Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KIMIA FARMASI

ANALISIS SENYAWA ALKALOID dan SENYAWA yang


MENGANDUNG NITROGEN

Dosen Pengampu : Dra.Sri Martini,M.Si,Apt

Disusun Oleh :

Kelompok V DIII.2B

Dwi khofifah (1900060)

Gustika Azhar (1900064)

Lala Novela (1900068)

Mayang Utari (1900070)

Muhammad Baldhan (1900073)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU


2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan segala berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan
kelancaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Alkaloid”.
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan
saranyang bisa menunjang untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan juga
penulis khususnya.

Pekanbaru, 27 Februari 2020

Kelompok V

ii
iii
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................1
I.I Latar Belakang...................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..............................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................3
2.1..........................................................................................P
engertian Senyawa Alkaloid...............................................3
2.2..........................................................................................P
enamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia.........................4
2.3..........................................................................................P
enggolongan Alkaloid.........................................................6
2.4..........................................................................................C
ara Penentuan Struktur Senyawa Alkaloid
...........................................................................................
13
2.5...........................................................................................C
ara memperoleh dn Analisa Alkaloid
...........................................................................................
14
2.6..........................................................................................K
egunaan dari Senyawa Alkaloid
...........................................................................................
18
BAB III PENUTUP
...................................................................................
20

iv
3.1..........................................................................................K
esimpulan
...........................................................................................
20
3.2..........................................................................................S
aran
...........................................................................................
21

DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
22

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis
yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam
terutama tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka ragam.
Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan obat
yang penggunaanya didasarkan secara turun-temurun, maka
para peneliti kimia telah melakukan penyelidikan terhadap
kandungan kimia berbagai tanaman.
Salah satu senyawa organik yang paling banyak
ditemukan di alam ialah alkaloid, yaitu senyawa organik yang
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena
adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam
dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan.
Sejarah alkaloid hampir setua peradan manusia.
Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung
alkaloid dalam minuman. Obat-obat yang pertama ditemukan
secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver
somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan
sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada
tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari
opium dan diberi nama narkotin. Selain itu, pada tahun 1817-
1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas
Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian dibidang kimia
alkaloid dan dalam waktu singkat diperoleh Stikhnin, Emetin,
Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.

1
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil
dan harus dipisahkan dari campuran senyawa. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan
yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid
dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Berdasarkan hal tersebut bahwa hampir semua alkaloid di
alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek
fisiologis tertentu pada mahluk hidup maka dibuatlah makalah
ini untuk membahas hal-hal penting mengenai alkaloid agar
ketersediaanya yang cukup melimpah di alam dapat
dimanfaatkan dengan baik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kerakteristik senyawa alkaloid

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan senyawa Alkaloid?
2. Penamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia ?
3. Bagaimana struktur dan klasifikasi senyawa alkaloid?
4. Bagaimana cara penentuan struktur senyawa alkaloid?
5. Apa saja kegunaan dari senyawa alkaloid?

A.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Senyawa Alkaloid


Istilah "alkaloid" (mirip alkali, karena dianggap bersifat 
basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm
Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk
menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal,
misalnya, morfina, striknina, sertasolanina).
Suatu Alkaloid secara umum mengandung paling
sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan
alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu
atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga
berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan
senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai
variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil. Alkaloid tidak sering terdapat dalam
gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896
dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di
dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan
kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas
karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya
mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip
dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang

3
elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat
mendonorkan sepasang elektronnya.
Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan
bertahun-tahun. Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga
ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan
ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid
akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid
dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat,
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina
berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat,
dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer
sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya
(Padmawinata, 1995).

2.2 PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA SERTA KIMIA


1. Penamaan
Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh
karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial,
misalnya kuinin, morfin, dan stiknin. Hampir semua nama
trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloid.
Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak
mungkin diadakan penyatuan penamaan. Bahkan dalam
satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem
penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh,
adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka
yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem
penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis,

4
namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem
penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap
kerangka individu.
Karaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah
bahwa nama berakhiran ”ina”. Disamping itu alkaloid,
seperti bahan alam yang lain, diberi nama yang dikenal
”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin
diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa
belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari
Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk obat-
obatan/aktifitas fisiologik (contoh, emetin, emetat), atau
dari nama pakar kimia alkaloid yang terkenal/penemunya
(contoh, pelletierina).

2. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada
beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada
Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang
semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung
dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya)
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu
atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid
yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan
koniin berupa cairan.

5
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna
(contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna
merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut
dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod
dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan
alkaloid quartener sangat larut dalam air.

3. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut
tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh;
gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen
naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin
lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin
lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus
fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron
(contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut
sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh
panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama
atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu
yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik

6
(tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau
sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya
dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk
garamnya.

2.3 Penggolongan Alkaloid


Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan
sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan
metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai
untuk membentuk molekulnya. Kalau biosintesis dari
sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan
menurut nama senyawanya termasuk nama senyawa yang
tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya
terdapat dalam produk akhir, sebagai contoh: alkaloid
opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut
nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu
diisolasi. Setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah
alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya
mengambil nama amine penting secara biologi yang
mencolok dalam proses sintesisnya.Sistem klasifikasi yang
diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan
sebagai,
a) Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa


tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir
tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen
dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino;
biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan
asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak

7
memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang
bersifat agak asam daripada bersifat basa.

b) Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana


dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam
cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan
biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian
”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini.
Contoh, adalah meskalin, ephedin, dan N,N-
dimetiltriptemin.

c) Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam


amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri
alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid
steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein)).
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a. Alkaloid dengan atom nitrogen


heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin
karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah:
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1
atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini
adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan
Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.

8
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus
metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak
maupun sum-sum tulang belakang. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang
digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan
pupil mata, berasal dari famili Solanaceae,
Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan
Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid
kokain dari Erythroxylum coca.

3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom
nitrogen. Yang termasuk disini adalah Cinchona
ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang
toxic terhadap Plasmodium vivax.

9
4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1
atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili
Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium
junceum, Cytisus scoparius dan Sophora
secondiflora.

5. Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.


Macam-macam alkaloid Indol:
 Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO
DMT, bufotenine, psilocybin
 Ergolines (alkaloid-alkaloid
dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
 Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydro
harmine
 Yohimbans: reserpine, yohimbine

10
 Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
 Alkaloid Kratom (Mitragynaspeciosa): mitragyni
ne, 7hydroxymitragynine
o Alkaloid Tabernanthe
iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
 Alkaloid Strychnos nux-
vomica: strychnine, brucine
6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom
nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada amili Rutaceae.
Contohnya; Jaborandi paragua.

7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,
alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam :
Leguminocaea).

8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom
nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4
cincin karbon. Macam-macam Alkaloid Steroid adalah
 Solanum (contoh: kentang dan alkaloid tomat)
(solanidine, solanine, chaconine)

11
 Alkaloid Veratrum (veratramine, cyclopamine, 
cycloposine, jervine, muldamie)
 Alkaloid Salamander berapi (samandarin)
 Lainnya: conessine
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik.
Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari
feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari
asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini
ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam
Gnetaceae).

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom


nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea
arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia
sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis
dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili
Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae
dan Theobroma cacao.Alkaloid purin ini memiliki
susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin
pirimidin yang tergabung dengan imidazole. Misal:

1. Kafeina (1,3,7, Trimrtil Xanthin)

12
Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C.
Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi
dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya
kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf
pusat, ginjal, otot – otot jantung.

2. Theobromina (3,7 Dimetil Xantin)


Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam:
Sterculaceae) yang
berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.

3. Theofilina (1,3 Dimetil Xantin)


Merupakan isomerdari 1,3 dimetil xantin (isomer
Theobromina) yang
berguna sebagai bronkodilator dan diuretik).

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang


heterosilik

13
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada
cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon
pada rantai samping.

1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)


Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan
atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada
rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora
williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora
secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens,
Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
2. Alkaloid Capsaicin

Dari Chile peppers, genus Capsicum.


Contohnya yaitu; Capsicum pubescens, Capsicum
baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens,
Capsicum chinense.

2.4 Cara Penentuan Struktur Senyawa Alkaloid


Dua metode yang paling banyak digunakan untuk
menyeleksi tanaman yang  mengandung alkaloid. 
1. Prosedur Wall
Meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman
kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin
dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan
kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal
dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam
klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi

14
Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif,
maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang
bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke
dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan
endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti
tanaman mengandung alkaloid.
2. Kromatografi
Dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang
lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran
yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom
terhadap bahan alam selalu dipantau dengan  kromatografi
lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi
digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum
adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda
berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh,
terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan
noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut.
Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam
fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III)
klorida

2.5 Cara memperoleh alkaloid dan Analisa alkaloid

Pemurnian alkaloid dapat diperoleh dengan :

 Kristalisasi

15
Kristalisasi ini adalah metode sederhana dan jarang
menghasilkan alkaloid murni karena tidak selektif. Lebih
bermanfaat bila didahului dengan pemisahan lain, misalkan
: TLC preparative, kromatografi kolom.
 Destilasi uap
Metode ini hanya berlaku untuk alkaloid dengan berat
molekul kecil seperti nikotin dan konin.
 Teknik gradien pH
Metode ini didasarkan atas perbedaan pH atau kebasaan
alkaloid yang terdapat dalam campuran.Dengan mengubah
pH larutan alkaloida yang diikuti dengan ekstraksi dengan
pelarut organik, maka alkaloida pada pH tertentu dapat
dipisahkan.Metode ini pernah dilakukan dan berhasil baik
pada pemurnian alkaloid antikanker dari Catharanthus
roseus (bunga warna putih).

Analisa Alkaloid

Karena secara kimia alkaloid begitu heterogen serta


memiliki kelarutan dan sifat lain alkaloid yang berbeda-beda,
maka mereka tidak dapat diidentifikasi dengan cara
kromatografi tunggal ataupun cara penjaringan umum
mungkin tidak akan berhasil untuk mendeteksi senyawa khas.
Sebagai basa, alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan
dengan pelarut alkohol yang bersifat asam lemah ( HCl 1M
atau asam asetat 10% ), kemudian diendapkan dengan
amoniak pekat, dan pemurniannya dapat dilakukan dengan
ekstraksi cair-cair. Adanya alkaloid, dapat diuji dengan
mengguakan berbagai pereaksi alkaloid, tetapi sebaiknya
dilakukan KKt dan KLT dalam beberapa larutan pengembang

16
umum yang dapat digunakan, dan kemudian kertas serta
pelat disemprot dengan penampak bercak untuk alkaloid.
Secara klasik, alkaloid dipisahkan dari kandungan
tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi
sebagai garamnya juga sering diisolasi sebagai kristal
hidroklorida atau pikrat. Dalam laboratorium mutakhir ,
alkaloid dipisahkan dan diisolasi dengan beberapa gabungan
cara : KKt, KLT, kolom, atau KGC. Kromatografi kolom pada
asam silikat, biasa dilakukan, tetapi cara yang dipakai
tergantung pada jenis alkaloid yang diperiksa.
Alkaloid tembakau atau Cytisus yang lebih bersifat atsiri
mungkin paling baik dipisahkan secara KGC, sedangkan
alkaloid beralkohol berbobot molekul tinggi dari opium atau
Scale Cornutum(crgot) paling baik diperiksa secara KLT.
Berikut penjelasan dari beberapa metode identifikasi alkaloid :
 Reaksi Pengendapan
Larutan alkaloid netral atau asam dapat diendapkan
dengan pereaksi yang berisi logam berat seperti Hg dan
Bi.
1ml larutan alkaloid + 1ml HCl + REAGENT →
endapan berwarna
1. Pereaksi Mayer (Larutan K2HgI4) → endapan krem
2. Pereaksi Wagner(Larutan Iodium kalium iodida)
→endapan coklat
3. Pereaksi Dargendorff(Larutan K. tetraiodobismutat)
→endapan orange merah coklat
4. Pereaksi Sonneschein (lart. Asam fosfomolibdat) →
endapan putih
 Reaksi Warna

17
Alkaloid dengan pereaksi H2SO4 and HNO3 akan
memberikan warna spesifik.
1ml larutan alkaloid dalam cawan porselen + pereaksi
warna.
o Pereaksi Marquis : campuran 2 tetes larutan
formaldehid dan 1 ml H2SO4
o Pereaksi Frohde : campuranlarutan 1% ammonium
molibdat danH2SO4
o Pereaksi Mandelin: campuran 0,5% ammonium
vanadat dalam H2SO4
o Pereaksi Vitali : 1 tetes larutan uji dibiarkan menguap
residu + HNO3 pekat → panaskan diamati warna
dibasahi dengan uap NH3 → warna tertentu.

Warna yang terbentuk dgn pereaksi


Alkaloida
Frohde Mandelin Marquis

Morfin Violet-biru Biru-coklat Violet

Kodein Biru hijau-coklat biru Violet

hidromor
Biru - Kuning-violet
fin

Tebain Biru Hijau-kuning Kuning-violet

Atropine - - Merah

Skopola
Kuning-biru - -
min

18
Kuning-
Kinin Hijau kuning Kuning
kehitaman

papaveri
Biru hijau Biru hijau Merah anggur
n

Tabel Reaksi warna alkaloid

 Reaksi pembentukan kristal

Alkaloida + larutan garam logam berat (emas klorida,


platina klorida, merkuri klorida), asam pikrat atau asam
pikrolonat → endapan kristal

 KLT

Penggunaan KLT untuk identifikasi alkaloida dan


senyawa lain telah berkembang dan mrpk alat analisis
yang cukup peka, cepat dan terpercaya.

Fase diam : silica gel G atau silica gel GF 254


Fase gerak: senyawa yang bersifat basa.
Campuran methanol & ammonia ( 100 :1,5)
Campuran benzen, aseton, eter & amoniak 25%
(40:60:10:3)
Campuran methanol, aseton, trietanolamin (30:30:1)
Campuran kloroform, aseton & dietilamin (50:40:10)
Deteksi Bercak Alkaloid (KLT) menurut Wagner, 1996
1. Sinar UV254 :
o Pemadaman kuat pada alkaloid indol, quinolin,
isoquinolin, purin.
o Pemadaman lemah : alkaloid tropan

19
2. Sinar UV 365
o Berfluoresensi biru, biru-hijau, violet: akar
rauvolfia, kulit kina, akar ipekak.
o Fluoresensi kuning: colchicine, sanguinarin,
berberine.
3. Pereaksi Semprot: Dragendorff, iodoplatinat dll

2.6 Kegunaan Senyawa Alkaloid


1. Sebagai analgetik dan narkotik, analgetika
(menghilangkan rasa sakit) sedangkan narkotika
(menghilangkan rasa sakit sekaligus juga menidurkan dan
membius). Contohnya analgesik pada migrain dari
senyawa ergotamine yang dapat ditemukan pada jamur
ergot, analgesicKdan antitusif pada mitraginin yang
dapat ditemukan pada tanaman kratom serta kodein,
adalah sejenis obat golongan opiat yang digunakan untuk
mengobati nyeri sedang hingga berat, batuk (antitusif)
dan diare.
2. Alkaloid mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan,
yang termasuk dalam golongan ini adalah Varatrum,
Rauwolfia (terutama sebagai penurunan tekanan darah).
Lobelia (Lobelin murni ialah obat asma untuk stimulan
pada pernapasan), golongan simpatomimetika seperti
efedrin dan meskalin, basa purin.
3. Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit, alkaloid kina
sebagai anti malaria, alkaloid dari Areca dan Granatum

20
sebagai anti cacing, Ipecacuancha emetin dan Cephalin
sebagai anti amuba
4. Sebagai stimulan uterus, Secale alakloid dan
benzilisokinolin alkaloid dari Hydrastis dan Berberis
5. Sebagai anastetika lokal seperti Cocain, yang didapatkan
dari tumbuhan Erythroxylon coca.
6. Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata,
seperti pada alkaloid belladona yang dapat ditemukan
pada tanaman Belladona.
7. Simplisia (bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun). Contohnya
adalah Alkaloid Piridin-Piperidin yang dapat ditemukan
pada Conium maculatum dari famili Apiaceae dan
Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.
8. Digunakan sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan
Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri
Fructus, yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri
(fam: Piperaceae).
9. Digunakan antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid
turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh
dari Conii Fructus, yang berasal dari tumbuhan Conium
maculatum (Fam: Umbelliferae)
10. Sebagai anthelmentikum pada hewan yaitu alkaloid
turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh
dari Areca semen; yang berasal dari tumbuhan Areca
catechu (fam: Palmae).

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian senyawa alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang
bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat
aktif biologis menonjol.
2. Struktur dan klasifikasi senyawa alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit
satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Sistem
klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut
Hegnauer, dimana alkaloid dikelompokkan atas: Alkaloid
sesungguhnya, Protoalkaloid, Pseudoalkaloid
3. Penentuan struktur senyawa alkaloid
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk
menyeleksi tanaman yang  mengandung alkaloid yaitu
Kromatografi dan Prosedur Wal
4. Kegunaan dari senyawa alkaloid
a) Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit
b) Sebagai stimulan uterus
c) Sebagai anastetika lokal seperti Cocain
d) Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata
e) Simplisia
f) Sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan Piperidin
g) Antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid
h) Anthelmentikum pada hewan yaitu alkaloid turunan
Asam Nikotinan

22
5. Alkaloid dapat dianalisa dengan beberapa cara seperti
reaksi pengendapan, kristalisasi dan kromatografi lapis
tipis. Alkaloid umumnya dimanfaatkan dalam bidang
kesehatan. Biasanya alkaloid di klasifikasikan berdasarkan
jumlah nitrogen yang dimilikinya.

3.2 Saran
Meyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih focus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas


Terbuka : Jakarta.

Boettcher.C. et all. 2005. How human neuroblastoma cells make


morphine. PNAS: New York.

Dewick.P.M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic


Approach 3rd ed. John Wiley & Sons Ltd. : United Kingdom.

Harborne dan Turner (1984). Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi 4.


ITB. Bandung.

Hesse. 1918. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI


Institut Teknologi Bandung : Bandung.

Ikan. 1969. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.

Padmawinata. 1995. Card System dan Reaksi Warna. ARS-


PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung : Bandung.

Sastrohamidjojo. H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gajahmada


University Press : Jogjakarta.

24
Sudjadi. 1983. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.
Penerbit ITB : Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai