilik Izin Edar dengan tembusan kepada UPT BPOM
setempat, di mana lokasi industri farmasi berada.
7 Pemusnahan Obat TMS
Pemilik Izin Edar memusnahkan obat TMS (baik dari hasil
penarikan maupun yang masih terdapat di
persediaan termasuk sampel pertinggal) disaksikan oleh
petugas Badan POM setempat, di mana lokasi
industri farmasi berada, selambatlambatnya 15 hari kerja
setelah seluruh obat TMS hasil penarikan diterima dan
melaporkan hasilnya ke Kepala BPOM tembusan UPT
BPOM Setempat (di mana lokasi industri farmasi berada).
Laporan Pemusnahan Obat TMS oleh Badan POM
Setempat
8 UPT BPOM setempat, di mana lokasi industri farmasi
berada, melaporkan pemusnahan obat TMS kepada Kepala
Badan POM.
Evaluasi oleh Badan POM
Kepala BPOM melakukan evaluasi terhadap laporan
tindakan perbaikan dan pencegahan serta pemusnahan obat
9 TMS dari Pemilik Izin Edar, serta
menerbitkan hasil akhir evaluasi tersebut kepada Pemilik
Izin Edar tembusan UPT Badan POM Setempat (di mana
lokasi industri farmasi berada).
(P.Ka.BPOM tahun 2011)

Anda mungkin juga menyukai