Anda di halaman 1dari 12

DASAR TEORI

1. Jamur pada Tempe (Rhizopus oligosporus)


Bahan utama pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Kacang ini berubah bentuk yang padat
oleh karena terjadi proses fermentasi yang dibantu oleh aktifitas jamur.Proses Fermentasi
tersebut menyebabkan senyawa-senyawa komplek di dalam kedelai terhidrolisis menjadi
komponen zat yang jauh lebih mudah untuk dicerna tubuh manusia. Jamur tempe atau kapang
tempe memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan butir kedelai menjadi
tempe yang padat . Jamur yang biasa digunakan untuk tempe ini merupakan kelompok
Zygomycota yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat. Jamur yang lazim digunakan
dalam pembuatan tempe yaitu Rhizopus oligosporus
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak menghasilkan
enzim protease . R.oligosporus banyak ditemui di tanah buah dan sayuran yang membusuk
serta roti yang sudah lama.
Rhizopus oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan
tempe dari proses fermentasi kacang kedelai karena R.oligosporus yang menghasilkan enzim
fitase yang memecah fitat nenbuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen
mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh . Jamur
ini juga dapat nenfermentasikan substrat lain , memproduksi enzim dan mengolah limbah





















2. Jamur pada nasi (Rhizopus stolonifer)
Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomicotina.Jenis jamur ini memiliki
hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu terdapat pula sporangiofor (hifa yang
mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel , di bagian ujungnya terbentuk sporangium
(sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada
rizoid dan spongiofor). Rhizopus stolonifer dapat tumbuh dibawah kondisi anaerobic dan jamur
ini dapat tumbuh pada nasi , roti atau buah-buahan lunak.Misalnya pada nasi
Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun dirikita, yang
kemudian apabila jatuh pada nasi maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat












3. Jamur pada daun (Colleototrichum gloesporoides)
Umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang-
kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit
terpancung,tidak bersekat,berinti satu terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk
silinder , hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun,2000).
Ordo dari kelas Deuteromycetes ini mempunyai konidiofor yang pendek dan
beregresi(berkumpul ) pada permukaan yang tipis dan parenkimoid dan stroma . Konidia
berbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor pendek tidak berwarna, tidak
bercabang dan tidak bersekat. Adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung
merupakan gejala serangan Colleototrichum . Pada daun umur lebih dari 10 hari terdapat
bercak coklat dengan halo warna kuning,selanjutnya bercak tersebut berlubang) Serangan
Colleototrichum gloesporoides pada daun muda menimbulkan bercak bewarna coklat
kehitaman pada bagian tengahnya, yang berturut turut diikuti oleh mengeriputnya lembaran
daun,timbulnya busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi dengan akibat yang lebih jauh
gugurnya daun.














Agrios,G.N.Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Dwidjoseputro,2003.Dasar-dasar Mikrobiologi.Djambatan:Malang
Pelczar,M.J.2006.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI Press:Jakarta
Pracaya,2007.Hama Dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta

Jamur Pada Nasi (Rhizopus oligosporus)
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak
menghasilkan enzim protease. Rhizopus oligosporus banyak ditemui di tanah, buah,
dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama. Rhizopus oligosporus
termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari
proses fermentasi kacang kedelai, karena Rhizopus oligosporus yang menghasilkan
enzim fitase yang memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah
menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih
mudah terserap tubuh. Fungi ini juga dapat memfermentasi subtrat lain,
memproduksi enzim, dan megolah limbah. Salah satu enzim yang diproduksi tersebut
adalah dari golongan protease.

Jamur Pada Bonggol Jagung (Physarum polycephalum)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Thallophyta
Classis : Mycomycetes
Ordo : Mycomycetales
Familia : Mycomycetaceae
Genus : Physarum
Spesies : Physarum polycephalum
Physarum polycephalum dapat kita temukan pada medium biakanbonggol jagung. Biasanya
berwarna putih dan berbentuk agak bulat-bulat dan ada yang bersekat.. Jamur ini mempunyai
alat perkembang biakkan seperti fungus dengan pembentukan sporangium dan spora.Pada
lingkungan yang agak lembab spora mudah membentuk kecambah. Perkecambahan spora
menghasilkan sel kembara bila ada air yang cukup atau micomoeba bila kurang lembab.
5. Jamur Pada Tempe (Rhizopus oryzae)
Rhizopus oryzae memiliki tiga tipe hifa, yaitu :
a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan subtrat.
b. Rizoid, hifa yang menembus subtrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan.
c. Sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan subtrat dan memilikisporangium
globuler di ujungnya.
Reproduksi Rhizopus oryzae secara aseksual dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh
sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi.



Penyakit Busuk Batang Jagung (Fusarium sp.) dan Pengendaliannya. Produksi jagung nasional
belum dapat mengimbangi permintaan dalam negeri, sehingga Indonesia setiap tahunnya harus
mengimpor jagung. Peningkatan produksi jagung Nasional masih mengalami beberapa
hambatan diantaranya rendahnya penggunaan varietas hibrida dan varietas unggul nasional,
serta masalah biotis seperti hama dan penyakit. Penyakit utama jagung adalah bulai, kemudian
penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Gejala umum dijumpai pada
tanaman jagung yang terserang penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung
berwarna hijau kekuningan, kemudian warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah
empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek.
Cendawan Fusarium sp. melakukan infeksi melalui kutikula, dan suhu optimum untuk
perkembangannya adalah 20 22
0
C. Pola sebaran cendawan ini luas, mulai dari daerah dingin
sampai daerah kering. Upaya pengendalian penyakit busuk batang jagung diantaranya adalah
penggunaan varietas tahan seperti Varietas Gumarrang, Surya, Bisi-1, Bisi-4, Pionir-12 dan
Pionir-13, pergiliran tanaman yang bukan tanaman serealia, dan terakhir gunakan fungisida
seperti Mancozeb dan Carbendazim.
Kata kunci: Busuk batang jagung, Fusarium sp., Pengendalian, Cendawan.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas penting di Indonesia, oleh karena pemanfaatannya sangat
banyak yaitu bahan makanan pokok sebagian penduduk Indonesia, dan pakan ternak serta
bahan baku industri. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat dengan pesat,
sementara produksi nasional jagung belum dapat mengimbangi kebutuhan dalam negeri,
sehingga impor jagung tidak dapat dihindari yaitu sekitar 1,5 juta ton/tahun. Khusus untuk
kebutuhan pakan ternak tahun 2004 mencapai import 900 ribu ton (Deptan, 2006).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan jagung dalam negeri belum terpenuhi yaitu
factor biotis dan abiotis. Faktor biotis yang sering menjadi gangguan pertanaman jagung
adalah hama dan penyakit. Jenis-jenis hama penting yang menyerang tanaman jagung baik
pada fase vegetatif maupun generatif adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang
(Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Menurut Dobie et
al. (1987) di daerah tropis terutama negara-negara berkembang kehilangan hasil jagung dapat
mencapai 30%.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung pada musim hujan adalah penyakit
busuk batang jagung oleh Fusarium sp. Cendawan Fusarium sp. merupakan salah satu
cendawan yang sering dijumpai di seluruh dunia, baik berfungsi sebagai saprofit maupun
parasit pada tanaman. Selain itu juga dapat menyerang hampir semua tanaman, bahkan
sampai di penyimpanan (Booth, 1971).
Cendawan Fusarium sp. sangat penting karena selain keragaman dan tingginya populasi, juga
karena banyaknya komponen yang dapat berinteraksi dengannya seperti stress lingkungan dan
serangga hama (Walfer dan Brayford, 1990). Wakman et al., (1998) melaporkan bahwa
penyakit busuk batang telah menyerang pertanaman jagung di Bontobili dan Bajeng, Sul-Sel.
dengan persentase kerusakan masing-masing 20% dan 65%.


GEJALA SERANGAN
Munculnya gejala penyakit pada tanaman merupakan akibat dari tidak terjadinya keseimbangan
hayati, sehingga penyakit berkembang bilamana 1) patogen sangat virulen dan kepadatan
sangat tinggi, 2) lingkungan abiotik sangat sesuai bagi pathogen, tetapi tidak bagi tanaman
inang dan organisme antagonis, 3) populasi jasad organisme antagonis rendah karena
dihambat oleh organisme lain dan factor abiotik tidak menunjang untuk perkembangannya
(Baker dan Cook, 1982 dalam Rosmana dan Wakman, 2004).
Gejala umum yang dijumpai pada tanaman jagung terserang penyakit busuk
batang Fusarium sp. adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan,
sehingga kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya
membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek, kemudian
struktur batang berubah menjadi silinder rapat menjadi tabung (Dodd, 1980).
Selanjutnya dikemukakan bahwa terjadinya kelayuan akan menghentikan semua transportasi
hara ke biji, sehingga mempengaruhi berat biji. Pada bagian akar akan menjadi busuk, mudah
dicabut, dan mudah rebah apabila ada angin. Kalau ini terjadi, maka dalam waktu satu hari
semua daun berubah warna menjadi kelabu dan terkulai, termasuk tongkolnya.
Apabila cendawan Fusarium sp. menyerang pada batang jagung disebut penyakit busuk
batang, dan bila menyerang tongkol, disebut busuk tongkol. Gejala busuk tongkol jagung
bervariasi, tergantung cendawan dan berat ringannya serangan. F. graminearum bila
menyerang tongkol jagung menyebabkan pembusukan yang berwarna merah jambu dan
berkembang dari ujung ke pangkal tongkol. Pada F. moniliforme juga menyebabkan
pembusukan pada biji jagung. Warna biji yang busuk bervariasi dari merah jambu sampai
kecoklat kemerah-merahan atau coklat kelabu. Gejala ini baru muncul bila dikupas kelobot
jagung.
Hasil identifikasi Wakman et al., (2002) pada tanaman jagung yang terserang penyakit busuk
batang di Maros dan Bajeng, Sul-Sel. Menunjukkan F. moniliforme. Hal ini berdasarkanpada
warna koloni yang agak merah jambu. Ada beberapa jenis spesis Fusarium yang sering
didapatkan bila dilakukan isolasi dari tanah pada bagian akar tanaman jagung adalah F.
moniliforme, F. oxysporium, F. proliferatum, F. solani, F. aqusiti, dan F. graminearum.
Ocamb dan Kommedahl, (1999a dan 1999b) melaporkan keempat pertama diatas yang banyak
diisolasi dari tanah di sekitar akar tanaman jagung. Hal ini disebabkan karena kuatnya
berkompetisi (bersaing). Selanjutnya Kadera et al. (1994) mengemukakan ada tiga
spesies Fusarium yang selalu ada bila dilakukan isolasi pada jaringan tanaman jagung yaitu F.
moniliforme, F. proliferatum, dan F. subglatinaus.
Bentuk morfologi cendawan Fusarium sp. yaitu spora dalam bentuk konidia dibentuk diujung
tangkai konidia atau klamidospora. Konidia ada yang bersekat satu dan tidak bersekat,
sedangkan makrokonidia ada yang bersekat sampai 10 walaupun ada yang tidak bersekat.


FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGANNYA
Cendawan Fusarium sp. biasanya melakukan infeksi melalui kutikula atau lubang alamiah.
Cendawan ini berkembang pada suhu 20 - 22
0
C., dengan PH netral dengan kandungan N
tanah tinggi. Pola sebaran cendawan Fusarium sp. mulai dari daerah dingin (suhu < 5
0
C) smpai
daerah tropika (suhu diatas 25
0
C), dari daerah kering (curah hujan tahunan < 250 mm) sampai
daerah basah (curah hujan tahunan > 1000 mm).
Cendawan Fusarium sp. dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman terinfeksi, sedangkan
konidianya tidak dapat bertahan lama dalam tanah tanpa adanya sisa-sisa tanaman inang.


PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Sebagao
akibat dari; 1) penggunaan varietas tahan, 2) pemupukan berimbang dengan tidak memberi
nitrogen dosis tinggi, dan Kalium dosis rendah.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk pengendalian penyakit ini adalah jangan membiarkan
tongkol jagung terlalu lama mengering di pertanaman, dan pada bagian bawah batang jagung
dipatahkan agar ujung tongkol jagung tidak mengarah ke atas, lakukan pergiliran tanaman
dengan tanaman yang bukan tanaman serealia.
Varietas jagung yang tahan penyakit busuk batng jagung menurut Wakman dan Kontong,
(2002) adalah Surya, Bisi-1, Bisi-4, Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12,
Pioneer-13, Pioneer-14, Exp.9572, Exp.9702, Exp.9703, dan FPC9923. Penyakit ini dapat pula
dikendalikan secara hayati dengan pemberian cendawan antagonis Trichoderma sp.satu
sampai dua minggu setelah adanya pathogen Fusarium sp. pada tanaman jagung.
Apabila cara-cara diatas belum memberikan hasil yang memuaskan, maka cara terakhir adalah
penggunaan fungisida dengan bahan aktif Mancozeb dan Carbendazim dengan nama
perdagangannya adalah Delsene MX-200. Hal ini dibuktikan oleh Wakman dan Kontong,
(2002) secara in-vitro dengan dosis 0,1 g/ml media PDA dapat mematikan
cendawan Fusarium sp.


PENUTUP
Penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. merupakan salah
satu penyakit penting pada tanaman jagung, terutama jagung yang ditanam pada awal musim
hujan. Penyakit ini apabila menyerang pertanaman jagung dengan infeksi berat, maka dapat
menurunkan produksi yang berarti.
Gejala umum penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung akan lembek dan
membusuk, sehingga transportasi air dan hara pada bagian-bagian tanaman terhenti, akibatnya
seluruh tanaman akan layu (mati).
Suhu optimum untuk perkembangan cendawan ini adalah 20
0
C- 22
0
C dengan kelembaban
90%. Cendawan ini dapat pula bertahan lama dalam tanah bila bersama inangnya.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan seperti
Varietas Surya, Bisi, Pioneer, Gumarang. Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang
bukan tanaman serealia, agar terputus siklus hidup cendawan Fusarium sp. Lakukan
pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk nitrogen (N) yang tinggi. Penyakit ini
dapat pula dikendalikan dengan cendawan antagonis yaitu Trichoderma sp. Apabila cara-cara
di atas belum dapat menekan tingkat infeksi cendawan ini, maka dapat digunakan fungisida
Mancozeb dan Carbendazim.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, C. 1971. The Genus of Fusarium sp. Commonwealth Mycological Institute. Kew Surrey,
England. 237p.
Deptan. 2006. Program dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan agribisnis jagung.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Hal 1
10.
Dobie, P., C.P. Heines, R.J. Hodges, and P.F. Prevett. 1987. Insect and Arachnids of Tropical
Stored Product their Biology and Identifications. Stored Dept., London Road. P. 205.
Dodd, J.L. 1980. The Role of plant stresses in development of corn stalk rots. Plant Diseases.
64 (6) : 533-537.
Kadera, C.J., J.F. Lislie, and L.E. Claflin. 1994. Genetic diversity of Fusarium Section Liscol
(Giberealia fujikursi) in International Maize Stalks. Phytopathology. 84 : 603 - 607.
Ocamb, C.M. and T. Kommendahl. 1994a. Rhizosphere Competence of Fusarium Spesies
Colonizing Corn Roots. Phytopthology. 84 : 166 - 172.
__________________________________ 1994b. Growth of rhizosphere competent and
incompetent Fusarium spesies from corn on carbon substrates. Phytopathology. 84 : 508
514.
Rosmana, A. dan W. Wakman. 2004. Penyakit Fusarium sp. di Sul-Sel, Tinjauan ekologi dan
pendekatan pengendaliannya. Prosiding Simposium Nasional I tentang Fusarium. Fak.
Pertanian, Universitas Jenderal Sudirman. Hal. 193-202.
Toussoun, T.A., R.V. Bega, and P.E. Nelson. 1970. Root Diseases and Soil-borne Pathogen.
University of California Press. Barkeley. 255p.
Wakman, W., dan O. Suherman, 1998. Penyakit busuk batang jagung pada pertanaman GM
15, GM 26, dan GM 30 Induk Persilangan Jagung Hibrida. Seminar Mingguan. Balai Penelitian
Tanaman Jagung dan Serealia Lain. 5 hal.
__________ S. Rahamma, dan S. Kontong. 2002. Identifikasi ketahanan varietas/galur jagung
dari berbagai sumber yang berbeda terhadap penyakit busuk batang. Hasil Penelitian Hama
dan Penyakit. Balai Penelitian Tanaman jagung dan Serealia Lain. Hal. 15-20.
Walter, J.M. and D. Brayford. 1990. Fusarium Disease in the tropies. Tropical Pest
Management. 36: 181-194.
- See more at: http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/penyakit-busuk-
batang-jagung-fusarium-sp-dan-pengendaliannya.htm#sthash.mImxpLqW.dpuf

http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/penyakit-busuk-batang-jagung-
fusarium-sp-dan-pengendaliannya.htm

Sementara itu daun pisang merupakan bahan organik yang memiliki sifat
kontaminan alami yang ada pada daunnya. Macam bakteri yang sering ada
pada permukaan daun adalah Bacillus cereus, B.Subtilis, Lacotbacillus
acidophilus sp., Staphylococcus aureus, S.epidermidis, pseudomonas
sp.,Corynebacteriumsp.,Micrococcus sp. Kapang yang sering ada
adalah Mucor mucedo, Aspergillus niger, A.flavus, penicilium
expansum,Rhizopus stolonifer (Supardi dan Sukamto, 1999).

Pada Tongkol Jagung yang telah berjamur di pengaruhi oleh keadaan pada kelembapan
situasi disekitarnya.Jamur yang terdapat di tongkol jangung Pyrenomycetes.Memiliki berbentuk
khusus yang dilengkapidengan ostiolm(lubang untuk melepas askus dan askospora
Ciri khas yang dimiliki ialah askoma berbentuk khusus yang dilengkapi dengan ostiolum (lubang
untuk melepas askus dan askospora). Tubuh buah seperti itu disebut peritesium, yang dapat
berwarna cerah atau gelap.
memiliki konidia berwarna oranye.


Anggota kelas ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan tempat dihasilkannya
askospora.Beberapa askomiset membentuk tubuh buah yang melindungi askus bersama
askospors.Kebanyakan dari spesies ini hidup saprofit. Secara aseksual ascomycotina ini memperbanyak
diri dengan pembelahan biner melintang dan bertunas.Organism ini dapat hidup sebagai saprofit pada
selaput-selaput lender pada kebanyakan orang tanpa menyebabkan penyakit. Namun demikian, apabila
inangnya lemah karena suatu penyakit akan menyababkan infeksi.Contoh spesies salah satunya berupa
Aspergillusflavus hidup pada biji-bijian, flatoksin salah satu penyebab kanker hati. menghasilkan racun
aflatoksin

Aspergillus flavus spesies dari divisio Ascomycotina merupakan jamur yang tidak memiliki nilai ekonomi
yang bermanfaaat akan tetapi sangat merugikan khususnya bagi manusia,karena bisa menyebabkan
penyakit TB, asma, kanker paru paru, dan pneumonia adalah kasus paru paru yang umum ditemui di
rumah-rumah sakit di Indonesia. Masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit di atas. Namun
sebenarnya ada salah satu penyakit paru-paru yang kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi
karena terdapat penyakit paru lain yang mendasarinya, yaitu aspergilosis, penyakit infeksi paru akibat
jamur. Di antara jutaan jamur di muka bumi ini, jenis Aspergillus sp. paling sering menimbulkan infeksi
paru.Jamur ini merupakan jamur rumahan yang sporanya sangat banyak bertebaran di udara dan di
dalam rongga pernapasan manusia yang sehat. Pada saat kekebalan tubuh rendah, pertumbuhan jamur
akan merajalela dan Aspergillus mampu menginvasi arteri dan vena, sehingga lokasinya bisa menyebar
hingga ke seluruh tubuh. Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik.
Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Aspergillus clavatus yang semuanya
menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat
menyebabkan banyak penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung.


Lichen

Lichen bukanlah sebuah organisme tunggal, namun simbiosis antara dua organisme yang
berbeda yaitu jamur dan alga atau cyanobacterium. Hasil pengamatan lichen dibawah mikroskop
terdiri dari sel berserabut dan filamen yang disebut hifa. Simbiosis Lichen ialah berupa alga yang
mengandung klorofil sehingga mampu memproduksi zat makanan (bahan organik) dengan bantuan
cahaya melalui proses fotosintesis. Sebaliknya, jamur membutuhkan bahan organik yang ada dan
menghasilkan karbon sebagai hasil dari metabolismenya.
Sekitar 1500 jenis alga di seluruh dunia, memiliki kemampuan bersimbiosis dengan jamur membentuk
lichen, menariknya alga yang sama dapat bersimbiosis dengan jamur yang berbeda dan menghasilkan
lichen yang berbeda pula. Lichen memiliki berbagai bentuk pertumbuhan yang berbeda. Lumut kerak
yang paling sederhana adalah loosley yaitu campuran hifa jamur dan ganggang. Selain tiu bentuk yang
lebih kompleks, ialah lichen dengan bentuk berdaun seperti miniatur tanaman, serta memiliki struktur
khusus yang menyertainya. Berikut 3 jenis lichen :

1. Crustose (Crustaceous) adalah lichen yang berbentuk menyebar dipermukaan tempat
lichen menempel. Ciri ciri dari Crustose adalah tepi rata, melekat erat pada subsrat sehingga
sulit dirusak
2. Foliose adalah lichen dengan lobus berdaun, yang tersebar secara horisontal di atas
permukaan. Dimana lichen tersebut terikat oleh filamen rizhoid sehingga mudah dihilangkan
dengan pisau.
3. Fruticose adalah lichen yang berbentuk menyerupai semak dengan banyak cabang, pola
pertumbuhan vertikal, struktur berbentuk seperti globets. Fruticose dapat dihilangkan dari
permukaan dengan tangan.

Diposkan oleh Intan Ria Neliana di 08.20



bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium) yang merupakan massa protoplasma tidak berdinding;
berinti banyak, bersel satu atau bersel banyak;
struktur tubuh vegetatif menyerupai Amoeba, berbentuk seperti lendir (plasmodium), tetapi cara berkembang
biaknya menyerupai Fungi;
berkembang biak secara aseksual dan seksual. Pencernaan makanan yang dilakukan pada fase vegetatif
(aseksual) dilakukan menyerupai Amoeba. Pada tingkat dewasa, Plasmodium akan membentuk kotak spora
seperti pada Fungi. Setelah matang, kotak spora ini akan pecah dan mengeluarkan spora. Spora yang
berkecambah akan membentuk sel gamet yang menyerupai Amoeba. Sel-sel gamet ini bersifat haploid dan akan
melakukan singami atau peleburan dua gamet dengan ukuran yang sama dan tidak dapat dibedakan antara sel
jantan dan betina yang akan menghasilkan zigot;
biasa hidup di hutan-hutan basah, tanah lembap, batang kayu yang membusuk, kayu lapuk, atau sampah basah.
Jamur lendir (Mycomycota) dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Acrasiomycota dan Myxomycota.
a. Acrasiomycota (Jamur Lendir Bersekat)
Acrasiomycota dinamakan juga jamur lendir bersekat. Pada saat Plasmodium membesar dan inti sel membelah sel
individu tetap terpisah saat bergabung membentuk pseudoplasmodium. Saat makanan berkurang zat kimia yang
dikeluarkan oleh Amoeba akan bergabung membentuk Plasmodium.
Plasmodium akan bergerak ke arah cahaya. Pada saat ada makanan, Plasmodium akan berhenti bergerak dan
membentuk tubuhnya yang mengandung spora reproduksi. Pada saat kondisi menguntungkan, spora yang tertinggal
akan membentuk Amoeba baru dan siklus akan berulang.
b. Myxomycota (Jamur Lendir Tidak Bersekat)
Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan
oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendi r hidup di batang
kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah.
Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak
amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik.
Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika
telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora
tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid,
kemudian sel gamet ini melakukan singami.
Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan
betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigot tumbuh dewasa. Pada Myxomycota, massa berinti banyak yang
disebut Plasmodium (jangan dikacaukan dengan plasmodium penyebab malaria), bergerak berpindah tempat di
tanah atau sepanjang dasar hutan, di daun, kayu busuk untuk memakan bakteri.
Plasmodium mempunyai banyak inti, tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang
sedang bergerak dapat seukuran buah anggur. Saat Plasmodium membesar, intinya membelah. Sebaliknya, pada
Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk pseudoplasmodium atau massa
multiseluler.
Kata Kunci :
protista mirip jamur,Reproduksi protista mirip jamur,jamur lendir,ciri-ciri oomycota,ciri ciri myxomycota,Ciri-ciri protista
mirip jamur,ciri ciri oomycota,ciri ciri protista yang menyerupai jamur,ciri ciri protista mirip jamur,perkembangbiakan
protista mirip jamur

Anda mungkin juga menyukai