I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah
merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah
menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi
dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin
berkurang.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil
teknis dan kimiawi. Penerapan teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap,
budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lainlain, penerapan sipil teknis
berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran
pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan
kiri tebing sungai dan lainlain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian
mulsa, bitumen zat kimia.
Pada kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag
disebabkan oleh banyak faktor yang dapat menyebabkan rusaknya atau
berkurangnya kualitas dan kuantitas suatu tanah dan air yang dapat berdampak
buruk pada lingkungan kita bahkan dapat menyebabkan suatu bencana alam
seperti longsor yang merupakan bentuk dari erosi.
Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang
tinggi adalah penerapan teknik konservasi tanah dan air disamping kegiatan
reboisasi, penghijauan, pemeliharan dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah
dan air merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syaratsyarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air
mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan
dan kerusakannya.
Erosi yang terjadi secara terus-menerus akan merusak keadaan tanah baik
secara fisik, kimia ataupun biologi. Erosi akan menyebabkan rusaknya
2.1. Bulk Density (BD), Partikel Density (PD), Total Ruang Pori (TRP)
2.1.1. Bulk Density (BD)
Bulk density (berat jenis suatu tanah) adalah besar massa tanah persatuan
volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam
gr
/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan
volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3. Sampel tanah yang diambil untuk
menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah.
Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density
ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan
absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin (Pairunan,1985).
Tanah yang lepas dan berkumpul akan mempunyai berat persatuan volume
yang mudah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Butiran-butiran
pasir letaknya cenderung untuk erat satu sama lainnya. Kandungan bahan-bahan
organik rendah dari tanah berpasir dan mempertinggi kerapatan massa, sebaliknya
butir-butir tanah yang permukaannya halus, mempunyai letak yang tidak begitu
erat satu sama lainnya. Hal ini akibat kenyataan bahwa permukaan tanah relatif
berbutir-butir (Buckman dan Brandy, 1982).
Tanah-tanah organik memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rendah di
bandingkan dengan tanah mineral. Hal ini ditentukan atau tergantung dari sifatsifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu dan kandungan isi tanah itu
berkisar antara 0,1 0,9 gr/cm3 (Hakim, 1986).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada
tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanahtanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki
nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm 3
0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
=Erosi
= fungsi
= Iklim
= Topografi
= Vegetasi
= Tanah
= Manusia
1) Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan
dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang
mempengaruhi erosi adalah hujan. Banyaknya curah hujan, intensitas dan
distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan
permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang
menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport
dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur,
kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi,
sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar
kembali kapasitas infiltrasi tanah.
2) Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan
karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting
untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya
kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi,
keseragaman dan arah lereng.Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal
aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau
sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga
kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan
terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang
mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada
bagian atas.
3) Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan
yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi yang
lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena
ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya
erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi
dalam lima bagian, yakni:
1. Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman
2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan
denganpertumbuhanvegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur
dan porositas tanah.
4. Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga
meningkatkan
kapasitas infiltrasi.
4) Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbedabeda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifatsifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan
pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik,
kedalaman,
sifat
lapisan
tanah,
dan
tingkat
kesuburan
tanah.
5) Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung
bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah
yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan
produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan
mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana
sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk
jangka waktu yang tidak terbatas.
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi ( on
site)dan dampak pada daerah diluarnya (off site) . Dampak erosi tanah di tapak
(on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan
yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan
produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang
akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis (Samrumi, 2009).
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya
penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan
kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan
pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam
bukunya Sifat dan Ciri Tanah adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama
rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66kg per
hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg
per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.Tanah yang dikatakan
rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35cm) memang
telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga
lapisantersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (Samrumi, 2009).
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak
sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang
terbawa bersama sedimenmenimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar
10
partikel-partikel
tanah
oleh
aliran
air
larian
yang
11
2.3. Infiltrasi
2.3.1. Pengertian dan Tipe Infiltrasi
Istilah infilrasi secara spesifik merujuk pada peristiwa masuknya air ke
dalam permukaan tanah. Infiltrasi merupakan satu-satunya sumber kelembaban
tanah untuk keperluan pertumbuan tanaman dan untuk memasok air tanah.
Melalui infiltrasi, permukaan tanah membagi air hujan menjadi aliran permukaan,
kelembaban tanah dan air tanah (Schwab et al. 1996).Infiltrasi berkaitan erat
dengan perkolasi yaitu peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah.
Infiltrasi menyediakan air untuk perkolasi. Laju infiltrasi tanah yang basah tidak
dapat melebihi laju perkolasi (Arsyad 1989).
Infiltrasi memang sebuah proses kunci karena proses ini menentukan
berapa banyak bagian dari curah hujan masuk ke dalam tanah dan berapa banyak
yang menjadi aliran permukaan. Infiltrasi juga merupakan proses kunci dalam
erosi karena tidak ada erosi tanpa aliran permukaan yang akan menggerus tanah
dan mengangkut sedimen.
2.3.2. Proses Terjadinya Infiltrasi
Peristiwa masuknya air ke dalam tanah terjadi karena adanya perbedaan
potensial air tanah. Air bergerak dari potensial tinggi ke potensial yang lebih
rendah. Dalam Soeperdi (1979), potensial air tanah didefinsiikan sebagai jumlah
kerja yang harus dilakukan tiap satuan jumlah air murni agar dapat dipindahkan
secara berlawanan dan secara isotermal sejumlah air tak terbatas dari suatu
gudang (pool) air murni dari ketinggian tertentu bertekanan atmosferik ke air
tanah (ke tempat yang dipersoalkan).
Menurut Seyhan (1977), potensial air tanah (atau potensial lengas)
terutama dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan
potensial gravitasi. Namun terdapat komponen lainnya (Yong 1975, diacu dalam
Seyhan 1977) yang juga berperanan pada potensial total tanah, yaitu potensial
osmotik, potensial piezometrik, dan potensial bertekanan, sehingga persamaan
potensial air tanah total.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi
12
13
konstan
14
15
tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara
yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air
tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal.
Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, dkk,
1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
b.
Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga
lebih besar dari gaya gravitasi.
c. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,
2010).
16
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan
beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau
hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya pengikat butir-butir tanah
Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang
tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu
tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno,
S., 1993).
17
18
Alat yang digunakan dalam analisi ini adalah oven, timbangan analitik,
cawan, beker gelas, lumpang dan alu.
Bahan yang digunakan dalam analisis ini adalah sampel tanah dan air.
3.2.4. Infiltrasi
Alat yang digunakan dalam infiltrasi adalah pipa berukuran besar dan
kecil, cangkul, penggaris dan stopwatch.
Bahan yang digunakan dalam infiltrasi adalah tanah dan air.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Uji Petak Kecil
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan uji petak kecil adalah
sebagai berikut :
1. siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Cangkul tanah yang akan dibenamkan papan kayu sesuai dengan kedalaman
papan kayu yang akan dibenamkan
3. Sambungkan setiap ujung kayu dengan menggunakan paku
4. Setelah dibuat petak, sisi ujung sebelah bawah petah ditambah pipa berukuran 1
meter
5. ujung dari pipa tersebut diberi ember dan plastik untuk menampung air
6. Lakukan pengamatan setiap setelah hujan selama delapan kali pengamatan.
3.3.2. Pengambilan Sampel Tanah
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel tanah adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bersihkan permukaan tanah yang akan dijadikan sampel dari vegetasi
menggunakan cangkul
3. Benamkan ring sampel ke dalam tanah, kemudian angkat ring sampel dengan
menggunakan cangkul
4. Ratakan tanah-tanah yang berada diujung ring sampel dengan menggunakan
cutter dan ditutup.
3.3.3. Infiltrasi
19
20
PENGAMATAN
HASIL
BD
0,907 gr/cm3
PD
2,12 gr/ml
TRP
57%
Kadar Air
Kemiringan Tanah
4.1.2. Infiltrasi
16,16%
10%
21
Intensitas Hujan
31 oktober 2016
Rendah
15,72
1200
23,54
3650
71,23
8250
6,51
540
15,83
1600
260
15,21
640
4.2. Pembahasan
4.2.1. BD,PD,TRP, Kadar Air dan Kemiringan Tanah
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan pada praktikum
Konservasi Tanah dan Air, dapat kita lihat bahwa sampel tanah yang berada pada
kemiringan 100 yang diambil disekitar gawangan kelapa sawit memiliki BD
sebesar 0,907 gr/cm3 , PD sebesar 2,12 gr/ml, TRP sebesar 57 % dan Kadar Air
sebesar 16,16%. Berdasarkan data yang kami peroleh dari pengamatan terhadap
bulk density, partikel density dan total ruang pori yan saling berhubungan dapat
kita lihat bahwa total ruang pori pada sampel cukup tinggi, sedangkan bulk
density dan partikel densitynya rendah.
Menurut Pairunan (1985) menyatakan bahwa porositas berpengaruh dalam
menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar atau tinggi
maka nilai bulk densitynya kecil. Nilai bulk density menyatakan kerapatan tanah,
kerapatan tanah yang rendah berarti ruang yang tidak ditempati bahan padat lebih
kecil atau pori mikro lebih dominan, hal itupula yang menyebabkan kemampuan
tanah untuk menyimpan air lebih besar.
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa kadar air pada sampel yang
didapat adalah sebesar 16,16%. Menurut Hanafiah (2007), kadar air dipengaruhi
oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan
organik tanah maka akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman
solum maka kadar air juga semakin tinggi.
22
23
akan menilmbulkan erosi. Hal tersebut terjadi karena dalam proses erosi terjadi
penghancuran agregat-agregat tanah oleh energi kinetik air hujan (Rahim, 2000).
Kemiringan lahan pada uji petak kecil sebesar 10%. Kemiringan dan
panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap
aliran permukaan dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang
lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan
bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah.
24
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bulk density, partikel density dan total ruang pori berhubungan erat. Dimana,
kerapatan tanah yang rendah berarti ruang yang tidak ditempati bahan padat lebih
kecil atau pori mikro lebih dominan, sehingga porositas dan kemampuan tanah
untuk menyimpan air lebih besar.
2. Kadar air dipengaruhi oleh bahan organik tanah dan kedalaman solum makin
tinggi kadar bahan organik tanah maka akan makin tinggi kadar air, serta makin
dalam kedalaman solum maka kadar air juga semakin tinggi.
3. Semakin lama waktu yang digunakan maka semakin rendah laju infiltrasinya
4.Ssemakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama hujan berlangsung,
maka semakin banyak air dan tanah yang terkikis.
5.2. Saran
Proses erosi dapat diatasi dengan metode-metode konservasi yaitu metode
vegetatif, kimia dan mekanik.
Metode mekanik dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan metode
kimia dengan pemupukan.
Metode vegetatif dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman misalnya
penanaman mulsa.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. KompaksiTanah.http://library.usu.ac.id/download/fisip/
sosiologi-henry.pdf. (Diakses 30 nov 2016)
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Foth, Henry D. 1989. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Makassar
Hakim N.M, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung
Hanafiah, 2006. Partikel Density. Makassar
Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Ilmu Tanah: Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah: Jakarta
Madjid. 2010. http://repository.usu.ac.id.pdf//Kadar-Air-Tanah diakses tanggal 29
November 2016
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk
Prioritas. UGM. Yogyakarta.
Pairun, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPTN Indonesia Bagian Timur.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Rahim, S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Samrumi. 2009. Pengertian dan Bentuk-bentuk Erosi. http://samrumi.blogspot.
com/2009/01/ pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html. (Diakses 30 Nov
2016
26
27
LAMPIRAN
1. Perhitungan Bulk Density, Partikel Density, Kadar Air dan Total Ruang
Pori
Berat kering tanah = 89,03 gr
Berat basah tanah = 106,2 gr
Volume tanah = 42 ml
Bulk Density
BD=
= 0,907 gr/cm3
Partikel Density
PD =
Kadar Air
KA =
Total Ruang Pori
TRP = 1- (
= 2,12 gr/ml
28
29
30