Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

VISITE DAN PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Hanna Oktika Pertiwi ( 4305019064 )

Hervina Kusuma Dewi ( 4305019065 )

Ignasius Rinanto Cipto DS ( 4305019066 )

PRODI FARMASI DIPLOMA TIGA

PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

KAMPUS MADIUN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu institusi yang melaksanakan pelayanan kesehatan


baik rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat secara paripurna. Standart pelayanan
kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian
di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Menkes,2016).

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu yang bertujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat
dan kesehatan. Pelayanan kefarmasian mengharuskan adanya perluasana paradigma
lama yang berorientasi pada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorintasi pada pasien (patient oriented) dengan menggunakan filosofi pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) (Menkes, 2014). Apoteker di rumah sakit
diharapkan memberikan pelayanaan kefarmasian kepada pasien, yang memastikan
bahwa pengobatan diberikan pada setiap individu adalah pengobatan yang rasional.
Selain itu mampu menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat agar mampu
memberikan manfaat bagi kesehatan. Pelayanan kefarmasian juga diharapkan mampu
mengidentifikasi, menyelesaikan dan mencegah maslaah terkait penggunaan obat
yang aktual dan potensial.

Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah visite dan pemantauan terapi
obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 72 tahun
2016, visite merupakan kegiatan kunjung kepada pasien yang dilakukan oleh apoteker
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung. Pemantauan Terapi Obat
(PTO) merupakan suatu proses kegiatan yang dilaukan untuk memastikan terapi obat
yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas dapat dirumuskan


beberapa permasalahn , yaitu ?

a. Apakah yang dimaksud dengan Visite ?


b. Apakah yang dimaksud dengan Pemantauan Terapi Obat ?
c. Apa tujuan dari Visite dan Pemantauan Terapi Obat ?

C. Tujuan Penyusunan makalah

Bardasarkan rumusan masalah yang uraiakan diatas, maka dapat diketahui


tujuan penyusunan makalah adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian dari Visite.


b. Untuk mengetahui pengertian dari Pemantauan Terapi Obat (PTO).
c. Untuk mengetahui tujuan dilakukan Visite dan Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
d. Untuk mengetahui alur Viste dan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan yang langsung
bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelenggaraan standart kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien dan standart prosedur operasional. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan republik Indonesia Nomer 72 Tahun 2016, Pelayanan Kefarmasian
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian ; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien pasien (patient safety).

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar:

a. Pengelolaan Sediaan farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis


Pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik.

Pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
kegiatan:

a. pemilihan;

b. perencanaan kebutuhan;

c. pengadaan;

d. penerimaan;

e. penyimpanan;

f. pendistribusian;

g. pemusnahan dan penarikan;

h. pengendalian; dan
i. administrasi.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


a. pengkajian dan pelayanan Resep;

b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

c. rekonsiliasi Obat;

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

e. konseling;

f. visite;

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

j. dispensing sediaan steril; dan

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

B. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukukan


oleh Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau
terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang
rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien, serta profesional
kesehatan lainnya (Menkes, 2016).

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa
disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Dalam
beberapa penelitian menunjukkan dampak positif dari pelaksanaan visite antara lain
aspek humanistik (contoh : peningkatan kualitas hidup pasien, kepuasan pasien),
aspek klinik (contoh : perbaikan tanda-tanda klinik, penurunan kejadian reaksi obat
yang tidak diinginkan, penurunan kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan,
penurunan morbiditas dan mortalitas, penurunan lama hari rawat), serta aspek
ekonomi ( contoh : berkurangnya biaya obat dan biaya pengobatan secara
keseluruhan). Kegiatan visite yang dilakukan oleh Apoteker bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,


perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif
b. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien
c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi
d. Memberikan rekomendasi penyelesaian maslaah terkait penggunaan obat
akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Ruang lingkup visite yang dilakukan oleh Apoteker berupa kunjungan


Apoteker ke pasien ruang rawat inap meliputi :

a. Identifikasi masalah terkait penggunaan obat


b. Rekomendasi penyelesaian atau pencegahan masalah terkait penggunaan
obat dan atau pemberian informasi obat.
c. Pemantauan implementasi rekomendasi dan hasil terapi pasien.

Kegiatan visite yang dilakukan seharusnya merupakan pelayanan yang


diberikan kepada semua pasien yang masuk rumah sakit, namun mengingat adanya
keterbatasan jumlah Apoteker maka layanan visite diprioritaskan untuk pasien dengan
kriteria sebagai berikut :

a. Pasein baru (dalam 24 jam pertama)


b. Pasien dalam perawatan intensif
c. Pasien yang menerima lebih dari 5 maca obat
d. Pasien yang mengalami fungsi organ tertentu terutama hati dan ginjal
e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis,
misalnya : adanya ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadara
albumin.
f. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapetik sempit
sehingga berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan.
Sebelum melakukan kegiatan visite di ruang rawat, seorang Apoteker perlu
membekali diri dengan berbagai pengetahuan seperti patofisiologi, terminologi medis,
farmakokineika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi,
pengobatan berbasis bukti. Selain itu Apoteker perlu melakukan pengumpulan
informasi penggunaan obat pasien dan pengkajian masalah terkait obat sebelum
melaksanakan visite.

Kegiatan visite dibagi menjadi 2, yaitu visite yang dilakukan secara mandiri
atau secara tim dengan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
situasi dan kondisi. Dari masing-masing jenis visite mempunyai kelebihan dan
kekurangan, seperti :

Kegiatan visite mandiri

Kelebihan Kekurangan

 Waktu visite dapat disesuaikan  Rekomendasi yang dibaut terkait


dengan jadwal kegiatan lain. dengan peresepan tidak dapat
 Melakukan konseling, monitoring segera diimplementasikan
respons pasien terhadap sebelum bertemu dengan dokter
pengobatan. penulis resep.
 Dapat dijadikan persiapan untuk  Pemahaman tenetng patofisiologi
melakukan visite bersama dengan penyakit pasien terbatas.
tenaga kesehtan lain (visite tim)

Kegiatan visite tim

Kelebihan kekurangan

 Dapat memperoleh informasi terkini  Jadwal visite harus


secara komprehensif. disesuaikan dengan jadwal
 Sebagai fasilitas pembelajaran. tim
 Dapat langsung mengkomunikasikan  Waktu pelaksanaan visite
masalah terkait penggunaan obat dan terbatas sehingga diskusi dan
mengimplementasikan rekomendasi penyampaian informasinya
yang dibuat. kurang lengkap.
C. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup


kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Pemantauan Terapi Obat harus dilakukan berkesinambungan dan dievaluasi secara
teratur agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Tujuan dari PTO
adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang
tidak dkehendaki (ROTD). (Menkes, 2016).

Kegiatan yang dilakukan dalam PTO meliputi :

a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat
yang tidak dikendaki (RTOD)
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping obat
Tahapan dalam Pemantauan Terapi Obat (PTO) :
a. Seleksi Pasien
Pemantauan Terapi Obat seharusnya dilakukan pada seluruh pasien tetapi
mengingat keterbatasan jumlah Apoteker dengan jumlah pasien maka perlu
ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi pasien dapat dilakukan
berdasarkan :
1. Kondisi Pasein
Pasien yang masuk seleksi seperti pasien yang masuk rumah sakit dengan
multi penyakit sehingga menerima polifarmasi, pasien kanker yang menerima
terapi obat sitostatika, pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan
ginjal, pasien dengan geriatri dan pediatri, pasien hamil dan menyusui dan
pasien dengan perawatan intensif.
2. Penggunaan obat
Pasien yang merima obat dengan resiko tinggi seperti obat dengan indeks
terapi sempit, obat yang bersifat nefrotoksik, sitostatika, antikoagulan, obat
kardiovaskuler dan adanya kompleksitas regimen seperti polifarmasi, variasi
rute pemberian, variasi aturan pakai dan cara pemberian khusus.
b. Pengumpulan data pasien
Data pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data tersebut
dapat diperoleh dari :
1. Rekam medik
Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien mengenai
pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang dapat
diambil dari rekam medik seperti data demografi pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penggunaan
obat, riwayat keluarga, riwayat sosial, pemeriksaan fisik, laboratorium,
diagnostik, diagnosis dan terapi.
2. Profil penggunaan pasien atau pencatatan penggunaan obat
Prifil penggunaan obat yang diperoleh dari catatan pemberian obat oleh
perawat dn kartu atau formulir penggunana obat, biasanya mencakup
penggunaan obat rutin, obat prn atau obat dengan intruksi khusus.
3. Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
c. Identifikasi masalah terkait obat
Setelah seluruh data terkumpul akan dilakukan identifikasi adana masalah
terkait obat. Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Adanya indikasi tetapi tidak di terapi
2. Pemberian obat tanpa indikasi
3. Pemilihan obat yang tidak tepat
4. Dosis yang terlalu tinggi
5. Dosis yang terlalu rendah
6. Reaksi obat yang tidak diinginkan
7. Interaksi obat
8. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
d. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
Tujuan utama dari pemberian terapi obat adalah meningkatkan kualitas hidup
seperti menyembuhkan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala klinis
pasien, menghambat progresivitas penyakit, dan mencegah kondisi yang tidak
diinginkan. Rekomendasi penyelesaian yang dapat dilakukan seperti efikasi,
keamanan, biaya, regimen yang mudah dipatuhi.
e. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka perlu dilakukan perencanaan
pemantauan dengan tujuan untuk memastikan pencapaian efek dan
meminimalkan efek yang tidak dikendaki. Apoteker dalam membuat rencana
pemantauan perlu menetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan parameter farmakoterapi
2. Menetapkan sasaran terapi (end point)
3. Menetapkan frekuensi pemantauan
f. Tindak lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga keseatan terkait. Kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian
tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyerluruh
diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif
perlu dilakukan antara Apoteker dan seluruh tenaga kesehatan lainnya.
Kegagalan terapi dapat disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan kurangnya
informasi obat. Sebagai tindak lanjut pasien harus mendapatkan komunikasi,
informasi dan edukasi secara tepat. Informasi yang tepat sebaiknya :
1. Tidak bertantangan atau berbeda informasi dari tenaga kesehatan lain.
2. Tidak menimbulkan keraguan pasien adalam menggunaan obat
3. Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dam penggunaan obat.
g. Dokumentasi
Setiap langkah kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang dilakukan harus
didokumentasikan. Hal tersebut penting dilakukan berkaitan dengan bukti otentik
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dapat digunakan untuk tujuan
akuntabilitas, evaluasi pelayanan, pendidikan atau penelitian. Sistematika
dokuemtasi dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilakukan penelusuran
kembali. Dokumentasi dapat dibuat berdasarkan nomer rekam medik, nama,
penyakit, ruangan dan usia. Data bersifat rahasia dan disimpan dengan rentan
waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
KESIMPULAN

a. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan yang langsung bertanggungjawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasienPelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan terpadu yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian mengharuskan adanya perluasana paradigma lama yang
berorientasi pada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorintasi
pada pasien (patient oriented) dengan menggunakan filosofi pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care).
b. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukukan oleh
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien,
serta profesional kesehatan lainnya.
c. Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan
dari PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi
obat yang tidak dkehendaki (ROTD).
DAFTAR PUSTAKA

Menkes (2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun


2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Peamntauan Terapi Obat. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Menkes RI. 2011. Pedoman Visite. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai