Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah
merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah
menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi
dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin
berkurang.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil
teknis dan kimiawi. Penerapan teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap,
budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lainlain, penerapan sipil teknis
berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran
pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan
kiri tebing sungai dan lainlain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian
mulsa, bitumen zat kimia.
Pada kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag
disebabkan oleh banyak faktor yang dapat menyebabkan rusaknya atau
berkurangnya kualitas dan kuantitas suatu tanah dan air yang dapat berdampak
buruk pada lingkungan kita bahkan dapat menyebabkan suatu bencana alam
seperti longsor yang merupakan bentuk dari erosi.
Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang
tinggi adalah penerapan teknik konservasi tanah dan air disamping kegiatan
reboisasi, penghijauan, pemeliharan dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah
dan air merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syaratsyarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air
mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan
dan kerusakannya.
Erosi yang terjadi secara terus-menerus akan merusak keadaan tanah baik
secara fisik, kimia ataupun biologi. Erosi akan menyebabkan rusaknya

kemantapan atau agregat tanah, berkurangnya kesuburan tanah, berkurangnya


kemampuan tanah dalam menyimpan dan meyerap air dan sebagainya. Oleh
karena itu, perlu adanya dilakukan konservasi tanah dan air untuk menjaga serta
melestarikan kemampuan tanah dan air.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum Konservasi Tanah dan Air ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh intensitas hujan terhadap erosi tanah di sekitar
gawangan kelapa sawit
2. Mengetahui kecepatan infiltrasi yang terjadi disekitar gawangan kelapa sawit
3. Mengetahui pengaruh bulk density, partikel density, total ruang pori, kadar air
dan kemiringan pada tanah
1.3. Manfaat
Manfaat dari dilaksanakannya praktikum Konservasi Tanah dan Air ini
adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimanana cara penanggulangan erosi
dengan merode-metode konservasi tanah dan air yang sesuai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bulk Density (BD), Partikel Density (PD), Total Ruang Pori (TRP)
2.1.1. Bulk Density (BD)
Bulk density (berat jenis suatu tanah) adalah besar massa tanah persatuan
volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam
gr

/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan

volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3. Sampel tanah yang diambil untuk
menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah.
Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density
ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan
absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin (Pairunan,1985).
Tanah yang lepas dan berkumpul akan mempunyai berat persatuan volume
yang mudah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Butiran-butiran
pasir letaknya cenderung untuk erat satu sama lainnya. Kandungan bahan-bahan
organik rendah dari tanah berpasir dan mempertinggi kerapatan massa, sebaliknya
butir-butir tanah yang permukaannya halus, mempunyai letak yang tidak begitu
erat satu sama lainnya. Hal ini akibat kenyataan bahwa permukaan tanah relatif
berbutir-butir (Buckman dan Brandy, 1982).
Tanah-tanah organik memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rendah di
bandingkan dengan tanah mineral. Hal ini ditentukan atau tergantung dari sifatsifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu dan kandungan isi tanah itu
berkisar antara 0,1 0,9 gr/cm3 (Hakim, 1986).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada
tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanahtanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki
nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm 3
0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak

bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno,


2003).
Massa jenis padatan tanah adalah perbandingan antara massa kepadatan
terhadap volume padatannya sendiri. Pengukuran dilakukan selama 24 jam
dengan suhu mutlak 105oC atau antara 100 -110oC. Persyaratan suhu dan waktu
serta kadar air tanah dinggap nol dan mutlak tidak akan berubah. Bulk density
pada lapisan A tanah-tanah mineral umumnya berkisar antara 1,2 1,6 gram/cm 3.
Tanah organik mempunyai Bulk density yang rendah hanya dapat mencapai 0,1
gram/cm3 pada bahan organiknya. Bulk density penting bagi kebutuhan pupuk
atau pada tiap hektar tanah yang dipengaruhi tanah perhektar. Kerapatan massa
pada berbagai horizon pada tanah lempung memperlihatkan bahwa horizon C
(bahan induk) merupakan lapisan terpadat mempunyai kerapatan massa 1,7
gram/cm3. pembentukan struktur selama perkembangan tanah menyebabkan
horizon-horizon dibagian atas mempunyai kerapatan massa lebih rendah
dibandingkan bahan induk aslinya (Foth, 1989).
2.1.2. Particle Density
Partikel density adalah berat tanah kering persatuan volume partikel-partikel
tanah (jadi tidak termasuk pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai partikel
density yaitu 2,65 gr/cm3. Dengan mengetahui besarnya nilai partikel density dan
bulk density, maka dapat dihitung banyaknya persentase (%) pori-pori tanah.
Kandungan bahan organik memberikan pengaruh pada partikel density
(Hardjowigeno, 2003).
Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan hanya diberikan
untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel setiap tanah
merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal
ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan sering kali
dinyatakan dalam gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan
partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/cm3 (Foth, 1994).
Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel padat
persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 gr/cm3.
Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan
kerapatan partikel dan kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah

(Hanafiah, 2006).Partikel density dinyatakan dalam berat (gram tanah persatuan


volume cm3) tanah. Jadi bila 1 cm3 padatan tanah beratnya 2,6 gram, maka
partikel density tanah tersebut adalah 2,6 gr/cm3 (Pairunan,1985).
Pada umumnya kisaran partikel density tanah tanah mineral kecil adalah
2,6-2,93 gr/cm3. Hal ini disebabkan mineral kwarsa, feldspart dan silikat koloida
yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Jika dalam tanah
terdapat mineral mineral berat sepereti magnetik, garmet, sirkom, tourmaline
dan hornblende, partikel density dapat melebihi 2,75 gr/cm3. besar ukuran dan
cara teraturnya partikel tanah tidak dapat berpengaru dengan partaken density. Ini
salah satu pebnyebab tanah lapisan atas mempunyai nilai partikel density yang
lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawahnya.karena banyak mengandung
bahan organik ( Hakim, 1986).
2.1.3. Total Ruang Pori (TRP)
Kerapatan ruang pori adalah bobot kering, suatu isi tanah dalam keadaan
utuh yang dinyatakan dalam g/cm3. Isi tanah terdiri dari bahan padatan dan isi
ruangan diantaranya. Bagian isi tanah yang tidak berisi oleh bahan padat, baik
bahan mineral maupun bahan organik disebut ruang pori tanah. Ruang pori tanah
adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah yang utuh yang dinyatakan
dalam persen, yang terdiri atas ruang diantara zarah pasir (sand), debu (silt), liat
(clay) serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Salah satu aspek fisik tanah yang sangat penting dalam bidang pertanian
dan kehutanan adalah struktur tanah yang diartikan sebagai susunan partikelpartikel primer menjadi partikel-partikel sekunder (agregat) termasuk pori-pori
yang ada diantaranya. Volume ruang pori yang ada didalam tanah dinyatakan
sebagai porositas total (Pt) dan didefinisikan sebagai fraksi dari volume total
tanah yang ditempati oleh pori-pori. Porositas tanah sangat penting dalam
berbagai aspek seperti pergerakan dan ketersedian air dan udara dalam tanah serta
untuk tumbuh akar, dan aktivitas mikroba tanah. Nilai Pt tanah selalu berbanding
terbalik dengan nilai BV.
Total pori tanah dapat dihitung dengan rumus :
TRP = (1- ) x 100%
TRP = Total Ruang Pori

BD = Bulk Density (gr/cm3)


PD = P artikel Density
(Sutanto, 2005).
2.2. Erosi
2.2.1. Pengaruh Erosi terhadap Kesuburan Kimia dan Fisika Tanah
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan ditempat lain:
didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Erosi sebenarnya
merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulanhutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan,
kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan
pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan
vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan
erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah (Samrumi, 2009).
Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk
dari bahan-bahan yang relatif mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk
kondisi tanah tersebut, dan menurunkan produktivitasnya. Tanah akan semakin
peka terhadap erosi, karena curah hujan di Indonesia umumnya tinggi, berkisar
dari 1.500-3.000 mm atau lebih setiap tahunnya, dengan intensitas hujannya yang
juga tinggi. Di beberapa daerah Indonesia bagian Timur, hujan terjadi dalam
periode pendek dengan jumlah relatif kecil, namun intensitasnya tinggi, maka
bahaya erosi pada agroekosistem lahan kering besar dan tidak bisa diabaikan.
Sehubungan dengan tingginya jumlah dan intensitas curah hujan, terutama di
Indonesia Bagian Barat. Bahkan di Indonesia Bagian Timur pun yang tergolong
daerah beriklim kering,masih banyak terjadi proses erosi yang cukup tinggi, yaitu

di daerah-daerah yang memiliki hujan dengan intensitas tinggi, walaupun jumlah


hujan tahunan relatif rendah (Samrumi, 2009).
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan
manusia, oleh karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi
penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah :
1. Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang
lereng
2. Ketahanan; erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah),
dan
3. Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau
tidaknya tindakan konservasi.
Nasiah (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi,
kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman
penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
Arsyad (1989) menyatakan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja
antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia
terhadap tanah sebagai berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :
E

=Erosi

= fungsi

= Iklim

= Topografi

= Vegetasi

= Tanah

= Manusia

1) Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan
dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang
mempengaruhi erosi adalah hujan. Banyaknya curah hujan, intensitas dan
distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan
permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang

menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport
dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur,
kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi,
sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar
kembali kapasitas infiltrasi tanah.
2) Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan
karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting
untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya
kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi,
keseragaman dan arah lereng.Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal
aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau
sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga
kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan
terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang
mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada
bagian atas.
3) Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan
yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi yang
lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena
ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya
erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi
dalam lima bagian, yakni:
1. Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman
2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan
denganpertumbuhanvegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur
dan porositas tanah.
4. Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga
meningkatkan
kapasitas infiltrasi.
4) Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbedabeda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat

tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifatsifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan
pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik,
kedalaman,

sifat

lapisan

tanah,

dan

tingkat

kesuburan

tanah.

5) Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung
bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah
yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan
produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan
mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana
sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk
jangka waktu yang tidak terbatas.
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi ( on
site)dan dampak pada daerah diluarnya (off site) . Dampak erosi tanah di tapak
(on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan
yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan
produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang
akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis (Samrumi, 2009).
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya
penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan
kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan
pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam
bukunya Sifat dan Ciri Tanah adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama
rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66kg per
hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg
per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.Tanah yang dikatakan
rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35cm) memang
telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga
lapisantersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (Samrumi, 2009).
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak
sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang
terbawa bersama sedimenmenimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar

10

dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara


lain:
1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan
Menurut Arsyad (1989) menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam : erosi percik,
erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah
longsor.
1) Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel
tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
Arah dan jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh
kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan
tanah, dan penutupan tanah.
2) Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan
air larian (runoff).
3) Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan
pengangkutan

partikel-partikel

tanah

oleh

aliran

air

larian

yang

terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur yang terjadi masih


dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
4) Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi
saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
5) Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada
tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.
Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau
jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.
6) Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butirbutir primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga
tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan
menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran
permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi
alur.
7) Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan
atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar.

11

2.3. Infiltrasi
2.3.1. Pengertian dan Tipe Infiltrasi
Istilah infilrasi secara spesifik merujuk pada peristiwa masuknya air ke
dalam permukaan tanah. Infiltrasi merupakan satu-satunya sumber kelembaban
tanah untuk keperluan pertumbuan tanaman dan untuk memasok air tanah.
Melalui infiltrasi, permukaan tanah membagi air hujan menjadi aliran permukaan,
kelembaban tanah dan air tanah (Schwab et al. 1996).Infiltrasi berkaitan erat
dengan perkolasi yaitu peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah.
Infiltrasi menyediakan air untuk perkolasi. Laju infiltrasi tanah yang basah tidak
dapat melebihi laju perkolasi (Arsyad 1989).
Infiltrasi memang sebuah proses kunci karena proses ini menentukan
berapa banyak bagian dari curah hujan masuk ke dalam tanah dan berapa banyak
yang menjadi aliran permukaan. Infiltrasi juga merupakan proses kunci dalam
erosi karena tidak ada erosi tanpa aliran permukaan yang akan menggerus tanah
dan mengangkut sedimen.
2.3.2. Proses Terjadinya Infiltrasi
Peristiwa masuknya air ke dalam tanah terjadi karena adanya perbedaan
potensial air tanah. Air bergerak dari potensial tinggi ke potensial yang lebih
rendah. Dalam Soeperdi (1979), potensial air tanah didefinsiikan sebagai jumlah
kerja yang harus dilakukan tiap satuan jumlah air murni agar dapat dipindahkan
secara berlawanan dan secara isotermal sejumlah air tak terbatas dari suatu
gudang (pool) air murni dari ketinggian tertentu bertekanan atmosferik ke air
tanah (ke tempat yang dipersoalkan).
Menurut Seyhan (1977), potensial air tanah (atau potensial lengas)
terutama dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan
potensial gravitasi. Namun terdapat komponen lainnya (Yong 1975, diacu dalam
Seyhan 1977) yang juga berperanan pada potensial total tanah, yaitu potensial
osmotik, potensial piezometrik, dan potensial bertekanan, sehingga persamaan
potensial air tanah total.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi

12

Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman


genangan dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan,
tanaman penutup, intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah. Kedalaman
genangan dan tebal lapis jenuh.Tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang
menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila
tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah
melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut serupa dengan
aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D)
memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total
yang menyebabkan aliran adalah D+L.
Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding
dengan tebal lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding
D, tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air
masuk ke dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang
sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi
tersebut kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D,
perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan
hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.
2.3.4. Cara Pengukuran Kecepatam Aliran dan Metode Perhitungan Debit
Menurut knaap (1978) untuk mengumpulkan data infiltrasi dapat dilakukan
dengan tiga cara yakni:
1. Inflow-outflow
2. Analisis data hujan dan hidograf
3. Double ring inflometer
Dari ketiga cara tersebut yang paling sering digunakan pengukuran
infiltrasi dilapangan yaitu ddengan menggunakan doble ring inflometer. Double
ring infiltometer merupakan cara yang termudah dilakukan dimana selain
pengukuran yang mudah dilakukan juga bahan untuk membuat alatnya mudah
dicari,inilah yang menjadi alasan mengapa cara ini paling sering dilakukan.Pada
hakekatnya pengukuran infiltrasi dilapangan untuk mengetahui kebutuhan air
pada tanah tersebut dan seberapa besar nilai evavorasi.

13

Ketika dapat menentukan volume infiltrasi dengan cara sebagai berikut.


Untuk menghitung jumlah infiltrasi total(Vt) selama waktu(t) maka dari
persamaan Horton tersebut dilakukan integral dari persamaan horton yang
menghasilkan luasan dibawah kurva yaitu:
(fo-fc)
Vt=fc.t+ (1-e-kt)K
Vt

tinggi kolam air

konstan

2.4. Teori Uji Petak Kecil


Pengamatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan sistem petak
(plot) dengan ukuran, kemiringan, panjang lereng, dan jenis tanah tertentu
(diketahui). Aliran air dan sedimen yang keluar petak diamati. Jumlah petak yang
diperlukan tergantung dari tujuan pengamatan, jumlah minimal untuk satu kasus
adalah dua replikasi. Untuk mengamati laju erosi pada dua jenis tanaman yang
berbeda diperlukan minimum 4 petak. Jika melibatkan dua jenis tanah yang
berbeda, jumlah petak minimum menjadi 8 buah (Arsyad, 2010)
Ukuran petak yang standard mempunyai panjang 22 m dan lebar1,8 m,
namun tetap dimungkinkan untuk membuat petak dengan ukuran yang berbeda.
Pembatas petak dapat terbuat dari logam, kayu, atau material lain yang tidak
merembes air, dan tidak berkarat. Pembatas tersebut minimal mempunyai
ketinggian 15 20 cm diatas permukaan tanah. Hal ini diaksudkan untuk
menghindari adanya percikan air maupun partikel tanah keluar/masuk ke dalam
petak. Bagian awal pembatas ditanam kedalam tanah dengan kedalaman yang
cukup sehinnga cukup stabil dan kemungkinan terjadinya rembesan air dari
dan/atau kelua petak yang diminimalkan. Di ujung bawah petak dipasang talang
untuk mengalirkan air dari petak ke bak penampung. Bak penampung harus
tertutup untuk menghindari masuknya air hujan maupun percikan tanah langsung
(Suripin, 2001).

14

Meninjau pernyataan Hudson 1976, bahwa petak erosi yang banyak


digunakan berukuran 1m2 atau 2m2. Petak ini mudah dibangun dan murah
sehingga sangat berguna jika kita ingin data dalam jumlah yang besar dalam
waktu yang singkat. Ketepatan data, terutama jika diekstrapolasikan pada daerah
yang luas kurang memuaskan. Tetapi data dari petak kecil cukup memuaskan jika,
misalnya kita hanya ingin melihat perbedaan erosi dari dua sistem yang berbeda,
atau untuk menyelidiki erodibilitas relatif berbagai tanah. Pendugaan erosi di
lapangan dengan menggunakan petak percobaan, pada dasarnya memang
mendekati kondisi alami yang sebenarnya. Namun, cara itu membutuhkan biaya,
tenaga, dan waktu yang tidak kecil. Disamping itu untuk mengetahui laju dan
jumlah erosi yang terjadi pada berbagai jenis penggunaan lahan dan bermacam
jenis penggunaan tanaman pada berbagai jenis tanah dan topografi (kemiringan
dan panjang lereng), juga dibutuhkan biaya yang tinggi, tenaga kerja yang banyak,
dan waktu yang relatif lama (Rahim, 2003).
Utomo (1994) juga berpendapat demikian dalam pernyataannya,
Pelaksanaan percobaan lapangan memerlukan biaya yang mahal, dan tentunya
agar dapat memberi manfaat yang optimum memerlukan ketelitian yang tinggi.
Biaya yang mahal disamping untuk pembangunan petak erosi, juga diperlukan
untuk prasarana penunjang, antara lain stasiun iklim. Untuk mendapatkan data
yang cukup sahih perlu memperhatikan
1. ukuran petak percobaaan,
2. batas petak,
3. Pengumpul hasil erosi, dan
4. Pengamatan.
2.5. Kadar Air
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C 1100 C untuk waktu tertentu. Air
yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam

15

tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara
yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air
tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal.
Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, dkk,
1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
b.

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga
lebih besar dari gaya gravitasi.

c. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,
2010).

16

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan
beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau
hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya pengikat butir-butir tanah
Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang
tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu
tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno,
S., 1993).

17

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
3.1.1. Pembuatan Uji Petak Kecil
Praktikum Konservasi Tanah dan Air untuk pembuatan uji petak kecil
dilaksanakan di belakang Mushollah Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Kegiatan ini dilakukan pada Rabu, 26 Oktober 2016.
3.1.2. Pengambilan Sampel Tanah
Praktikum Konservasi Tanah dan Air untuk pengambilan sampel tanah
dilaksanakan di bawah gawangan kelapa sawit di belakang Mushollah Fakultas
Pertanian, Universitas Riau. Kegiatan ini dilakukan pada Selasa, 08 november
2016.
3.1.3. Infiltrasi
Praktikum Konservasi Tanah dan Air untuk kegiatan infiltasi dilaksanakn
di gawangan kelapa sawit di belakang Mushollah Faultas Pertanian, Universitas
Riau. Kegiatan ini dilakukan pada Selasa, 08 november.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Pembuatan Uji Petak Kecil
Alat yang digunakan dalam pembuatan uji petak kecil adalah empat buah
papan kayu berukuran 2 meter dan 1 meter, palu, paku, dan cangkul.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan uji petak kecil adalah ember,
pipa dan plastik.
3.2.2. Pengambilan Sampel Tanah
Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah ring sampel,
cangkul dan pisau cutter.
Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah tanah di sekitar
gaangan kelapa sawit.
3.2.3. Bulk Density, Partikel Density, Total Ruang Pori dan Kadar Air

18

Alat yang digunakan dalam analisi ini adalah oven, timbangan analitik,
cawan, beker gelas, lumpang dan alu.
Bahan yang digunakan dalam analisis ini adalah sampel tanah dan air.
3.2.4. Infiltrasi
Alat yang digunakan dalam infiltrasi adalah pipa berukuran besar dan
kecil, cangkul, penggaris dan stopwatch.
Bahan yang digunakan dalam infiltrasi adalah tanah dan air.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Uji Petak Kecil
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan uji petak kecil adalah
sebagai berikut :
1. siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Cangkul tanah yang akan dibenamkan papan kayu sesuai dengan kedalaman
papan kayu yang akan dibenamkan
3. Sambungkan setiap ujung kayu dengan menggunakan paku
4. Setelah dibuat petak, sisi ujung sebelah bawah petah ditambah pipa berukuran 1
meter
5. ujung dari pipa tersebut diberi ember dan plastik untuk menampung air
6. Lakukan pengamatan setiap setelah hujan selama delapan kali pengamatan.
3.3.2. Pengambilan Sampel Tanah
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel tanah adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bersihkan permukaan tanah yang akan dijadikan sampel dari vegetasi
menggunakan cangkul
3. Benamkan ring sampel ke dalam tanah, kemudian angkat ring sampel dengan
menggunakan cangkul
4. Ratakan tanah-tanah yang berada diujung ring sampel dengan menggunakan
cutter dan ditutup.
3.3.3. Infiltrasi

19

Langkah-langkah yang dilakukan dalam infiltrasi adalah sebagai berikut :


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bersihkan permukaan tanah yang akan yang akan digunakan dari vegetasi
(rumput)
3. Benamkan pipa berukuran besar dan ,kemudian benamkan pipa berukuran kecil
ditengah-tengah pipa berukuran besar
4. Masukkan air kedalam pipa berukuran kecil kemuadia ukur ketinggian air yang
ada dalam pipa kecil tersebut
5. Amati perubahan penurunan air setiap 5 menit dan catat tingkat penurunan
airnya
6. Lakukan sampai keadaan air konstan

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.1.1. BD,PD,TRP, Kadar Air dan Kemiringan Tanah
Tabel 1. Hasil pengamatan BD, PD, TRP, Kadar Air pada Sampel Tanah Ring
Sampel dan Kemiringan Tanah
NO

PENGAMATAN

HASIL

BD

0,907 gr/cm3

PD

2,12 gr/ml

TRP

57%

Kadar Air

Kemiringan Tanah

4.1.2. Infiltrasi

16,16%
10%

21

4.1.3. Curah Hujan


Tanggal

Intensitas Hujan

Berat Tanah (gr)

Volume air (ml)

31 oktober 2016

Rendah

15,72

1200

01 november 2016 Sedang

23,54

3650

02 november 2016 Tinggi

71,23

8250

04 november 2016 Rendah

6,51

540

06 november 2016 Sedang

15,83

1600

07 november 2016 Rendah

260

08 november 2016 Rendah

15,21

640

4.2. Pembahasan
4.2.1. BD,PD,TRP, Kadar Air dan Kemiringan Tanah
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan pada praktikum
Konservasi Tanah dan Air, dapat kita lihat bahwa sampel tanah yang berada pada
kemiringan 100 yang diambil disekitar gawangan kelapa sawit memiliki BD
sebesar 0,907 gr/cm3 , PD sebesar 2,12 gr/ml, TRP sebesar 57 % dan Kadar Air
sebesar 16,16%. Berdasarkan data yang kami peroleh dari pengamatan terhadap
bulk density, partikel density dan total ruang pori yan saling berhubungan dapat
kita lihat bahwa total ruang pori pada sampel cukup tinggi, sedangkan bulk
density dan partikel densitynya rendah.
Menurut Pairunan (1985) menyatakan bahwa porositas berpengaruh dalam
menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar atau tinggi
maka nilai bulk densitynya kecil. Nilai bulk density menyatakan kerapatan tanah,
kerapatan tanah yang rendah berarti ruang yang tidak ditempati bahan padat lebih
kecil atau pori mikro lebih dominan, hal itupula yang menyebabkan kemampuan
tanah untuk menyimpan air lebih besar.
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa kadar air pada sampel yang
didapat adalah sebesar 16,16%. Menurut Hanafiah (2007), kadar air dipengaruhi
oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan
organik tanah maka akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman
solum maka kadar air juga semakin tinggi.

22

Kadar air yang rendah kemungkinan juga disebabkan terlalu banyaknya


vegetasi yang menutupi tanah. Sampel tanah yang diambil tertutupi dengan
pelepah daun dan juga vegetasi rumput yang tebal. Hal ini akan menyebabkan air
tidak mudah masuk dan terserap ke dalam tanah. Selain itu sampel juga diambil
dari kemiringan 100. Kemiringan berpengaruh terhadap aliran permukaan tanah,
sehingga air akan mengikuti aliran permukaan. Kemiringan dan panjang lereng
adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan
dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada
intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang
lereng pada intensitas hujan yang rendah.
4.2.2. Infiltrasi
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pada 5
menit hitungan pertama penurunan terjadi sebanyak 4 cm dari tingginya paralon
dengan ukuran 30 cm, kemudian pada 5 menit selanjutnya atau pada menit ke 10
terjadi penurunan air sebanyak 3,5 cm, dan pada 5 menit selanjutnya hingga
seterusnya penurunan air menjadi konstan yaitu sebanyak 2,5 cm. Dari data
tersebut, dapat kita lihat bahwa semakin lama waktu yang diperlukan, maka laju
infiltasi akan semakin berkurang. Lahan yang bervegetasi, laju infiltrasinya
cenderung lebih lambat. Menurut Anonim (2011), pada tanah bervegetasi rumput
laju infiltasi cenderung lambat karena terdapat akar-akar yang mengikat air,
sehingga air masuk ke dalam tanah menjadi lambat. Selain itu, kegiatan infiltasi
ini dilaksanakan disekitar tanaman kelapa sawit, sehingga akar-akar serabut dari
sawit juga memperlambat laju infiltrasi.
4.2.3. Curah hujan
Intensitas hujan merupakan karakteristik hujan yang paling erat
korelasinya dengan jumlah tanah yang tererosi. Berdasarkan kegiatan praktikum
yang telah dilakukan semakin tinggi intensitas hujan maka semakin banyak tanah
dan air yang akan tererosi. Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa intensitas
hujan yang tinggi menyebabkan hilangnya air sebanyak 8125 ml dan tanah seberat
71,23 gr. Hujan yang terjadi pada intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama

23

akan menilmbulkan erosi. Hal tersebut terjadi karena dalam proses erosi terjadi
penghancuran agregat-agregat tanah oleh energi kinetik air hujan (Rahim, 2000).
Kemiringan lahan pada uji petak kecil sebesar 10%. Kemiringan dan
panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap
aliran permukaan dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang
lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan
bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah.

24

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bulk density, partikel density dan total ruang pori berhubungan erat. Dimana,
kerapatan tanah yang rendah berarti ruang yang tidak ditempati bahan padat lebih
kecil atau pori mikro lebih dominan, sehingga porositas dan kemampuan tanah
untuk menyimpan air lebih besar.
2. Kadar air dipengaruhi oleh bahan organik tanah dan kedalaman solum makin
tinggi kadar bahan organik tanah maka akan makin tinggi kadar air, serta makin
dalam kedalaman solum maka kadar air juga semakin tinggi.
3. Semakin lama waktu yang digunakan maka semakin rendah laju infiltrasinya
4.Ssemakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama hujan berlangsung,
maka semakin banyak air dan tanah yang terkikis.
5.2. Saran
Proses erosi dapat diatasi dengan metode-metode konservasi yaitu metode
vegetatif, kimia dan mekanik.
Metode mekanik dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan metode
kimia dengan pemupukan.
Metode vegetatif dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman misalnya
penanaman mulsa.

25

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. KompaksiTanah.http://library.usu.ac.id/download/fisip/
sosiologi-henry.pdf. (Diakses 30 nov 2016)
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Foth, Henry D. 1989. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Makassar
Hakim N.M, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung
Hanafiah, 2006. Partikel Density. Makassar
Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Ilmu Tanah: Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah: Jakarta
Madjid. 2010. http://repository.usu.ac.id.pdf//Kadar-Air-Tanah diakses tanggal 29
November 2016
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk
Prioritas. UGM. Yogyakarta.
Pairun, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPTN Indonesia Bagian Timur.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Rahim, S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Samrumi. 2009. Pengertian dan Bentuk-bentuk Erosi. http://samrumi.blogspot.
com/2009/01/ pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html. (Diakses 30 Nov
2016

26

Seyhan. E.1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius,
Yogyakarta.
Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Satu Rekaman dan
Analisis. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.

27

LAMPIRAN
1. Perhitungan Bulk Density, Partikel Density, Kadar Air dan Total Ruang
Pori
Berat kering tanah = 89,03 gr
Berat basah tanah = 106,2 gr
Volume tanah = 42 ml
Bulk Density
BD=

= 0,907 gr/cm3

Partikel Density
PD =
Kadar Air
KA =
Total Ruang Pori
TRP = 1- (

= 2,12 gr/ml

28

2. Dokumentasi Teori Uji Petak Kecil

3. Dokumentasi BD, PD, dan TRT

29

4. Dokumentasi Infiltrasi dan Pengambilan sampel

30

Anda mungkin juga menyukai