Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BIOSISTEMATIKA

Tumbuhan Langka Di Indonesia

Disusun Oleh :

Tri Riska Putri(183112620120045)

Fakultas Biologi

Program Studi Biologi Medik

Universitas Nasional Jakarta

Tahun Akademik 2018-2019


KATA PENGANTAR

Penulis menghaturkan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makala ini yang berjudul “ Tumbuhan
Langka di Indonesia ” dengan baik dan tepat.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa tulisan ini dapat diselesaikan atas
bantuan dari berbagai pihak, terutama dosen dan beberapa pihak lainnya.
Di akhir kata, semoga melalui makalah ini, penulis berharap agar dapat mengingatkan
diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progratif,
dinamis dan tanpa meninggalkan akar budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam “ Bhineka
Tunggal Ika”. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 29 Juni 2019

Tri Riska Putri


DAFTAR ISI

Halama Judul

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB 2 Pembahasan ........................................................................................................ 3

2.1 Anggrek Pensil .................................................................................................. 3

2.1.1 Klasifikasi Pensil ..................................................................................... 3

2.1.2 Morfologi Pensil ...................................................................................... 5

2.1.3 Distribusi Pensil ....................................................................................... 4

2.1.4 Status Pensil ............................................................................................. 4

2.1.5 Manfaat Pensil ......................................................................................... 5

2.2 Meranti Putih .................................................................................................... 5

2.2.1 Klasifikasi Meranti Putih ......................................................................... 5

2.2.2 Morfologi Meranti Putih .......................................................................... 6

2.2.3 Distribusi Meranti Putih........................................................................... 6

2.2.4 Status Meranti Putih ................................................................................. 7

2.2.5 Manfaat Meranti Putih ............................................................................. 8

Bab 3. Penutup ................................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12


3.2 Saran ................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah bagian dari sumber daya alam yang tidak ternilai harganya sehingga
kelestariannya perlu dijaga melalui upaya pengawetan jenis ( Pengawetan adalah upaya untuk
menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam
maupun di luar habitatnya tidak punah)

Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km 2 yang terletak diantara
dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang garis
pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi
suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam
dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang
diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang
menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-
nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia.

Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang
merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia
dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa
Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada
sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus dilindungi. Berikut ini akan dibahas mengenai bunga
anggrek pensil dan anggrek hantu sebagai tumbuhan yang saat ini telah mendapat julukan
sebagai tumbuhan langka di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih?
2. Bagaimana morfologi dari anggrek pensil dan meranti putih?
3. Bagaimana distribusi anggrek pensil dan meranti putih?
4. Bagaimana status anggrek pensil dan meranti putih u?
5. Apa manfaat yang dapat diberikan dari anggrek pensil dan meranti putih bagi masyarakat
?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih dalam
tingkatan takson.
2. Untuk mengetahui morfologi dari tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih.
3. Untuk mengetahui distribusi tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih.
4. Untuk mengetahui status tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih.
5. Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan anggrek pensil dan meranti putih bagi
masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anggrek Pensil

Sumber : dtphp.bengkuluprov.go.id

2.1.1 Klasifikasi Anggrek Pensil

Devisi : Spermathophyta

Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Papillionanthe
Species : Papillionanthe hookeriana
2.1.2 Morfologi Anggrek Pensil

Akar anggrek pensil mempunyai akar hawa, berbentuk bulat memanjang keluar dari buku
batang sebanyak satu atau lebih setiap bukunya, berwarna putih suram dan hijau muda pada
bagian ujungnya.
Batang berbentuk bulat beruas-ruas 4-5 cm dan tertutup oleh seludang atau upih yang sisinya
saling berlekatan. Cabang keluar dari batang anggrek pensil dapat mencapai 2,5 m tingginya.
Daun anggrek pensil terdiri atas upih yang berbentuk tabung dan helaian daun yang bulat
memanjang , meruncing kearah ujung seperti pensil, panjang daun 7-13 cm mempunyai warna
sedikit hijau muda atau sedikit agak tua.
Bunga besar bergaris tengah 5-6 cm, daun kelopak 3 helai yang diatas berwarna kebiru-
biruan dengan urat-urat halus yang berwarna lebih gelap, kadang berbentuk bercak ungu
sedangkan daun kelopak samping berwarna putih.
Buah pada umumnya berbentuk bulat memanjang meruncing kearah tangkai buah,
pinggiran bersegi, panjang 6-5 cm dengan garis tengah 2 cm. Di dalamnya terdapat ribuan bijih
halus, untuk panjang tangkai buah 2,5 – 3 cm.

2.1.3 Distribusi Anggrek Pensil di Indonesia


Anggrek ini pertama kali ditemukan oleh Lobb di Labuan, Kalimantan. Nama
Papillionanthe hookeriana diberikan sebagai penghormatan terhadap Sir William Jackson
Hooker seorang mahaguru ahli botani yang pernah menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Kew,
Inggris.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh BKSDA Bengkulu, Anggrek ini ditemukan di
sekitar kawasan Cagar Alam Dusun Besar (CADS) kota Bengkulu, anggrek ini di habitatnya
sudah sangat sulit ditemui. Anggrek vanda pensil merupakan salah satu anggrek dari Bengkulu
yang sudah termasuk dalam Appendix 1 dari daftar CITES (www.cites.org). BKSDA sudah
berhasil membudidayakan anggrek ini dan telah dicoba kembalikan ke habitatnya.

2.1.4 Status Anggrek Pensil


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 mengenai Jenis-jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menetapkan bahwa Grammatophyllum merupakan salah
satu anggrek yang dilindungi. Anggrek Papillionanthe hookeriana menurut PP Nomor 77 tahun
1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa termasuk jenis tumbuhan yang di lindungi.

2.1.5 Manfaat Anggrek Pensil


Pada berbagai kalangan anggrek dipergunakan sebagai simbol cinta, kemewahan,
maupun keindahan. Pada masyarakat yunani, bunga ini dijadikan simbol kejantanan, sedangkan
di masyarakat Tiongkok, anggrek digunakan untuk bahan wewangian kaisar kuno. Sedangkan di
Negara Cina, anggrek dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang mampu menyembuhkan
berbagai macam penyakit.

2.2 Meranti Putih

2.2.1 Klasifikasi Meranti Putih

Klasifikasi Meranti Putih (Shorea bracteolata Deyr)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


Clasis : Magnoliopsida (Dikotil)

Ordo : Malvales Familia : Dipterocarpaceae

Genus : Shorea Spesies : Shorea bracteolata Deyr

2.2.2 Morfologi Meranti Putih

a. Tumbuh di ketinggian 0-700 m dpl dengan tipe curah hujan A dan B. Tumbuh
pada tanah kering, tanah yang kadang-kadang atau selamanya
b. Tergenang air dalam hutan rawa, tanah liat, tanah berpasir maupun berbatu-batu,
pada tanah datar sampai miring. Memiliki tinggi pohon sekitar 12-55 m, dan
panjang bebas cabang sekitar 8-37 m. Batang berwarna coklat tua atau kelabu.
c. Diameter batangnya dapat mencapai 210 cm.
d. Bentuk batang lurus dan silindris dengan banir yang dapat mencapai tinggi 3,5 m
dari permukaan tanah. Kulit luar menebal, kulit dalam juga tebal berlapis – lapis.
e. Daun jorong atau bulat telur, panjang 9,5 cm dan lebar 3,7-6,8 cm.
f. Pangkal membulat, ujungnya meruncing, merupakan daun tunggal. Pada
permukaan atas bila mengering berwarna coklat, berlilin mengelupas, permukaan
bawah bila mengering coklat dengan bulu-bulu pendek yang merenggang, dan
bila diraba pada saat belum kering atau daun masih segar kesannya licin, dan pada
permukaan bawahnya kasap atau kasar.
g. Kecepatan daur atau tumbuhnya termasuk tumbuh sedang yaitu 10-30 tahun.
Pembungaan biasanya terjadi setelah melewati dekade iklim yang kering dan
panas, buah masak pada bulan Okltober-April.
h. Memiliki saluran-saluran resin yang terdapat pada bagian empulur, kayu dan
kulit kayunya, bila kulit kayu dilukai atau ditoreh akan menghasilkan resin yang
bewarna kuning pucat. Berdasarkan bentuknya ada dua macam resin: - Resin cair
yang mengandung material resin dan minyak esensial (oleoresin), yang secara
alami tetap berwujud cair dan memiliki aroma yang jelas. Produksi sering
dilakukan dengan cara membuat luka atau ditoreh. - Resin keras yang disebut
“damar” jika diambil dari pohon meranti penghasil damar itu sendiri. Resin ini
berbentuk padatan atau resin yang mudah pecah.
2.2.3 Distribusi Meranti Putih

Berdasarkan pengamatan spesimen hasil eksplorasi di Herbarium Wanariset, sampai saat


ini telah terkoleksi Shorea spp dari Kalimantan Timur sebanyak 48 jenis dan 2 sub spesies. Jenis-
jenis tersebut meliputi kelompok meranti balau/selangan batu, meranti damar hitam/meranti
kuning, meranti pa’ang/meranti putih, dan meranti merah. Tipe habitat ditemukannya Shorea spp
di Kalimantan Timur bervariasi, umumnya Shorea spp dijumpai pada tipe hutan
Dipterocarpaceae dengan kondisi hutan bekas tebangan, hutan primer, hutan skunder, maupun
hutan bekas tebakar. Akan tetapi, habitat Shorea spp lebih banyak ditemukan pada kondisi hutan
bekas tebangan karena kegiatan eksplorasi herbarium banyak dilakukan pada areal HPH yang
mengeksploitasi jenis-jenis kayu Shorea spp.

2.2.4 Status Meranti Putih

Upaya konservasi in situ terhadap meranti putih dapat dilakukan dengan cara
mempertahankan, melindungi dan mengelola secara bijaksana habitat asli meranti putih terutama
di Kalimantan Timur. Habitat meranti putih tersebar pada berbagai kawasan hutan seperti hutan
konservasi, hutan lindung, hutan produksi dan kawasan lainnya. Dengan perlindungan dan
pengelolaan habitat yang dilakukan secara optimal dan profesional, secara tidak langsung telah
melindungi kelestarian meranti putih yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Dalam PP. RI. No. 7 Tahun 1999 Pasal 8 dijelaskan bahwa kegiatan konservasi in situ
dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi, inventarisasi, pemantauan (monitoring),
pembinaan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis, pengkajian serta penelitian dan
pengembangan.

Saat ini di Kalimantan Timur memiliki beberapa kawasan konservasi dengan luasan
mencapai 2.165.198 atau 14,78% dari luas provinsi Kalimantan Timur (Departemen Kehutanan,
2008). Kawasan-kawasan konservasi tersebut memiliki pengelola sendiri yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengelolanya. Diharapkan dengan keberadaan instansi yang bertugas khusus
untuk mengelola kawasan konservasi dapat menunjang upaya konservasi secara in situ.
Disamping itu, peran serta seluruh elemen masyarakat sangat menunjang keberhasilan
kegiatan konservasi ini. Konservasi ex situ meranti putih dilakukan di luar habitat aslinya.
Kegiatan konservasi ini merupakan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan atau
memulihkan populasi serta mempertahankan keragaman genetis jenis-jenis tumbuhan yang ingin
di konservasi.

Dalam pelaksanaannya membutuhkan syaratsyarat tersendiri yang wajib dipenuhi


sehingga proses konservasi dapat berjalan secara optimal. Dalam PP.No 7. Tahun 1999 pasal 16,
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan upaya pengembangbiakan tumbuhan dan
satwa secara ex situ (di luar habitat aslinya) yakni: menjaga kemurnian jenis, menjaga
keanekaragaman genetik, melakukan penandaan dan sertifikasi, serta membuat daftar buku
silsilah.

Salah satu hambatan dalam usaha konservasi ex situ meranti putih adalah produksi buah
yang akan dijadikan bibit tidak teratur tiap tahunnya. Mackinnon et al, (2000) menyebutkan
bahwa pembungaan dan pembentukan buah secara missal pada Dipterocarpaceae terjadi dalam
daur 5-7 tahun sekali. Hal tersebut menyebabkan pasokan benih menjadi berkurang. Namun
kendala ini dapat di atasi dengan melakukan upaya alternatif melalui perbanyakan vegetatif (stek
pucuk, kultur jaringan, dan lain-lain).

Kegiatan konservasi ex situ juga dapat dikatakan sebagai tindakan domestikasi tumbuhan
sehingga pada akhirnya dapat dibudidayakan secara luas. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa upaya budidaya meranti putih dapat dikatakan sebagai salah satu upaya konservasi ex
situ. Kegiatan budidaya dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun oleh masyarakat secara individu atau kelompok.Kegiatan
konservasi ex situ juga dapat dilakukan melalui tindakan rehabilitasi dan penghijauan, khususnya
pada lahan-lahan kritis. Sebagai jenis yang tumbuh di Kalimantan, diharapkan kegiatan
rehabilitasi meranti putih tidak menemui kendala yang besar karena secara ekologis mudah
beradaptasi dengan kondisi habitat dan ekologi Kalimantan.
2.2.5 Manfaat Meranti Putih

Pemanfaatan Meranti Putih Berdasarkan jenis-jenis kayu perdagangan yang ditinjau dari
segi pemanfaatan, kayu meranti putih termasuk kelompok komersial satu. Pemanfaatan meranti
putih secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 macam: Hasil hutan berupa kayu Kayu
meranti putih berfungsi untuk konstruksi ringan yang terlindung berada dibawah atap, tidak
berhubungan dengan tanah lembab, hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak
masuk di dalamnya yakni reng atau usuk sebuah bangunan; kayu lapis (plywood); veneer dan
bahan-bahan mebel, dikarenakan kayu jenis ini secara umum termasuk sukar diawetkan dan
lebih mudah dikupas.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km 2 yang terletak diantara
dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang garis
pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi
suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam
dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang
diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang
menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-
nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia.

Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang
merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia
dinyatakan terancam punah, termasuk tumbuhan anggrek pensil dan pohon meranti putih.
3.2 Saran

Saya menyadari makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Wahyuni dkk. 2012. Eksplorasi dan identifikasi anggrek Bengkulu. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu http://repository.unib.ac.id/7376/1/B12.pdf

JUNIAR, PRAYOGI. 2010. PERTUMBUHAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq)


DALAM SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (Studi Kasus di
Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah). DEPARTEMEN
SIVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DHARMA, PUTRA dkk. 2014. MERANTI PUTIH DAN UPAYA KONSERVASINYA.


POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL BALIKPAPAN

http://pvtpp.setjen.pertanian.go.id/cms/wp-content/uploads/2017/01/27.-Kota-Bengkulu-
Anggrek-Pensil-Semarak-Bengkulu.pdf

https://www.facebook.com/notes/sofian-rafflesia/anggrek-pensil-papillionanthe-
hookeriana/10150902611934929/

https://manfaat.co.id/manfaat-bunga-anggrek

http://digilib.unila.ac.id/12534/14/tinjauan%20pustaka.pdf

Anda mungkin juga menyukai