Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BIOLOGI KELAUTAN B

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Masye Wurarah, M.Si
Dr. Livana D. Rawung, S.IK., M.Si
Dr. Tinny D. Kaunang, M.Si
Rievo H. Djarang, S.Pi., M.Si

“PENGAMATAN ALGA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


Andini Dwiyanti 18 502 043
Bricita Warangkiran

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN BIOLOGI PROGRAM STUDI ILMU BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kami panjatkan. Atas rahmat dan
Karunia Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dengan judul “Pengamatan Alga” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
laporan praktikum ini. Harapan kami penulis semoga isi laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.
Kritik yang terbuka dan membangun untuk penulis sangat dinantikan demi kesempurnaan
laporan praktikum ini. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, Terima kasih.

Tondano, Mei 2022

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................... 6
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................. 7
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................. 7
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM…………………………………………………………………………….8

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM........................................................................................................ 8


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 9
BAB 3 METODE PRAKTIKUM................................................................................................... 13
3.1 WAKTU DAN TEMPAT......................................................................................................... 13
3.2 ALAT DAN BAHAN................................................................................................................ 13
3.3 METODE PRAKTIKUM......................................................................................................... 13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................... 14
BAB 5 KESIMPULAN................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................................................. 19

3
DAFTAR GAMBAR

4
DAFTAR TABEL

5
6
DAFTAR LAMPIRAN

7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luas wilayah Indonesia sebagian besar, yaitu dua per tiganya merupakan wilayah
perairan. United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982
melaporkan bahwa luas perairan Indonesia adalah 5,8 juta km2 dan didalamnya terdapat
27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia. Indonesia kaya akan sumber daya hayati
perairan yang melimpah baik dari jenis maupun jumlah, salah satunya adalah alga. Van
Bosse (melalui ekspedisi Laut Siboga pada tahun 1899-1900) melaporkan bahwa Indonesia

8
memiliki kurang lebih 555 jenis dari 8.642 spesies rumput laut yang terdapat di dunia.
Dengan kata lain, perairan Indonesia sebagai wilayah tropis memiliki sumberdaya plasma
nutfah rumput laut sebesar 6,42% dari total biodiversitas rumput laut dunia (Santosa, 2003;
Surono, 2004). Rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyceae) menempati urutan
terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis,
setelah itu alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat (Phaeophyceae)
sekitar 134 (Winarno, 1996). Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan
atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis
alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat
bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Alga adalah tumbuhan bersel banyak yang tidak memiliki sistem vaskular serta tidak
memiliki daun, tunas, atau akar. Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem
perairan yang memiliki potensi untuk dikembangkan terutama dalam bidang pangan
(Sulistijono, 2009). Berdasarkan ukurannya, alga terbagi menjadi dua yaitu mikroalga dan
makroalga. Mikroalga merupakan jenis tumbuhan yang paling primitif di mana hanya terdiri
dari satu sel atau berbentuk seperti benang. Umumnya lebih dikenal sebagai fitoplankton
atau ganggang yang hidupnya melayang-layang di permukaan air. Di alam, terdapat empat
kelompok mikroalga yaitu diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae),
ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae).
Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk dalam
kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus. Makroalga tidak memiliki
akar, batang dan daun sejati. Ia hidup dengan menempel pada substrat dengan menggunakan
holdfast dan memiliki berbagai macam pigmen terutama klorofil untuk proses fotosintesis.
Makroalga tergolong dalam empat kelompok besar yaitu alga hijau (Chlorophyta), alga
coklat (Phaeophyta), alga merah (Rhodophyta), dan alga hijau biru (Cyanophyta)
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Perbedaan mikroalga dan makroalga adalah berdasarkan
ukuran serta waktu generasinya. Mikroalga memiliki waktu generasi lebih cepat
dibandingkan makroalga.
Baik mikroalga maupun makroalga memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang
pangan karena mengandung berbagai banyak komponen gizi diantaranya adalah protein,
karbohidrat, asam lemak tidak jenuh seperti linoleat, eicosapentaenoic acid (EPA), dan

9
docosahexanoic acid (DHA), serat kasar, beberapa vitamin dan mineral. Pigmen yang
dimiliki oleh alga juga dapat digunakan sebagai zat pewarna alami serta antioksidan
(Olaizola, 2004).

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari praktikum ini untuk mengidentifikasi jenis alga apa saja yang terdapat
di Pantai Ranowangko.

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM


Manfaat dari praktikum ini agar dapat mengidentifikasi serta menambah wawasan mengenai
jenis keanekaragaman alga secara langsung yang berada di Pantai Ranowangko.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI MAKROALGA
Alga merupakan tumbuhan yang tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan
daun. Semua bagian dari tumbuhan rumput laut disebut thallus. Rumput laut dikenal dengan
nama algae dan berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikroalga dan
makroalga. Mikroalga berukuran kecil tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung,
membutuhkan alat bantu berupa mikroskop, berbeda dengan makroalga yang berukuran besar
dapat dilihat langsung oleh mata. Kelompok alga tersebut sebagian besar hidup di laut dan ada
yang melekat di dasar laut atau melayang-layang mengikuti gerakan arus laut. Makroalga

10
merupakan alga yang berukuran besar, dari beberapa centimeter sampai bermeter-meter.
Makroalga berdasarkan morfologinya tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar,
batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang mirip, walaupun
sebenarnya berbeda. Tubuh makroalga umumnya disebut “thallus”. Thallus merupakan tubuh
vegetatif alga yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun sebagaimana yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Thallus makroalga umunya terdiri atas “blade” yang
memiliki bentuk seperti daun, “stipe” (bagian yang menyerupai batang) dan “holdfast” yang
merupakan bagian thallus yang serupa dengan akar pada beberapa jenis.

2.2 KLASIFIKASI MAKROALGA


Pada umumnya divisi alga yang banyak hidup dilingkungan laut dan tubuh tersusun
secara multiseluler adalah divisi chlorophyta, phaeophyta dan rhadophyta. 1. Divisi Chlorophyta
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota divisi
ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi cholorophyta tersebar luas dan menempati beragam
substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga batuan
bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun
komunitas plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makro alga di air laut. Divisi chlorophyta
hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat ordo yaitu:
Ulvales, Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales. Sebagai fitobentik tumbuhan ini hidup
menancap atau menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragment karang,
pasir dan pasir-lumpuran. Pertumbuhan bersifat epifitik atau saprofitik, dan kadangkadang
beasosiasi dengan tumbuhan lamun. Alga kelas chlorophyceae di sebut juga algae hijau,
memiliki Chlorophyl warna hijau. Secara visual perbedaan berbagai jenis alga ini dibedakan
pada bagian percabangan thallus dalam kerangka tubuh yang antara lain bersifat sel banyak atau
termasuk multiselluler.
Pada umumnya alga coklat dapat hidup di laut tumbuh di dasar perairan dan melekat
pada substrat dengan menggunakan holdfast. Di Indonesia alga coklat yang umum dijumpai
berasal dari genera Sargassum, Turbinaria, Dictyota dan Padina. Kelompok algae coklat
memiliki bentuk yang bervariasi tetapi hampir sebagian besar jenis-jenisnya berwarna coklat
atau pirang. Warna tersebut tahan dan tidak berubah walaupun algae ini mati atau kekeringan.
Hanya pada beberapa jenis warnanya misalnya pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah

11
menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran thalli atau rumpun beberapa
jenisnya sudah lebih tinggi dari jenisjenis algae merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai
sekitar tiga meter. Thallus berbentuk lembaran, bulatan atau batangan yang bersifat lunak atau
keras. Mengandung pigmen fotosintetik yaitu Carotenes, Fucoxanthin, Chlorophyl a dan c
dengan warna pirang atau coklat. Dalam dinding sel terdapat sellulosa dan asam alginik. Produk
fermentasinya adalah polosakarida berupa mannitol dan lamminaran. Pembiakan berlangsung
dengan jalan sexual dan nonsexual dan sel reproduktifnya memiliki flagella.
Berikut beberapa jenis alga coklat (phaeophyta), antara lain;
Di perairan tropik, alga merah umumnya terdapat di daerah bawah littoral di mana
cahaya sangat kurang. Mereka umumnya berukuran kecil. Sekelompok alga ini ada yang disebut
koralin (coralline), yang menyadap kapur dari air laut dan menjadi sangat keras seperti batu.
Mereka terdapat di terumbu karang dan membentuk kerak merah muda pada batu karang dan
batu cadas.

2.3 FUNGSI DAN MANFAAT MAKROALGA


Makroalga memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Makroalga mengandung
alginat dan karagenan yang dapat dimanfaatkan di berbagai kegiatan industri. Secara ekologis,
makroalga berperan sebagai produsen primer di perairan dan menjadi pakan alami bagi hewan
laut. Selain itu, makroalga juga menjadi habitat bagi mikroalga epifitik. Mikroalga epifitik hidup
melekat pada permukaan makroalga. Hal tersebut terjadi akibat adanya kompetisi untuk
mendapatkan tempat menempel di dasar perairan. Mikroalga epifitik menempel pada makroalga
karena makroalga dapat menjadi sumber zat hara bagi mikroalga ketika kadar zat hara, tetapi
sudah menjadi bahan baku dalam industi pangan. Makroalga merupakan bahan dasar ratusan
produk pangan, baik yang diproduksi rumah tangga maupun idustri makanan skala besar.
Kandungan karbohidrat yang terdapat pada makroalga merupakan vegetablegum, yaitu
karbohidrat yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak dapat dicerna
seluruhnya oleh enzim di dalam tubuh sehingga alga dapat dimanfaatkan menjadi makanan diet
dengan sedikit kalori, berkadar serat tinggi.
Makroalga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan makroalga tidak hanya
sebagai bahan pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk pertumbuhan,
kesehatan, dan pengobatan manusia. Makroalga telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik dan

12
pemeliharaan kulit. Selain itu juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat
biotik, vitamin, dan lain-lain. Di Indonesia terdapat 21 jenis dari 12 genus alga yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat, yang terdiri dari 11 jenis dan tujuh genus dari alga merah
(rhodophyceae), tujuh jenis dari empat genus alga hijau (chlorophyceae), dan tiga jenis dari satu
genus alga coklat (phaeophyceae). Makroalga memiliki manfaat yang sangat banyak yang
digunakan dalam bidang industri, makanan, obat-obatan dan energi. Sehingga permintaan untuk
komoditi makro alga semakin meningkat.
Secara fisiologis, suhu rendah mengakibatkan aktifitas biokimia dalam tubuh thalus
berhenti, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya enzim dan
hancurnya mekanisme biokimiawi dalam thalus makroalga. Keanekaragaman dan kelimpahan
alga sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu, misalnya penurunan dan penaikan suhu
yang tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makroalga, misalnya Euchema sp
hanya tahan terhadap suhu yang kecil, sedangkan Gracillaria sp tahan terhadap perubahan suhu
yang tinggi.
Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah zat padat yang larut dalam suatu volume air dan
dinyatakan dalam permil, di perairan samudera salinitas biasanya berkisar antara 34-350/00. Di
perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas
bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa
meningkat tinggi. Alga bentik tumbuh pada perairan dengan salinitas 13-370/00, makroalga
umumnya hidup di laut dengan salinitas antara 30-32 0/00, namun banyak jenis makroalga
hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar. Salinitas berperan penting dalam kehidupan.
Keberadaan suatu jenis makroalga pada kedalaman tertentu dipengaruhi oleh penetrasi
cahaya matahari. Alga hijau yang mengabsorbsi cahaya merah (650 μm) dan biru (470 μm)
terdapat dalam jumlah yang melimpah pada kedalaman 0-5 meter dimana penetrasi cahaya
merah mencapai batas maksimum pada kedalaman tersebut. Sedangkan alga coklat mengandung
pigmen fukosantin yang menyerap cahaya hijau (500 μm -550 μm) dan juga memiliki klorofil-c
yang menyerap cahaya merah (630 μm-638 μm). Sedangkan alga merah memiliki klorofil-a dan
fikobili yang mengabsorbsi cahaya hijau (500 μm - 650 μm) dan ditemukan di tempat yang lebih
dalam yaitu pada kedalaman 0 - 15 meter. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di
Kepulauan Spermonde (kepulauan Sangkarang). Makroalga di pantai barat Sulawesi Selatan
umumnya dijumpai melimpah pada kedalaman 0 - 15 meter. Organisme menyenangi lingkungan

13
yang tenang dimana gerakan air yang disebabkan oleh gelombang dan arus relatif kecil. Untuk
kedalaman, stasiun ini memiliki kedalaman yang lebih dangkal sehingga memungkinkan
intensitas cahaya matahari yang masuk keperairan lebih tinggi sehingga mempengaruhi
produktivitas makroalga.
Nitrat ( ) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil.
Kadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi algae bila zat hara tersebut melimpah di
perairan. Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan mempengaruhi kesuburan gametofit alga.

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan praktikum : Jumat, 27 Mei 2022 Pukul 10.00 – selesai.
Tempat pelaksanaan praktikum : Pantai Ranowangko.

3.2 ALAT DAN BAHAN


1. Tali ravia
2. Gunting
3. Meter
4. Alat tulis menulis

14
3.3 METODE PRAKTIKUM
1. Metode jelajah, observasi dan analisis vegetasi sederhana dilakukan untuk mengetahui
jenis-jenis mangrove, distribusi dan zonasi mangrove yang ada di lokasi praktikum.
2. Metode transek kuadran dilakukan untuk mengamati dan mengetahui jenis lamun, alga
dan invertebrata.
3. Metode eksplorasi, observasi, dokumentasi dan wawancara serta pengumpulan data
dengan cara mencatat laporan yang berkaitan dengan praktikum yang berada dipesisir
lokasi.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

15
4.2 PEMBAHASAN

BAB 5
KESIMPULAN
Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan yang memiliki potensi
untuk dikembangkan terutama dalam bidang pangan, Berdasarkan ukurannya, alga terbagi
menjadi dua yaitu mikroalga dan makroalga. Dari hasil praktikum yang dilakukan di Jurusan
Perikanan dan Kelautan, serta beberapa sampel yang didapat dari air sawah, air sungai dan air
kolam. Teridentifikasi Chlorella sp., Spirulina sp., Nannochloropsis sp. Dimana Chlorella sp.,
dan Nannochloropsis sp. Termasuk alga hijau. Sedangkan untuk Spirulina sp., termasuk alga
hiau biru.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E.P. 2017. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makroalga


di Pantai Nguyaha dan Watu Kodok, Gunung Kidul, Yogyakarta. Skiripsi. Hal.
1-2. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Aripin, M.K. 2016. Kelimpahan dan Keanekaragaman Alga Di Pantai Sindangkerta
Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Hal: 13-14.
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
Awalia R. 2007. Biodiversitas Makroalga Di Pantai Puntondo

17
Kecamatan Mangara’bombang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Ayhuan, H.V, Zamani, N.P, Soedharma, D. 2017. Tetntang Analisis Struktur
Komunitas Makroalga Ekonomis Penting di Perairan Intertidal Manokwari,
Papua Barat. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 8 No. 1: 19-38-
ISSN 2087-4871.
Setiawati, T. Sari, M. 2017. Analisis Kandungan Vitamin C Makroalga serta
Potensinya bagi Masyarakat di Kawasan Pantai Timur Cagar Alam Pananjung
Pangandaran. Vol X. No 1. ISSN 1979-8911. Universitas Padjadjaran
Shobir H. Triastinurmiatiningsih. Ismanto. 2019. Tentang, Keanekaragaman
Jenis Makroalga Yang Berpotensi Sebagai Bahan Obat Di Perairan Pantai Cidatu
Kabupaten Pandeglang. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. Vol
19. No 2. e-ISSN: 2686-4894: pISSN: 1411-9447.

DAFTAR LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai