Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ISOLASI & ANALISIS TUMBUHAN

OBAT
(Alkaloid dan Karbohidrat)

Dosen Pengampu : Mingle A Pistanty, S. Pd., M. Pd

Kelompok 3

Nama Anggota :

1. Dwi Aiviyatul Fajriah (2019050208)


2. Eka Ammyta Putri P (2019050209)

S1 FARMASI TAHUN PELAJARAN 2021


UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini, tepat pada waktunya. Penyusunan tugas ini tidak
terlepas dari dukungan, saran, dan bimbingan berbagai pihak. Maka dari itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

 Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan kesehatan, petunjuk,


semangat, kemudahan, dan berkat kepada penulis
 Dosen pengampu Wahyu Purwanjani, M.farm yang telah memberikan
motivasi, semangat,dan bimbingan kepada penulis
 Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun. Penulis mohon maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan yang kurang
berkenan dihati.

Purwodadi, 20 September 2021

Penulis
Daftar Isi

Cover....................................................................................................................... i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Jalur Biosintesis.............................................................................................3
B. Alkaloid..........................................................................................................4
1. Isolasi Alkaloid........................................................................................5
2. Sifat Umum Alkaloid...............................................................................6
3. Klasifikasi Alkaloid.................................................................................7
4. Jalur Biosintesis Pada Alkaloid...............................................................8
5. Metode Identifikasi Alkaloid...................................................................14
C. Karbohidrat....................................................................................................15
1. Isolasi Karbohidrat...................................................................................16
2. Klasifikasi Karbohidrat............................................................................17
3. Sifat Umum Karbohidrat .........................................................................19
4. Jalur Biosintesis Karbohidrat...................................................................20
5. Identifikasi Karbohidrat...........................................................................23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................24

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk salah satu negara “megadiversity” yang kaya


keanekaragaman hayati. Di dunia terdapat kurang lebih 250.000 jenis
tumbuhan tinggi, dan lebih dari 60 % dari jumlah ini merupakan tumbuhan
tropika. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan di dalam hutan
hujan tropika, dan sekitar 1.260 spesies di antaranya diketahui berkhasiat
sebagai obat. Namun, baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk
berbagai keperluan industri obat dan jamu, dan baru beberapa spesies saja
yang telah dibudidayakan secara intensif . Keanekaragaman hayati
Indonesia tersebut terutama tersebar di setiap pulau besar, seperti
Kalimantan, Papua, Sumatra dan Jawa. Senyawa hasil metabolit sekunder
pada tumbuhan sangat beragam dan beberapa kelompok senyawa bahan
alam diantaranya terpenoid, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang berfungsi
untuk mempertahankan diri dari serangan musuh ataupun beradaptasi
dengan lingkungan.
Obat tradisional dalam bahan kimia alam mengandung senyawa-
senyawa yang dikenal dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman. Senyawa-
senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini antara
lain: alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa-
senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki khasiat yang berbeda-beda,
sehingga mendorong pentingnya penggalian sumber obat-obat tradisional
dari bahan alam salah satunya dari tumbuhtumbuhan (Aksara et al., 2013).
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan
alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Djamal, 2008). Sejak abad
ke-17 orang telah dapat memisahkan berbagai jenis senyawa dari sumber-
sumber organik. Senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawa metabolit
primer dan senyawa metabolit sekunder (Lenny, 2006).
Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan uji warna,
penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri spectrum UV. Identifikasi yang
paling penting dan digunakan secara luas ialah pengukuran spektrum
serapan dengan menggunakan spektrofotometer. Penentuan struktur
molekul tertentu menggunakan data dari berbagai teknik spektroskopi
seperti UV-visible, Infrared (IR), Nuclear Magnetic Resonance (NMR), dan
spektroskopi massa. Prinsip dasar spektroskopi adalah melewatkan
radiasi elektromagnetik melalui molekul organik yang menyerap sebagian
radiasi, tetapi tidak semuanya. Dengan mengukur jumlah penyerapan
radiasi elektromagnetik, spektrum dapat diproduksi. Spektrum spesifik
untuk ikatan tertentu dalam suatu molekul. Tergantung pada spektrum
ini, struktur molekul organik dapat diidentifikasi.
Para ilmuwan terutama menggunakan spektrum yang
dihasilkan dari tiga atau empat wilayah :
 Ultraviolet (UV),
 Tampak (Visible),
 Inframerah (IR),
 gelombang radio,
 berkas elektron
 untuk klarifikasi struktural.

B. TUJUAN
1. Mengetahui cara isolasi dan analisis senyawa bahan alam alkaloid dan
karbohidrat.
2. Memgetahui jalur biosintesis alkaloid dan karbohidrat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jalur Biosintesis

Penentuan jalur biosintetik memungkinkan untuk memahami hubungan dan


aliran dinamis dari senyawa yang ada dalam sel hidup. Pemahaman tentang urutan
biosintesis dapat membantu mengidentifikasi enzim dan gen, memahami hubungan
antara organisme yang berbeda (seperti simbiosis, interaksi tumbuhan-serangga,
dan lain-lain). Pemahaman tentang biosintesis adalah bagian dari pemahaman
lengkap tentang biologi tumbuhan, ekologi dan keanekaragaman hayati.

Jalur biosintesis, atau jalur biosintesis adalah gambaran langkah-langkah


reaksi kimia yang terjadi ketika organisme hidup menciptakan molekul kompleks
baru dari prekursor yang lebih sederhana dan lebih kecil. Kata “biosintesis” berasal
dari dua kata dasar yaitu “Bio” yang menunjukkan bahwa reaksi berlangsung dalam
organisme hidup yang berbeda dengan reaksi di dalam laboratorium; ”sintesis”
yang menunjukkan bahwa bahan awal yang sederhana direaksikan untuk
membentuk produk yang lebih besar.

Jalur biosintesis adalah ringkasan dari reaksi kimia ini, dipecah oleh setiap
langkah. Untuk mendeskripsikan suatu jalur, informasi ekstra relevan sering
dimasukkan, seperti enzim, koenzim, dan kofaktor yang digunakan dalam setiap
reaksi.
B. Alkaloid

Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting yang


ditemukan pada tumbuhan. Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah
berdiri sendiri. Golongan senyawa ini berupa campuran dari beberapa
alkaloid utama dan beberapa kecil.
Definisi yang tepat dari istilah ‘alkaloid’ (mirip alkali) agak sulit
karena tidak ada batas yang jelas antara alkaloid dan amina kompleks
yang terjadi secara alami. Alkaloid khas yang berasal dari sumber
tumbuhan, senyawa ini bersifat basa, mengandung satu atau lebih
atom nitrogen (biasanya dalam cincin heterosiklik) dan mereka
biasanya memiliki aktivitas fisiologis yang pada manusia atau hewan
lainnya. Pada tahun 1803, alkaloid semi-murni telah diisolasi oleh
Derosne dan pada tahun 1805 Serturner mengisolasi alkaloid opium
(Papaver somniferum).
Gambar Senyawa-senyawa alkaloid yang terkandung dalam getah Opium

Alkaloid pertama yang disintesis adalah coniine dari Conium maculatum


pada tahun 1886. Strychnine, Emetine, Brucine, Piperine, Caffeine, Quinine,
Cinchonine dan Colchicine alkaloid adalah landasan dari semua yang telah
terjadi dalam kimia alkaloid hingga hari ini. Sebagian besar alkaloid berasal
dari amina oleh dekarboksilasi asam amino.

1. Isolasi Alkaloid

Isolasi alkaloid pertama kali tercatat dimulai pada abad kesembilan


belas bersamaan dengan dikenalnya proses perkolasi untuk ekstraksi obat
dari tumbuhan. pada tahun 1803,seorang Apoteker Prancis bernama Derosne
melakukan isolasi senyawa alkaloid yang kemudian dikenal sebagai narkotika
dan diikuti oleh Sertürner yang menyelidiki lebih lanjut senyawa morfin dari
tumbuhan opium (1806, 1816). Setelah itu beberapa jenis alkaloid lainnya juga
telah berhasil diisolasi diantaranya strychnine (1817), emetine (1817), brucine
(1819), piperine (1819), caffeine (1819), quinine (1820), colchicine (1820)
dan coniine (1826). Coniine adalah alkaloid pertama yang diketahui struktur
kimianya (Schiff, 1870) dan berhasil disintesis oleh Ladenburg pada tahun 1889.
Alkaloid lainnya, seperti colchicine, baru ditemukan dan dijelaskan struktur
Alkaloid pertama yang disintesis adalah coniine dari Conium maculatum
pada tahun 1886. Strychnine, Emetine, Brucine, Piperine, Caffeine, Quinine,
Cinchonine dan Colchicine alkaloid adalah landasan dari semua yang telah
terjadi dalam kimia alkaloid hingga hari ini. Sebagian besar alkaloid berasal
dari amina oleh dekarboksilasi asam amino.
Isolasi alkaloid pertama kali tercatat dimulai pada abad kesembilan
belas bersamaan dengan dikenalnya proses perkolasi untuk ekstraksi obat
dari tumbuhan. pada tahun 1803,seorang Apoteker Prancis bernama Derosne
melakukan isolasi senyawa alkaloid yang kemudian dikenal sebagai narkotika
dan diikuti oleh Sertürner yang menyelidiki lebih lanjut senyawa morfin dari
tumbuhan opium (1806, 1816). Setelah itu beberapa jenis alkaloid lainnya juga
telah berhasil diisolasi diantaranya strychnine (1817), emetine (1817), brucine
(1819), piperine (1819), caffeine (1819), quinine (1820), colchicine (1820)
dan coniine (1826). Coniine adalah alkaloid pertama yang diketahui struktur
kimianya (Schiff, 1870) dan berhasil disintesis oleh Ladenburg pada tahun 1889.
Alkaloid lainnya, seperti colchicine, baru ditemukan dan dijelaskan struktur
kimianya setelah satu abad berikutnya. Perkembangan metode ekstraksi,
isolasidan instrumentasi yang modern sangat memudahkan penyelidikan.
Pada paruh kedua abad ke-20, alkaloid sangat menonjol dalam pencarian obat
dari bahan tumbuhan untuk aktivitas antikanker. Aktivitas fisiologis alkaloid
lain diantaranya untuk anestesi, obat penenang, stimulan.

2. Sifat Umum Alkaloid

Kebanyakan alkaloid memiliki rasa pahit, bersifat basa lemah, dan


sedikit larut dalam air dan dapat larut dalam pelarut organic non polar seperti
dietil eter, kloroform dan lain-lain. Beberapa alkaloid memliki warna seperti
berberin yang berwarna kuning dan garam sanguinarine dengan tembaga
berwarna merah. Alkaloid akan terdekomposisi oleh panas kecuali strychnine
dan caffeine. Secara wujud kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal
dan sedikit diantaranya merupakan padatan amorf.
Alkaloid pada dasarnya merupakan senyawa yang bersifat basa dengan
keberadaan atom nitrogen dalam strukturnya, Asam amino berperan sebagai
senyawa pembangun dalam biosintesis alkaloid. Kebanyakan alkaloid
mengandung satu inti kerangka piridin, quinolin, dan isoquinolin atau tropan
dan bertanggungjawab terhadap efek fisiologis pada manusia dan hewan.
Rantai samping alkaloid dibentuk atau merupakan turunan dari terpena atau
asetat. Alkaloid memiliki sifat basa dan bertindak sebagai senyawa basa dalam
suatu reaksi. Campuran alkaloid dengan suatu asam akan membentuk garam
kristalin tanpa membentuk air. Pada umumnya alkaloid berbentuk padatan
kristal seperti pada senyawa atropine. Beberapa alkaloid seperti lobeline atau
nikotin berbentuk cairan.
Alkaloid memiliki kelarutan yang khas dalam pelarut organik. Golongan
senyawa ini mudah larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam air. Garam
alkaloid biasanya larut dalam air. Di alam, alkaloid ada di banyak tumbuhan
dengan proporsi yang lebih besar dalam biji dan akar dan seringkali dalam
kombinasi dengan asam nabati. Senyawa alkaloid memiliki rasa yang pahit.

3. Klasifikasi Alkaloid

Jika dibandingkan dengan kelas lain yang terjadi secara alami, tidak
ada klasifikasi struktur yang seragam untuk alkaloid. Klasifikasi alkaloid
berdasarkan pada kerangka karbonnya meliputi:

a) Alkaloid sebenarnya (True alkaloid)

Alkaloid jenis ini memiliki kerangka cincin heterosiklik yang mengandung atom
nitrogen. Biosintesis alkaloid jenis ini berasal dari asam amino-asam amino.

Contoh: Atrophine, Nicotine, Morphine

b) Protoalkaloid

Alkaloid jenis ini tidak memiliki cincin heterosiklik yang mengandung atom
nitrogen dan merupakan turunan dari asam amino
Contoh: Ephedrine, mescaline, adrenaline

Ephedrine mescaline
adrenaline

c) Pseudoalkaloid

Alkaloid jenis ini mengandung cincin heterosiklik yang mengandung atom


nitrogen, namun bukan merupakan turunan dari asam amino

Contoh: Caffeine, theobromine, theophylline

Caffeine theobromine theophylline

4. Jalur Bisintesis Pada Alkaloid

Selain klasifikasi di atas, alkaloid dapat diklasifikasikan dengan


beberapa faktor yaitu berdasarkan biosintesisnya, berdasarkan kerangka
struktur kimia, berdasarkan farmakologi, dan berdasarkan taksonomi.
Kebanyakan alkaloid yang berasal dari biosintesis ornithine, lisin,
asam nikotinat, asam antranilat, fenilalanin, tirosin, dan triptofan. dalam
beberapa kelompok, namun sumber nitrogen tidak berasal dari asam amino.

Reaksi kimia tertentu yang umum untuk formasi berbagai jenis


alkaloid. Di antaranya adalah dekarboksilasi, formasi Schiff-base,
kondensasi Mannich, dan kondensasi imino-aldol. Pembentukan Schiff-
base dapat terjadi antara amina dan senyawa karbonil untuk menghasilkan
sistem imina. Dalam kondensasi Mannich, sistem C-C-N dihasilkan
dengan penambahan Karbanion ke basis Schiff sehingga terbentuk.
kondensasi keton atau aldehida dengan amina. Dua –duanya
merupakan berpartisipasi amina primer dan sekunder. Kondensasi aldol
dan aldol antara senyawa yang mengandung gugus imino juga sering
terjadi.
Beberapa reaksi umum dalam pembentukan formasi alkaloid Asam
α-amino dikonversi membentuk α -keto asam dengan salah satu reaksi yang
membentuk vitamin B6, pyridoxal- 5 '-phosphate, koenzim yang paling
mendasar dalam metabolisme asam amino. Senyawa ini ada dalam dua
bentuk biologis aktif, piridoksal-5'-fosfat dan pyridoxamine-5-fosfat.
Reaktivasi dari koenzim dipengaruhi oleh pembalikan sederhana urutan
asam amino disebut transaminasi. Dalam kasus lain, asam α-keto yang
diubah menjadi-asam amino. Reaksi asam amino untuk menghasilkan asam
keto dengan flavin adenin dinukleotida (FAD), yang terjadi pada hewan
dan mikroorganisme, biasanya penting dalam pembentukan alkaloid.
Reaksi – reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-
metil ataupun gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen – fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenipropanoid dan poliasetat. Dalam biosintesis higrin, pertama terjadi
oksidasi pada gugus amina yang diikuti olek reaksi Mannich yang
menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi
menghasilkan hiosiami.
a. Sintesis Benzylisoquinolin, dimulai dengan dua molekul tirosin

b. Dua cincin tirosin mengalami kondensasi dan membentuk struktur dasar dari
morfin.
Skema lanjutan pembentukan alkaloid dengan prekursor tirosin.

Ringkasan jalur biosintesis dari L-tirosin ke morfin menunjukkan alkaloid


isoquinolin, (S)-norlaudanosolin, perubahan konfigurasi dari (S)- ke (R) reticulin
dan terbagi atas dua jalur dari tebain dan morfin.
Beberapa senyawa alkaloid turunan tirosin

gambar di atas. Pemindahan jembatan eter dan gugus fungsi pada cicin
sikloheksana dan pemanjangan pada levomethorphan and dextromethorphan.
Levomethorphan adalah analgesik dengan proses enatiomer akan membentuk
senyawa kodein yang memiliki aktifitas sebagai antitusif. Pada kenyataannya
isomer yang 'unnatural' ini dapat dijadikan sebagai bahan obat yang bersifat tidak
adiktif dan tidak memiliki aktifitas analgesik. Pentazocine adalah salah satu
contoh senyawa yang memiliki struktur seperti morfin dimana jembatan eternya
juga telah dihilangkan dan cicin sikloheksan diganti dengan gugus metil yang
sederhana. Pentazocine memiliki dua fungsi yaitu sebagai agonis dan antagonis
dari morfin dan juga memiliki fungsi sebagai analgesik yang baik, senyawa ini
dapat menginduksi gejala syndrome awal. Kendatipun demikian hal yang paling
drastis dapat dilihat dari proses pembentukan petidin (meperidin) dimana struktur
morfin berubah menjadi lebih sederhana, petidin merupakan golongan opiat
sintetis yang digunakan secara luas. Hanya ada cincin aromatis dan piperidin
yang menjadi kerangka utamanya. Petidin memiliki potensi yang lebih rendah
dari morfin akan tetapi masih diizinkan untuk diproduksi, ia memiliki aktifitas
analgesik yang singkat dan efek konstipasi yang rendah dibandingkan dengan
morfin serta tetap memiliki efek adiksi. Fentanil memiliki 4-anilin dan lebih baik
dibandingkan dengan struktur 4-fenil-piperidin dan 50-100 kali lebih aktif dari
morfin, hal ini disebabkan karena memiliki lipopolisitas dan sifat trasport yang
sangat baik ,hal ini menyebabkan ia dapat diberikan melalui kulit dalam bentuk
sediaan plester.

Secara umum alkaloid dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu hetersiklik


dan non heterosiklik.

 Alkaloid
heterosiklik

 Alkaloid non heterosiklik


5. Metode Identifikasi Alkaloid

Alkaloid kasar yang diperoleh selanjutnya didentifikasi menggunakan


metode kromatografi lapis tipis dan disemprot dengan beberapa pereaksi
alkaloid yaitu:
a. Pereaksi Dragendorff, hasil positif memberikan warna kuning kecoklatan
dengan latar belakang warna kuning dari pereaksi
b. Pereaksi Iodoplatinat, hasil positif memberikan warna yang beragam
c. Pereaksi Marquis, hasil positif memberikan warna kuning hingga ungu
C. Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah


besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa berupa
aldehida (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton
(disebut polihidroksiketon atau ketosa).
 Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen. contoh; glukosa C , sukrosa C , sellulosa (C )n.
Rumus umum karbohidrat Cn( 2 )m. Karena komposisi yang demikian,
senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi sejak 1880,
senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat
adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula.
Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan
dengan gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat
didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid atau polihidroksiketon.
Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksi aldehid karena mempunyai
satu gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil. Banyak karbohidrat
merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa (Ebbing, 2001).
Karbohidrat digolongkan berdasarkan struktur cincin sikliknya,yaitu
furanosa,karbohidrat dengan struktur cincin siklik segi lima (jumlah
atom C=5) dan piranosa,karbohidrat dengan struktur cincin siklik segi
enam (jumlah atom C=6). Digolongkan berdasarkan monomer
penyusunnya yaitu monosakarida,oligosakarida,dan polisakarida.
Monosakarida merupakan gula sederhana yang terdiri dari satu unit
polihidroksi aldehid atau keton dan tidak dapat di hidrolisis
lagi.ligosakarida adalah kelompok karbohidrat yang terdiri atas 2-10
monosakarida. Disakarida,Trisakarida dan seterusnya sesuai dengan
jumlah satuan monosakarida termasukk dalam kelompok ini. 
Berdasarkan pengertian di atas berarti diketahui bahwa karbohidrat
terdiri atas atom C, H dan O. Rumus umum dari karbohidrat adalah:

Cn(H2O)n atau CnH2nOn


Biomolekul yang paling banyak ditemukan di alam. Dari namanya
à molekul yang terdiri dari carbon (C) dan hydrate (air à H2O).
Mempunyai rumus molekul (CH2O)n untuk monosakarida Disintesis
dari CO2 dan H2O dlm proses fotosintesis Dikenal juga sebagai sakarida

1. Isolasi Karbohidrat
 isolasi dan hidrolisis karbohidrat kita bertujuan untuk
Mengidentifikasi sifat-sifat umum berbagai jenis karbohidrat dengan uji
kuantitatif (menentukan kadar pati) dan uji kualitatif (reaksi peragian, reaksi
molish,dan reaksi benedict). Percobaan pertama yakni mengisolasi amilum
dari singkong/ubi kayu (Manihot esculenta Crantz).
Contohnya sukrosa,maltosa,laktosa dan selobiosa. Polisakarida
adalah karbohidrat dalam bentuk polimer dari satuan monosakarida dengan
rantai sangat panjang.polisakarida berfungsi sebagai komponen struktural
dan cadangan makanan bagi makhluk hidup.contoh pati, selulosa,
hemiselulosa, gilikogen dan asam hialuronat (Fessenden, 1994). Banyak
cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam
suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik
dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat polisakarida maupun
oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih
dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini maka bahan
dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu .
Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. misalnya sukrosa
(gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan
utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya.
Monosakarida (sering disebut juga gula sederhana) adalah suatu karbohidrat
yang tersederhana, mereka tak dapat terhidrolisis menjdi molekul
karbohidrat yang lebih kecil. monosakarida dapat diikat secara bersama-
sama untuk membentuk dimer, trimer, dan sebagainya dan akhirnya
polimer. dimer-dimer tersebut adalah disakarida. Sukrosa adalah suatu
disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satusatuan fruktosa.
monosakarida dan diskarida larut dalam air dan umumnya terasa manis.
Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida
dirujuk sebagai oligosakarida (yunani, oligo= beberapa). Jika lebih dari
delapan satuan monosakarida diperoleh dari hidrolisis maka karbohidrat itu
disebut polisakarida. contoh polisakarida adalah pati, yang dijumpai dalam
gandum dan tepung jagung dan selulosa penyusun yang bersifat serat dari
tumbuhan dan komponen utama dari kapas (Coulson, 2004).
Pati atau selulosa 2, + banyak satuan glukosa Gula sederhana
dan zat-zat yang dengan hidrolisis menghasilkan sederhana disebut
karbohidrat. aslinya nama karbohidrat digunakan karena komposisi
kebanyakan gula, pati dan selulosa berpadaan dengan hidrat hipotesis dari
karbon. Pada umumnya semua karbohidrat disebut sakarida yang terdiri dari
monosakarida yang tidak dapat dihidrolisis, disakarida yang dapat
dihidrolisis menjadi dua molekol monosakarida dan polisakarida yang
membentuk banyak molekol monosakarida dengan hidrolisis (Keenan,
1999). Uji kuantitatif dilakukan dengan menentukan kadar pati dari isolate
amilum pada umbi. Uji kualitatif dilakukan dengan berbagai reaksi kmia
yaitu reaksi peragian, reaksi molisch, dan reaksi bennedict.

2. Klasifikasi Karbohidrat

Karbohidrat dapat dikelompokkan menurut jumlah unit gula, ukuran dari


rantai karbon, lokasi gugus karbonil (-C=O), serta stereokimia. Berdasarkan
jumlah unit gula dalam rantai, karbohidrat digolongkan menjadi 4 golongan
utama yaitu:
1) Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)
2) Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)
3) Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)
4) Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula) Pembentukan rantai
karbohidrat menggunakan ikatan glikosida.

Berdasarkan lokasi gugus –C=O, monosakarida digolongkan menjadi 2


yaitu:
1) Aldosa (berupa aldehid)
2) Ketosa (berupa keton)
Berdasarkan jumlah atom C pada rantai, monosakarida digolongkan
menjadi:
1) Triosa (tersusun atas 3 atom C)
2) Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)
3) Pentosa (tersusun atas 5 atom C)
4) Heksosa (tersusun atas 6 atom C)
5) Heptosa (tersusun atas 7 atom C)
6) Oktosa (tersusun atas 3 atom C)

Berdasarkan stereokimia, monosakarida terbagi menjadi beberapa golongan.


Stereokimia adalah studi mengenai susunan spasial dari molekul. Salah satu
bagian dari stereokimia adalah stereoisomer. Stereoisomer mengandung
pengertian:
1) memiliki kesamaan order dan jenis ikatan
2) memiliki perbedaan susunan spasial
3) memiliki perbedaan properti (sifat).
3. sifat Umum Karbohidrat v
1) Reaksi dengan basa dan asam
Bila glukosa dilarutkan dalam basa encer / basa lemah Ba (OH)2 atau
Ca(OH)2 setelah beberapa jam akan dihasilkan campuran yang terdiri
dari fruktosa, manosa dan sebagian glukosa semula. Hal ini terjadi
karena enolisasi glukosa. Perubahan aldosa menjadi ketosa ini disebut
transformasi Bruyn-Alberda Van Ekenstein. Trasnformasi ini tidak
terjadi dalam larutan basa pekat karena dalam larutan ini,
monosakharida mudah teroksidasi, terdegrasi dan terpolimerisasi
2) Gula Pereduksi
Adanya sifat pereduksi dari gula disebabkan oleh adanya gugus aldehida
atau gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam
seperti tembaga (Cu) dan perak (Ag) dalam larutan basa. Dalam
mereduksi Benedict yang terbuat dari campuran CuSO4, NaOH dan Na-
sitrat , gula tersebut akan mereduksi CU2+ yang berupa Cu(OH)2
menjadi CU+ sebagai CuOH,selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak
larut, berwarna kuning atau merah bata / coklat.
3) Oksidasi
Oksidasi secara kimia terhadap aldosa pada umumnya menghasilkan
asam Aldonat (misalnya, asam glukonat dari glukosa ). Oksidator kuat
seperti NHO3, akan mengoksidasi gugus aldehida dan gugus alkohol
primer menjadi asam aldarat suatu asam dikarboksilat (misalnya asam
glukarat dari glukosa ). Dalam beberapa hal asam aldonat membentuk
suatu ester, atao lakton. Asam monokarboksilat yang terjadi jika hanya
gugus alkohol primer saja yang teroksidasi disebuat asam uronat, misal
asam glukoronat.
4) Pembentuk Glikosida
Salah satu sifat monosakharida yang sangat penting ialah kemampuan
untuk membentuk glikosida dan asetal. Apabila larutan D-glukosa diberi
metanol dan HCl maka akan segera terbentuk dua senyawa, yaitu α dan
β-metil-Dglukosida. Dua bentuk yang diastomer ini labil dalam asam
tetapi stabil dalam basa.
5) Pembentuk Ester
Semua monosakharida dapat terasetilasi oleh asam asetat anhidrida yang
berlebihan membentuk O-asetil-α-D-glukosa. Gugus asetil yang
berikatan secara ester ini bisa dihidrolisis oleh asam atau basa . Sifat ini
sering juga digunakan untuk penentuan struktur kharbohidrat Senyawa
ester yang penting dalam metabolisme adalah ester fosfat. Senyawa ini
terjadi karena berlangsungnya reaksi antara kharbohidrat dengan
adenosin trifosfat (ATP) yang dikatalis oleh enzim yang sesuai.
6) Ozason
Monosakharida dapat bereaksi dengan larutan fenilhidrazin dalam
suasana asam dalam suhu 1000C, membentuk ozason. Glukosa, fruktosa
dan galaktosaa membentuk ozason yang sama, karena C3 – C6 ketiga
gula ini sama, tetapi galaktosa membentuk ozason yang lain karena
galaktosa berbeda pada pada bagian melekul yang tidak berubah pada
pembentukan ozason . Tes ozasan penting untuk identifikasi gula karena
ozason berbagai kharbohidrat mempunyai bentuk kristal dan titik lebur
yang berbeda. Pada pembentukan ozason haya C karbonil ( gugus
aldehida atau keton ) dan atom C yang bersebelahan letaknya turut
bereaksi.

4) Jalur Biosintesis Karbohidrat

a. Produksi monosakarida lewat fotosintesis


Dalam tumbuhan yang berklorofil monosakatida diproduksi lewat
fotosintesis, dalam tumbuhan hijau fotosintesis terdiri dari dua golongan
reaksi. Golongan 1 reaksi terdiri dari reaksi cahaya yang mengubah
energi elektromagnetik menjadi potensi kimiawi. Golongan 2 terdiri dari
reaksi enzimatik yang menggunakan energi dari reaksi cahaya untuk
mengfiksasi karbon dioksida menjadi gula. Reaksi ini sering disebut
reaksi gelap. Hasil kedua reaksi tersebut dapat disimpulkan menjadi
reaksi sederhana sebagai berikut:
Walaupun kesimpulan persamaan reaksi merupakan peran
serta seluruh reaktan dan produk, namun belum menggambarkan
zantara yang terjadi sepanjang proses tersebut. Jadi reaksi yang
terjadi tidak sesederhana dalam persamaan reaksi tersebut. Jalur
carbon dalam fotosintesis dikerjakan pertama kali oleh Calvin
dkk. seperti tercantum dalam Gambar 3 --1.

b. Biosintesis Sukrosa
Sukrosa merupakan produk tanaman yang sangat berguna
bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa sukrosa tidak hanya
gula pertama yang terbentuk dalam proses fotosintesis tetapi juga
bahan transpor utama. Pembentukan sukrosa mungkin merupakan
prekursor biasa untuk sintesis polisakarida. Meskipun jalur alternatif
terdiri dari suatu reaksi antara glukosa 1-fosfat dan fruktosa yang
bertanggungjawab untuk produksi sukrosa dalam mikroorganisme
tententu, biosintesis metabolit penting dalam tumbuhan tinggi
terjadi menurut jalur yang tergambar pada Gambar 3-2. Fruktosa 6-
fosfat diturunkan dari daur fotosintesik, diubah menjadi glukosa 1-
fosfat yang kemudian bereaksi dengan UTP menjadi UDPglukosa
bereaksi dengan fruktosa 5- fosfat membentuk pertama sukrosa fosfat,
kemudian berubah menjadi sukrosa atau dengan fruktosa langsung
membentuksukrosa.
Gambar 3— 1. Jalur karbon dalam
fotosintesis

(Tyler et al, 1988)


Gambar 3—2. Jalur biosintesis sukrosa (Tyler et al., 1988)

5) Identifikasi Karbohidrat
 Uji Molisch (untuk semua karbohidrat)
 Uji Tollens untuk gula pereduksi
 Uji Fehling untuk gula pereduksi
 Uji barfoed untuk membedakan monosakarida dan disakarida
 Uji seliwanoff untuk ketosa
 Uji bial untuk pentosa
 Pembentukan ozason
 Uji untuk polisakarida
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penentuan jalur biosintetik memungkinkan untuk memahami hubungan dan
aliran dinamis dari senyawa yang ada dalam sel hidup. Pemahaman tentang urutan
biosintesis dapat membantu mengidentifikasi enzim dan gen, memahami hubungan
antara organisme yang berbeda (seperti simbiosis, interaksi tumbuhan-serangga, dan
lain-lain). Pemahaman tentang biosintesis adalah bagian dari pemahaman lengkap
tentang biologi tumbuhan, ekologi dan keanekaragaman hayati.

Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting yang


ditemukan pada tumbuhan. Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah berdiri
sendiri. Golongan senyawa ini berupa campuran dari beberapa alkaloid utama dan
beberapa kecil.
Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus
hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa berupa aldehida (disebut
polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut polihidroksiketon atau
ketosa).

B. SARAN
Perlu dipahami mengenai alkaloid dan karbohidrat khususnya pada jalur
biosintesis alkaloid dan karbohidrat tersebut agar pembaca dapat mengerti dengan
mudah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amstrong, F. B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga alih bahasa dr. R. F. Maulany, MSc.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Anderson,. K., 1958. Essensial of Physiologycal Chemistry 4th Edition. Third Printing. The United
States of Amerika.
3. Bagiada, A., Mika dan K. Isnuwardani. 1991. Diktat Biokimia Enzim. Fakultas Kedokteran UNUD.
4. Conn, E.E and P. K. Stump. 1976. Outline of Biochemistry 4th Edition, Jhon Wiley and Sons, Inc.
New York, London, Sidaeg, Toronto.
5. David, S> P. 1985. Prinsip-prinsip Biokimia. Diterjemahkan oleh Drs. R. Soendoro. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
6. Diane, S.C. (Adji Dharma). 1996. Ringkasan Biokimia Harper. Girindra, A. 19990. Biokimia I.
Cetakan kedua. Penerbit Pt Gramedia, Jakarta. Harper, A. H. 1967. Review of Physiologycal
Chemistry Range Medical Publication, Los Altos, California.
7. Hardjasasmita, H. P. 19997. Ikhtisar Biokimia dasar B. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indnesia.
8. Lehninger, A. L. 1988.dasar-dasar Biokimia. Jilid I Alih Bahasa Dr. Ir. Maggy Thenawidjaja.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
9. Ayes, P. A., D, K. Granner, V. W, Rodwell dan D. W. Martin. JR. 1992. Biokimia Harper (Harper
Riview of Biochemistry). Alih Bahasa.; Dr. Iyan Darmawan. Cetakan VI. Edisi 20. Penerbit Buku
Kedkteran EGC, Jakarta.
10. Mc. Gilvery, R. W. dan G. W. Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi
Ketiga. Alih Bahasa dr. Tri Martini Sumarno, DSBK., dkk. Penerbit Eirlangga University Press,
Surabaya.
11. Strayer, L. 2000. Biokimia. Cetkan I. Edisis 4 Volume I. Alih Bahasa dr. Ani Retno Prijanti, dkk.
Penerbit Buku Kedokterrran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai