Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN ILMU FISIKA DI BIDANG FARMASI

Penggunaan ilmu fisika dalam bidang farmasi sangat pentinh karna membantu dalam
pemahaman dan pengembangan obat, dosis yang tepat, penelitian tentang interaksi obat, analis
zat kimia, dan perancangan sistem pengiriman obat yang efektif seperti nanopartikel obat.
Fisika juga membantu dalam memahami prinsip-prinsip farmakokinetika dan
farmakodinamika untuk memastikan efektivitas dan keamanan obat.

Berikut adalah 5 penggunaan ilmu fisika di bidang farmasi:


1. Absropsi (hukum lambert-beer):
• penggunaan: mengukur konsentrasi larutan obat melalui absorbansi Cahaya
• Rumus/teori: Absobansi= koefisien absorbansi molar x konsentrasi x panjang jalur optis

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis sesuai
dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Beberapa
obat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat pemberiannya. Rute
pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan obat, tujuan terapi,
kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien, dan kemungkinan
efek samping. Pemakaian obat dikatakan tidak tepat apabila kemungkinan untuk
memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan
manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya. Perjalanan
obat itu sendiri dalam tubuh melalui 4 tahap (disebut fase farmakokinetik), yaitu absorbsi,
distribusi metabolisme dan ekskresi. Absorbsi adalah pengambilan obat dari permukaan
tubuh atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ ke dalam aliran darah atau sistem
pembuluh limfe. Dari aliran darah atau sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke
dalam organisme keseluruhan. Karena obat baru berkhasiat apabila berhasil mencapai
konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya, maka suatu absorbsi yang cukup merupakan
syarat untuk suatu efek terapeutik, sejauh obat tidak digunakan secara intravasal atau tidak
langsung dipakai pada tempat kerjanya. Dikatakan cukup apabila kadar obat yang telah
diabsorbsi tidak melewati batas KTM, yaitu Kadar Toksik Minimum, namun masih beraa
di dalam batas KEM, yaitu Kadar Efektif Minimum. (Nafis et.al, 2013)
2. Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance)
• Penggunaan: Analisis struktur molekuler obat
• Rumus/teori: Frekuensi resonansi dalam spektroskopi NMR terkait dengan medan
magnet dan rasio isotop yang terlibat.
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya
suara atau partikel yang dipancarkan diserap atau dipantulkan spektroskopi juga dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan material.

Spektrum NMR Proton sangat berguna untuk menentukan bagian hidrogen dari suatu
senyawa pada tahun akhir-akhir ini spektroskopi nmr Proton dipakai sebagai alat standar
dalam proyek kedokteran untuk mengukur berat jenis saringan sehingga dapat
menunjukkan tempat tumor pada jaringan tersebut.

Spektroskopi NMR c-13 suatu alat paling baru digunakan untuk mengidentifikasikan
perbedaan macam-macam karbon dalam suatu senyawa spektroskopi nmr didasarkan pada
penyerapan gelombang radio oleh inti-inti atom tertentu dalam molekul organik apabila
molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.

Nuclear Magnetic Resonance adalah salah satu metode analisis yang paling mudah
digunakan pada kimia modern digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami
dan sintetik yang baru Kemudian dari komponen dan arah reaksi kimia sebagaimana
hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Meskipun banyak
jenis nukleat yang berbeda akan menghasilkan spektrum nukleus hidrogen secara historis
adalah salah satu yang paling sering diamati. spektroskopi nmr khususnya digunakan pada
studi molekul organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan jumlah yang
sangat besar. (hmk mipa ub, 2017)

3. Laju disolusi
• kegunaan: memengaruhi penyerapan obat di dalam tubuh dan memastikan obat dapat
larut dengan cepat dan efektif di saluran pencernaan, sehingga dapat memberikan efek
terapeutik yang diinginkan.
• Rumus/teori: Teori laju disolusi adalah konsep yang menggambarkan seberapa cepat
suatu zat dapat larut dalam cairan atau larutan. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti sifat fisikokimia zat, ukuran partikel, permukaan kontak, dan sifat media
pelarut. Faktor-faktor ini berperan dalam menentukan seberapa cepat zat tersebut dapat
terurai dan tersedia dalam bentuk larutan.

Uji kecepatan disolusi diperlukan dalam dunia industri. Untuk memastikan kualitas dan
sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor dalam pembuatan setelah izin pemasaran
obat untuk memenuhi hak konsumen agar mendapatkan obat dengan kualitas kualitas yang
baik dan sesuai standar, badan pengawas obat dan makanan mensyaratkan uji disolusi
berdasarkan perbandingan profil disolusi antara obat inovator dan obat (generik bermerek
atau generik berlogo) yang dilaporkan dalam bentukprofil disolusi antara obat uji dan
pembanding (inovator). Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif yang terlepas
dari bahan pembantunya yang memungkinkan kecepatan melarut dapat terhambat. Oleh
karena itu, uji disolusi terbanding merupakan suatu parameter penting dalam pengendalian
mutu obat yang digunakan peroral untuk mendapatkan efek sistemik. (Gantiaji dkk, 2019).

Dolusi merupakan proses perpindahan molekul zat dari bentuk padat ke dalam larutan
suatu media, pada saat zat melarut partikel-partikel padat memisah dari molekul demi
molekul yang akan bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan
tersebut. Proses disolusi terjadi ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat (bentuk
sediaan) dan akan masuk ke dalam fase larutan (cairan tubuh), secara fisikokimia disolusi
merupakan proses zat padat memasuki fasa pelarut melewati proses multi langkah yang
melibatkan berbagai reaksi heterogen antara fasa solut-solut (zat terlarut-zat terlarut) dan
fasa pelarut pada antarmuka solut dan pelarut (Kurniawan, 2013).

4. Kelarutan Intrinstik Obat


• kegunaan: Kelarutan intrinsik obat sangat penting dalam farmasi karena membantu
dalam pengembangan formulasi yang efektif, pemilihan pelarut yang tepat, penentuan
dosis obat, optimalisasi bioavailabilitas, dan perencanaan proses produksi obat. Hal ini
memastikan efisiensi, efektivitas, dan keamanan penggunaan obat.
• Rumus/ teori: Teori kelarutan intrinsik obat mencakup prinsip-prinsip kimia fisik yang
menjelaskan sejauh mana obat dapat larut dalam pelarut tertentu pada suhu dan tekanan
tertentu. Faktor seperti sifat fisikokimia obat dan interaksi antara obat dan pelarut
mempengaruhi tingkat kelarutan intrinsik. Pengetahuan tentang teori ini penting dalam
formulasi obat untuk memastikan obat dapat diolah dengan baik dan memberikan dosis
yang efektif bagi pasien.
Kelarutan intrinsik adalah kelarutan zat saat dalam bentuk molekul atau tidak ter
ion.Kelarutan instrinsik obat adalah kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh
polaritas pelarut yaitu momen dipolnya (Alishlah dkk, 2014).

5. Farmakokinetika
• kegunaan: Farmakokinetika adalah studi tentang bagaimana tubuh manusia memproses
obat, termasuk penyerapan, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Informasi ini
membantu mengoptimalkan dosis obat, memahami durasi efek, dan mencegah efek
samping yang tidak diinginkan.
• rumus/teori: Farmakokinetika adalah studi tentang penyerapan, distribusi,
metabolisme, dan eliminasi obat dalam tubuh manusia.

Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi farmakokinetika dan
farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum diketahui mekanisme interaksinya secara
tepat. interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi
distribusi metabolisme atau ekskresi obat kedua setelah kadar plasma kedua obat
meningkat atau menurun. akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan
efektivitas obat tersebut. (Utami, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Nasif,H.,Yuned,M., dan Muchtar,H. 2013. Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF Penyakit
Dalam Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi (vol.18
No.1 ISSN 1410-0177). Fakultas Farmasi Universitas Andalas:Padang.

hmk.mipa.ub.ac.id/pengertian-dan-prinsip-nmr/. Diakses pada selasa, 2017 pukul 13.00 WIB

Gantiaji, C. R., Syaifullah, dan Rochmy, I. 2019. Uji Sifat Fisik, Kadar dan Disolusi
Terbanding Tablet Karbamazepin Generik Berlogo, Generik Bermerek dan Inovator.
Program studi Farmasi Fakultas MIPA. Universitas Islam Indonesia

kurniawan, Dadang. 2013. Disolusi dan Laju Disolusi Sediaan Farmasi. Purwokerto
Universitas Jenderal Soedirman.

Alislah T, Budipratiwi W, dan Lidya A., 2014, Pengaruh Trietanolamin terhadap Karakteristik
Fisika Kimia dan Laju Pelepasan Ibuprofen dalam sediaan Gel Dispersi Padat
Ibuprofen-PEG 6000, e-jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 1 (3).

Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antibiotik Oral pada pasien diInstalasi
Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak”. Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai