Bahan utama pembuatan tempe adalah kacang kedelai. Kacang ini berubah bentuk yang padat oleh karena terjadi proses fermentasi yang dibantu oleh aktifitas jamur.Proses Fermentasi tersebut menyebabkan senyawa-senyawa komplek di dalam kedelai terhidrolisis menjadi komponen zat yang jauh lebih mudah untuk dicerna tubuh manusia. Jamur tempe atau kapang tempe memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan butir kedelai menjadi tempe yang padat . Jamur yang biasa digunakan untuk tempe ini merupakan kelompok Zygomycota yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat. Jamur yang lazim digunakan dalam pembuatan tempe yaitu Rhizopus oligosporus Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak menghasilkan enzim protease . R.oligosporus banyak ditemui di tanah buah dan sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama. Rhizopus oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai karena R.oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang memecah fitat nenbuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh . Jamur ini juga dapat nenfermentasikan substrat lain , memproduksi enzim dan mengolah limbah
2. Jamur pada nasi (Rhizopus stolonifer) Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomicotina.Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel , di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan spongiofor). Rhizopus stolonifer dapat tumbuh dibawah kondisi anaerobic dan jamur ini dapat tumbuh pada nasi , roti atau buah-buahan lunak.Misalnya pada nasi Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun dirikita, yang kemudian apabila jatuh pada nasi maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat
3. Jamur pada daun (Colleototrichum gloesporoides) Umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang- kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung,tidak bersekat,berinti satu terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk silinder , hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun,2000). Ordo dari kelas Deuteromycetes ini mempunyai konidiofor yang pendek dan beregresi(berkumpul ) pada permukaan yang tipis dan parenkimoid dan stroma . Konidia berbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor pendek tidak berwarna, tidak bercabang dan tidak bersekat. Adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung merupakan gejala serangan Colleototrichum . Pada daun umur lebih dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning,selanjutnya bercak tersebut berlubang) Serangan Colleototrichum gloesporoides pada daun muda menimbulkan bercak bewarna coklat kehitaman pada bagian tengahnya, yang berturut turut diikuti oleh mengeriputnya lembaran daun,timbulnya busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi dengan akibat yang lebih jauh gugurnya daun.
Agrios,G.N.Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Dwidjoseputro,2003.Dasar-dasar Mikrobiologi.Djambatan:Malang Pelczar,M.J.2006.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI Press:Jakarta Pracaya,2007.Hama Dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta
Jamur Pada Nasi (Rhizopus oligosporus) Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak menghasilkan enzim protease. Rhizopus oligosporus banyak ditemui di tanah, buah, dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama. Rhizopus oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai, karena Rhizopus oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh. Fungi ini juga dapat memfermentasi subtrat lain, memproduksi enzim, dan megolah limbah. Salah satu enzim yang diproduksi tersebut adalah dari golongan protease.
Jamur Pada Bonggol Jagung (Physarum polycephalum) Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisio : Thallophyta Classis : Mycomycetes Ordo : Mycomycetales Familia : Mycomycetaceae Genus : Physarum Spesies : Physarum polycephalum Physarum polycephalum dapat kita temukan pada medium biakanbonggol jagung. Biasanya berwarna putih dan berbentuk agak bulat-bulat dan ada yang bersekat.. Jamur ini mempunyai alat perkembang biakkan seperti fungus dengan pembentukan sporangium dan spora.Pada lingkungan yang agak lembab spora mudah membentuk kecambah. Perkecambahan spora menghasilkan sel kembara bila ada air yang cukup atau micomoeba bila kurang lembab. 5. Jamur Pada Tempe (Rhizopus oryzae) Rhizopus oryzae memiliki tiga tipe hifa, yaitu : a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan subtrat. b. Rizoid, hifa yang menembus subtrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan. c. Sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan subtrat dan memilikisporangium globuler di ujungnya. Reproduksi Rhizopus oryzae secara aseksual dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi.
Penyakit Busuk Batang Jagung (Fusarium sp.) dan Pengendaliannya. Produksi jagung nasional belum dapat mengimbangi permintaan dalam negeri, sehingga Indonesia setiap tahunnya harus mengimpor jagung. Peningkatan produksi jagung Nasional masih mengalami beberapa hambatan diantaranya rendahnya penggunaan varietas hibrida dan varietas unggul nasional, serta masalah biotis seperti hama dan penyakit. Penyakit utama jagung adalah bulai, kemudian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Gejala umum dijumpai pada tanaman jagung yang terserang penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan, kemudian warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek. Cendawan Fusarium sp. melakukan infeksi melalui kutikula, dan suhu optimum untuk perkembangannya adalah 20 22 0 C. Pola sebaran cendawan ini luas, mulai dari daerah dingin sampai daerah kering. Upaya pengendalian penyakit busuk batang jagung diantaranya adalah penggunaan varietas tahan seperti Varietas Gumarrang, Surya, Bisi-1, Bisi-4, Pionir-12 dan Pionir-13, pergiliran tanaman yang bukan tanaman serealia, dan terakhir gunakan fungisida seperti Mancozeb dan Carbendazim. Kata kunci: Busuk batang jagung, Fusarium sp., Pengendalian, Cendawan. PENDAHULUAN Jagung merupakan komoditas penting di Indonesia, oleh karena pemanfaatannya sangat banyak yaitu bahan makanan pokok sebagian penduduk Indonesia, dan pakan ternak serta bahan baku industri. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat dengan pesat, sementara produksi nasional jagung belum dapat mengimbangi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor jagung tidak dapat dihindari yaitu sekitar 1,5 juta ton/tahun. Khusus untuk kebutuhan pakan ternak tahun 2004 mencapai import 900 ribu ton (Deptan, 2006). Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan jagung dalam negeri belum terpenuhi yaitu factor biotis dan abiotis. Faktor biotis yang sering menjadi gangguan pertanaman jagung adalah hama dan penyakit. Jenis-jenis hama penting yang menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun generatif adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Menurut Dobie et al. (1987) di daerah tropis terutama negara-negara berkembang kehilangan hasil jagung dapat mencapai 30%. Salah satu penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung pada musim hujan adalah penyakit busuk batang jagung oleh Fusarium sp. Cendawan Fusarium sp. merupakan salah satu cendawan yang sering dijumpai di seluruh dunia, baik berfungsi sebagai saprofit maupun parasit pada tanaman. Selain itu juga dapat menyerang hampir semua tanaman, bahkan sampai di penyimpanan (Booth, 1971). Cendawan Fusarium sp. sangat penting karena selain keragaman dan tingginya populasi, juga karena banyaknya komponen yang dapat berinteraksi dengannya seperti stress lingkungan dan serangga hama (Walfer dan Brayford, 1990). Wakman et al., (1998) melaporkan bahwa penyakit busuk batang telah menyerang pertanaman jagung di Bontobili dan Bajeng, Sul-Sel. dengan persentase kerusakan masing-masing 20% dan 65%.
GEJALA SERANGAN Munculnya gejala penyakit pada tanaman merupakan akibat dari tidak terjadinya keseimbangan hayati, sehingga penyakit berkembang bilamana 1) patogen sangat virulen dan kepadatan sangat tinggi, 2) lingkungan abiotik sangat sesuai bagi pathogen, tetapi tidak bagi tanaman inang dan organisme antagonis, 3) populasi jasad organisme antagonis rendah karena dihambat oleh organisme lain dan factor abiotik tidak menunjang untuk perkembangannya (Baker dan Cook, 1982 dalam Rosmana dan Wakman, 2004). Gejala umum yang dijumpai pada tanaman jagung terserang penyakit busuk batang Fusarium sp. adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan, sehingga kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek, kemudian struktur batang berubah menjadi silinder rapat menjadi tabung (Dodd, 1980). Selanjutnya dikemukakan bahwa terjadinya kelayuan akan menghentikan semua transportasi hara ke biji, sehingga mempengaruhi berat biji. Pada bagian akar akan menjadi busuk, mudah dicabut, dan mudah rebah apabila ada angin. Kalau ini terjadi, maka dalam waktu satu hari semua daun berubah warna menjadi kelabu dan terkulai, termasuk tongkolnya. Apabila cendawan Fusarium sp. menyerang pada batang jagung disebut penyakit busuk batang, dan bila menyerang tongkol, disebut busuk tongkol. Gejala busuk tongkol jagung bervariasi, tergantung cendawan dan berat ringannya serangan. F. graminearum bila menyerang tongkol jagung menyebabkan pembusukan yang berwarna merah jambu dan berkembang dari ujung ke pangkal tongkol. Pada F. moniliforme juga menyebabkan pembusukan pada biji jagung. Warna biji yang busuk bervariasi dari merah jambu sampai kecoklat kemerah-merahan atau coklat kelabu. Gejala ini baru muncul bila dikupas kelobot jagung. Hasil identifikasi Wakman et al., (2002) pada tanaman jagung yang terserang penyakit busuk batang di Maros dan Bajeng, Sul-Sel. Menunjukkan F. moniliforme. Hal ini berdasarkanpada warna koloni yang agak merah jambu. Ada beberapa jenis spesis Fusarium yang sering didapatkan bila dilakukan isolasi dari tanah pada bagian akar tanaman jagung adalah F. moniliforme, F. oxysporium, F. proliferatum, F. solani, F. aqusiti, dan F. graminearum. Ocamb dan Kommedahl, (1999a dan 1999b) melaporkan keempat pertama diatas yang banyak diisolasi dari tanah di sekitar akar tanaman jagung. Hal ini disebabkan karena kuatnya berkompetisi (bersaing). Selanjutnya Kadera et al. (1994) mengemukakan ada tiga spesies Fusarium yang selalu ada bila dilakukan isolasi pada jaringan tanaman jagung yaitu F. moniliforme, F. proliferatum, dan F. subglatinaus. Bentuk morfologi cendawan Fusarium sp. yaitu spora dalam bentuk konidia dibentuk diujung tangkai konidia atau klamidospora. Konidia ada yang bersekat satu dan tidak bersekat, sedangkan makrokonidia ada yang bersekat sampai 10 walaupun ada yang tidak bersekat.
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGANNYA Cendawan Fusarium sp. biasanya melakukan infeksi melalui kutikula atau lubang alamiah. Cendawan ini berkembang pada suhu 20 - 22 0 C., dengan PH netral dengan kandungan N tanah tinggi. Pola sebaran cendawan Fusarium sp. mulai dari daerah dingin (suhu < 5 0 C) smpai daerah tropika (suhu diatas 25 0 C), dari daerah kering (curah hujan tahunan < 250 mm) sampai daerah basah (curah hujan tahunan > 1000 mm). Cendawan Fusarium sp. dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman terinfeksi, sedangkan konidianya tidak dapat bertahan lama dalam tanah tanpa adanya sisa-sisa tanaman inang.
PENGENDALIAN Pengendalian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Sebagao akibat dari; 1) penggunaan varietas tahan, 2) pemupukan berimbang dengan tidak memberi nitrogen dosis tinggi, dan Kalium dosis rendah. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk pengendalian penyakit ini adalah jangan membiarkan tongkol jagung terlalu lama mengering di pertanaman, dan pada bagian bawah batang jagung dipatahkan agar ujung tongkol jagung tidak mengarah ke atas, lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan tanaman serealia. Varietas jagung yang tahan penyakit busuk batng jagung menurut Wakman dan Kontong, (2002) adalah Surya, Bisi-1, Bisi-4, Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Exp.9572, Exp.9702, Exp.9703, dan FPC9923. Penyakit ini dapat pula dikendalikan secara hayati dengan pemberian cendawan antagonis Trichoderma sp.satu sampai dua minggu setelah adanya pathogen Fusarium sp. pada tanaman jagung. Apabila cara-cara diatas belum memberikan hasil yang memuaskan, maka cara terakhir adalah penggunaan fungisida dengan bahan aktif Mancozeb dan Carbendazim dengan nama perdagangannya adalah Delsene MX-200. Hal ini dibuktikan oleh Wakman dan Kontong, (2002) secara in-vitro dengan dosis 0,1 g/ml media PDA dapat mematikan cendawan Fusarium sp.
PENUTUP Penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung, terutama jagung yang ditanam pada awal musim hujan. Penyakit ini apabila menyerang pertanaman jagung dengan infeksi berat, maka dapat menurunkan produksi yang berarti. Gejala umum penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung akan lembek dan membusuk, sehingga transportasi air dan hara pada bagian-bagian tanaman terhenti, akibatnya seluruh tanaman akan layu (mati). Suhu optimum untuk perkembangan cendawan ini adalah 20 0 C- 22 0 C dengan kelembaban 90%. Cendawan ini dapat pula bertahan lama dalam tanah bila bersama inangnya. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan seperti Varietas Surya, Bisi, Pioneer, Gumarang. Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang bukan tanaman serealia, agar terputus siklus hidup cendawan Fusarium sp. Lakukan pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk nitrogen (N) yang tinggi. Penyakit ini dapat pula dikendalikan dengan cendawan antagonis yaitu Trichoderma sp. Apabila cara-cara di atas belum dapat menekan tingkat infeksi cendawan ini, maka dapat digunakan fungisida Mancozeb dan Carbendazim. DAFTAR PUSTAKA Booth, C. 1971. The Genus of Fusarium sp. Commonwealth Mycological Institute. Kew Surrey, England. 237p. Deptan. 2006. Program dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan agribisnis jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Hal 1 10. Dobie, P., C.P. Heines, R.J. Hodges, and P.F. Prevett. 1987. Insect and Arachnids of Tropical Stored Product their Biology and Identifications. Stored Dept., London Road. P. 205. Dodd, J.L. 1980. The Role of plant stresses in development of corn stalk rots. Plant Diseases. 64 (6) : 533-537. Kadera, C.J., J.F. Lislie, and L.E. Claflin. 1994. Genetic diversity of Fusarium Section Liscol (Giberealia fujikursi) in International Maize Stalks. Phytopathology. 84 : 603 - 607. Ocamb, C.M. and T. Kommendahl. 1994a. Rhizosphere Competence of Fusarium Spesies Colonizing Corn Roots. Phytopthology. 84 : 166 - 172. __________________________________ 1994b. Growth of rhizosphere competent and incompetent Fusarium spesies from corn on carbon substrates. Phytopathology. 84 : 508 514. Rosmana, A. dan W. Wakman. 2004. Penyakit Fusarium sp. di Sul-Sel, Tinjauan ekologi dan pendekatan pengendaliannya. Prosiding Simposium Nasional I tentang Fusarium. Fak. Pertanian, Universitas Jenderal Sudirman. Hal. 193-202. Toussoun, T.A., R.V. Bega, and P.E. Nelson. 1970. Root Diseases and Soil-borne Pathogen. University of California Press. Barkeley. 255p. Wakman, W., dan O. Suherman, 1998. Penyakit busuk batang jagung pada pertanaman GM 15, GM 26, dan GM 30 Induk Persilangan Jagung Hibrida. Seminar Mingguan. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. 5 hal. __________ S. Rahamma, dan S. Kontong. 2002. Identifikasi ketahanan varietas/galur jagung dari berbagai sumber yang berbeda terhadap penyakit busuk batang. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit. Balai Penelitian Tanaman jagung dan Serealia Lain. Hal. 15-20. Walter, J.M. and D. Brayford. 1990. Fusarium Disease in the tropies. Tropical Pest Management. 36: 181-194. - See more at: http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/penyakit-busuk- batang-jagung-fusarium-sp-dan-pengendaliannya.htm#sthash.mImxpLqW.dpuf
Sementara itu daun pisang merupakan bahan organik yang memiliki sifat kontaminan alami yang ada pada daunnya. Macam bakteri yang sering ada pada permukaan daun adalah Bacillus cereus, B.Subtilis, Lacotbacillus acidophilus sp., Staphylococcus aureus, S.epidermidis, pseudomonas sp.,Corynebacteriumsp.,Micrococcus sp. Kapang yang sering ada adalah Mucor mucedo, Aspergillus niger, A.flavus, penicilium expansum,Rhizopus stolonifer (Supardi dan Sukamto, 1999).
Pada Tongkol Jagung yang telah berjamur di pengaruhi oleh keadaan pada kelembapan situasi disekitarnya.Jamur yang terdapat di tongkol jangung Pyrenomycetes.Memiliki berbentuk khusus yang dilengkapidengan ostiolm(lubang untuk melepas askus dan askospora Ciri khas yang dimiliki ialah askoma berbentuk khusus yang dilengkapi dengan ostiolum (lubang untuk melepas askus dan askospora). Tubuh buah seperti itu disebut peritesium, yang dapat berwarna cerah atau gelap. memiliki konidia berwarna oranye.
Anggota kelas ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan tempat dihasilkannya askospora.Beberapa askomiset membentuk tubuh buah yang melindungi askus bersama askospors.Kebanyakan dari spesies ini hidup saprofit. Secara aseksual ascomycotina ini memperbanyak diri dengan pembelahan biner melintang dan bertunas.Organism ini dapat hidup sebagai saprofit pada selaput-selaput lender pada kebanyakan orang tanpa menyebabkan penyakit. Namun demikian, apabila inangnya lemah karena suatu penyakit akan menyababkan infeksi.Contoh spesies salah satunya berupa Aspergillusflavus hidup pada biji-bijian, flatoksin salah satu penyebab kanker hati. menghasilkan racun aflatoksin
Aspergillus flavus spesies dari divisio Ascomycotina merupakan jamur yang tidak memiliki nilai ekonomi yang bermanfaaat akan tetapi sangat merugikan khususnya bagi manusia,karena bisa menyebabkan penyakit TB, asma, kanker paru paru, dan pneumonia adalah kasus paru paru yang umum ditemui di rumah-rumah sakit di Indonesia. Masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru-paru yang kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru lain yang mendasarinya, yaitu aspergilosis, penyakit infeksi paru akibat jamur. Di antara jutaan jamur di muka bumi ini, jenis Aspergillus sp. paling sering menimbulkan infeksi paru.Jamur ini merupakan jamur rumahan yang sporanya sangat banyak bertebaran di udara dan di dalam rongga pernapasan manusia yang sehat. Pada saat kekebalan tubuh rendah, pertumbuhan jamur akan merajalela dan Aspergillus mampu menginvasi arteri dan vena, sehingga lokasinya bisa menyebar hingga ke seluruh tubuh. Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat menyebabkan banyak penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung.
Lichen
Lichen bukanlah sebuah organisme tunggal, namun simbiosis antara dua organisme yang berbeda yaitu jamur dan alga atau cyanobacterium. Hasil pengamatan lichen dibawah mikroskop terdiri dari sel berserabut dan filamen yang disebut hifa. Simbiosis Lichen ialah berupa alga yang mengandung klorofil sehingga mampu memproduksi zat makanan (bahan organik) dengan bantuan cahaya melalui proses fotosintesis. Sebaliknya, jamur membutuhkan bahan organik yang ada dan menghasilkan karbon sebagai hasil dari metabolismenya. Sekitar 1500 jenis alga di seluruh dunia, memiliki kemampuan bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen, menariknya alga yang sama dapat bersimbiosis dengan jamur yang berbeda dan menghasilkan lichen yang berbeda pula. Lichen memiliki berbagai bentuk pertumbuhan yang berbeda. Lumut kerak yang paling sederhana adalah loosley yaitu campuran hifa jamur dan ganggang. Selain tiu bentuk yang lebih kompleks, ialah lichen dengan bentuk berdaun seperti miniatur tanaman, serta memiliki struktur khusus yang menyertainya. Berikut 3 jenis lichen :
1. Crustose (Crustaceous) adalah lichen yang berbentuk menyebar dipermukaan tempat lichen menempel. Ciri ciri dari Crustose adalah tepi rata, melekat erat pada subsrat sehingga sulit dirusak 2. Foliose adalah lichen dengan lobus berdaun, yang tersebar secara horisontal di atas permukaan. Dimana lichen tersebut terikat oleh filamen rizhoid sehingga mudah dihilangkan dengan pisau. 3. Fruticose adalah lichen yang berbentuk menyerupai semak dengan banyak cabang, pola pertumbuhan vertikal, struktur berbentuk seperti globets. Fruticose dapat dihilangkan dari permukaan dengan tangan.
Diposkan oleh Intan Ria Neliana di 08.20
bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium) yang merupakan massa protoplasma tidak berdinding; berinti banyak, bersel satu atau bersel banyak; struktur tubuh vegetatif menyerupai Amoeba, berbentuk seperti lendir (plasmodium), tetapi cara berkembang biaknya menyerupai Fungi; berkembang biak secara aseksual dan seksual. Pencernaan makanan yang dilakukan pada fase vegetatif (aseksual) dilakukan menyerupai Amoeba. Pada tingkat dewasa, Plasmodium akan membentuk kotak spora seperti pada Fungi. Setelah matang, kotak spora ini akan pecah dan mengeluarkan spora. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang menyerupai Amoeba. Sel-sel gamet ini bersifat haploid dan akan melakukan singami atau peleburan dua gamet dengan ukuran yang sama dan tidak dapat dibedakan antara sel jantan dan betina yang akan menghasilkan zigot; biasa hidup di hutan-hutan basah, tanah lembap, batang kayu yang membusuk, kayu lapuk, atau sampah basah. Jamur lendir (Mycomycota) dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Acrasiomycota dan Myxomycota. a. Acrasiomycota (Jamur Lendir Bersekat) Acrasiomycota dinamakan juga jamur lendir bersekat. Pada saat Plasmodium membesar dan inti sel membelah sel individu tetap terpisah saat bergabung membentuk pseudoplasmodium. Saat makanan berkurang zat kimia yang dikeluarkan oleh Amoeba akan bergabung membentuk Plasmodium. Plasmodium akan bergerak ke arah cahaya. Pada saat ada makanan, Plasmodium akan berhenti bergerak dan membentuk tubuhnya yang mengandung spora reproduksi. Pada saat kondisi menguntungkan, spora yang tertinggal akan membentuk Amoeba baru dan siklus akan berulang. b. Myxomycota (Jamur Lendir Tidak Bersekat) Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendi r hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigot tumbuh dewasa. Pada Myxomycota, massa berinti banyak yang disebut Plasmodium (jangan dikacaukan dengan plasmodium penyebab malaria), bergerak berpindah tempat di tanah atau sepanjang dasar hutan, di daun, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium mempunyai banyak inti, tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang sedang bergerak dapat seukuran buah anggur. Saat Plasmodium membesar, intinya membelah. Sebaliknya, pada Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk pseudoplasmodium atau massa multiseluler. Kata Kunci : protista mirip jamur,Reproduksi protista mirip jamur,jamur lendir,ciri-ciri oomycota,ciri ciri myxomycota,Ciri-ciri protista mirip jamur,ciri ciri oomycota,ciri ciri protista yang menyerupai jamur,ciri ciri protista mirip jamur,perkembangbiakan protista mirip jamur