OLEH
No Bp : 2110253046
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Swt karena telah memberi kesempatan serta
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “Laporan Akhir Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman”
dengan tepat waktu.
Laporan Akhir Praktikum ini disusun guna memenuhi tugas akhir pada
mata kuliah Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Selain itu, penulis
juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
perlindungan tanaman.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Dasar-
Dasar Perlindungan Tanaman ini, terkhusus kepada :
1. Kepada Bapak Ir. Yunisman MP. Dan Ibu Dr. Ir. Eri Suliyanti MSc.
Selaku Dosen pengampu mata kuliah Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman kelas proteksi A.
2. Kepada Kakak Sandra Adila Putri dan Kakak Syafana Yuri Intani selaku
asisten praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yang tetap sabar
untuk mengarahkan saya dalam berlangsungnya praktikum.
3. Kepada orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah saya
berjalan dengan baik.
4. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan akhir
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini dapat selesai.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan laporan akhir praktikum ini. Penulis menyadari
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan laporan akhir praktikum ini.
Aswin Arif
DAFTAR ISI
Table of Contents
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Tujuan Praktikum........................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
2.1 Hama............................................................................................................12
2.2 Penyakit Tanaman........................................................................................14
2.2.1 Jamur................................................................................................14
2.2.2 Bakteri..............................................................................................15
2.2.3 Virus.................................................................................................16
2.2.4 Nematoda.........................................................................................18
2.3 Gulma...........................................................................................................19
2.4 Pengendalian OPT........................................................................................21
BAB III METODE PRAKTIKUM........................................................................26
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................26
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................27
3.3 Cara Kerja.....................................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................29
4.1 Hasil..............................................................................................................29
4.2 Pembahasan..................................................................................................29
A. Morfologi Serangga dan Non Serangga..............................................29
B. Ordo Penting Serangga............................................................................33
C. Perkembangbiakan Serangga..................................................................34
4.2 Penyakit Pada Tanaman..........................................................................34
A. Gejala Serangan Jamur..................................................................................34
C. Gejala Serangan Bakteri..........................................................................36
B. Gejala Serangan Nematoda..................................................................37
BAB V PENUTUP.................................................................................................41
KESIMPULAN..................................................................................................41
A. Hama.......................................................................................................41
B. Penyakit...................................................................................................41
SARAN..............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak mengenal bercocok tanam, masyarakat sering mengalami
gangguan yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau
menggagalkan panen. Di beberapa lokasi, adanya gangguan hama
menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya tanaman.
Sebenarnya sejak benih disebarkan hingga tanaman dipanen selalu
dihadapkan kepada gangguan alami yang bersifat biotik maupun abiotik.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan
kemampuan genetiknya seperti benih induk semula maka masyarakat
harus mampu mencegah atau mengatasi terjadinnya gangguan pada
tanaman tersebut. Di alam ada 2 golongan besar pengganggu tanaman
yaitu biotik (gulma, penyakit tumbuhan, dan hama) dan abiotik (cuaca)
(Sinaga, 2003).
Dengan munculnya berbagai macam dan jenis hama dan penyakit
yang menyerang tanaman budidaya yang berdampak terhadap produksi
nilai ekonomisnya, muncullah pemikiran dan inisiatif untuk
mengendalikan serangan tersebut. Berdasarkan pemikiran inilah mulai
muncul konsep perlindungan tanaman, dan hingga kini terus berkembang
sehingga dapat menciptakan suatu solusi pengendalian hama dan penyakit
yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan tidak membahayakan terhadap
petani maupun lingkungan hidup serta tidak mengganggu keanekaragaman
hayatinya
Dasar-dasar perlindungan tanaman adalah pedoman-pedoman dasar
untuk melindungi tanaman yang diusahakan agar tidak dirugikan oleh
sesuatu pengganggu dari pratanam, selama tanam sampai pasca tanam.
Yang termasuk ke dalam pengganggu tanaman yaitu jasad hidup
(organisme) dan bukan jasad hidup (abiotis) seperti bencana alam (banjir,
erosi, longsor, dan unsur iklim) dan tindakan yang tidak cocok (syarat
tumbuh yang tidak dipenuhi, seperti tanah atau iklim yang tidak cocok).
Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting
didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman.
Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk
melindungi sesuatu terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat
merusak, merugikan, atau menggangu proses hidupnya yang normal.
Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudiddianjuayakan atau
ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk
konsumsi adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang
berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan.
Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk
melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak,
merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-
tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 2001).
Secara harfiah, perlindungan tanaman adalah segala usaha yang
dilakukan manusia untuk melindungi tanaman dari hambatan atau
gangguan yang berasal dari luar yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
menghasilkan produk sesuai dengan harapan, secara kuantitas, kualitas dan
konstitunitas (Untung, 2007). Sedangkan menurut UU No. 12 TH 1992,
perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada
budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme penggangu tumbuhan.
Pengertian perlindungan tanaman menurut Peraturan Pemerintah.
Cakupan perlindungan tanaman pada era globalisasi, agribisnis dan
otonomi daerah. Tujuan perlindungan tanaman adalah (a) pencegahan,
pengendalian dan pemantauan/ peramalan OPT, (b) peningkatan kuantitas
dan kualitas hasil-hasil pertanian, (c) peningkatan daya saing produk
pertanian dipasar, (d) peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani,
(e) peningkatan kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup (Mattono,
2004).
Perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan
produksi tanaman atau produksi pertanian, dengan dasar yaitu
pengendalian jasad pengganggu baik biotis maupun non biotis harus
berhasil agar dapat mendapatkan atau memperoleh hasil produksi yang
baik dan menguntungkan secara ekonomis. Perlindungan tanaman
menjamin kepastian hasil dan memperkecil resiko berproduksi suatu
tanaman, agar langkah-langkah lainnya dari budidaya suatu tanaman yang
sudah dilaksanakan dengan baik seperti pemilihan varietas unggul,
menanam, memupuk, mengairi, menyiang dan lainnya tidak sia-sia dan
dapat saling mempengaruhi langkah pengendalian gangguan jasad
pengganggu.
Ilmu-ilmu yang terkait terhadap kegiatan penerapan perlindungan
tanaman adalah : Ekologi dan epidemiologi, Fisiologi tumbuhan, patologi
anatomi dan morfologi, genetika, taksonomi dan geografi tumbuhan,
bakteriologi, mikologi, virologi, entomologi, fitopatologi, ilmu gulma,
agronomi, ilmu tanah, mikrobiologi, biokimia, kimia, bioteknologi, fisika,
meteorologi, matematik dan statistik untuk peramalam OPT, teknologi
informasi, ekonomi untuk penentuan ambang pengendalian (Yudiarti,
2007)
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah semua organisme
yang dapat merusak, mengganggu atau menyebabkan kematian pada
tumbuhan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi
menjadi hama, patogen, dan gulma. Hama adalah semua hewan yang
terdapat di dalam lingkungan tanaman yang menyebabkan kerusakan
terhadap tanaman baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
menyebabkan kerugian secara ekonomis, hama menimbulkan gangguan
secara fisik dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata maupun
moluska. Penyakit menimbulkan gangguan secara fisiologis pada tanaman
yang disebabkan oleh (Virus, Bakteri, Jamur, Protozoa, Nematoda). Dan
Gulma adalah jasad pengganggu berupa tumbuhan tingkat tinggi yang
hidup dan tumbuh pada lahan pertanaman yang bersifat merugikan seperti
alang-alang dan rumput-rumputan.
Populasi hama dan penyakit tanaman dapat meningkat sampai
melampui batas ambang ekonomis sampai pada puncak maksimum,
kemudian menurun kembali sampai batas di atas batas ambang ekonomi.
Sehingga untuk menentukan saat pengendalian dan pentingnya
pengendalian diperlukan data mengenai perkembangan hama dan penyakit
tanaman secara pasti, dengan demikian diharapkan pengendalian hama
tersebut dapat mencapai efisiensi yang tinggi, sehingga dapat menekan
biaya relatif tinggi. Secara garis besar penyebab kerusakan atau gangguan
yang ditandai dengan timbulnya kerusakan pada tanaman digolongkan
dalam:
a. Faktor Biotik
Faktor ini merupakan penyebab kerusakan yang paling banyak
merugikan tanaman karena pada umumnya menyerang tanaman secara
langsung. Secara umum faktor biotik dapat digolongkan lagi menjadi
beberapa jenis penyebab kerusakan. Untuk itu kerusakan yang disebabkan
oleh tumbuhan parasit dan hewan. Penyebab kerusakan oleh hewan pada
umumnya disebabkan oleh filum Arthropoda dan Molusca. Sedangkan
jenis tumbuhan banyak disebabkan oleh beberapa parasit, misalnya jamur,
bakteri, ganggang, mikoplasma, rickettsia, dan ujud sub-mikrokopis yaitu
virion dan viroid.
b. Faktor Abiotik
Faktor ini merupakan faktor lingkungan fisik yang dapat
menyebabkan kerusakan atau penyakit pada beberapa tanaman, seperti
suhu, kelembaban, intensitas sinar, kelebihan dan kekurangan unsur hara,
serta faktor keasaman tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan tanaman
sakit jika dalam keadaan ekstrim, dan toleransi tanaman rendah, dalam
keadaan normal bagi tanaman, tidak menunjukkan gejala, artinya tidak
menyebabkan kelainan pada tanaman. Faktor biotik dan abiotik
menentukan timbulnya hama dan penyakit tanaman , sehingga dapat
menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang terserang. Untuk itu
diperlukan adanya pengetahuan tentang hama dan penyakit serta cara
pengendaliannya. Tujuan dari pengendalian hama dan penyakit tanaman
adalah mencegah terjadinya penurunan produksi tanaman yang secara
ekonomis merugikan. Pada umumnya kita hanya memperhatikan penyakit
tanaman yang merusak secara berarti. Usaha pengendalian itu hanya perlu
dilakukan bila biaya yang diperlukan lebih kecil dari kerugian yang terjadi
akibat penyakit tersebut. Prinsip utama adalah mempelajari aspek
perlindungan tanaman terhadap adanya gangguan pada tanaman yang
secara ekonomis mempengaruhi nilai ekonomis, sosial, budaya dan
ekologis.
Dampak dari adanya organisme pengganggu tanaman yaitu terjadinya
penurunan produksi, kualitas, pendapatan daya saing produk dipasar
global serta kualitas lingkungan hidup, kemudian terjadinya peningkatan
biaya produksi dan residu bahan kimia berbahaya pada produk pertanian.
Salah satu alternative lain untuk melakukan perlindungan tanaman
adalah penggunaan pendekatan biologis dan bioteknologis. Pendekatan
biologis dalam perlindungan tanaman yang dimaksud disini adalah seperti
yang dikemukakan oleh Baker dan Cook pada tahun 1974, yaitu
pengurangan kerapatan inokulum atau aktifitas yang menyebabkan
penyakit oleh suatu patogen atau parasit dalam status aktif maupun
dorman, oleh satu atau lebih jasad hidup, dikerjakan secara alami atau
melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonisnya atau dnegan
introduksi massal satu atau lebih jasad antagonis. Batasan semacam ini
mencakup berbagai macam teknik baik yang bersifat konvensional
maupun nonkonvensional.
B. Tujuan Praktikum
Hama
Adapun Tujuan dari praktikum objek hama tanaman adalah
untuk dapat mengetahui jenis serangga hama yang menyerang
tanaman. Serta Mengenal dan membedakan morfologi serta ciri ciri
bentuk luar serangga dan non serangga. Mengetahui fungsi-fungsi
organ luar serangga dan posisinya. Lalu dapat Mengetahui
pertumbuhan dan metamorfosis pada hama serangga. Dapat
mengetahui dan memahami gejala kerusakan pada tanaman yang
diakibatkan oleh hama serangga. Mengetahui dan memahami
karakteristik ordo-ordo serangga yang berperanan sebagai
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Mengenal dan
mengetahui siklus hidup dan perkembangbiakan serangga.
Penyakit
Adapun Tujuan dari praktikum objek penyakit tanaman
yaitu untuk dapat mengidentifikasi jenis penyakit pada tanaman.
Serta Untuk dapat mengetahui jenis patogen atau mikroorganisme
pada tanaman terserang penyakit. Serta dapat Mengetahui nama
dari berbagai jenis patogen tanaman yang terserang jamur, bakteri,
dan virus. Dapat mendeskripsikan gejala-gejala yang ditimbulkan
pada tanaman yang terserang jamur, bakteri, virus patogen
tanaman.
Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT
Adapun Tujuan dari dilakukaannya praktikum objek
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yaitu
untuk mengetahui jenis pestisida pada pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta dapat Mengetahui tingkatan
dan kelas bahaya dari jenis pestisida yang ingin digunakan. Dapat
mengetahui komposisi dan cara pengaplikasian atau penggunaan
pestisida pada tanaman. Mengetahui manfaat atau keuntungan serta
kelemahan atau kerugian dari berbagai jenis pestisida yang
digunakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hama
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang
aktifitas hidupnya menyebabkan kerusakan tanaman sehingga menimbulkan
kerugian secara ekonomi bagi manusia. Organisme yang menjadi hama adalah
binatang yang menyerang tanaman budidaya sehingga menimbulkan kerugian.
Salah satu masalah yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia adalah
penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida identik dengan bidang pertanian,
namun tanpa disadari masyarakat umum juga menggunakan pestisida seperti obat
nyamuk. Pada umumnya sayuran rentan terhadap organisme pengganggu tanaman
(OPT), sehingga penggunaan pestisida kimia tidak dapat terlepas dari para
petani1. Studi menunjukkan bahwa biaya petani tomat untuk membeli pestisida di
Jawa Barat mencapai 50% dari total biaya yang dikeluarkan2.hal tersebut
menunjukan bahwa petani rela mengeluarkan biaya besar untuk penggunaan
pestisida (wismaningsih,2016).
Penggunaan pestisida pada pertanian dapat berdampak negatif terhadap
kesehatan petani dan kesehatan masyarakat. Petani penyemprot pestisida berisiko
untuk mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada petani dapat
terjadi akibat paparan pestisida pada saat petani menyemprot tanaman.
(Wismaningsih, 2016).
Insektisida organofosfat, karbamat, dan pyrethroid telah dipakai dalam
waktu yang lama dan merupakan insektisida genersi tua. Tipe insektisida baru
adalah neonicotinoid (imidakloprid) and phenylpyrazole (fipronil), dapat
menurunkan populasi wereng cokelat dan wereng punggung putih di Jepang dan
beberapa Negara Asia Timur, namun sejak 2005 insektisida tersebut terdeteksi
menimbulkan resistensi terhadap wereng di Asia Timur dan Indochina (Kemenkes
2012).
Di India, pengendalian wereng cokelat memerlukan dosis insektisida yang
berlipat, karena terjadi resistensi terhadap beberapa insektisida (Basanth et al.
2013).Wang(2008) menuturkan, insektisida yang banyak digunakan di China
adalah organofosfat dan karbamat, kemudian berkembang imidakloprid, namun
sejak 2006 wereng cokelat telah resisten terhadap imidakloprid (Baehaki, 2016).
Insektisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik,
serta virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah
binatangbinatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Gejala
keracunan 20 karena insektisida berupa gejala muskarinik, nikotinik, dan syaraf
pusat.(Kemenkes, 2012).
Fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi fungi/ jamur8.
Petani menyebutkan bahwa penggunaan fungisida adalah untuk mengendalikan
penyakit busuk daun, busuk batang, busuk buah, dan layu fusarium. Petani
sayuran sering menggunakan fungisida karena tanaman jenis sayuran memang
sangat rentan diserang cendawan.(Djojosumarto, 2011).
Menurut Samsudin(2008) Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami
maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga relatif aman bagi manusia.
Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida botani antara lain
mimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis
gulma seperti babandotan (Kardinan, A. 2012. ).
Pada kenyataannya, musuh alami yang sebenarnya menjadi predator bagi hama
banyak diburu ataupun mati akibat penerapan metode budidaya yang kurang tepat.
Indonesia seagai negara dengan iklim tropis sebenarnya menjadi tempat yang
sesuai dan sudah memiliki musuh alami yang berlimpah, namun penerapan sistem
budidaya yang salah menyebabkan keseimbangan ekosistem berubah dan
berdampak pada penurunan populasi musuh alami (Martoredjo , 2012).
2.2.2 Bakteri
Bakteri adalah micoorganisme, sebagian besarnya hidupnya
sebagai saprofit,kehidupannya berguna bagi manusia, dan sebagian lain
merupakan penyebab penyakit bagi manusia binatang dan tumbuhan.
Semua bakteri penyebab penyakit pada tanaman pada umumnya adalah
saprofit fakultatif dan dapat (Tutung, 2011). Organisme uniselular, tidak
mempunyai khlorofil dan berkembang biak dengan membelah diri
(fission). Bentuk atau morfologi bakteri dapat berupa bola (spherical),
berbentuk batang (rod, bacillus), atau spiral (spiirallus). (Tutung, 2011).
Salah satu contoh bakteri yaitu Busuk lunak yang umumnya
disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora subsp. caratovora atau Erwinia
carotovora sub-sp. atroseptica (Bhat et al., 2010). Deak dan Farkas (2013)
menyatakan adanya infeksi bakteri patogen pada bahan pangan khususnya
sayuran dapat meningkatkan asosiasi bakteri kontaminan pada produk
yang umumnya berasal dari kelompok Enterobacteriaceae. Menurut
Rajvanski (2010),
beberapa bakteri tersebut diantaranya Eschericia coli, Bacillus sp.,
Pseudomonas sp., Citrobacter sp., Streptococcus sp., dan Enterobacter sp.
(Ni Wayan Desi Bintar, 2015).
Menurut Robene-Soutrade(2010) Bakteri Xanthomonas
axonopodis PV. allii merupakan patogen penyebab penyakit hawar daun
yang dapat menyerang dan menginfeksi bawang merah (Allium cepa L.
Agregatum group) (Bowen dkk, 1998). Penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada bawang bombay di Barbados pada tahun 1971 dan
patogen penyebabnya diidentifikasi sebagai X. axonopodis PV. allii
(Asrull,2013).
Gejala pada tanaman tanaman terinfeksi biasanya berupa kelayuan
yang dimulai dari daun-daun pucuk yang kemudian akan berlanjut pada
kelayuan seluruh daun (warna daun masih hijau) dan akhirnya tanaman
akan mati. Apabila batang tanaman terinfeksi dipotong dan dimasukkan
dalam air maka akan tampak massa bakteri yang keluar dari batang
tersebut. Patogen dapat bertahan pada ubi kentang, gulma maupun dalam
tanah. ( Noor Istifadah, 2015).
2.2.3 Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel
makhluk hidup. Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup
karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi
sendiri. Cucumber mosaic virus (CMV) termasuk dalam kelompok
Cucumovirus, bersama sama dengan Peanut stunt virus dan Cabaio
aspermy virus. Virus ini mempunyai kisaran inang terluas diantara virus
tanaman yang diketahui saat ini, dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari
800 spesies tumbuhan dan dapat menyebabkan kerugian besar pada
tanaman cabai (I Dewa, 2012).
Struktural virus terdiri dari asam nukleat (DNA dan RNA) yang
terbungkus dalam suatu lapisan protein yang disebut kapsid dan terkadang
masuh terbungkus lagi dalam suatu selubung membrane. Masing-masing
subunit protein yang Menyusun kapsid disebut kapsomer. Meskipun virus
memiliki berbagai ukuran dan bentuk, tapi memiliki motif structural yang
sama. Yaitu dari jenis: virus mosaic tembakau yang memiliki kapsid heliks
dengan bentuk keseluruhan seperti batang kaku, dab Adenovirus yang
memiliki kapsid polyhedral dengan tanduk glikoprotein pada tiap puncak
(Sutarman, 2017).
2.2.4 Nematoda
Nematoda adalah hewan yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk
seperti tabung yang hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan
yang berair. Nematoda memiliki organ yang lengkap mulai dari bagian
mulut, aesofagus, saluran pencernaan, anus, uterus dan ovarium untuk
betina, lubang dan jaringan sekresi, memiliki dinding tubuh dan
kutikulanya, serta memiliki jaringan sel-sel syaraf. Hewan ini berkembang
biak dengan cara kawin: perkawinan akan menghasilkan banyak sel telur
yang akan menetas mengeluarkan larva yang bentuknya seperti nematoda
dewasa. Nematoda yang menyerang tumbuhan atau disebut fitonematoda
akan melakukan penusukan sel-sel tumbuhan dalam rangka memperoleh
bahan makanan dari tubuh tanaman terutama pada bagian akar di mana
merupakan tempat tumbuh dan aktifnya nematoda. Nematoda betina
biasanya berbeda dengan yang jantan. Pembedanya bisa dilihat pad
bentuk dan ukuran tubuh secara keseluruhan atau pada bagian posteriornya
(Sutarman, 2017).
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-
1.000 mikron ( 1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang
panjangnya sekitar 1 cm. nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah.
Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam
tanah terdapat di dalam jaringan tanaman atau di antara daun-daun yang
melipat, di tunas daun, di dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman
lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit)
dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit). (Pracaya 2010).
Meloidogyne spp. yang dikenal sebagai nematoda puru akar (NPA)
merupakan nematoda parasit penting yang memiliki distribusi yang luas
dan mampu menginfeksi berbagai macam tanaman pertanian. Menurut
Dutta(2012) Gejala umum tanaman padi yang terinfeksi NPA di antaranya
ialah daun menguning, pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman menjadi
layu dan puru terbentuk pada akar. Beberapa laporan menyatakan bahwa
spesies NPA yang dapat menyerang tanaman padi di antaranya ialah M.
graminicola, M. incognita, M. javanica, M. arenaria, M. oryzae, M. salasi,
dan M. triticozae (Bridge et al. 2005; Pokharel et al. 2007; Nguyen et al.
2014 (Yadi, 2015).
Genus Helicotylenchus ditemukan menyerang pada pisang kultivar
Ambon, Kepok, Koja, Raja, Tanduk, dan Uter. Genus Hoplolaimus
ditemukan pada semua kultivar pisang sedangkan genus Meloidogyne
ditemukan hampir menyerang semua kultivar pisang kecuali Tanduk.
Menurut Gowen dan Queneherve (1990), Radopholus similis dan beberapa
spesies Pratylenchus 12 merupakan parasit penting yang tersebar luas pada
pertanaman pisang. Seperti halnya yang terjadi pada kebanyakan tanaman
tropis, parasitisme nematoda pada pisang dicirikan dengan adanya infeksi
secara simultan dengan genus atau spesies nematoda yang lain.(Indarti,
2015).
2.3 Gulma
Gulma ialah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh
manusia. Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara
tanaman utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman
budidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya
(Widaryanto, 2010).
Alat dan bahan yang dibawa saat praktikum penyebab penyakit pada
tanaman adalah, bahan (tanaman terinfeksi oleh penyebab penyakit bai jamur,
virus dil) yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok, kamera dan
alat tulis
3.3 Cara Kerja
Cara kerja untuk hama pada tanaman mengamati hama yang telah dibawa
masing-masing kelompok, hama tersebut kemudian diamati morfologinya,
terutama morfologi mulutnya, dengan mengetahui tipe mulut pada serangga
sebagai hama, akan dapat diketahui bagaimana hama tersebut dapat merusak
tanaman, karena umumnya hama merusak tanaman adalah untuk mencari
makan untuk dirinya. Dalam pengamatannya penting juga pengamatan seluruh
organ pada hama tersebut, seperti sayap, dengan mengetahui jenis sayap pada
hama maka akan dapat diketahui pada jenis apa ordo hama tersebut.
4.2 Pembahasan
A. Morfologi Serangga dan Non Serangga
Belalang ( Oxya Serville ) adalah serangga herbivore yang termasuk
dalam ordo Orthoptera dengan jumlah spesies 20.000 (Borror, 2005).
Belalang merupakan serangga yang memiliki sayap namun ada sebagian
yang tidak memiliki sayap. Bentuk tubuh belalang yang terdiri dari
beberapa segmen (Borror dkk, 2005).
Kepala
Kepala belalang terdiri dari 3 sampai 7 ruas, yang memiliki fungsi
sebagai alat pengumpul makanan, penerima rangsang dan pemroses
informasi diotak (Suheriyanto, 2008). Tipe kepala adalah hipognatus yaitu
posisi kepala dengan mulut mengarah kebawah.
Alat Mulut
Belalang memiliki tipe mulut menggigit dan mengunyah yang
ditandai dengan adanya mandibular yang berfungsi untuk menggigit dan
memotong makanan (Purnomo & Haryadi,2007).
Mata
Serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata tunggal dan
mata majemuk. Menurut Jumar (2000), mata tunggal dinamakan ocellus
( Jamak: ocelli) dapat dijumpai pada larva, nimfa, maupun serangga
dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai pada serangga dewasa dengan
letak masing-masing pada sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol
keluar, sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan
dari berbagai arah. Mata majemuk (mata faset),terdiri atas ribuan
ommatidia.
Antena
Serangga mempunyai sepasang antena pada kepala berbentuk
tampak seperti benang yang memanjang. Antena pada serangga bervariasi
bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor. Fungsi antenna pada
serangga merupakan alat perasa dan bertindak sebagai organ-organ
pengecap, organ pembau, serta organ untuk mendengar.( Jumar 2000).
Dada (Thorax)
Toraks (dada) terdiri dari 3 segmen yaitu segmen torak depan
(protoraks), torak tengah (mesotoraks) dan torak belakang (metatoraks).
Toraks belalang berfungsi untuk pergerakan karena pada toraks terdapat 3
pasang kaki yang muncul pada setiap segmen toraks dan sayap (pada
belalang bersayap) (Hadi dkk, 2009).
Sayap
Sayap- sayap seranga adalah pertumbuhan- pertumbuhan yang
keluar dari dinding tubuh yang terletak pada lateral antara notum dan
pleura. Serangga memiliki ciri-ciri sayap depan yang berbentuk lancip dan
lurus agak tebal yang disebut tegmina serta tidak dapat berlipat, sedangkan
sayap belakang berbentuk tipis seperti selaput yang berukuran lebar dan
dapat dilipat pada saat serangga istirahat. Sayap belalang muncul pada
bagian toraks yaitu 1 pasang pada mesotoraks dan 1 pasang pada
metatoraks. Sayap berfungsi untuk terbang dan pelindung tubuh serta
penghasil suara di beberapa jenis serangga. (Syahlan,2015).
Abdomen (perut)
Abdomen (perut) belalang umumnya terdiri dari 11 ruas yang
meliputi sternum, tergum dan membrane pleuron. Ruas abdomen tersusun
dari tiga kelompok yaitu ruas pregental, ruas genital, dan rias post genital.
Ordo orthoptera khususnya belalang pada ruas ke 11 mengalami
modifikasi berbentuk segitiga yang disebut epiprok (Purnomo dan
Haryadi, 2007). Alat kelamin belalang terletak pada segmen abdomen ke 8
dan 9. Segmen-segmen tersebut memiliki kekhususan yaitu sebagai alat
untuk kopulasi dan peletakkan telur (Hadi dkk,2009).
Kaki
Secara khas , Terdapat 6 ruas pada kaki serangga. Ruas yang pertama
yaitu koksa yang merupakan ruas dasar, trochanter, satu ruas kecil
(biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama yang
panjang ; tarsus, biasanya beberapa ruas kecil di belakang tibia; pretersus,
terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa
serta pada ujung tarsus. Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku
biasanya disebut arolium dan bantalan yang terletak didasar kuku disebut
pulvili (jumar 2000).
A. Gejala Serangan Hama
C. Perkembangbiakan Serangga
Adapun perkembangbiakan serangga ada 4 pengelompokan yaitu
ametabola tanpa metamorphosis, hemimetabola yaitu metamorphosis tidak
sempurna, paurometabola yaitu metamorphosis tidak sempurna dan
holometabola yaitu metamorphosis sempurna.
Gejala pada buah jambu biji berupa bintik basah pada permukaannya,
kemudian melebar berwarna cokelat, keabu-abuan dan berair.
Pengendalian penyakit ini dapat dengan cara pemberongsongan buah dan
menyemprotnya dengan fungisida.
Kanker berkudis
Gejala yang pertama kali muncul pada daun muda atau pucuk berupa
bercak kuning di sekitar tulang daun, kemudian berkembang menjadi urat
daun menjaring berwarna kuning (vein clearing), cekung dan mengkerut
dengan warna mosaik ringan atau kuning. Kutu kebul ini sulit untuk
dikendalikan karena bersifat poligaf dan kosmoplit. Oleh karena itu,
pengendalian menggunakan insektisida tidak efektif dan mempunyai
dampak negatif terhadap lingkungan (Ali & Aprilia, 2018).
Gejala yang dapat dilihat, Gejala khas infeksi NPA pada kentang yaitu
berbintil atau bergelombang atau puru di permukaan umbi, tanaman
menjadi kerdil, tajuk tanaman layu dan klorosis. (Basic et al. 2016)
4.2 Gulma
Dari hasil analisis praktikum yang di dapat oleh kelompok 7 objek
gulma yaitu rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan salah satu
tumbuhan yang lebih dikenal sebagai gulma karena keberadaannya sering
mengganggu pertumbuhan tanaman lain. Rumput ini dapat tumbuh
diberbagai lahan, misalnya persawahan, perkebunan yang memiliki
kondisi kering atau basah. Meski sering dianggap sebagai tanaman
pengganggu, namun ada fakta bahwa orang zaman dulu juga kerap
menggunakan rumput teki sebagai bahan pengobatan. Jadi selain memberi
dampak negatif bagi petani, rumput teki juga memberi manfaat yang
menguntungkan.
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
A. Hama
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
secara morfologi, tubuh serangga dewasa yang dapat dibedakan menjad
tiga bagian tubuh yaitu kepala (caput ), dada (thorax), dan perut
(abdomen). Kita bisa mengetahui berbagai macam bentuk serangga hama
dan ordo-ordonya,adapun macam macam ordo antara lain ordo
othoptera,hemineptera, diptera, dll. Gejala serangan yang di timbulkan
hampir setiap terdapat pada daun yang robek dan Setiap ordo memiliki
bentuk fisik yang berbeda. Dari bentuk mulutnya yang panjang, tubuhnya
kecil, memiliki sayap yang tebal dan tipis, dan lain-lain. Dengan
mempunyai ciri fisik yang seperti itu serangga hama ini dengan mudahnya
merusak semua pertumbuhan tanaman. Cara penggendalian hama secara
umum yaitu dengan cara pengendalian hama secara terpadu, cara ini
adalah dengan membasmi seluruh hama, tetapi tidak hanya mengurangi
jumlah hama dalam taraf toleransi.
B. Penyakit
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit
tanaman yang disebabkan faktor biotik dan abiotik. Biotik yaitu penyebab
penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri,
nematoda, virus. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak
menular atau non infeksius, seperti kekurangan unsur hara, pH tanah yang
tidak sesuai, kebutuhan sinar matahari yang kurang.Penyakit-penyakit
karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis.
SARAN
Adapun saran untuk praktikum kali ini dan seterusnya, praktikum sebaiknya
dilakukan dengan serius dan penuh tanggung jawab. Kerja sama antar anggota
dalam tim diperlukan demi lancarnya kegiatan praktikum. Adapun bahan yang
dibawa sebaiknya seusai dengan ketentuan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi. 2011. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Penebar Swadaya. Jakarta
Triyogo A, Widyastuti SM. 2012. Peran serangga sebagai vektor penyakit karat
puru pada sengon (Albizia falcataria L. Fosberg). Jurnal Agronomi
Indonesia 40(1):77-82.
Widaryanto, E. 2010. Teknologi Pengendalian Gulma. Fakultas
PertanianUniversitas Brawi
Darwiati, W. 2009. Uji efikasi ekstrak tanaman suren (Toona sinensis Merr.)
sebagai insektisida nabati dalam pengendalian hama daun (Eurema spp.
Dan Spodoptera litura F.). [Tesis]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Daunay M.C, and J. Janick. 2007. History and iconography ofeggplant. Chronica
Hort. 47 (3) : 16-20.
Hooker, A.L. 2012. Corn and Sorghum Rust. DcKalb-Pfizer Genetics, St. Louis,
Missouri. Lipp, P. E., A. E. Dorrance, and D.R. Mills. 2001. Common
Corn Rust. Extension FactSheet. The Ohio State University.
Hartono,S,Sumardiyono. Y.B,.Purwanto,B.H dan Sulistyaningsih,E. (2006).
Aplikasi Model Manajemen Kesehatan Tanaman Pada Agribisnis Cabai
Di Daerah Endemis Penyakit Virus Kuning. Majalah Lontar.Inpress.
Jumar. (2000). Entomologi Pertanian. Jakarta : Rineka Cipta
Jin-cheng, Z, T Wu, L Liu, W Yang, and L He. 2014. EcR-RNAi and azadirachtin
treatments induced the abnormal proleg development in Spodoptera litura.
School of Life Sciences, East China Normal University, Shanghai 200241,
China. Journal of East China Normal University vol. 1 page 133-142
Laoh, JH, F Puspita, dan Hendra. 2003. Kerentanan larva Spodoptera litura F.
Terhadap virus
nuklear polyhedrosis. Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Riau, Pekan Baru, Riau. Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 145-151.
N.A.Atiyanti. (2012). Mekanisme Infeksi Virus Kuning cabai (Papper Yellow Leaf
Curl Virus) Dan Pengaruhnya Terhadap Proses Fisiologi Tanaman
Cabai. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS Yogyakarta
682-686.
Nazari YA, Soemarno & Lily A. (2012). Pengelolaan Kesuburan Tanah pada
Pertanaman Kentang dengan Aplikasi Pupuk Organik dan
Anorganik. Indonesia Green Technology Journal.
Nash.2005.Hama pada tanaman. IPB. Bogor
Pracaya. 1999. Hama Penyakit Tanaman Edisi IV. Penebar Swadaya. Jakarta
Rahayu,S. (2010). Senyawa Aktif Anti Makan dari Umbi Gadung (Dioscorea
hispida Dennts). Jurnal Kimia 4(1). 71-78.
Untung, K. 2010. Diktat dasar-dasar ilmu hama tanaman. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan UGM.
Akhtar M & Malik A. (2000). Roles of Organik Soil Amandemen and Soil
Organism in the Biological Control of Plant-Parasitic Nematoda Review.
Bioresource Technology 74 : 35-47
Basic J,Stare BG, Strajnar P, Sirca S, Urek G. (2016). First Report of a Highly
Damaged Potato Crop from Serbi Caused by Meloidogyne incoqnita. APS
Journal 100 (5) : 1021
Budi Sri Utami, Supramana, Giyanto (2017). Deteksi dan Identifikasi Spesies
Meloidogyne Penyebab Umbi Berbintil pada Kentang Asal Sulawesi
Utara. Bogor : IPB 13 : 98-104
Chici Dwi Purnama Sari, Setyono Yudo Tyasmoro dan Titin Sumarni. 2017. .
Pengaruh Teknik Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi (Oryza sativa
L.). Jurnal Produksi Tanaman Vol.5 No.5:870-879.
Fitria, 2018. Pengendalian Gulma Dengan Herbissida Pada Tanaman Jagung (Zea
mays L. ). Jurnal Agrium Volume 21 No.3
Ni Wayan Desi Bintari , Retno Kawuri , Meitini Wahyuni Proborini. 2015. Iso
Lasi Dan Identifikasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Pada Umbi Wortel
(Daucus carota L.) Varietas Lokal Di Bali . Jurnal Metamorfosa Ii (1): 9-
15
Pracaya. 2010. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik. [31
juli 2010].
LAMPIRAN
4
Kuning Bemisia tabaci daun
keriting muda/pucuk
cekung dan
mengkerut
dengan warna
mosaik
ringan.
5
Cucumber Virus Terdapat
Mosaic Myzus persicae bercak
Virus dan Aphis kuning pada
gossypii daun,
lembaran
daun
menyempit,
Buah
berbentuk
tidak rata,
abnormal dan
terdapat
bercak
cokelat
seperti bentuk
cincin atau
huruf c, buah
mentimun
menjadi
bintik-bintik
seperti
gambar.
6 Busuk basah Bakteri Buah busuk
Erwinia dimulai dari
carotovora bagian ujung
buah dan
panjang
sampai batas
bagian atas
daging buah
membusuk.
Lampiran Pestisida
Lampiran Dokumentasi
N GAMBAR KETERANGAN
O
1 Penyakit nematoda bengkak akar
(NBA) disebabkan oleh Meloidogyne
spp (lihat gambar). Patogen ini
ditularkan melalui tanah yang telah
terinfeksi, pupuk kandang, dan ubi
bibit yang telah terinfeksi. Gejala
serangan tampak pada perakaran
terdapat benjolan-benjolan seperti
jerawat. Jika serangan berat pada
perakaran terbentuk benjolan-benjolan
yang tidak beraturan.
2 Tikus merupakan hama utama tanaman
padi (Oryza sativa L.) yang dapat
menurunkan hasil produksi cukup
tinggi. Pada umumnya, tikus sawah
(Rattus argentiventer) tinggal di
pesawahan dan sekitarnya, mempunyai
kemampuan berkembangbiak sangat
pesat
6 Pakis-pakisan (Pteridophyta)
merupakan salah satu gulma yang
dapat menganggu pertumbuhan
tanaman budidaya.