FITOKIMIA I
“FLAVONOID”
Kelompok II
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................
1.3 Manfaat...........................................................................................
BAB II ISI ................................................................................................
2.1 Pengertian Alkaloid........................................................................
2.2 Fungsi Alkaloid..............................................................................
2.3 Struktur Alkaloid............................................................................
2.4 Klasifikasi Alkaloid dan Tanaman Penghasil Alkaloid..................
2.5 Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid.............................................
2.6 Prosedur Pengujian Alkaloid..........................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang
sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan obat
yang penggunaanya didasarkan secara turun-temurun maka para peneliti kimia
telah melakukan penyelidikan terhadap kandungan kimia tanaman tersebut. Ilmu
yang mempelajari zat yang berkhasiat dalam tumbuhan meliputi identifikasi,
isolasi serta penetapan kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.
Kandungan kimia yang berada di alam yaitu metabolit sekunder seperti
terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid. . Senyawa metabolit
sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama
penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.
Salah satu senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam ialah
alkaloid, yaitu senyawa organik yang bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat
memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Manusia telah
menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman.
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan
dari campuran senyawa. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan
yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain
daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit
kayu.
Berdasarkan hal tersebut bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai
keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup
maka dibuatlah makalah ini untuk membahas hal-hal penting mengenai alkaloid
agar ketersediaanya yang cukup melimpah di alam dapat dimanfaatkan dengan
baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alkaloid?
2. Apa fungsi dari alkaloid?
3. Bagaimana struktur alkaloid?
4. Bagaimana klasifikasi alkaloid dan tanaman penghasil alkaloid?
5. Bagaimana prinsip dasar pembentukan alkaloid?
6. Prosedur pengujian alkaloid?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alkaloid?
2 Untuk mengetahui apa fungsi dari alkaloid?
3 Untuk mengetahui bagaimana struktur alkaloid?
4 Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi alkaloid dan tanaman penghasil
alkaloid?
5 Untuk mengetahui bagaimana prinsip dasar pembentukan alkaloid?
6 Untuk mengetahui prosedur pengujian alkaloid?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Alkaloid
Istilah "alkaloid" (mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama kali
dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle
(Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh ekstraksi tumbuhan
yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina,
sertasolanina).
Suatu Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom
nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau
cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan
berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
paling sulit. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil. Alkaloid
tidak sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan
rendah.
Dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid
terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan
berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon,
hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai
dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya
sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan
sepasang elektronnya.
Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun. Definisi
tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai
hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid
akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk
kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid
sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di
alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus
lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain
mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai
sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf. Hingga sekarang dikenal
sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya (Ikan, 1969).
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam
amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan
tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa
alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan
reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat
juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Ekstraksi secara kasar biasanya
mudapa dapat dilakukan melalu teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir
yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid.
2.2 Fungsi Alkaloid
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian
terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di
bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai
berikut (Gritter, 1995) :
a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang
tidak dianut lagi).
b. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih
lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
c. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti
yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep
yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
d. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
e. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan
ion dalam tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang
medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang
diisolasi dari tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid
dari tanaman berri solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV
dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap
Giarde dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan
oleh efek mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting
alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme
kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik seperti berberin dan harman
dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.
2.3 Struktur Alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin
yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol (Achmad, 1986)
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi
mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap
oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan
dalam biosintesis alkaloid (Achmad, 1986)
2.4 Klasifikasi Alkaloid dan Tanaman Penghasil Alkaloid
1. Klasifikasi Alkaloid
Menurut Widi (2007) metode klasifikasi alkaloid yang paling banyak
digunakan adalah berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya, yaitu :
a. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada
dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi alkaloid pirolidin,
alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid
histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin,
alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin.
b. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.
c. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.
d. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.
e. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina
2. Tanaman Penghasil Alkaloid
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit,
biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa
alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur),
tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat
dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang
dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip
alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich
Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut
berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa
(pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina).
Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan
struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung
alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki
efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan
dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan
dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.
Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin
termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae.
Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam
jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat
pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 %
dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan
terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada
akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia
antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi
serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal
sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan
Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung,
berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan
obat yang didapat malah racun (menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya.
Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal
ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin
(atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini
bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung
mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat.
Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok,
eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid.
Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan
senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan
memilik rasa yang pahit.
Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari
kawasan Asia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat
warna, daunnya mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan
minyak lemak. Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam
momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan
batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru
melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk
menyembuhkan mencret pada bayi.
2.5 Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino
esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino
alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin,
histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine,
triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas,
alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin
yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi
utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara
suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan alkaloid membentuk
basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga
terbentuklah alkaloid (Boettcher et al, 2005)
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-
reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida.
Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif
fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan
gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun
oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang
diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi
reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin
2.6 Prosedur Pengujian Alkaloid
Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan
beberapa pelarut untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian
ekstraknya dibasakan dengan larutan NH310% dan Al2O3. Campuran ini
selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom dan diidentifikasi. Identifikasi
senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika, dengan cara penyinaran
kromatogram di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid
memberikan warna fluoresensi biru atau kuning di bawah sinar tersebut, serta
metoda kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu, seperti pereaksi dragendorf
membentuk endapan jingga-merah.
R – N = R + K[BiI4] R2N+K[BiI4] (endapan jingga)
R3N+ + K[BiI4] K(R3N) [BiI4] (endapan jingga)
Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi ultraviolet dan sinar
tampak yang memberikan keterangan tentang tipe struktur molekulnya. Panjang
gelombang maksimum yang diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan
sebagai perkiraan awal terhadap jenis senyawa tersebut. Cara identifikasi lainnya
adalah dengan menggunakan spektroskopi inframerah yang memberikan
informasi tentang gugus-gugus fungsional dalam suatu senyawa. Pada umumnya
senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada daerah frekuensi 3480-3205 cm-
1-N-H ), 2100-1980 cm-1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1 (C=N-), 1350-1000 cm –l
(-C-
N-) dan beberapa serapan lainnya yang khas untuk masing-masing (Widi, 2007).
3.1 Kesimpulan
1. Alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin
heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
2. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan, beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon
penyimpanan nitrogen, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan, Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur
tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur
tumbuh
3. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik
4. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer,
dimana alkaloid dikelompokkan atas: Alkaloid sesungguhnya, Protoalkaloid,
Pseudoalkaloid
5. Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal
dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan
alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis
isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol.
6. Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan
beberapa pelarut untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian
ekstraknya dibasakan dengan larutan NH310% dan Al2O3. Campuran ini
selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom dan diidentifikasi
3.2 Saran
Meyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta.
Harborne dan Turner (1984). Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi 4. ITB. Bandung.
Sudjadi. 1983. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit ITB :
Bandung.
Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr) (Screening and
Identification of Alkaloid Compounds in Kayu Kuning Stem (Arcangelisia
Flava Merr)). Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1.