HALAMAN
DAFTARA ISI................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar blakang.....................................................................................................................................1
I.1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
2.1. Teori dasar........................................................................................................................................2
2.2. FLAVONOID.......................................................................................................................................3
2.3. ALKALOID..........................................................................................................................................4
2.3.1. MANFAAT SENYAWA ALKALOID................................................................................................5
2.3.2. SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA SPONGE.....................................................................6
2.3.3. Beberapa senyawa alkaloid telah diisolasi dari Sponge Clathria sp...........................................6
2.3.4. BAGAN ISOLASI.........................................................................................................................8
2.4. FENOLIK.....................................................................................................................................10
2.4.1. Manfaat senyawa fenolik...................................................................................................10
2.4.2. Metabolit Sekunder...........................................................................................................11
2.5. Terpenoid Dari Bahan Hayati Laut.............................................................................................14
2.5.1. MAANFAAT TeERPENOID LAUT..........................................................................................20
2.6. STEROID LAUT............................................................................................................................23
2.6.1. STEROL LAUT......................................................................................................................24
BAB III PENUTUP......................................................................................................................28
3.1. PENUTUP...................................................................................................................................28
3.2. SARAN........................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................29
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan dan pencarian sumber senyawa bioaktif terus menerus dilakukan seiring
dengan makin banyaknya penyakit-penyakit baru yang bermunculan, mulai dari penyakit
infeksi, kanker, dan beberapa penyakit berbahaya lainnya. Senyawa bioaktif dapat diperoleh
dari beberapa sumber, diantaranya dari tumbuhan, hewan, mikroba dan organisme laut,
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar yang memiliki sekitar 17,500
pualu dengan panjang pantai sekitar 81,000 km, sehingga Negara kita memiliki potensi
sumber daya wilayah pesisir laut yang besar, dan termasuk salah satu Negara yang kaya akan
±30.000 ribu jenis flora, terutama yang memiliki potensi sebagai obat alami.
Salah satu Senyawa senyawa yang terdapat dalam biota laut adalah: alkaloid, flavonoid,
fenolik, terpenoid
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biota laut merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Berbagai usaha telah
dilakukan manusia untuk menyingkap rahasia yang terkandung dalam biota laut dan
produknya. Usaha yang tak kenal lelah mulai menunjukkan hasil dengan ditemukannya
berbagai jenis senyawa bioaktif baru (novel compounds) yang tidak ditemukan pada biota
darat.
Sejak tahun 1970-an, perhatian mulai tertuju pada penemuan obat-obatan dari laut. Hal
ini ditandai dengan adanya kolaborasi antara peneliti dari berbagai institusi dengan farma
kologi yang menghasilkan suatu kemajuan besar dalam penemuan obat-obatan dari biota
laut. Pencarian senyawa aktif metabolit sekunder biota laut yang potensial mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Data menunjukkan bahwa dari tahun 1990 - 2009
pencarian senyawa aktif dari organisme avertebrata laut mengalami peningkatan jumlah
senyawa alami yang baru ditemukan (Leal et al., 201), dan telah tercatat hingga tahun 2006
sintesis bioaktif alami yang berasal dari perairan laut diperkirakan sekitar 6.914 senyawa
aktif yang telah diidentifikasi dan diketahui (Glaser and Mayer, 2009).
2
Sumber senyawa metabolit sekunder di laut sangat berlimpah dan menunjukkan struktur
senyawa kimia aktif yang sangat beragam. Hal ini disebabkan karena tingkat
keanekaragaman sumberdaya laut yang sangat tinggi. Berbagai usaha telah dilakukan
manusia untuk menyingkap rahasia yang terkandung dalam biota laut. Usaha yang tak kenal
lelah mulai menunjukkan hasil dengan ditemukannya berbagai jenis senyawa bioaktif baru
(novel compounds) yang tidak ditemukan pada biota darat (Rasyid, 2008).
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak esensial bagi pertumbuhan mahluk
hidup. Senyawa metabolit sekunder disintesis atau dihasilkan dalam jumlah berlebih oleh
organisme pada keadaan tertentu. Setiap organisme mensintesis senyawa metabolit sekunder
pertahanan diri dari cekaman biotik maupun abiotik. Senyawa metabolit sekunder dapat
besifat racun dan juga bersifat zat yang menguntungkan, tergantung dari senyawa yang
terbentuk. Metabolit sekunder yang bermanfaat dapat digunakan sebagai bahan baku obat
dan kosmetik dalam bidang farmakologi maupun industri (Muniarsih, 2005; Setyorini &
Yusnawan, 2016).
2.2. FLAVONOID
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri dari C6-C3-C6
dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau gugusan
gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Flavonoid merupakan golongan
metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino.
Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin
tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
3
sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
Flavonoid adalah metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara luas pada tanaman
serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti virus, anti-inflamasi
(Qinghu Wang dkk, 2016), kardioprotektif, antidiabetes, anti kanker, (M.M. Marzouk, 2016)
anti penuaan, antioksidan (Vanessa dkk, 2014) dan lain-lain. Senyawa flavonoid adalah
senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-
C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)
menjaga proses respirasi sel oleh mitokondria pada dosis tertentu. Pada dosis tinggi
sitotoksik melibatkan proses produksi oksigen secara radikal pada dosis yang tinggi atau
pada kematian larva. Beragam fakta tersebut memperjelas bahwa senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, phenol, saponin, titerpenoid dan tanin apabila bekerja secara
bersamaan dapat berperan sebagai larvicidal, insecticidal dan insect repellent atau obat
4
2.3. ALKALOID
Alkaloid merupakan suatu senyawa alam organik yang banyak terdapat pada tumbuh-
tumbuhan juga biota laut yang memiliki manfaat yang luas bagi kesehatan. Alkaloid adalah
sebuah golongan senyawa basa nitrogen heterosiklik yang banyak terdapat pada tumbuhan.
a. Pada Alkaloid ini dapat berguna sebagai suatu hasil dari proses pembuangan gas
b. Bisa untuk dijadiakan sebagai sebuah tempat menyimpan gas nitrogen, walaupun begitu
c. Kerap digunakan sebagai pelindung serta menjaga tumbuhan atas berbagai jenis serangan
parasit,misalnya seperti hama, bahkan bisa juga melindunginya dari pemangsa lainnya.
sebab dengan berdasarkan dari segi strukturnya pada alkaloid ini dianggap mempunyai
Senyawa alkaloid juga berkhasiat sebagai anti diare, anti diabetes, anti mikroba dan
anti malaria, akan tetapi beberapa senyawa golongan alkaloid bersifat racun sehingga
diperlukan adanya identifikasi senyawa golongan alkaloid yang dapat diketahui manfaatnya.
Contoh :
5
1. Senyawa alkaloid untuk infeksi akibat jamur : Fascaplysin yang berhasil diisolasi dari
spons Fascaplysinopsis reticulate dan tunikata Didenum sp. (SEGRAVES et al., 2004)
dan Ptilomycalin yang diisolasi dari spons Ptilocaulis spiculver (PALAGIANO et al.,
1995)
3. Sponge Clathria sp yang menghasilkan senyawa alkaloid yaitu Alkaloid Pirolidin dan
Alkaloid Pirimidin
suatu organisme pada umumnya berfungsi untuk bertahan dari predator, kompetitor, dan
untuk mendukung proses reproduksi. Tanpa senyawa ini organisme akan menderita kerusakan
atau menurunnya kemampuan bertahan hidup. Beberapa sponge telah terbukti mengandung
antikanker, antivirus, antioksidan, dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder dari sponge
a. Alkaloid Pirolidin
Pirolidin merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N. Senyawa ini termasuk
senyawa amina siklik, memiliki lima anggota cincin yang terdiri dari empat atom karbon dan
6
Struktur pirolidin
Kelompok alkaloid pirolidin berhasil diisolasi dari sponge Clathria sp. Sebagai senyawa
metabolit sekunder. Laville et al. (2009) mengisolasi senyawa alkaloid baru jenis pirolidin
yang diberi nama Clathriadi acid dan Norbatzelladine L dari sponge Clathria calla yang diuji
b. Alkaloid Pirimidin
Pirimidin merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C4H4N2. Senyawa ini
termasuk senyawa amina heterosiklik, memiliki enam anggota cincin yang terdiri dari empat
atom karbon serta dua atom nitrogen pada posisi satu dan tiga dalam cincin, dengan struktur
sebagai berikut:
7
Struktur pirimidin
Senyawa alkaloid pirimidin dengan nama Mirabilin F dan G diisolasi dari sponge Clathria sp.
LOMPO
8
1. Proses Ekstraksi
Sampel Petrosia
alfiani
Serbuk halus
Maserat
Rotary evaporator
Ekstrak kasar
Diuapkan kembali
Ekstrak kental
2. Proses Isolasi
Ekstrak Kering
Diimprek dengan menggunakan silica
gel tipe 7730
Analisa Kromatografi Kolom
9
Berpendar pada sinar short wave Tidak berpendar pada sinar short wave
Rekristalisasi
Fraksi 21-30
Murni dengan titik
leleh 131oC-132oC
2.4. FENOLIK
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatic satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus – gugus lain
penyertanya. Senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil lebih dari satu disebut polifenol.
ini. Kemampuannya sebagai senyawa biologic aktif memberikan suatu peran yang besar terhadap
kepentingan manusia. Pada industry makanan dan minuman, senyawa fenolik berperan dalam
memberikan aroma yang khas pada produk makanan dan minuman, sabagai zat pewarna
makanan dan minuman, dan sebagai antioksidan. Pada farmasi industry farmasi dan kesehatan,
senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker dan lain – lain.
Selain itu, senyawa fenolik sangat penting reproduksi dan pertumbuhan tanamandari serangan
pathogen.
Contoh
10
1. Sargassum echinocarpum merupakan alga coklat yang kaya kandungan polifenol,
2. Fucaceae (Florotanin)
3. Sargassaceae (Florotanin)
4. Ecklonia cava mengandung komponen total fenolik yaitu florotannin yang lebih
floroglusinol akibat ikatan aril – aril dan diaril-eter. Florotanin diketahui hanya dapat
ditemukan di dalam alga cokelat. Kandungan florotanin dalam alga cokelat dapat mencapai
Florotanin umumnya terkandung di lapisan luar korteks, organel fisoa dan jaringan meristem
ini akan terlihat coklat gelap bila ditempatkan di udara bebas dan memberikan warna merah
11
bila direaksikan dengan asam klorida. Senyawa ini bersifat higroskopis, pereduksi kuat dan
mudah larut dalam pelarut polar (Ogino, 1962; Pavia et al. ., 2002).
2. Antimikroba
3. Anti-HIV
4. Anti alergi
5. Anti inflamasi
6. Anti kanker
7. Anti diabetes
8. Anti obesitas
12
BAGAN
Sargassum sp
Maserat (6,72gr)
13
Di uji dengan Spektro UV-VIS
dengan panjang gelombang
725nm dengan kurva standar
2.5. Terpenoid Dari Bahan Hayati Laut
Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang memiliki bau dan dapat diisolasi
dari bahan nabati dengan penyulingan disebut minyak atsiri. Secara umum minyak atsiri adalah
senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang tidak bersifat aromatik yang disebut
terpenoid. Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C-5 yang disebut isoprena. Terpenoid ini menyusun banyak minyak atsiri. Berikut ini
Isoprena terdapat langka dalam tumbuhan tetapi memang terdapat dalam dedaunan. Contoh
lain dari hemiterpenoid ini adalah iso-amilalkohol, iso valeraldelhida, asam senesioat, asam
Monoterpenoid terbentuk dari dua satuan isoprena dan biasanya mempunyai sepuluh atom
karbon. Monoterpenoid merupakan komponen utama banyak minyak atsiri dan mempunyai
makna ekonomi besar sebagai bau-rasa, wewangian dan pelarut. Monoterpenoid khas
berupa cairan tak berwarna, tidak larut dalam air, dapat disuling uap dan berbau harum.
Contoh monoterpenoid lain seperti mirsena, lavandol, geranial, keton artemisia, perinia, α-
14
felandrena, pulegon, menton, mentofuran, mentol, 1,8 sinesol, eukarvon, kripton, safranal,
Seskuiterpenoid adalah senyawa C15 biasanya dianggap berasal dar i tiga satuan
yang tersuling uap dan berperan penting dalam aroma kepada buah dan bunga. Kegunaan
kaidah isoprena secara umum dan kadang-kadang kekecualian yang disebutkan terdahulu
Anggota seskuiterpenoid asiklik ialah farnesol dengan alkohol yang tersebar luas.
Farnesol pirofosfat merupakan senyawa antara kunci dalam biosintesis terpenoid. Sebagian
Salah satu seskuiterpenoid monosiklik terpenting adalah asam absisat, hormon yang
melawan efek giberelin dan menghambat pertumbuhan kuncup. Sejumlah senyawa C13
berasal dari seskuiterpenoid telah diketahui penyebabnya bermakna bau-rasa buah. Banyak
senyawa seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi terhadap hewan dan
fungsi lakton yang beracun yang merupakan kandungan tumbuhan obat. Senyawa lain
Selain gugus fungsi lakton juga terdapat dua gugus aldehida yang dipisahkan oleh 2 atom
15
karbon. Gugus dialdehida ini menyebabkan beberapa tumbuhan pedas dan juga aktif
santonin, kesil alkohol, vetivon dan artabsin. Seskuiterpenoid tidak biasa seperti iresin,
Diterpenoid merupakan senyawa C20 yang berasal dari empat satuan isoprenoid.
Karena titik didihnya yang tinggi biasanya diterpenoid tidak ditemukan dalam minyak
atisri tumbuhan meskipun diterpenoid bertitik didih rendah pun. Senyawa ini ditemukan
dalam damar, eksudat berupa gom dan dalam fraksi bertitik didih tinggi seperti damar yang
tersisa setelah penyulingan minyak atsiri. Misalnya, rosin yang tersisa setelah penyulingan
Diterpenoid mencakup beberapa senyawa dari segi fisiologi sangat menarik seperti
diterpenoid mencakup banyak senyawa yang bekerja sebagai fungisida, racun terhadap
hewan, penolak serangga dan sebagainya. Senyawa ini dapat bersifat karsinogen.
Beberapa senyawa ini mempunyai efek racun atau efek penolakan terhadap serangga
antivirus, sebagai fungisida dan pembentukannya disulut oleh infeksi fungus. Satu senyawa
dari kemangi mempunyai aktivitas hormon remaja. Forskolin dari Coleus forskohli
merupakan pengaktif khas adenilat siklase. Partenolida dari parthenum tanacetum berguna
16
Contoh senyawa diterpenoid adalah fitol, asam giberelat, α-kamforena, (-)-kaurena, asam
Triterpenoid memiliki atom C30. triterpenoid tersebar luas dalam damar, gabus dan
kutin tumbuhan. Damar adalah asam triterpenoid yang sering bersama-sama dengan gom
polisakarida dalam damar gom. Triterpenoid alkohol juga terdapat bebas dan sebagai
glikosida.
Triterpenoid asiklik yang penting hanya hidrokarbon skualena yang diisolasi untuk
pertama kali dari minyak hati ikan hiu tetapi juga ditemukan dalam beberapa malam
epikutikula dan minyak nabati (minyak zaitun). Senyawa triterpenoid yang paling dikenal
seperti lanosterol yang terdapat dalam lemak wol, khamir dan beberapa senyawa tumbuhan
tinggi. Triterpenoid tetrasiklik seperti alkohol eufol dari euphorbia sp dan asam elemi dari
canarium commune.
dalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan
berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid nonglikosida sering ditemukan sebagai ekskresi
dan dalam kutikula bekerja sebagai pelindung atau menimbulkan ketahanan terhadap air.
Beberapa macam aktivitas fisiologi dari triterpenoid yang merupakan komponen aktif dari
tumbuhan telah digunakan sebagai tumbuhan obat untk penyakit diabetes, gangguan
6. Tetraterpenoid
berwarna kuning sampai merah terdapat pada semua tumbuhan dan dalam lemak berbagai
17
jenis jaringan. Pigmen hidrokarbon disebut karoten dan turunannya yang teroksigenasi
disebut xantofil. Dikenal juga tetraterpenoid tanwarna yaitu fitoena dan fitofluena.
Karotenoid sebagai reseptor cahaya untuk fototropisme. Sebagai pigmen bunga karotenoid
mungkin berperan dalam menarik serangga tetapi sebagian besar perhatian dicurahkan
pada fungsinya sebagai pigmen daun. Senyawa ini terdapat pada kloroplas dan terikat
secara longgar pada protein.Karotenoid yang paling tersebar luas adalah β-karoten.
7. Terpenoidcampur
terutama dari satuan isoprena tetapi mengandung atom karbon tambahan atau jumlah
atomnya kurang dari seharusnya. Kelompok paling umum dari golongan ini adalah furan
alam.
Di alam ini terdapat berbagai organisme yang mengandung terpenoid, tak terkecuali
1. Cnidaria
diubah melalui biosintesis serta fotosintesis menghasilkan senyawa bioaktif yang spesifik
2. Echinodermata (triterpenoid)
adalah teripang.
18
3. Mollusca
senyawa bioaktif yang diproduksi sendiri atau berasal dari sumber makanannya (de novo).
luteorosea dengan diterpenoids luteorosin dan macfarlandin-A dan banyak lagi senyawa
bioaktif yang dihasilkan nudibranch sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan
fisiknya.
4. Alga cokelat
5. Alga Merah
6. Porifera
Pembentukan senyawa bioaktif pada spons sangat ditentukan oleh prekursor berupa
enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang mengandung senyawa bioaktif
seperti bakteri, kapang dan beberapa jenis dinoflagellata yang dapat memacu pembentukan
senyawa bioaktif pada hewan tersebut (Scheuer, 1978 dalam Suryati et al, 2000). Senyawa
19
terpenoid dan turunannya pada berbagai jenis invertebrata termasuk spons atau beberapa
spesies dinoflagellata dan zooxanthelae yang memiliki senyawa –senyawa yang belum
senyawa bioaktif yang spesifik pada hewan tersebut (Faulkner dan Fenical, 1977 dalam
Telah dilaporkan bahwa secara kimia Coelenterata didominasi oleh golongan senyawa
antibiotika dihasilkan dari mikroba daratan, maka tidak mustahil mikroorganisma laut juga
merupakan sumber senanyawa antibiotika disamping aktivitas bilogi lain. Hal ini
memerlukan penelitian interdisiplin lebih lanjut dengan peran utama peneliti pada para ahli
mikrobilogi.
2. Seskuiterpen terhalogenasi yang lain juga telah dilaporkan adalah turunan Kamigren
dari alga merah Laurencia scopariayang memiliki sifat aktivitas sebagai obat cacing
kuinon atau hidrokuinon. Seskuiterpen kuinon dari bahan alam laut semakin banyak
mendapat perhatian para peneliti akhir-akhir ini karena kelompok terpen kuinon memiliki
20
sifat bioaktivitas yang kuat dan luas. Banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa
kelompok senyawa ini memiliki berbagai bioaktivitas antara lain sebagai anti-inflamasi,
mengandung avarol (2.76), avaron (2.77), illimakuinon (2.78), nakijikuinon (2.79) dan
Red Algae (Rhodophyta) from the Coast of Madagascar Preliminary Bioactivity studies
21
Bagan Isolasi dan Ekstraksi
Laurencia complanata
(15g) diekstraksi dengan
metanol pada suhu kamar
Ekstrak diuapkan
hingga kering
22
Di kromatografi flash pada silika gel menggunakan gradien
bertahap heksana,heksana-etil asetat (9: 1), dan metanol
1 mg babilone
Pada umumnya steroid laut ditemukan dalam bentuk sterol. Sterol adalah kelompok
steroid yang mengandung gugus hidroksil. Meskipun steroid yang dihasilkan oleh organisme
darat dan laut memiliki kerangka dasar yang sama yakni 1,2-siklopentanoperhidropenantren
namun kedua kelompok ini ditemukan banyak yang memiliki perbedaan pada subtituen dan jenis
rantai sampingnya. Steroid adalah salah satu kelompok metabolit sekunder yang sangat
melimpah, berbagai jenis hormon merupakan turunan steroid dan lazim disebut hormone steroid.
Steroid dalam organisme dihasilkan melalui jalur biogenetik asam mevalonat dengan prazat
asetilkonenzim-A. Metabolisme steroid diturunkan melalui penataan ulang triterpen yang diawali
oleh siklisasi skuelen dan penataan ulang lanosterol (pada heawan) dan sikloartenol (pada
tumbuhan) menghasilkan berbagai turunan steroid. Ciri utama molekul steroid ditunjukkan oleh
23
kerangka dasar berupa 1,2- siklopentanoperhidropenantren, keragaman steroid terletak pada
Penelitian sterol laut mulai berkembang sejak tahu 1970, ketika itu banyak ditemukan
sterol laut yang unik. Perbedaan dengan sterol darat biasanya terletak pada pola alkilasi rantai
samping termasuk ditemukannya rantai samping sebagai cincin siklopropil, alkilasi pada karbon
22 dan 23, karakteristik hidroksilasi, bentuk-bentuk peroksida sterol dan ditemukan sterol
nonkonvensional dengan inti termodifikasi. Penelitian saat ini telah menunjukkan dengan jelas
bahwa organisme laut mengandung senyawa sterol dengan deversivitas yang jauh lebih besar
Kelompok sterid terkecil yang pernah diisolasi dari ikan bintang adalah 3β,6α-dihidroksi-
5α-pregn-9(11)-en-12-on (1.1) oleh ApSimon dan Eenkhoorn (1974). Senyawa yang sama juga
telah diisolasi dari mahkota ikan laut berduri Acanthaster planci. Disamping itu juga telah
dilaporkan saponin turunannya yang disebut asterosaponin-A (1.2), merupakan glikosida dari O-
(6-deoksi-α-Dgalaktopiranosil)-(1,4)-O-(6-deoksi-α-D-galaktopiranosil)-(1,4)-O-(6-deoksi–
24
αDglukopiranosil)-1-(14) -6-deoksi-D-glukosa, yang berikatan melalui C-3, disamping itu,
molekul ini juga mengandung ester sulfat yang terikat pada C-6. Pada ikan bintang Asterias
rubens juga telah diisolasi suatu steroid pregnan 3β, 6α-dihidroksi5α-pregn-20-on (1.3) jenuh
(1.1) (1.2)
(1.3) (1.4)
2. Steroid Laut 22 atom karbon Kanazawa dan Teshima (1971) telah melaporkan suatu
sterol yang tidak lazim dengan 22 atom karbon dan memiliki dua ikatan rangkap pada C5-C6
dan C20-C21 yaitu Sterol 3β-hidroksi-5(6), 20(21)-diena (2.1), diisolasi dari ketam Tapes
(2.1)
3. Steroid Laut 24 atom karbon Dua senyawa sterol laut dengan 24 atom karbon telah
dilaporkan oleh Vanderah dan Vanderah (1977), keduanya diisolasi dari pena laut Ptilosarsus
gurneyi. 3β-hidroksil-5(6)-ena 24 ester metil kolat (3.1), kerangka molekulnya sejenis asam kolat
25
namun sangat berbeda pada pola oksigensinya, tidak memiliki gugus hidroksil pada C7 dan C9
(3.1)
4. Steroid Laut 27 atom karbon
Sterol dengan atom karbon 27 yang berasal dari organisme laut memiliki
varian kerangka molekul serupa dengan kolesterol dengan memiliki ikatan karbon
jenuh maupaun tidak jenuh. Meskipun banyak diantaranya memiliki gugus teroksigenasi
dehidrokolestanol (4.1), berasal dari Hymeniacidon perleve, disamping itu juga telah
22-5β-kolesta-7,24-dien-3β-ol (4.3).
(4.2)
(4.1)
(4.3)
26
1. Spons Xestospongia sp.
Kandungan : Sarangosterol
2. Pseudoceratina purpurea
Kandungan : -sitosterol
Gambar -sitosterol
27
BAB III
PENUTUP
3.1. PENUTUP
Singkatnya, materi pembelajaran pada kimia bahan kelautan ini merupakan materi
yang sangat penting untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam. Materi yang secara
umum mencakup Reaksi flavonoid laut, alkaloid laut, fenolik laut, terpenoid laut dan
steroid laut, merupakan materi-materi dasar dalam pelajaran kimia bahan kelautan, yang
berguna untuk mempelajari materi selanjutnya yang tentu saja lebih rumit. Dalam
makalah ini materi duraikan secara singkat agar para pembaca lebih mudah
memahaminya.
3.2. SARAN
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca
dapat memahami materi termokimia ini dengan mudah. Saran dari penyusun agar para
pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian
dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai materi yang berhubungan agar semakin
menguasai materi
28
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Hendri. 2008. Bioprospeksi Bakteri Simbion Nudibranch (kelinci Laut) Sebagai Anti
Bakteri dari Strain Multi Drug Resistant (MDR). http://marinescienceblog.blogspot.com/
diakses tanggal 2 Maret 2010.
Sibero, M. T., Sabdaningsih, A., Radjasa, O. K., Trianto, A., Kelautan, I., Perikanan, F., …
Pusat, J. (2019). Karakterisasi Senyawa Bioaktif Kapang Laut Trichoderma asperellum
MT02 dengan Aktivitas Anti- Extended Spectrum β -Lactamase ( ESBL ) E . coli. 22(1), 9–
18.
Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Forifera: Demospongiae) Suatu Peluang Alternatif
Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam Dibidang Farmasi. Makalah Pribadi
Falsafah Sains (PPs 7002). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
29
Utara, T. M., Tenggara, S., Ode, M. F., & Ramli, M. (2019). KAJIAN BIOAKTIVITAS
ANTIBAKTERI DAN SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SPONS LAUT Haliclona sp .,
DARI PERAIRAN TANJUNG. 4(1), 13–22.
30