Disusun Oleh :
Kelompok IV
FAKULTAS VOKASI
KAMPUS MADIUN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah visite dan pemantauan terapi
obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 72 tahun
2016, visite merupakan kegiatan kunjung kepada pasien yang dilakukan oleh apoteker
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung. Pemantauan Terapi Obat
(PTO) merupakan suatu proses kegiatan yang dilaukan untuk memastikan terapi obat
yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan yang langsung
bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelenggaraan standart kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien dan standart prosedur operasional. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan republik Indonesia Nomer 72 Tahun 2016, Pelayanan Kefarmasian
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian ; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien pasien (patient safety).
Pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
kegiatan:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
c. rekonsiliasi Obat;
e. konseling;
f. visite;
B. Visite
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa
disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Dalam
beberapa penelitian menunjukkan dampak positif dari pelaksanaan visite antara lain
aspek humanistik (contoh : peningkatan kualitas hidup pasien, kepuasan pasien),
aspek klinik (contoh : perbaikan tanda-tanda klinik, penurunan kejadian reaksi obat
yang tidak diinginkan, penurunan kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan,
penurunan morbiditas dan mortalitas, penurunan lama hari rawat), serta aspek
ekonomi ( contoh : berkurangnya biaya obat dan biaya pengobatan secara
keseluruhan). Kegiatan visite yang dilakukan oleh Apoteker bertujuan untuk :
Kegiatan visite dibagi menjadi 2, yaitu visite yang dilakukan secara mandiri
atau secara tim dengan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
situasi dan kondisi. Dari masing-masing jenis visite mempunyai kelebihan dan
kekurangan, seperti :
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan kekurangan
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat
yang tidak dikendaki (RTOD)
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping obat
Tahapan dalam Pemantauan Terapi Obat (PTO) :
a. Seleksi Pasien
Pemantauan Terapi Obat seharusnya dilakukan pada seluruh pasien tetapi
mengingat keterbatasan jumlah Apoteker dengan jumlah pasien maka perlu
ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi pasien dapat dilakukan
berdasarkan :
1. Kondisi Pasein
Pasien yang masuk seleksi seperti pasien yang masuk rumah sakit dengan
multi penyakit sehingga menerima polifarmasi, pasien kanker yang menerima
terapi obat sitostatika, pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan
ginjal, pasien dengan geriatri dan pediatri, pasien hamil dan menyusui dan
pasien dengan perawatan intensif.
2. Penggunaan obat
Pasien yang merima obat dengan resiko tinggi seperti obat dengan indeks
terapi sempit, obat yang bersifat nefrotoksik, sitostatika, antikoagulan, obat
kardiovaskuler dan adanya kompleksitas regimen seperti polifarmasi, variasi
rute pemberian, variasi aturan pakai dan cara pemberian khusus.
b. Pengumpulan data pasien
Data pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data tersebut
dapat diperoleh dari :
1. Rekam medik
Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien mengenai
pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang dapat
diambil dari rekam medik seperti data demografi pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penggunaan
obat, riwayat keluarga, riwayat sosial, pemeriksaan fisik, laboratorium,
diagnostik, diagnosis dan terapi.
2. Profil penggunaan pasien atau pencatatan penggunaan obat
Prifil penggunaan obat yang diperoleh dari catatan pemberian obat oleh
perawat dn kartu atau formulir penggunana obat, biasanya mencakup
penggunaan obat rutin, obat prn atau obat dengan intruksi khusus.
3. Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
c. Identifikasi masalah terkait obat
Setelah seluruh data terkumpul akan dilakukan identifikasi adana masalah
terkait obat. Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Adanya indikasi tetapi tidak di terapi
2. Pemberian obat tanpa indikasi
3. Pemilihan obat yang tidak tepat
4. Dosis yang terlalu tinggi
5. Dosis yang terlalu rendah
6. Reaksi obat yang tidak diinginkan
7. Interaksi obat
8. Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
d. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
Tujuan utama dari pemberian terapi obat adalah meningkatkan kualitas hidup
seperti menyembuhkan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala klinis
pasien, menghambat progresivitas penyakit, dan mencegah kondisi yang tidak
diinginkan. Rekomendasi penyelesaian yang dapat dilakukan seperti efikasi,
keamanan, biaya, regimen yang mudah dipatuhi.
e. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka perlu dilakukan perencanaan
pemantauan dengan tujuan untuk memastikan pencapaian efek dan
meminimalkan efek yang tidak dikendaki. Apoteker dalam membuat rencana
pemantauan perlu menetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan parameter farmakoterapi
2. Menetapkan sasaran terapi (end point)
3. Menetapkan frekuensi pemantauan
f. Tindak lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga keseatan terkait. Kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian
tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyerluruh
diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif
perlu dilakukan antara Apoteker dan seluruh tenaga kesehatan lainnya.
Kegagalan terapi dapat disebabkan karena ketidakpatuhan pasien dan kurangnya
informasi obat. Sebagai tindak lanjut pasien harus mendapatkan komunikasi,
informasi dan edukasi secara tepat. Informasi yang tepat sebaiknya :
1. Tidak bertantangan atau berbeda informasi dari tenaga kesehatan lain.
2. Tidak menimbulkan keraguan pasien adalam menggunaan obat
3. Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dam penggunaan obat.
g. Dokumentasi
Setiap langkah kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang dilakukan harus
didokumentasikan. Hal tersebut penting dilakukan berkaitan dengan bukti otentik
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dapat digunakan untuk tujuan
akuntabilitas, evaluasi pelayanan, pendidikan atau penelitian. Sistematika
dokuemtasi dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilakukan penelusuran
kembali. Dokumentasi dapat dibuat berdasarkan nomer rekam medik, nama,
penyakit, ruangan dan usia. Data bersifat rahasia dan disimpan dengan rentan
waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
KESIMPULAN