VISITE
KELOMPOK III
1. REYGEN GABRIEL STEVANUS SIWU (N014202006)
2. NURDALIA (N014202041)
3. MAGFIRAH DARMANSAH (N014202055)
4. ARINI ZHALSABILLAH (N014202056)
5. SHERLY AFRILIA (N014202059)
6. AYU FIRMATA SARI (N014202062)
7. CECILIA CHERLY LIYADI (N014202064)
8. AINUN NURUL ASA (N014202079)
9. GINENSA MENDILA (N014202082)
10. AMBO TUNGKE (N014202092)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugerahnya,
kami dapat menyelesaikan makalah Farmasi Rumah Sakit yang berjudul “ Visite”. Dalam
penyusunan makalah ini, kami dari kelompok 3 selaku penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kekeliruan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu kritik, dan
saran dari para pembaca sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah-makalah
PENULIS
BAB 1
PENDAHULUAN
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter
dan tenaga kesehatan lainnya dengan tujuan memaksimalkan ketepatan pemilihan
obat, menilai rasionalitas obat, penyakit yang di derita oleh pasien, menilai kemajuan
pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian merupakan
program evaluasi yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin pelayanan
pada rawat inap yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien.
1.3 TUJUAN
3. Untuk mengetahui bagaimana cara dilakukan visite mandiri dan visite tim
BAB 2
ISI
Adapun praktik visite yang dilakukan oleh apoteker bertujuan untuk (Kemenkes,
2011):
Standarnya visite dilakukan pada semua pasien yang masuk rumah sakit. Akan
tetapi jika terdapat keterbatasan SDM yang ada dalam hal ini adalah apoteker, maka
visite diprioritaskan pada pasien yang masuk dalam kriteria sesuai aturan yang telah
ditetapkan (Djamaluddin, 2019). kriteria pasien yang diprioritaskan untuk dilakukan
visite dalam pedoman visite menurut kemenkes RI 2011, sebagai berikut :
1) Sistem berbasis kertas: Informasi dicatat di atas kertas dan data ditransfer dari
kertas untuk analisis atau penggunaan.
b. Pasien
pasien harus selalu dikonsultasikan kecuali tidak memungkinkan secara
kondisi fisik (misalnya mereka tidak sadar atau dalam keadaan bingung).
Diskusi langsung dengan pasien juga dapat menyoroti masalah dengan obat-
obatan kepatuhan dan mengidentifikasi penggunaan obat lain pasien (misalnya
obat bebas, obat herbal, atau obat-obatan dari klinik spesialis). Pasien juga
harus dikonsultasikan untuk memastikan alergi atau intoleransi terhadap obat-
obatan sebelumnya
d. Laporan Operasi
Laporan Operasi Sebelumnya menyediakan daftar obat medicine dan
informasi tentang obat-obatan yang diresepkan oleh dokter umum pasien.
e. Resep pemulangan
sebelumnya (baik diajukan di catatan kasus atau diakses secara elektronik)
dapat membantu jika a pasien telah keluar dari rumah sakit baru-baru ini (mis.
dalam sebulan terakhir). Namun, itu harus selalu mengkonfirmasi apakah ada
perubahan pada obat sejak keluar dari rumah sakit sebelumnya.
i. Klinik spesialis
Klinik spesialis juga dapat mengadakan tambahan informasi obat-obatan, jadi
dokter mungkin tidak memiliki informasi tentang obat-obatan yang tidak
mereka resepkan.
Informasi penggunaan obat dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan
pasien/keluarga, catatan pemberian obat. Informasi tersebut meliputi (Kemenkes,
2011):
1. Data pasien : nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, berat badan (BB),
tinggi badan (TB), ruang rawat, nomor tempat tidur, sumber pembiayaan
3. Riwayat penyakit saat ini (history of present illness) merupakan riwayat keluhan /
keadaan pasien berkenaan dengan penyakit yang dideritanya saat ini
4. Riwayat sosial: kondisi sosial (gaya hidup) dan ekonomi pasien yang berhubungan
dengan penyakitnya. Contoh: pola makan, merokok, minuman keras, perilaku seks
bebas, pengguna narkoba, tingkat pendidikan, penghasilan
5. Riwayat penyakit terdahulu: riwayat singkat penyakit yang pernah diderita pasien,
tindakan dan perawatan yang pernah diterimanya yang berhubungan dengan
penyakit pasien saat ini
6. Riwayat penyakit keluarga: adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama
atau berhubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasien. Contoh: hipertensi,
diabetes, jantung, kelainan darah, kanker
7. Riwayat penggunaan obat: daftar obat yang pernah digunakan pasien sebelum
dirawat (termasuk obat bebas, obat tradisional/herbal medicine) dan lama
penggunaan obat
8. Riwayat alergi/ ROTD daftar obat yang pernah menimbulkan reaksi alergi atau
ROTD.
11. Pemeriksaan diagnostik: foto roentgen, USG, CT Scan. Data hasil pemeriksaan
diagnostik diperlukan dengan tujuan: (i) menunjang penegakan diagnosis, (ii)
menilai hasil terapeutik pengobatan, (iii) menilai adanya risiko pengobatan.
12. Masalah medis meliputi gejala dan tanda klinis, diagnosis utama dan penyerta.
13. Catatan penggunaan obat saat ini adalah daftar obat yang sedang digunakan oleh
pasien.
14. Catatan perkembangan pasien adalah kondisi klinis pasien yang diamati dari hari
ke hari.
Salah satu cara untuk melakukan penerapan dalam mengkaji masalah terkait
penggunaan obat adalah dengan cara pemantauan dan evaluasi. Monitoring yang terus
menerus akan menghasilkan ketersediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga mencapai penggunaan obat yang rasional. Pemantauan penggunaan obat
dapat digunakan untuk melihat mutu pelayanan kesehatan. Dengan pemantauan ini
maka dapat dideteksi adanya kemungkinan penggunaan obat yang berlebih (over
prescribing), kurang under prescribing), majemuk (multiple prescribing) maupun
tidak tepat incorrect prescribing). Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat secara
teratur dapat mendukung perencanaan obat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
Penggunaan Obat Rasional.
Pemantauan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui: Dari kartu status
pasien:
a. Gejala dan tanda yang ditemukan selama anamnesis dan pemeriksaan, dengan.
c. Pengobatan (terapi) yang diberikan (termasuk jenis, jumlah, dan cara pemberian
obat). (Kemenkes RI, 2016).
2.6 FASILITAS
Visite dapat dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan tim kolaboratif
dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain. Sebelum memulai praktik visite di
ruang rawat, seorang apoteker perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan.
Seorang apoteker minimal menguasai farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi,
farmakoekonomi, dan farmakoepidemiologi pengobatan. Selain itu diperlukan
kemampuan interpretasi data laboratorium dan data penunjang diagnostik lain. Saat
menentukan rencana visite, perlu dipertimbangkan kelebihan dan kekurangan visite
dengan tim atau visite mandiri (Kemenkes RI, 2019).
Visite mandiri:
Kelebihan:
Kekurangan:
Visite tim merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh dokter, perawat,
apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melihat perkembangan yang terjadi
kepada pasien. apoteker dalam visite tim berperan dengan terkaitnya pengobatan
pasien.
Berdasarkan Pedoman visite (2011), ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan
diperhatikan dalam melakukan visite tim yaitu :
Dokumentasi dilakukan pada lembar kerja praktik visite dan lembar kajian
penggunaan obat (lihat contoh pada lampiran). Penyimpanan dokumentasi kegiatan
visite dapat disusun berdasarkan nama pasien dan tanggal lahir, serta nomor rekam
medik agar mudah ditelusuri kembali. Hal yang harus diperhatikan oleh apoteker
adalah bahwa dokumen bersifat rahasia, oleh karena itu harus dikelola dengan baik
sehingga terjaga kerahasiaannya.
Materi lingkup di atas dapat dibuat dalam bentuk indikator kinerja seperti contoh
di bawah ini :
PENUTUP
KESIMPULAN
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan
tenaga kesehatan lainnya dengan tujuan memaksimalkan ketepatan pemilihan obat, menilai
rasionalitas obat, penyakit yang di derita oleh pasien, menilai kemajuan pasien dan bekerja
sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sebelum memulai praktik visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu membekali
diri dengan berbagai pengetahuan. Seorang apoteker minimal menguasai farmakokinetika,
farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi, dan farmakoepidemiologi pengobatan. Selain
itu diperlukan kemampuan interpretasi data laboratorium dan data penunjang diagnostik lain.
Saat menentukan rencana visite, perlu dipertimbangkan kelebihan dan kekurangan visite
dengan tim atau visite mandiri.
Evaluasi kinerja apoteker dalam visite yaitu Pengkajian rencana pengobatan pasien,
Pengkajian dokumentasi pemberian obat, Frekuensi diskusi masalah klinis terkait pasien
termasuk rencana apoteker untuk mengatasi masalah tersebut, Rekomendasi apoteker dalam
perubahan rejimen obat (clinical pharmacy intervention)
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, F., Amir., dan Muttaqin. 2019. Kepatuhan Layanan Farmasi Klinik di Rumah
Sakit di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal Administrasi Negara. 25. 3.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Menkes RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Menkes RI, Jakarta