Anda di halaman 1dari 36

TERAPI RASIONAL

Apoteker Kelas B
Kelompok 6
 Herni Pratiwi 2015001290
 Hesti Tri Wulandari 2015001291
 Indah Gama Murti 2015001292
 Ita Chaerunnisa 2015001293
 Juliana Maulina 2015001294
 Kartika Damasanti Mamonto 2015001295
 Listiani Dwi R 2015001296
Pendahuluan

 Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
 Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit di atur dalam
Permenkes RI No.58 tahun 2014 yang bertujuan untuk :
 1. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
 2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
 3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety)
Definisi
Penggunaan obat dikatakan rasional (WHO
1985) bila :
 Pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhannya,
 Untuk periode waktu yang adekuat, dan
 Harga yang terjangkau untuk pasien dan
masyarakat.
Tepat indikasi
penyakit

Waspada Tepat
efek samping Regimen

POR memenuhi
prinsip

Tepat Dosis Tepat Biaya

Tepat pasien
Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan


langsung yang diberikan Apoteker kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena Obat, dengan tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin
Pengkajian dan pelayanan
resep
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisa adanya
masalah terkait Obat. Hal yang harus dilakukan dalam
pengkajian Resep terdiri dari:
• Pengkajian administrasi : nama, umur, jenis kelamin,
berat badan dan tinggi badan pasien, nama, nomor ijin,
alamat dan paraf dokter, tanggal Resep dan
ruangan/unit asal Resep
• Pengkajian farmasetik: nama Obat, bentuk dan
kekuatan sediaan, dosis dan Jumlah Obat, stabilitas dan
aturan dan cara penggunaan
• Pengkajian klinis: ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan Obat, duplikasi pengobatan, alergi dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD),
kontraindikasi dan interaksi Obat.
Penelusuran riwayat
peggunaan obat
• Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan
proses untuk mendapatkan informasi mengenai
seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan pasien, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
• Informasi yang harus didapatkan:
a. Nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis,
bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi
dan lama penggunaan Obat;
b. Reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk
riwayat alergi
c. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat
(jumlah Obat yang tersisa).
Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses


membandingkan instruksi pengobatan dengan
Obat yang telah didapat pasien. Tujuan
dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
a. memastikan informasi yang akurat tentang
Obat yang digunakan pasien
b. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat
tidak terdokumentasinya instruksi dokter
c. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat
tidak terbacanya instruksi dokter
Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi
Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada
dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. PIO
bertujuan untuk:
• Menyediakan informasi mengenai Obat kepada
pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
• Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan
yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi
• Menunjang penggunaan Obat yang rasional
Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. konseling Obat bertujuan untuk:
 Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
 Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
 Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
 Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya;
 Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
 Mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
 Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi;
 Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
 Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatan pasien
Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien


rawat inap yang dilakukan Apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau
terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional dan menyajikan informasi Obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Pemantauan Terapi Obat
 Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu
proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
 Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi
dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
 Kegiatan dalam PTO meliputi:
a. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian
Obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah
terkait Obat
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi
Obat
Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi .
bertujuan:
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah
dikenal dan yang baru saja ditemukan
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan
hebatnya ESO
d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki
e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki
Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program
evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas
pola penggunaan Obat
b. Membandingkan pola penggunaan Obat pada
periode waktu tertentu
c. Memberikan masukan untuk perbaikan
penggunaan Obat
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan
Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi


Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk
c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya
d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat
Pemantauan Kadar Obat
dalam Darah

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)


merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar
Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit atau
atas usulan dari Apoteker kepada dokter. PKOD
bertujuan:
a. Mengetahui Kadar Obat dalam Darah
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang
merawat.
Proses terapi rasional
1. Menetapkan Masalah Pasien
Keluhan yang disampaikan pasien harus digali lebih dalam
saat anamnesis. Anamnesis yang baik sangat membantu
penegakan diagnosis yang tepat setelah ditambah
• data pemeriksaan fisik,
• pemeriksaan laboratorium dan
• pemeriksaan penunjang lain.
Bila masalah jelas maka diagnosis (kerja) menjadi lebih
mudah, karena bila diagnosis sudah ditegakkan, maka tujuan
terapi lebih mudah ditetapkan. Data anamnesis dan
pemeriksaan yang lengkap akan membantu membangun
hipotesis berdasarkan patofisiologi penyakit. Dengan
mengenal patofisiologi dapat diusahakan untuk
mengembalikan ke keadaan fisiologis melalui pilihan terapi
yang sesuai.
2. Menetapkan Tujuan Terapi
Bila diagnosis (kerja) dapat ditegakkan maka tujuan
terapi pun dapat dibuat dengan tegas, karena dari
sinilah ditentukan apa yang diharapkan bila terapi
diberikan pada pasien.
Contoh :
Anak usia 4 tahun dan agak kurang gizi menderita
diare encer tanpa muntah selama tiga hari. Ia tidak
kencing selama 24 jam. Pada pemeriksaan tidak
ditemukan demam (suhu 36,8 oC), nadi teraba
cepat dan turgor rendah.
Tujuan terapi : rehidrasi untuk mencegah semakin
parahnya dehidrasi
3. Meneliti Kecocokan Terapi-
Pribadi (personal therapy)
Dari keadaan pasien dipilih (rangkaian) terapi-P
yang paling cocok agar tujuan terapi tercapai
dengan mempertimbangkan efektifitas, keamanan,
kecocokan dan biaya.
Berdasarkan contoh pada point 2, diperlukan
pebaikan gizi terhadap anak tersebut disamping
usaha rehidrasi sebagai terapi yang terpilih.
Sehingga walaupun gejala kurang gizi anak
tersebut telah disembuhkan kedepannya tidak
akan terjadi hal yang tidak diinginkan tersebut lagi.
4. Mulai pengobatan
Setelah sampai pada kesimpulan dan keputusan
tentang obat yang paling cocok untuk pasien dan
kasus yang kita hadapi, maka langkah berikut
adalah memulai pengobatan dengan menuliskan
resep yang merupakan suatu “instruksi” kepada
apoteker untuk menyediakan/menyiapkan obat
yang dibutuhkan tadi. Dalam mata rantai
pengobatan rasional, pasien pun berhak
mendapatkan informasi dari apoteker dan perawat
(atau petugas kesehatan yang bertanggung-jawab
untuk hal itu) tentang obat, dosis, cara
penggunaan, efek samping, dll.
5. Penjelasan Tentang Obat,
Cara Pakai, Peringatan
Setelah menentukan terapi obat yang sesuai, hal-
hal yang harus dijelaskan kepada pasien, yaitu:
 Efek Obat
 Efek samping
 Instruksi
 Peringatan
 Kunjungan Berikutnya
 Kejelasan informasi
6. Pantau (hentikan) pengobatan
Manjurkah pengobatan Anda?
a. Ya, dan pasien sembuh: Hentikan pengobatan
b. Ya, tapi belum selesai: Adakah efek samping serius?
Tidak: pengobatan dapat dilanjutkan
Ya: Pertimbangkan kembali dosis atau pilihan obat
c. Tidak dan pasien belum sembuh: Teliti ulang semua langkah:
Diagnosis tepat?
Tujuan pengobatan benar?
Obat-P cocok untuk pasien ini?
Obat diresepkan dengan benar?
Instruksi kepada pasien benar?
Apakah efek dipantau dengan benar?
Penggunaan obat
Penggunaan obat dikatakan tidak rasional, apabila:
1. Peresepan berlebih
Memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang
bersangkutan
2. Peresepan kurang
jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal
dosis, jumlah maupun lama pemberian.
tidak diresepkannya obat yang diperlukan untuk penyakit yang diderita
3. Peresepan majemuk
Jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama
4. Peresepan salah
Pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi yang sebenarnya
merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan kemungkinan resiko efek
samping yang lebih besar, pemberian informasi yang keliru mengenai obat yang
diberikan kepada pasien
MATRIKS KOMPONEN TERAPI RASIONAL
PENGKAJIAN PENELUSURAN RIWAYAT PEMANTAUAN MONITORING EFEK
DRP REKONSILIASI
PELAYANAN RESEP PENGGUNAAN OBAT TERAPI OBAT (PTO) SAMPING OBAT (MESO)
Nama Obat Nama Obat Nama Obat
Indikasi yang tidak
ditangani
Ketepatan Indikasi Indikasi
Penggunaan Obat
tanpa indikasi

Pemilihan obat
Bentuk sediaan Bentuk sediaan
Pilihan Obat yang Duplikasi pengobatan
kurang tepat Kontraindikasi
Rute pemberian Cara pemberian
obat obat
Dosis sub terapi
Ketepatan dosis Dosis Dosis Dosis
Over dosis
Efek samping obat,
Reaksi obat yang
Riwayat alergi dan reaksi obat yang Reaksi obat yang tidak
tidak dikehendaki Alergi dan ROTD Alergi dan ROTD
efek samping obat tidak dikehendaki dikehendaki (ROTD)
(ROTD)
(ROTD)
Interaksi Obat Interaksi Obat Interaksi Obat
Kepatuhan regimen
Gagal menerima penggunaan obat
obat Ketepatan waktu Frekuensi dan lama
Frekuensi
penggunaan obat penggunaan obat
Mulai pemberian
obat (obat diganti,
dilanjutkan, dan
dihentikan)
Respon terapi,
efektivitas
Kesimpulan

Terapi rasional adalah suatu pengobatan dimana pasien


menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, dengan
periode waktu yang tepat, dan harga yang terjangkau.
Proses dalam melakukan terapi rasional:
 Menetapkan masalah pasien
 Menetapkan tujuan terapi
 Meneliti kecocokan terapi-pribadi (personal therapy)
 Mulai pengobatan
 Penjelasan tentang obat, cara pakai, peringatan
 Pantau (hentikan) pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Bina Pelayanan Kefarmasian. 2011. Modul


Penggunaan Obat Rasional. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
World Health Organization. 1998. Pedoman
Penulisan Resep. Bandung: Penerbit ITB
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
PERTANYAAN
1. Tugas apoteker di Rumah sakit ada 2 yaitu bagian pengadaan dan
bagian pelayanan farmasi klinik, apa saja yang termasuk pelayanan
farmasi klinik di Rumah sakit? Dan untuk mendapatkan terapi
rasional apakah seluruh tahapan pelayanan di Rumah sakit harus di
laksanakan?
2. Apa perbedaan MESO, EPO dan PTO?
3. Apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi? Dan apa saja tahapan
rekonsiliasi?
4. Apa saja tahapan untuk mengetahui riwayat penggunaan obat
pasien?
5. Apakah terapi yang tidak rasional hanya terjadi pada pengobatan
denga resep? Bagaimana dengan pengobatan swamedikasi?
6. Pada keadaan seperti apakah ketidak rasionalan terapi sering
terjadi?
7. Jika kita menemukan resep yang tidak rasional, sebagai seorang
apoteker apa yang harus kita lakukan?
JAWABAN
no. 1
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di RS meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3. rekonsiliasi Obat;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. konseling;
6. visite;
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
Seluruh tahapan farmasi klinik harus dilakukan tetapi yang
paling banyak dilakukan adalah pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan
informasi obat dan konseling.
JAWABAN
no.2
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan
Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
JAWABAN
no.3
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi
pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,
antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah
Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tahapan rekonsiliasi :
1. Pengumpulan data
2. Komparasi
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi
4. Komunikasi
JAWABAN
no.4
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
1. membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam medik/pencatatan
penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan Obat;
2. melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan
lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
3. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
4. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
6. melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
7. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang digunakan;
8. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
9. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
10.memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan minum
Obat (concordance aids);
11.mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter;
dan
12.mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin
digunakan oleh pasien.
JAWABAN
no.5
Jadi kriteria suatu pengobatan yang rasional mencakup :
- Ketepatan indikasi
- Ketepatan memilih obat
- Ketepatan cara pemakaian dan dosis obat
- Ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien
Bisa saja pengobatan tidak rasional pada swamedikasi, jika
tidak memenuhi kriteria sebagaimana di atas. Pada pengobatan
dengan resep dapat dilakukan pengkajian untuk mengetahui
Drug Related Problem (DRP) yang terjadi, tetapi pada
swamedikasi apoteker harus menggali informasi yang diperlukan
agar pengobatan rasional. Dapat menggunakan metode
WWHAM pada pelayanan swamedikasi.
JAWABAN
no.6
Ketidakrasionalan terapi sering terjadi pada pasien yang
memiliki lebih dari satu penyakit atau komplikasi, pasien
dengan penyakit yang menerima terapi antibiotik dan
swamedikasi. Pada pasien komplikasi ketidakasionalan
terapi terjadi karena ketidaktepatan penilaian kondisi
pasien sehingga terapi yang diberikan dapat
mempengaruhi atau memperparah penyakit penyerta dari
pasien. Pada pasien yang menerima antibiotik
ketidakrasionalan terapi terjadi akibat dari ketidakpatuhan
pasien dalam minum obat sehingga tujuan terapi tidak
tercapai. Dan pada swamediaksi ketidakrasionalan terapi
teradi karena pemilihan terapi kebanyakan hanya
berdasarkan pengalaman pasien, keluarga ataupun teman
pasien sehingga bisa terjadi ketidaktepatan kesesuain
terapi dengan kondisi pasien.
JAWABAN
no.7
Sebagai apoteker yang harus kita lakukan terlebih
menganalisa terlebih dahulu ketidak rasionalan resep
terdapat dibagian apa, lalu mencari solusi terbaik untuk
menyelesaikannya. Misalnya salah satu obat dalam
resep memiliki dosis yang berada dibawah dosis
lazimnya, hal tersebut dapat mengakibatkan
pengobatan tidak akan efektif sehingga
dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis sesuai
dengan dosis terapi. Jadi langkah awal adalah
pengkajian resep, lalu menemukan Drug Related
Problem yang ada pada resep, kemudian mencari solusi
yang terbaik, dan terakhir mengambil keputusan yang
tepat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai