Anda di halaman 1dari 10

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pisang merupakan salah satu komoditas holtikultura yang sangat penting dan
mempunya nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di negara berkembang, komoditas ini
sangat penting untuk konsumsi lokal bersama sama dengan beras, jagung dan
gandum, bahkan dibeberapa negara di Afrika pisang merupakan makanan pokok.
Buah pisang mengandung banyak nutrisi seperti karbohidrat, fosfor, kalsium,
potasium, dan vitamin C. Buah pisang mengandung sedikit lemak dan protein, tetapi
mengandung cukup banyak vitamin A1, B1, B2, dan C, dan dalam 100 gram buah
pisang dapat menghasilkan 100 kalori.(Sistem Informasi Menejemen Pembangunan
di Perdesaan BAPPENAS, 2000). Produksi pisang Indonesia sampai saat ini masih
sulit untuk menembus pasaran dunia karena kualitasnya masih belum memenuhi
standar. Kualitas pisang Indonesia masih tergolong rendah disebabkan oleh beberapa
faktor seperti waktu petik yang tidak tepat, kurangnya perawatan tanaman dan
kebersihan buah yang tidak terjaga baik pada saat di kebun, di penyimpanan maupun
pada saat pemasaran sehingga buah mudah terserang patogen pasca panen.
(Murtiningsih, 1998).
Di Indonesia koditas ini menduduki tempat pertama diantara jenis buahbuahan lainnya. data statistik menunjukkan bahwa jumlah produksi pisang di
Indonesia cenderung menurun dari tahun ketahun.

Kehilangan produksi pisang

akibat serangan penyakit telah dilaporkan dari beberapa negara penghasil pisang
diseluruh dunia. Pada tingkat dunia kehilagan produksi dapat mencapai 17,9 % setiap
tahunnya. Di Cameroon kehilangan produksi pisang akibat R.similis lebih dari 50 %
pada siklus panen ke 3 dan ke 4. (Hidayah,2009). Penurunan produksi pisang
disebabkan oleh gangguan hama dan penyakit (BPS, 2002). Pada tahun 1995
produksi total adalah 3,8 juta ton, kemudian menurun menjadi 3,05 juta ton pada
tahun 1997 dan menjadi 3,0 juta ton pada tahun 1998. Penurunan produksi ini dapat

disebabkan oleh teknik budidaya yang kurang sesuai atau juga oleh adanya serangan
hama dan penyakit.
Budidaya tanaman pisang tidak lepas dari berbagai kendala, terutama
serangan hama dan panyakit yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan hasil
baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu kendala yang dapat menurunkan
produksi pisang adalah serangan nematoda parasit akar. Nematoda parasit akar pisang
hidup dan berkembang dalam jaringan akar, dengan memakan isi sel parenkim
sehingga menyebabkan luka dan rusaknya sistem perakaran tanaman yang sangat
menggangu penyebaran air dan nutrisi tanah oleh akar. Selain itu luka yang
disebabkan nematoda dapat menjadi jalan masuk bagi patogen tanah lain, terutama
yang melakukan penetrasi melalui luka seperti cendawan Fusarium oxysporum f.sp.
Cubense dan Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu atau dengan hama
penggerek bonggol pisang yaitu Cosmopolites sordidus. Aktivitas sinergi dari
beberapa patogen ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah daripada akibat
serangan OPT secara tunggal. (Jumjunidang,dkk.,1998)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengevaluasi tindakan petani dalam
pengelolaan OPT dan cara budidaya tanaman apakah sudah sesuai dengan prinsip
PHT, mengetahui teknik pengendalian yang dilakukan petani, dan menganalisis
pengelolaan agroekosistem yang dilakukan petani kesesuaiannya dengan prinsip PHT.

II. ISI
2.1 Klasifikasi tanaman pisang
Tumbuhan pisang berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Itali, Indonesia,
Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam
terbuka yang cukup sinar matahari , cocok tumbuh didataran rendah sampai pada
ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang
merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk
dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak
panjang , Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di
dalam tanah. Percabagan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung
memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang
menggembung berupa umbi yang disebut bonggol, pucuk lateral (sucker) muncul dari
kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang
umumnya tidak berbiji/ bersifat partenokarpi.

Klasifikasi tanaman pisang :


Divisio

: Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae


Ordo

: Monocotyledonae

Family

: Musaceae

Genus

: Musa

Species

: Musa spp.

2.2 Morfologi tanaman pisang


1. Akar
Akar tanaman pisang berserabut, tidak berakar tunggang, berwarna kecoklatan
kotor, dan tumbuh dengan baik namun menyamping kepurmakaan tanah.

2. Batang
Batang tanaman pisang berbentuk bulat silindris berlapis, batang tanaman ini
memiliki dua bagian yaitu batang asli atau utama dan batang semu atau batang palsu.
Batang bagian bawah ini akan tumbuh tunas baru, dan batang palsu akan membantu
menutupi atau membentuk lapisan baru pada batang tanaman pisang. Pada umumnya,
batang tanaman ini berwarna hijau muda dengan lapisan berwarna kecoklatan.
3. Daun
Daun tanaman ini berbentuk bulat memanjang dan melebar, dengan
pertulangan daun yang besar yang terbentuk dari pelepah, bagian ujung daun tumpul
dan bagian tepi merata. Pada umumnya, daun ini memiliki warna kehijuan, dan juga
tampak garis berwarna keputihan pada permukaan daun.
4. Bunga
Bunga tanaman ini berbentuk hampir menyerupai jantung, juga berwarna
kemerahan muda, dan mahkota berwarna kekuninga kuningan serta berserabut
halus berwarna kehitaman. Pada umumnya, bunga tanaman ini disebut bunga berani
dan juga muncul pada ketiak daun.
5. Buah
Buah tanaman ini tersusun dari tandan, dalam satu tandan terdapat dari
beberapa sisir dan juga buah ini berwarna hijau jika belum matang dan berwarna
kekuingan jika sudah matang. Dalam satu sisir buah pisang ini sekita 8-10 buah
bahkan lebih tergantung varietesnya. Dalam buah, ada terdapat bintik bintik
kehitaman berbentuk bulat kecil dan juga hanya terdapat di pisang pisang tertentu
saja.

2.3 Penyakit layu fusarium (penyakit panama)


Penyakit ini sering disebut penyakit
Panama,

disebabkan

oleh

Fusarium

oxysporum. penyakit ini sukar dikendalikan,


mudah berpindah dan mampu bertahan di
dalam tanah dalam jangka waktu yang
cukup lama. Penyakit ini ditandai dengan
nekrosis pada jaringan tanaman dan diikuti
dengan kelayuan daun akibat invasi patogen pada jaringan vaskular
tanaman hingga terjadi kematian dalam beberapa hari atau minggu
(Zhang et al., 2008). Penyakit bisa menular sangat cepat jika
penyebaran cendawan ini melalui air. Tanaman yang terserang
menjadi layu dan mati. penyakit Seluruh tanaman dalam satu
rumpun mati, termasuk anakan yang ada. Semua fusarium yang
menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease)
dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum
Sclecht.

Jenis

ini

mempunyai

banyak

bentuk

(forma)

yang

mengkhususkan diri pada jenis (spesies) tumbuhan tertentu.


Keparahan penyakit yang ditimbulkan akibat serangan Fusarium pada
tanaman pisang sangat beragam berhubungan dengan virulensi
patogen. Variasi virulensi selain disebabkan oleh variasi yang terjadi
saat reproduksi aseksual cendawan, juga disebabkan oleh perbedaan
produksi toksin dari masing-masing isolat. Fusarium oxysporum f.sp.
cubense dapat memproduksi asam fusarat, toksin ini mempengaruhi
mitokondria, menghambat enzim katalase serta mempengaruhi sel
yang mengakibatkan kebocoran ion dan kematian sel (Balio, 1981
dalam Jumjunidang et al. 2011).

Penularan penyakit ini melalui bibit, tanah, air, pupuk kandang atau alat-alat
pertanian. Klamidospora dari jamur ini biasanya berada di dalam jaringan yang

membusuk atau di dalam tanah dan akan terangsang berkecambah bila terdapat
perakaran tanaman pisang. Setelah berkecambah, miselium akan menghasilkan
konidia dalam waktu 6-8 jam, sedangkan klamidospora terbentuk dalam waktu 2-3
hari. Jamur Fusarium ini tidak dapat menginfeksi tanaman secara langsung, kecuali
melalui luka atau dimasukkan ke dalam jaringan. Di dalam jaringan pembuluh
tanaman jamur tumbuh dan masuk ke dalam jaringan parenchim yang berdekatan dan
menghasilkan sejumlah besar konidia dan klamidospora. Konidia ini dapat
berkembang menjadi klamidospora yang dapat kembali masuk ke dalam tanah ketika
jaringan yang terinfeksi ini mati dan membusuk. Klamidospora ini tetap hidup dan
dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam tanah. Siklus penyakit
akan berulang bila klamidospora ini berkecambah dan tumbuh kembali, baik sebagai
saprofit maupun menyerang tanaman inang.

2.4 Gejala dan Pengendaliannya


Gejala awal dari serangan penyakit ini adalah menguningnya daun-daun yang
masih tegak (tipe Inodoratum). Penguningan daun mulai dari tepi-tepi daun kemudian
merambat ke bagian tengah daun yang akhirnya seluruh permukaan daun menguning
dan layu, kadangkala patah pada bagian pangkal pelepah daun. Jika serangan
penyakit layu Fusarium ini lebih serius maka apabila bonggol tanaman pisang yang
sakit dibelah membujur maka akan tampak berkas-berkas berwarna coklat merah
kehitam-hitaman yang menuju kesegala arah. Apabila bonggol pisang yang sakit itu
dibongkar akan tampak sebagian besar leher akar membusuk dan berwarna kehitamhitaman. Lamanya waktu saat terjadinya infeksi penyakit sampai munculnya gejala
penyakit berlangsung kurang lebih 2 bulan.
Pengendalian :
1. Cara Kultur Teknis

Gunakan benih sehat :

Pastikan benih bukan berasal dari daerah/kawasan/lokasi serangan atau


rumpun terserang. Gunakan benih dari kultur jaringan atau benih baru.

Bibit progres dengan alat alat steril ( didesinfektan ) dengan bahan


desinfektan, misalnya formalin 4-8%, alkohol 70%, atau dengan kloroks 1% (
Bayclin ).

Cara fisik/mekanis

Eradikasi rumpun tanaman terserang sampai ke akar akarnya atau segra


matikan tanaman dengan cara menyutikan herbisida sistemik yang telah
terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, atau minyak tanah 2-3ml (
sendok teh )/ batang ( tergantung pada ukuran batang semu ) pada bantang
semu dan anakan, biarkan mengering. Setelah mengring, bongkar tanaman
dan buang.

Cara biologi

Gunakan agens hayati seperti Trichoderma spp., Fliocladium sp., Chaetamium


sp., Pseudomonas flurescens, Bacillus subtilis yang diintroduksi ( dicampur )
bersama kompos atau benih ( 100g /benih ). Apliksi agens hayati dilakukan
setelah tanam dan diulang secara periodik.

Perlakukan bibit dengan agens hayati.Sebelum bibit ditanam bukalah kantong


plastik dari bonggol, lakukan pencelupan dengan suspensi/campuran agens
hayati Pf ( Pseudomonas fluorescens ) dengan air
selama 15 menit.

Cara kimiawi

( perbandingan 1 : 10 )

Lakukan sterilisasi ( disinfektan ) semua alat yang digunakan dengan


menggunakan alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1% (bayclin yang
diencerkan 1 : 5), atau dicuci bersih dengan sabun diterjen.

Ijeksi minyak tanah atau herbisida sitemik pada tanaman sakit dan anakannya
sebanyak 2 3 ml ( sendok teh )/ tanaman tergantung ukuran/umur
tanaman. Injeksi dapat diulangi hingga tanaman mati.

Aplikasi pestisida untuk nematoda Radopholus similis dan Meloidgyne


( penyebab luka pada akar ) dengan nemarisida yang telah terdaftar oleh
Menteri Pertanian. Nematisisda yang terdaftar dan diizinkan tahun 2003,
misalnya kardusafos 10%, karbosulfan 3%.

Karbosulfan 5%. Nematisida tersebut berbentuk granul ( butiran )


diaplikasikan dengan cara membuat mengaplikasikan nematisida. Bekas
sarung tangan dibakar supaya tidak digunakan lagi. Cuci tangan atau
bersihkan anggota tubuh

(mandi) dengan air sabun.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Layu fusarium merupakan penyakit penting pada berbagai jenis pisang dan
salah satu penyakit yang sangat umum yang menyebabkan kehancuran pada
tanaman pisang di daerah tropis maupun subtropis.
Layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense
(FOC). Sebagai cendawan yang bersifat penghuni, penyerbu, tular tanah dan
penyebab layu yang berkolonisasi di pembuluh xylem, FOC memerlukan
berpenetrasi melalui akar tanaman inang, sehingga dalam pengendaliannya
perlu diusahakan memberikan perlindungan maupun induksi sistem ketahanan
inang pada sistem perakaran.
Pengendalian hayati patogen dengan agens antagonis yang diintegrasikan
dengan pengendalian kultur teknis sebagai salah satu alternatif pengendalian
diharapkan efektif dalam menekan patogen FOC di lapangan melalui
perlindungan dan induksi ketahanan tanaman.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam menanggulangi penyakit Layu Fusarium pada tanaman
pisang menggunakan prinsip PHT.

10

DAFTAR PUSTAKA
Agroland. J.

2008,

Uji Sensivitas Koloni Bdb (Blood Disease Bacterium)

Terhadap Pemberian Bahan Kimia Secara In Vitro, Jurusan Hama Dan


Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Sulawesi
Tengah.
Asrul, 2008. Penggunaan Ekstrak Daun Alpokat Untuk Menekan Populasi
Bakteri Layu Pisang Secara In Vitro. J. Agroland 15 (2): 117 121
Djaenuddin N. 2009, Bioekologi Penyakit Layu Fusarium, Fusarium oxysporum,
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros
Hermanto, C., Harlion, Subhana, Mujiman dan K. Mukminin, 2001. Identifikasi
Komponen Penduga Perkembangan Penyakit Layu Bakteri Pisang. J.
Hortikultura 11 (4): 254 259.
Hidayat, H., 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Mulyani, Nina dkk. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Seri Buku Inovasi:
TH/06/2008. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor
Murtiningsih, W. 1998. Penyakit pascapanen pisang. Warta penelitian dan
pengembangan pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia,
volume XX no.1.
Rumahlewang W. 2010, Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pisang , Faperta
Unpatti

Anda mungkin juga menyukai