Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BIOLOGI KELAUTAN B

Dosen Mata Kuliah :


Rievo H. Djarang, S.Pi., M.Si
Dr. Tinny D. Kaunang, M.Si
Dr. Livana D. Rawung, S.IK., M.Si
Dr. Masye Wurarah, M.Si

“PENGAMATAN MANGROVE”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


Semuel Harpandi (20502012)
Keysia Mulder (20502002)
Britney Putri Hermanus (20502022)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN BIOLOGI PROGRAM STUDI ILMU BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dipanjatkan. Atas rahmat dan
Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan dengan judul “Pengamatan Mangrove” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah.

Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan laporan ini. Harapan penulis semoga isi laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan
laporan. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Terima kasih

Tondano, Mei 2022

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1

2
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................... 6
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................. 7
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................. 7
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM............................................................................................................. 7
1.3 MANFAAT PRAKTIKUM........................................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 8
BAB 3 METODE PRAKTIKUM................................................................................................... 13
3.1 WAKTU DAN TEMPAT......................................................................................................... 13
3.2 ALAT DAN BAHAN................................................................................................................ 13
3.3 METODE PRAKTIKUM......................................................................................................... 13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................... 14
BAB 5 KESIMPULAN................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................................................. 19

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tumbuhan Terminalia Catappa L. .............................................................. 8

3
Gambar 2.2 Tumbuhan Nipah Fruticans ........................................................................ 9
Gambar 2.3 Pemanfaatan daun nipah (Kertas rokok) .................................................... 11
Gambar 2.4 Buah nipah .................................................................................................. 11
Gambar 4.1 Tumbuhan Nipah Fruticans & Terminalia catappa di area bibir pantai pada zona
30 meter pertama ............................................................................................................. 14
Gambar 4.2 Tumbuhan Nipah Fruticans & Terminalia catappa di area bibir pantai pada zona
30 meter kedua ................................................................................................................. 15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................ 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto kelompok Mangrove ............................................................................. 19
Lampiran 2 Foto bersama mahasiswa MK Biologi Kelautan kelas B bersama dosen ..... 19
Lampiran 3 Foto bersama mahasiswa angkatan 2020 bersama dosen pembimbing Mata
Kuliah Biologi Kelautan kelas A ...................................................................................... 20
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah kepulauan. Wilayah
kepulauan terdiri dari wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km.
Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti penting dan strategis karena merupakan wilayah
interaksi atau peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat unik,
dan mengandung produksi biologi yang cukup besar serta jasa lingkungannya (Rahmawaty,
2006).
Pesisir dan pantai dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di
laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara
dua atau lebih komunitas. Sebagai daerah transisi, ekoton dihuni oleh organisme yang berasal
dari kedua komunitas tersebut, yang secara berangsur-angsur menghilang dan diganti oleh
spesies lain yang merupakan ciri ekoton, dimana seringkali kelimpahannya lebih besar dari
komunitas yang mengapitnya (Odum, 1983). Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi
yang dipengaruhi daratan dan lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya
adalah ekosistem hutan mangrove (Rahmawaty, 2006).
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai
fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, hutan mangrove merupakan tempat siklus
rantai makanan karena tersedianya unsur hara. Sedangkan secara ekonomis hutan mangrove
menyediakan berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan
manusia, seperti kayu bakar, bahan bangunan, obat-obatan, bahan baku kertas, dan lain
sebagainya (Anonim, 2010).

4
Dengan sangat pentingnya fungsi ekologis hutan mangrove bagi lingkungan sekitar, salah
satu aspek harus diketahui dari hutan mangrove yaitu zonasi hutan mangrove. Zonasi hutan
mangrove penting diketahui agar bisa mengetahui, apakah ada spesies atau jenis dari
mangrove yang menyusun hutan mangrove mengalami gangguan di dalam ekosistemnya atau
tidak. Selain itu, zonasi penting diketahui agar komposisi hutan mangrove dapat diketahui apa
saja jenis atau spesies penyusunnya.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
➢ Mengidentifikasi jenis mangrove apa saja yang terdapat di Pantai Ranowangko
➢ Menelaah zonasi mangrove yang terdapat di Pantai Ranowangko

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM


Manfaat dari Prkatikum ini antara lain mengetahui jenis mangrove serta zonasi mangrove
yang ada di Pantai Ranowangko secara lebih detail dan mendalam.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 KETAPANG (Terminalia catappa)
1. Klasifikasi Tumbuhan Ketapang (Terminalia catappa)
Tumbuhan ketapang (Terminalia catappa L.) adalah termasuk familia Combretaceae.
Menurut Backer (1963), dijelaskan bahwa tumbuhan ketapang (Terminalia catappa L.)
mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia catappa L.

2. Morfologi Tumbuhan Ketapang (Terminalia catappa L.)

Gambar 2.1 Tumbuhan Terminalia Catappa L.

5
Tumbuhan Terminalia catappa L. memiliki batang bertajuk rindang dengan cabangcabang
yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Daun tersebar, sebagian besar berjejalan di
ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bulat telur terbalik,
dengan panjang 8-38 cm dan lebar 5-19 cm, dengan ujung lebar dan pangkal yang
menyempit, helaian di pangkal bentuk jantung, di bagian sisi bawah pangkal daun terdapat
kelenjar di kirikanan ibu tulang daun, permukaan atas licin dan bagian bawah berambut halus,
berwarna kemerahan jika akan rontok. Bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat
ujung ranting, panjang 4-8. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit.
Pohon Terminalia catappa L. memiliki tinggi mencapai 40 m dengan batangnya berwarna
abu-abu sampai abu-abu kecoklatan. Batangnya memiliki lima lobed dan memiliki bau tidak
sedap. Daun memiliki ujung yang berbentuk bulat tumpul, mengkilap, kasar, dan berwarna
hijau tua yang kemudian berubah menjadi kuning dan merah ketika akan gugur, daun
ketapang yang gugur mempunyai aktivasi anti bakteri.
3. Habitat Tumbuhan Ketapang (Terminalia catappa L.)
Terminalia catappa L. dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi, di hutan
primer maupun sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan
jati atau sepanjang sungai. Selain tumbuh secara liar di pantai, tumbuhan ketapang
merupakan tumbuhan yang sering dijumpai tumbuh liar di daratan, pohon ini sering ditanam
sebagai pohon peneduh di dataran rendah. Oleh karena itu, pohon ketapang juga ditanam
sebagai pohon hias di kota-kota.
Terminalia catappa L. merupakan tumbuhan pantai dengan daerah penyebaran yang cukup
luas. Tanaman ini berasal dari daerah tropis di India, kemudian menyebar ke Asia Tenggara.
Di Indonesia tumbuhan ketapang seringkali dijumpai ada di pinggir-pinggir jalan sebagai
pohon hias dan peneduh. Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan dataran rendah hingga
ketinggian sekitar 400 m dpl; curah hujan antara 1.000 – 3.500 mm per tahun, dan bulan
kering hingga 6 bulan. Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga
tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Buahnya yang memiliki
lapisan gabus dapat terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbulan-bulan, sebelum
tumbuh di tempat yang cocok. Buahnya juga disebarkan oleh kelelawar.

2.2 NIPAH FRUTICANS

6
Gambar 2.2 Tumbuhan Nipah Fruticans
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah
pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti
daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo atau boho (Menado,
Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu,
puleno, pureno, parinan, parenga, parena (Seram, Ambon dan sekitarnya). Nipah disebut juga
sebagai Nypa fruticans merupakan tumbuhan dengan jenis palem (palma) yang tumbuh di
lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut di dekat tepi laut. Tumbuhan nipah
mempunyai batang terendam di bawah lapisan lumpur yang menjalar di bawah tanah dengan
tebal batang kira-kira 60 cm. Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama
(dalam bahasa Inggris) Attap Palm (Singapura), Nipa Palm atau losa (Filipina), atau
umumnya disebut Nypa palm.
Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota
marga Nypa. Tumbuhan ini merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove.
Fosil serbuk sari palma ini diketahui berasal dari sekitar 70 juta tahun yang silam.
Daunnya tumbuhan nipah yang tumbuh dapat mencapai 7 meter dan tangkai bunganya
dapat mencapai 1 meter. Kulit tanaman nipah ini memiliki tekstur yang sangat keras berwarna
hijau dan akan berubah menjadi warna cokelat ketika kondisi tanaman nipah tersebut sudah
tua. Namun, bagian dalam dari akan terlihat lebih lunak seperti gabus.[3] Tumbuhan nipah
biasanya tumbuh subur di bagian belakang hutan bakau. Tumbuhan ini paling banyak
ditemukan di bagian tepi sungai atau laut yang memasok lumpur ke pesisir. Namun, beberapa
penelitian menyebutkan bahwa tumbuhan ini lebih baik di daerah rawa yang memiliki tanah
yang kaya akan bahan organik.
Nipah ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir samudera hindia hingga samudera
pasifik. Khususnya di antara Bangladesh hingga pulau-pulau di Pasifik. Tanaman ini cukup
aplikatif baik di indonesia sendiri maupun luar negeri. Seperti jenis palem umumnya yang
memiliki berbagai kegunaan, nipah berpotensi sebagai bahan pangan yang cukup banyak
mengandung karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Selain itu, nipah juga memiliki
beragam potensi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti bahan bakar, bahan atap rumah, bahan
kerajinan, dan produk lainnya, namun potensinya sampai saat ini masih belum dimanfaatkan
secara maksimal. Daun nipah yang masih muda banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk
kertas rokok. Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar
yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan
anyam-anyaman dan tali.

• Potensi Tanaman Nipah di Indonesia


Potensi tanaman nipah di Indonesia berada di beberapa pulau besar seperti pulau
Sumatra, pulau kalimantan, pulai Sulawesi, pulau Maluku dan pulau Papua. Berdasarkan data
dari Ditjen Perkebunan tahun 2009 total area tanaman nipah di seluruh Indonesia mencapai
558 Ha dengan produksi nira nipah sebesar 116 ton/tahun. Areal dan produksi nira nipah
terbesar terdapat pada 4 provinsi yaitu: Jawa Tengah 231 Ha dengan produksi 4 ton/tahun,
Jawa Timur 46 Ha dengan produksi 21ton/tahun, Kalimantan Timur 106 Ha dengan produksi
43 ton/tahun, dan Sulawesi Selatan 175 Ha dengan produksi 48 ton/tahun.
7
Pada daerah Kalimantan menunjukkan bahwa jumlah pohon nipah rata-rata per ha ada
1.972 dengan jumlah pohon yang berbuah 674 pohon/ha, jumlah bonggol tua per pohon 1,87
atau 1.267 bonggol/ha. Jumlah buah tua nipah di lokasi penelitian adalah 71.476 buah/ha,
potensi daging buah tua nipah 2,55 ton/ha. Rata-rata berat 100 daging buah nipah adalah
3.489 g dan dari jumlah tersebut 1.622 g tepung nipah atau sebesar 46,39%. Potensi tepung
nipah per hektar sebesar 1,19 ton/ha. Kandungan gizi gula nipah cukup baik, yaitu
karbohidrat (89,61%), protein (5,95%), kadar Ca (44,58 mg/kg) dan kalori sebesar 3.172
cal/gr. Tepung nipah mengandung serat cukup tinggi dengan kandungan lemak dan kalori
rendah yang berpotensi untuk dijadikan makanan bagi orang yang melakukan diet.
Tanaman nipah dapat tumbuh dalam luasan yang kecil-kecil yang terdapat di daerah
NTB dan NTT, Sulawesi Selatan, dan Pulau Jawa. Daerah Jawa Barat sendiri, untuk produksi
Nipah juga sangat signifikan pertahunnya. Namun, untuk aplikasinya masih belum teralu
optimal. Hal tersebut dapat dikarenakan tumbuhan ini biasanya tumbuh dengan sangat subur
pada daerah yang memiliki lautan yang luas. Hal itu dikarenakan dapat memicu adanya
pertumbuhan nipah dengan sangat luas.

• Kecepatan Tumbuh dan Produksi


Nipah dapat menghasilkan 0,4 sampai 1,2 l nira per pohon per harinya. Nira nipah
mengandung sukrosa sebanyak 13-17% yang merupakan suatu bahan yang sangat potensial
untuk diolah menjadi bioetanol. Untuk pemanenannya, daun dewasa biasanya akan dipotong,
dan kemudian dikeringkan. Tanaman umur 5 tahun ditapis tiap hari selama periode 2-3 bulan.
Tanaman ini dapat menghasilkan 3000 kg gula tiap hektar dan buah nipahnya juga dapat
dipanen selama 2 bulan sekali. Nipah juga merupakan salah satu jenis tanaman utama
penyusun hutan mengrove dengan komposisi sekitar 30% dari total luas area mangrove.
Berdasarkan data citra estimasi luas mangrove adalah 3.244.018,46 ha, sehingga diperkirakan
973.205,54 ha hutan nipah di Indonesia.
Nira yang dihasilkan dari pohon nipah digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula
merah. Umumnya rata-rata produksi nira perhari satu tangkai bunga nipah mampu
memproduksi sekitar 3 liter nira perhari dan setiap tangkai dapat dipanen terus menerus
selama 20 hari (Riyadi, 2010). Rata-rata produksi nira per malai 48 – 60 liter per pohon untuk
jangka penyadapan selama 3 bulan. Berdasarkan analisis laboratorium, nira segar memiliki
komposisi: Brix 15 – 17%; Sukrosa 13 – 15 %; Gula reduksi 0,2 – 0,5 % dan abu 0,3 – 0,7%.
• Pemanfaatan

Gambar 2.3 Pemanfaatan daun nipah (Kertas rokok)

8
Gambar 2.4 Buah nipah
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap
rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur
kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga
dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra,
pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok—yaitu
lembaran pembungkus untuk melinting tembakau—setelah dikelupas kulit arinya yang tipis,
dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai
ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas
tulis, bukannya daun lontar.
Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik.
Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman
dan tali. Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan
bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula
nipah (palm sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Di Pulau Rote dan
Sawu, Nusa Tenggara Timur, nira nipah diberikan ke ternak babi di musim kemarau. Konon,
hal ini bisa memberikan rasa manis pada daging babi.
Di Filipina dan juga di Papua, nira ini diperam untuk menghasilkan semacam tuak yang
dinamakan tuba (dalam bahasa Filipina). Fermentasi lebih lanjut dari tuba akan menghasilkan
cuka. Di Malaysia, nira nipah dibuat sebagai bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan
bakar nabati pengganti bahan bakar minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar
11.000 liter/ha/tahun, jauh lebih unggul dibandingkan kelapa sawit (5.000 liter/ha/tahun).
Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang muda, yang disebut
tembatuk, mirip dengan kolang-kaling (buah atep), dan juga diberi nama attap chee ("chee"
berarti "biji" menurut dialek China tertentu). Sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk
untuk dijadikan tepung. Di Kalimantan arang dari akar nipah digunakan untuk obat sakit gigi
dan sakit kepala.

9
BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


- Waktu : 27 Mei 2022
- Tempat : Pantai Ranowangko

3.2 ALAT DAN BAHAN


1. Tali Rafia 5 Kg Untuk menentukan titik pengamatan
2. Meter untuk mengukur lokasi
3. Gunting

3.3 METODE PRAKTIKUM


1. Metode jelajah, observasi dan analisis vegetasi sederhana dilakukan untuk
mengetahui jenis-jenis mangrove, distribusi dan zonasi mangrove yang ada di
lokasi praktikum.
2. Metode transek kuadran dilakukan untuk mengamati dan mengetahui jenis lamun,
alga dan invertebrata.
3. Metode eksplorasi, observasi, dokumentasi dan wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi social ekonomi masyarakat
pesisir di lokasi praktikum

10
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil pengamatan analisis sederhana jenis jenis mangrove, dan keadaan atau kondisi
lingkungan sekitar yang berada di pantai Ranowangko.
Jarak Zonasi Jenis Tumbuhan Keadaan Lingkungan
30 meter pertama Nipah Frutican (Mangrove) Terdapat banyak limbah
(Mendominasi) lamun ataupun alga di bibir
pantai
30 meter kedua Terminalia Cattapa (Mangrove) Terdapat banyak limbah
lamun ataupun alga di bibir
pantai
30 meter ketiga Cocos Nucifera (Bukan Mangrove) Terdapat banyak limbah
lamun ataupun alga di bibir
pantai
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
4.2 PEMBAHASAN
Tabel diatas merupakan pengamatan sekitar lokasi dan juga analisis jenis mangrove yang
ada. Dengan jarak zonasi yang di gunakan adalah 90m mulai dari pinggir pantai dengan tetap
berpatokan pada bibir pantai, dapat di lihat bahwa kedudukan mangrove jenis Nipah Frutican
merupakan jenis mangrove yang paling dominan, sedangkan mangrove jenis Terminalia
Catppa hanya berjumlah 1 sampai 2 pohon saja berdasarkan jarak zonasi yang telah
ditentukan.

11
Gambar 4.1 Tumbuhan Nipah Fruticans & Terminalia catappa di area bibir pantai pada zona
30 meter pertama
Nipah atau Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di
lingkungan hutan. Batang pohon nipah membentuk rimpang yang terrendam oleh lumpur.
Akar serabut dapat mencapai panjang 13 m. Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan
lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna kuning, sedangkan daunnya yang
masih muda berwarna hijau. Banyak anak daun dalam tiap tandan mencapai 25-100 helai.
Setiap rumpun pohon nipah mampu menghasilkan sekitar 4 tangkai pada waktu bersamaan.
Dengan demikian satu pohon nipah dapat menghasilkan 12 liter nira per hari (Natsir, 2013).

Menurut Natsir (2013) klasifikasi ilmiah tumbuhan nipah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Nypa
Spesies : N. Fruticans

12
Gambar 4.2 Tumbuhan Nipah Fruticans & Terminalia catappa di area bibir pantai pada zona
30 meter kedua
Tumbuhan Terminalia catappa L. memiliki batang bertajuk rindang dengan cabang-cabang
yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Daun tersebar, sebagian besar berjejalan di
ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bulat telur terbalik,
dengan panjang 8-38 cm dan lebar 5-19 cm, dengan ujung lebar dan pangkal yang
menyempit, helaian di pangkal bentuk jantung, di bagian sisi bawah pangkal daun terdapat
kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun, permukaan atas licin dan bagian bawah berambut
halus, berwarna kemerahan jika akan rontok. Bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir
dekat ujung ranting, panjang 4-8. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap
sempit.
Pohon Terminalia catappa L. memiliki tinggi mencapai 40 m dengan batangnya berwarna
abu-abu sampai abu-abu kecoklatan. Batangnya memiliki lima lobed dan memiliki bau tidak
sedap. Daun memiliki ujung yang berbentuk bulat tumpul, mengkilap, kasar, dan berwarna
hijau tua yang kemudian berubah menjadi kuning dan merah ketika akan gugur, daun
ketapang yang gugur mempunyai aktivasi anti bakteri.

Tumbuhan ketapang (Terminalia catappa L.) adalah termasuk familia Combretaceae.


Menurut Backer (1963), dijelaskan bahwa tumbuhan ketapang (Terminalia catappa L.)
mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae

13
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia catappa L.

BAB 5 KESIMPULAN
➢ Terminalia catappa L. merupakan tumbuhan pantai dengan daerah penyebaran yang
cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah tropis di India, kemudian menyebar ke
Asia Tenggara. Di Indonesia tumbuhan ketapang seringkali dijumpai ada di
pinggirpinggir jalan sebagai pohon hias dan peneduh.
➢ Pohon Terminalia catappa L. memiliki tinggi mencapai 40 m dengan batangnya
berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan. Batangnya memiliki lima lobed dan
memiliki bau tidak sedap. Daun memiliki ujung yang berbentuk bulat tumpul,
mengkilap, kasar, dan berwarna hijau tua yang kemudian berubah menjadi kuning dan
merah ketika akan gugur, daun ketapang yang gugur mempunyai aktivasi anti bakteri.
➢ Pohon nipah tumbuh dan beradaptasi di kawasan tropis basah dengan curah hujan
lebih dari 15000 mm per tahun. Lingkungan yang cocok seperti lumpur lembut dan
wilayah yang dialiri air bergelombang kecil seperti sungai. Tanaman nipah juga
mampu melewati masa kekeringan sementara dan akan kembali tumbuh bila kondisi
air telah kembali.
➢ Nipah tumbuh di tepi sungai di sekitar muara yang masih terkena pasang surut air
laut. Pada areal yang ditumbuhi nipah, jumlah pohon dapat menca- pai 1.984
pohon/ha, 1.067 pohon/ha di antaranya berbuah.
➢ Pengembangan nipah sebagai bahan pangan di Indonesia cukup baik, mengingat
habitat pohon ini sama dengan mangrove, tetapi rentan terhadap kepentingan manusia,

14
misalnya untuk tambak. Oleh karena itu, habitat pohon ini perlu dilindungi dan
merupakan bagian integral dari hutan mangrove.
➢ Dari praktikum yang kami lakukan kami mendapatkan hasil hanya ada dua mangrove
yang ada di area pantai ranowangko. Mangorve yang kami dapati hanya Terminalia
catappa dan Nipah Fruticans.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Laporan Mangrove.
Rachmawati L, et al. 2003. Nilai Ekonomi Mangrove dan Kepedulian Masyarakat terhadap
Mangrove Delta Mahakam. Jakarta: PPK-LIPI.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nipah#:~:text=Nipah%20disebut%20juga%20sebagai%20Ny
pa,batang%20kira%2Dkira%2060%20cm.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ketapang
https://eprints.umm.ac.id/35043/3/jiptummpp-gdl-juniarto20-47410-3-babii.pdf
http://gusnar05.blogspot.com/2011/08/laporan-mangrove.html. Diakses pada 6 Juni 2022.

15
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto kelompok Mangrove

16
Lampiran 2 Foto bersama mahasiswa MK Biologi Kelautan kelas B bersama dosen

Lampiran 3 Foto bersama mahasiswa angkatan 2020 bersama dosen pembimbing Mata
Kuliah Biologi Kelautan kelas A

17

Anda mungkin juga menyukai