Anda di halaman 1dari 4

Review Jurnal Biofarmasetika

Kelompok 2
Kelas A- S1 Farmasi 2018

1. Jurnal 1

Judul : Interaksi Antar Obat Pada Peresapan Pasien Rawat Inap Pediatrik
Rumah Sakit X dengan Menggunakan Aplikasi Medscape
Volume : Vol. 1 No. 2
Penulis : Hendera, Sri Rahayu
Tahun : 2018
Tujuan : Untuk mengetahui level interaksi obat di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit X dengan menggunakan aplikasi android Drug
Interaction Checker di medscape.
Pendahuluan : Salah satu drug related problems (DRPs) yang dapat mempengaruhi
outcome klinis pasien adalah interaksi obat. Penggunaan obat
rasional di Indonesia masih merupakan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Adanya polifarmasi seperti penulisan obat dalam resep
yang berjumlah 4 atau lebih dengan presentasi diatas 50%,
antibiotika yang penggunaannya berlebihan (43%), tersedianya
waktu konsultasi yang rata-rata berkisar 3 menit saja sehingga dirasa
sangat singkat serta tidak adanya kepatuhan (Syamsudin, 2011).
Kejadian yang dialami pasien dan merupakan kejadian yang tidak
diinginkan terkait terapi obat baik yang secara nyata maupun
potensial berpengaruh pada kesembuhan pasien disebut DRP
(Christina et al. 2014).
Meningkatnya kejadian interaksi obat bisa disebabkan makin
banyaknya obat yang digunakan ataupun makin seringnya
penggunaan obat (polipharmacy atau multiple drug therapy).
Farmasis yang mempunyai pengetahuan farmakologi dapat berperan
untuk mencegah interaksi obat akibat kombinasi obat dengan efek
yang tidak diinginkan (Gapar, 2003).
Metode : Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan analisis
deskriptif. Data resep pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X
periode Maret 2016 sampai dengan Maret 2017 diambil dengan
metode observasional cross-sectional. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah non probability dengan jenis total sampling.
Hasil : Interaksi secara farmakokinetik merupakan interaksi yang terjadi
dalam proses ADME (absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi). Interaksi farmakodinamik terjadi antara obat yang
berinteraksi dengan sistem reseptor atau sistem fisiologis
(Rahmawati, 2006).
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat yang diberikan
dapat mempengaruhi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat lainnya sehingga dapat menyebabkan peningkatan atau
pengurangan jumlah obat yang tersedia dalam memberikan efek
farmakologi (Baxter, 2008).
Kesimpulan : Berdasarkan data total sebanyak 522 resep yang memenuhi kriteria
inklusi, sebanyak 138 resep (26,34%) mengalami interaksi obat.
1. Level interaksi obat dengan persentase paling besar yaitu level
significant sebanyak 72 kejadian (52,17%) dan potensi interaksi
serious 54 kejadian (39,13%).
2. Kejadian interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksi yaitu
kejadian interaksi farmakodinamik lebih tinggi sebesar 74 kasus
(53,63%) dibandingkan dengan kejadian interaksi farmakokinetik
sebesar 64 kasus (46,37%)
3. Kejadian interaksi obat yang sering muncul adalah interaksi obat
Valsartan dengan Lisinopril sebanyak 36 kejadian (26,09)

2. Jurnal
Judul : Prediksi Sifat Farmakokinetik, Toksisitas dan Aktivitas Sitotoksik
Turunan N-Benzoil-N’-(4-fluorofenil)tiourea sebagai Calon Obat
Antikanker melalui Pemodelan Molekul
Volume : Vol. 14, No 2
ISSN : 1693-1831
Penulis : Suko Hardjono
Tahun : 2016
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk meprediksi sifat fisikokimia. Proses
farmakokinetik (EDME), toksisitas dan aktivitas sitotoksi dari 23
senyawa turunan N-benzoil-N-(4-fluorofenil sebagai calon obat anti
kanker
Pendahuluan : Agar lebih efektif da efisien dalam melakukan modifikasi struktur,
sebelum senyawa disintesis diperlukan suatu upaya untuk
memprediksi sifat (ADME), toksisitas, dan mengetahui gambaran
interaksi obat dengan reseptor. Metode yang sekarang sedang
dikembangkan adalah pemodelan molekul. Pemodelan molekul
banyak digunakan dalam bidang kimia dan biologi komputasional
untuk mempelajari sifat molekul senyawa obat dan molekul biologis
reseptor serta untuk memahami aksi obat pada tingkat molekul dan
atom, melalui simulasi proses interaksi obat reseptor (doking)
dengan bantuan komputer. Teknik ini disebut ujiin silico yang
mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang Kimia
Medisinal dalam rangka merancang, menemukan dan optimasi
senyawa bioaktif pada proses pengembangan obat.
Metode : Prediksi sifat farmakokinetika (ADME: absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi) serta toksisitas dari senyawa-senyawa
turunan N-benzoil-N’-(4-fluorofenil) tiourea juga dilakukan
menggunakan pkCSM.
Hasil : Lipinski et al.(1997) telah menganalisis 2.245 obat dari data dasar
World Drugs Index dan menyimpulkan bahwa senyawa akan sulit
diabsorpsi dan permeabilitasnya rendah apabila berat molekulnya
lebih besar 500, mempunyai nilai log koefisien partisi oktanol/air
(log P) lebih besar +5; mempunyai ikatan-H donor (HBD), yang
dinyatakan dengan jumlah gugus O-H dan N-H, lebih besar 5; dan
mempunyai ikatan-H aseptor (HBA), yang dinyatakan dengan
jumlah atom O dan N, lebih besar 10
Kesimpulan : Dari hasil penelitian pemodelan molekul ini dapat disimpulkan
bahwa senyawa No.19 yaitu N-(4fenilazobenzoil)-N’-(4-
fluorofenil)tiourea paling layak untuk disintesis dan diuji
aktivitasnya secara in vitro dan in vivo, karena diprediksi akan
diabsorbsi dengan sangat baik di usus, mempunyai permeabilitas
kulit yang baik, dapat didistribusikan secara merata untuk
memberikan konsentrasi yang sama seperti pada plasma darah,
mampu menembus sawar darahotak secara moderat, cenderung
dimetabolisme oleh enzim P450, mempunyai toksisitas yang relatif
rendah, dan diprediksi mempunyai aktivitas sitotoksik

Anda mungkin juga menyukai